2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kasus
Dilema Etik pada Pasien Eutanasia”
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis
mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih untuk semuanya yang sudah mau membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik. Semoga
makalah "Kasus Dilema Etik pada Pasien Eutanasia” ini bermanfaat bagi kita semua.
PENYUSUN
Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk kehidupan orang lain
sehingga semua aspek keperawatan mempunyai komponen etika. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, maka permasalahan etika kesehatan menjadi
permasalahan etika keperawatan pula.
Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas) telah menjadi
masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien, masyarakat maupun pemberi
asuhan kesehatan. Masalah etika menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan
ilmu dan tehnologi yang secara dramatis dapat mempertahankan atau memperpanjang
hidup manusia. Pada saat yang bersamaan pembaharuan nilai sosial dan pengetahuan
masyarakat menyebabkan masyarakat semakin memahami hak – hak individu, kebebasan
dan tanggungjawab dalam melindungi hak yag dimiliki. Adanya berbagai faktor tersebut
sering sekali membuat tenaga kesehatan menghadapi berbagai dilema. Setiap dilema
membutuhkan jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk
pasien atau baik untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik.
Berbagai permasalahan etik yang dihadapi oleh perawat telah menimbulkan konflik
antara kebutuhan pasien (terpenuhi hak) dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Contoh nyata yang sering dijumpai dalam praktek keperawatan adalah
euthanasia, penolakan tindakan transfusi darah, dan penolakan transplantasi organ.
Menghadapi dilema semacam ini diperlukan penanganan yang melibatkan seluruh
komponen yang berpengaruh dan menjadi support system bagi pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari dilema etik ?
2. Apa definisi dari eutanasia ?
3. Contoh kasus dilema etik ?
4. Bagaimana cara pemecahan kasus dilema etik ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menganalisa pemecahan masalah dilema etik kasus eutanasia.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dilema etik.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu eutanasia.
c. Mahasiswa dapat memberi contoh kasus dilema etik.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemecahan kasus dilema etik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dilema Etik
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yang etis seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional (Thomson & Thomson, 1985).
Kerangka pemecahan dilema etik pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan/ pemecahan masalah secara scientific.
2. Eutanasia
Eutanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (mudah, bahagia, baik) dan thanatos
(meninggal dunia) sehingga diartikan meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Menurut Oxfort English Dictionary eutanasia berarti tindakan untuk mempermudah mati
dengan tenang dan mudah.
Dilihat dari aspek bioetis, eutanasia terdiri atas eutanasia volunter, involunter, aktif
dan pasif. Pada kasus eutanasia volunter klien secara suka rela dan bebas memilih untuk
meninggal dunia. Pada eutanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian
dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali melanggar keinginan
klien. Eutanasia aktif merupakan suatu tindakan yang disengaja yang menyebabkan klien
meninggal misalnya pemberian injeksi obat letal. Eutanasia pasif dilakukan dengan
menghentikan pengobatan atau perawatan suportif yang mempertahankan hidup
(misalnya antibiotika, nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh klien).
Eutanasia pasif sering disebut sebagai eutanasia negatif dapat dikerjakan sesuai dengan
keputusan IDI.
Di Indonesia tindakan eutanasia tidak dibenarkan menurut undang – undang, tujuan
dari eutanasia aktif adalah mempermudah kematian klien. Sedangkan eutanasia pasif
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan klien namun membiarkannya
dapat berdampak pada kondisi klien yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk
mempercepat kematian. Batas kedua hal tersebut kabur bahkan sering kali merupakan hal
yang membingungkan bagi pengambil keputusan tindakan keperawatan (Priharjo, 1995).
Eutanasia aktif merupakan tindakan yang melanggar hukum dan dinyatakan dalam
KUHP pasal 338, 339, 345 dan 359.
PEMBAHASAN KASUS
1. Kasus
Tn. B berusia 40 tahun. Seorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya
(Memilih untuk mati, Tn. B mengalami kebutaan, diabetes yang parah dan menjalani
dialisis). Ketika Tn. B mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahan
kan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur
dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga
menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak
meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma, rumah sakit akhirnya menyerahkan
kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan antara
keinginan / hak meninggal Tn. B dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan
kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn. B yang memilih untuk mati.
Perawat B menyatakan bahwa semua anggota / staf yang berada dirumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh, sedangkan perawat C mengatakan bahwa
yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan interaksi
antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahan
kan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan
klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi
yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai – nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan
tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan
keperawatan dapat dipertahankan.
B. Saran
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama – sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA
http://zuhrinatiana.blogspot.co.id/2012/11/ikd-dilema-etik_9.html