“KASUS GERIATRIK”
OLEH :
KELOMPOK III
KELAS C
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KASUS PEDIATRIK
Soal 1
SY umur 4 bulan, BB 6,5 kg yang mulai tumbuh gigi. Orang tuanya meminta
saran untuk mengatasi nyeri anak SY. Apa terapi yang disarankan?
Soal 2
Hana BB 1,5 kg, umur 4 minggu, lahir minggu ke-29 kehamilan telah mendapat
obat fenobarbital untuk kejang karena asfiksia saat lahir (gangguan pengangkutan
oksigen ke jaringan tubuh akibat terganggunya fungsi paru, pembuluh darah atau
jaringan tubuh misal alveolus terisi air, infeksi bakteri, gas CO). Saat ini diberi
dosis maintenance 7,5 mg (5 mg/kg) iv daily. Tim rawat ingin mengganti ke oral.
Konsentrasi serum fenobarbital selama terapi iv adalah 17,5 mcg/ml (range 15-40
mcg/ml). Konversi ke oral dosis 7,5 mg/hari menghasilkan konsentrasi serum 8,9
mcg/ml. Setelah terapi 1 minggu. Apa faktor penyebab dan bagaimana
mengatasinya ?
Soal 3
Ghazi 10 tahun laki-laki mengalami osteomylitis pada kaki kiri. Tim dokter ingin
memberi vankomisin selama 6 minggu. TB 140 cm (55 inc), BB 32 kg (70
pounds), serum kreatinin 0,5 mg/dL (normal 0,5-1,5 mg/dL).
Hitung klirens kreatinin !
Metode traub and johnson : ClCr = (0,48 x TB) / SCr
Jawab :
Penyelesaian Kasus Pediatri
Soal 1
A. Identitas pasien
Nama : An. SY
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin :-
BB : 6,5 kg
B. Tatalaksana Terapi
1. Tujuan terapi
Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri pada gusi.
2. Tata laksana
a. Farmakologi
- Diberikan Sanmol 10 mg/kgBB, 3xsehari.
Soal 2
A. Identitas pasien
Nama : An. Hana
Umur : 4 minggu
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 1,5 kg
B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Kesehatan :-
2. Riwayat Terapi : Lahir minggu ke-29 kehamilan telah mendapat
obat fenobarbital untuk kejang karena asfiksia saat lahir. Saat ini diberi
dosis maintenance 7,5 mg (5mg/kg) iv daily.
C. Penyebab
Disebabkan karena adanya penggantian rute pemberian oleh tim rawat. Tim
rawat mengganti rute pemberian dari iv menjadi oral. Pada umumnya
pemberian untuk rute oral akan mengalami proses farmakokinetika yaitu
ADME sedangkan untuk rute pemberian iv langsung ke sirkulasi sistemik
sehinggga akan langsung menuju ke target. Oleh karena itu, rute pemberian
oral yang diberikan akan menurunkan konsentrasi serum dari fenobarbital.
D. Tatalaksana Terapi
1. Farmakologi
- Diberikan injeksi fenobarbital 7,5 mg (5 mg/kg) iv daily.
Soal 3
A. Identitas pasien
Nama : An. Ghazi
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 32 kg (70 pounds)
TB : 140 cm (55 inc)
B. Perhitungan ClCr
0,48 𝑥 𝑇𝐵
ClCr = 𝑆𝑐𝑟
0,48 𝑥 140 𝑐𝑚
= 0,5 𝑚𝑔/𝑑𝐿
B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Hipotiroid
4. Riwayat Terapi : Diobati dengan levotiroksin 88 mcg p.o
E. Tatalaksana Terapi
1. Non farmakologi
- makan dalam porsi kecil namun sering
- menghidari makanan yang berlemak dan bersantan
- Akupresur
2. Farmakologi
Diberikan Dexamethasone injeksi dengan dosis 5 mg/hari. Hal ini
dikarenakan ibu hamir telah mengalami hiperemesis gravidarum yang
ditandai dengan mual muntah yang parah, dehidrasi dan penurunan berat
badan > 5% dari berat badan prahamil.
b. Farmakologi
Diberikan obat antibiotik gol. sefalosporin dikarenakan peny. ISK
pada pasien disebabkan karena adanya infeksi bakteri E.Coly. Gol.
Sefalosporin yang digunakan yakni cephalexin dengan 500 mg 2
kali/hari.
KASUS GERIATRIK
Soal 1
BW akhirnya dibawa ke IGD karena ada ‘getaran’. Di IGD getaran atau kejang
nampak di tangan kiri dan berkembang menjadi kejang tonik klonik. Loading dose
fenitoin diberikan 1000 mg infus iv selama 30 menit. Setelahnya diruang
perawatan diberi fenitoin 300 mg per oral. Bagaimana dengan terapi pasien ?
Soal 2
TD 110/66 mmHg, urin output 20-30 ml/jam selama 4 jam setelah diberi
ketorolac. Apa permasalahan pasien ? (faktor resiko obat pada kondisi pasien).
JAWAB :
Soal 1
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. BW
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 54,4 kg
B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Eksaserbasi akut heart failure / HF
4. Riwayat Terapi : Diberikan furosemide 40 mg oral, fenitoin
diberikan 1000 mg infus iv selama 30 menit, setelahnya diruang perawatan
diberi fenitoin 300 mg per oral.
C. Permasalahan Pasien
- Diberikan furosemide 40 mg oral namun hanya sedikit mengalami
pengeluaran urin dan pengurangan symptom.
- Pasien akhirnya dibawa ke IGD karena ada ‘getaran’. Di IGD getaran
atau kejang nampak di tangan kiri dan berkembang menjadi kejang
tonik klonik.
- Pasien mengeluh mengantuk, gaya jalan tidak stabil dan agak
mengangkang.
B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Pasien sejarah HF berat, angina
4. Riwayat Terapi : di terapi dengan lisinopril 10 mg/hari, furosemid
40 mg/hari, aspirin 81 mg/hari, ISDN 30 mg/hari. Dosis lisinopril
dinaikkan menjadi 20 mg/hari dan furosemid menjadi 40 mg 2x/hari.
C. Permasalahan Pasien
Pasien memiliki sejumlah faktor risiko untuk pengembangan gagal ginjal
akut yang diinduksi oleh obat. Angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor diindikasikan untuk manajemen HF dan meningkatkan fungsi ginjal
dengan meningkatkan curah jantung. Namun, mereka dapat mengurangi
tekanan filtrasi kapiler glomerulus arteriol eferen dan memicu gagal ginjal
akut pada pasien yang memiliki kecenderungan. Insiden azotemia 13% telah
dilaporkan pada penghuni LTCF yang memulai pengobatan NSAID.
Konsentrasi natrium serum rendah, diuretik dosis tinggi, diabetes, gagal
jantung berat, penggunaan ACE inhibitor jangka panjang, dan penggunaan
NSAID bersamaan adalah semua faktor risiko untuk obat-obatan. gagal ginjal
akut yang diinduksi. Pasien dengan faktor-faktor risiko ini harus dipantau
secara ketat ketika inhibitor ACE dimulai dan ketika dosis inhibitor ACE
meningkat. Prostaglandin ginjal (PGE 2, PGI2) menambah atau membantu
mempertahankan aliran darah ginjal ketika fungsi ginjal terganggu oleh
penyakit ginjal intrinsik, gagal jantung, penyakit hati dengan asites, atau
hipertensi; Oleh karena itu, penggunaan inhibitor prostaglandin seperti
ketorolac menempatkan pasien pada peningkatan risiko gagal ginjal akut.
Selanjutnya, dosis ketorolak berlebihan untuk pasien berdasarkan dosis
maksimal yang disarankan 15 mg setiap 6 jam untuk pasien usia lanjut.