Anda di halaman 1dari 13

FARMASI KLINIK

“KASUS GERIATRIK”

OLEH :

KELOMPOK III

KELAS C

INKA KRISTINA O1A1 16 094


RAHMAWATI FAHINU O1A1 16 104
SYINTIA INDAH SARI O1A1 16 110
WA ODE NURFINTI O1A1 16 116
FAHMI ALFURQON O1A1 16 122
FITRAH FAJRIANI HAMING O1A1 16 127

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KASUS PEDIATRIK

Soal 1
SY umur 4 bulan, BB 6,5 kg yang mulai tumbuh gigi. Orang tuanya meminta
saran untuk mengatasi nyeri anak SY. Apa terapi yang disarankan?

Soal 2
Hana BB 1,5 kg, umur 4 minggu, lahir minggu ke-29 kehamilan telah mendapat
obat fenobarbital untuk kejang karena asfiksia saat lahir (gangguan pengangkutan
oksigen ke jaringan tubuh akibat terganggunya fungsi paru, pembuluh darah atau
jaringan tubuh misal alveolus terisi air, infeksi bakteri, gas CO). Saat ini diberi
dosis maintenance 7,5 mg (5 mg/kg) iv daily. Tim rawat ingin mengganti ke oral.
Konsentrasi serum fenobarbital selama terapi iv adalah 17,5 mcg/ml (range 15-40
mcg/ml). Konversi ke oral dosis 7,5 mg/hari menghasilkan konsentrasi serum 8,9
mcg/ml. Setelah terapi 1 minggu. Apa faktor penyebab dan bagaimana
mengatasinya ?

Soal 3
Ghazi 10 tahun laki-laki mengalami osteomylitis pada kaki kiri. Tim dokter ingin
memberi vankomisin selama 6 minggu. TB 140 cm (55 inc), BB 32 kg (70
pounds), serum kreatinin 0,5 mg/dL (normal 0,5-1,5 mg/dL).
Hitung klirens kreatinin !
Metode traub and johnson : ClCr = (0,48 x TB) / SCr

KASUS IBU HAMIL


Suci 29 tahun G1,P1 hamil 8 minggu. Riwayat penyakt hipotiroid yang
saat ini diobati dengan levotiroksin 88 mcg p.o. bagaimana potensi teratogenitas
atau birth defects?
Pada minggu 10 mengeluh mual dan muntah 2-3x/minggu. Dia masih
mampu makan 2x / hari. BB saat ini 72 kg, muntah setiap mencium bau ikan, saus
sambal, dan kacang-kacangan. Dia mencoba menghindari makanan tersebut dan
mencoba crackers, namun mual muntah masi terjadi. Bagaimana penanganan
mual muntah.
Suci kembali ke klinik pada minggu ke-12 kehamilan, BB turun 4 kg tiga
minggu terkahir dan susah minum (juga minum obat) selama 2 minggu terakhir
merasa dehidrasi dan pusing. Suci direkomendasikan ke RS. Bagaimana tata
laksana terapi untuk kontrol mual muntah.
Umur kehamilan 30 minggu (mual muntah teratasi), merasa dada terasa
panas terbakar / heart burn yang semakin memburuk ketika berbaring. Apa
penyebabnya, dan bagaimana pengatasannya?
Pada umur kehamilan 31 minggu, pemeriksaan urine positif mengandung
leukosit esterase dan nitrat dan hasil urinalisis menunjukan 105 colony forming
units / CFU E.Coly. ia tidak mengelu dengan frekuensi dan urgensi ketika BAK
dan tidak demam (suhu 37,1o C). Mengaku tidak ada alergi obat. Apa faktor
resiko ISK dan bagaimana tata laksana terapi ?

Jawab :
Penyelesaian Kasus Pediatri
Soal 1
A. Identitas pasien
Nama : An. SY
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin :-
BB : 6,5 kg

B. Tatalaksana Terapi
1. Tujuan terapi
Untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri pada gusi.
2. Tata laksana
a. Farmakologi
- Diberikan Sanmol 10 mg/kgBB, 3xsehari.
Soal 2
A. Identitas pasien
Nama : An. Hana
Umur : 4 minggu
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 1,5 kg

B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Kesehatan :-
2. Riwayat Terapi : Lahir minggu ke-29 kehamilan telah mendapat
obat fenobarbital untuk kejang karena asfiksia saat lahir. Saat ini diberi
dosis maintenance 7,5 mg (5mg/kg) iv daily.

C. Penyebab
Disebabkan karena adanya penggantian rute pemberian oleh tim rawat. Tim
rawat mengganti rute pemberian dari iv menjadi oral. Pada umumnya
pemberian untuk rute oral akan mengalami proses farmakokinetika yaitu
ADME sedangkan untuk rute pemberian iv langsung ke sirkulasi sistemik
sehinggga akan langsung menuju ke target. Oleh karena itu, rute pemberian
oral yang diberikan akan menurunkan konsentrasi serum dari fenobarbital.

D. Tatalaksana Terapi
1. Farmakologi
- Diberikan injeksi fenobarbital 7,5 mg (5 mg/kg) iv daily.
Soal 3
A. Identitas pasien
Nama : An. Ghazi
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 32 kg (70 pounds)
TB : 140 cm (55 inc)

B. Perhitungan ClCr
0,48 𝑥 𝑇𝐵
ClCr = 𝑆𝑐𝑟

0,48 𝑥 140 𝑐𝑚
= 0,5 𝑚𝑔/𝑑𝐿

= 134,4 ml/mnt/1,73 m2 (normal)


Range ClCr laki-laki 97-137 ml/mnt.

Penyelesaian Kasus Ibu Hamil


A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Suci
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 72 kg

B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Hipotiroid
4. Riwayat Terapi : Diobati dengan levotiroksin 88 mcg p.o

C. Potensi teratogenitas atau birth defects


Potensi teratogenitas obat levotiroksin pada janin selama kehamilan tidak
menunjukkan adanya keberadaan peningkatan resiko untuk terjadinya
kelainan janin selama kehamilan. Hal ini dikarenakan obat levotiroksin
merupakan obat kategori kehamilan A.

D. Penanganan mual muntah


Diberikan suplemen vitamin B6 / pyridoxine

E. Tatalaksana Terapi
1. Non farmakologi
- makan dalam porsi kecil namun sering
- menghidari makanan yang berlemak dan bersantan
- Akupresur
2. Farmakologi
Diberikan Dexamethasone injeksi dengan dosis 5 mg/hari. Hal ini
dikarenakan ibu hamir telah mengalami hiperemesis gravidarum yang
ditandai dengan mual muntah yang parah, dehidrasi dan penurunan berat
badan > 5% dari berat badan prahamil.

F. Penyebab dan Pengatasan


1. Penyebab dada terasa panas terbakar / heart burn yang semakin
memburuk ketika berbaring yakni karena pasien suci mengalami mual
muntah yang parah dan sering serta nafsu makan berkurang yagn dapat
menyebabkan kenaikan asam lambung sehingga pasien mengalami heart
burn/ dada terasa panas terbakar.
2. Pengatasannya
a. Non farmakologi
 Modifikasi gaya hidup dan pola makan
 Menghindari alkohol, tembakau dan kafein
 Menghindari makanan 3 jam sebelum tidur
 Makan dalam porsi kecil namun sering
b. Farmakologi
Dapat digunakan dengan obat golongan antagonis reseptor H2 yakni
cimetidin injeksi dengan dosis 300 mg setiap 6 jam

G. Faktor resiko ISK dan Tata laksana terapi


1. Faktor resiko ISK
a. Jenis kelamin. Dimana secara anatomi uretra perempuan memiliki
panjang sekitar 4 cm dan terleak di dekat anus. Hal ini menjadikanya
rentan untuk terkena kolonisasi bakter basil gram negatif.
Karenanya, perempuan lebih rentan terkena ISK.
b. Kehamilan. iSK sering kali menyerang perempuan ami dengan
prevalensi rerata sekitar 10 %. Hal ini dikaitkan adanya perubahan
fisiologis perempuan yang sedang hamil seperti pengaruh hormon
progesteron dan obstruksioleh uterus yang menyebabkan dilatasi
sistem pelviokalises dan ureter.
c. Adanya infeksi bakteri E.Coly pada saluran kemih. Hal ini dilihat
setelah dilakukan pemeriksaan lab yakni pemeriksaan urine positif
mengandung leukosit esterase dan nitrat dan hasil urinalisis
menunjukan 105 colony forming units / CFU E.Coly
2. Tata laksana terapi
a. Non Farmakologi
1) Pola hidup
2) Minum air putih yang banyak
3) Buang air kecil secara tuntas
4) Hindari memakai celana yang terlalu ketat yang akan membuat
panas dan basah/berkeringat, membuat area tersebut mudah
untuk ditumbuhi bakteri
5) Menjaga kebersihan lingkungan

b. Farmakologi
Diberikan obat antibiotik gol. sefalosporin dikarenakan peny. ISK
pada pasien disebabkan karena adanya infeksi bakteri E.Coly. Gol.
Sefalosporin yang digunakan yakni cephalexin dengan 500 mg 2
kali/hari.
KASUS GERIATRIK

Soal 1

BW perempuan umur 75 tahun, BB 54,4 kg. Konsentrasi serum kreatinin 1,9


mg/dl mengalami eksaserbasi akut heart failure / HF. Diberikan furosemide 40
mg oral namun hanya sedikit mengalami pengeluaran urin dan pengurangan
symptom. Apa yang terjadi dengan pasien, bagaimana mengatasi ?

BW akhirnya dibawa ke IGD karena ada ‘getaran’. Di IGD getaran atau kejang
nampak di tangan kiri dan berkembang menjadi kejang tonik klonik. Loading dose
fenitoin diberikan 1000 mg infus iv selama 30 menit. Setelahnya diruang
perawatan diberi fenitoin 300 mg per oral. Bagaimana dengan terapi pasien ?

Konsentrasi albumin BW diketahui 2,2 g/dl, sodium 140 mEq/L. konsentrasi


serum fenitoin 15 mcg/ml. BW mengeluh mengantuk, gaya jalan tidak stabil dan
agak mengangkang. Apa penyebabnya dan apakah dosis harus disesuaikan ?

Soal 2

Ny. SI umur 85 tahun BB 46 kg mengeluh napas pendek-pendek dan nyeri dada


dan merasa tidak infark miokard. Serum kreatinin 1,6 mg/dl. Dokter menduga
over sedasi dari peresepan narkotika dan ketorolac 30 mg tiap 6 jam iv.

Pasien sejarah HF berat, angina di terapi dengan lisinopril 10 mg/hari, furosemid


40 mg/hari, aspirin 81 mg/hari, ISDN 30 mg/hari. Dosis lisinopril dinaikkan
menjadi 20 mg/hari dan furosemid menjadi 40 mg 2x/hari.

TD 110/66 mmHg, urin output 20-30 ml/jam selama 4 jam setelah diberi
ketorolac. Apa permasalahan pasien ? (faktor resiko obat pada kondisi pasien).
JAWAB :

Soal 1

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. BW
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 54,4 kg

B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Eksaserbasi akut heart failure / HF
4. Riwayat Terapi : Diberikan furosemide 40 mg oral, fenitoin
diberikan 1000 mg infus iv selama 30 menit, setelahnya diruang perawatan
diberi fenitoin 300 mg per oral.

C. Permasalahan Pasien
- Diberikan furosemide 40 mg oral namun hanya sedikit mengalami
pengeluaran urin dan pengurangan symptom.
- Pasien akhirnya dibawa ke IGD karena ada ‘getaran’. Di IGD getaran
atau kejang nampak di tangan kiri dan berkembang menjadi kejang
tonik klonik.
- Pasien mengeluh mengantuk, gaya jalan tidak stabil dan agak
mengangkang.

D. Yang terjadi pada pasien dan Pengatasannya


- Setelah diberikan furosemide 40 mg oral namun hanya sedikit
mengalami pengeluaran urin dan pengurangan symptom. Hal ini dapat
menyebabkan pasien mengalami edema (pembengkakan) pada jantung.
Sehingga dapat dilakukan pengatasan dengan mengganti rute pemberian
obat dari oral ke IV dengan obat yang sama yakni furosemid 20 mg/mL
per 24 jam dan dilakukan pemasangan kateter pada pasien.

E. Terapi Kejang Tonik Klonik


Untuk terapinya yakni fenitoin 300 mg tetap dilanjutkan dan tetap
diberikan injeksi IV obat furosemid untuk mengatasi pengeluaran urin dan
pengurangan symptom.

F. Penyebab dan apakah dosis harus disesuaikan


- Penyebab adanya keluhan pasien mengantuk, gaya jalan tidak stabil dan
agak mengangkang adalah efek samping dari pemberian fenitoin.
Apabila pasien bebas kejang selama 1 hari maka fenitoin dapat
dihentikan.
- Dikarenakan albumin dari pasien rendah maka diberikan tambahan
albumin infus 1 kolf/hari.
Soal 2
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SI
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 46 kg

B. Riwayat Pasien
1. Riwayat Sosial :-
2. Riwayat Keluarga :-
3. Riwayat Penyakit : Pasien sejarah HF berat, angina
4. Riwayat Terapi : di terapi dengan lisinopril 10 mg/hari, furosemid
40 mg/hari, aspirin 81 mg/hari, ISDN 30 mg/hari. Dosis lisinopril
dinaikkan menjadi 20 mg/hari dan furosemid menjadi 40 mg 2x/hari.

C. Permasalahan Pasien
Pasien memiliki sejumlah faktor risiko untuk pengembangan gagal ginjal
akut yang diinduksi oleh obat. Angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor diindikasikan untuk manajemen HF dan meningkatkan fungsi ginjal
dengan meningkatkan curah jantung. Namun, mereka dapat mengurangi
tekanan filtrasi kapiler glomerulus arteriol eferen dan memicu gagal ginjal
akut pada pasien yang memiliki kecenderungan. Insiden azotemia 13% telah
dilaporkan pada penghuni LTCF yang memulai pengobatan NSAID.
Konsentrasi natrium serum rendah, diuretik dosis tinggi, diabetes, gagal
jantung berat, penggunaan ACE inhibitor jangka panjang, dan penggunaan
NSAID bersamaan adalah semua faktor risiko untuk obat-obatan. gagal ginjal
akut yang diinduksi. Pasien dengan faktor-faktor risiko ini harus dipantau
secara ketat ketika inhibitor ACE dimulai dan ketika dosis inhibitor ACE
meningkat. Prostaglandin ginjal (PGE 2, PGI2) menambah atau membantu
mempertahankan aliran darah ginjal ketika fungsi ginjal terganggu oleh
penyakit ginjal intrinsik, gagal jantung, penyakit hati dengan asites, atau
hipertensi; Oleh karena itu, penggunaan inhibitor prostaglandin seperti
ketorolac menempatkan pasien pada peningkatan risiko gagal ginjal akut.
Selanjutnya, dosis ketorolak berlebihan untuk pasien berdasarkan dosis
maksimal yang disarankan 15 mg setiap 6 jam untuk pasien usia lanjut.

Anda mungkin juga menyukai