Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
diberikannya kesehatan kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari dosen
Pengajar HJ. ASNIWATI,S.Pd,.M.Pd. makalah yang diberi tema “HAK DAN
KEWAJIBAN ANAK PASAL 13”

Dalam penulisan makalah ini kami sangat berterimakasih kepada Ibu HJ.
ASNIWATI,S.Pd,.M.Pd yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menulisnya. Tidak lupa kepada teman-teman yang turut membantu dalam
penulisan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu maka
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman semua, agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
lingkungan pendidikan dan dapat menjadi bahan untuk belajar.

Banjarmasin, Oktober 2014

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Perlindungan Anak ....................................................................................... 3
B. Hak dan Kewajiban Anak ............................................................................ 4
C. Kewajiban dan Tanggung jawab .................................................................. 5
D. Penyelenggaraan Perlindungan .................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia sendiri ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang anak, misalnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 4 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak dan Berbagai peraturan lain yang berkaitan dengan

masalah anak. Social Commison dari Economic and Social Council menyatakan,

bahwa:

a. Di Bima, Ceylon dan Pakistan, seorang anak dibawah usia 7 tahun dianggap
tidak melakukan kejahatan;

b. Di Jepang, tindak pidana atau pelanggaran yang dilakukan oleh kurang dari
14 tahun tidak dapat dihukum;

c. Di Filipina, anak-anak dibawah 9 tahun tidak dapat dipertanggung jawabkan


secara criminal;

d. Di Bima Ceylon dan Pakistan, seorang anak diantara umur 7 tahun dan
dibawah 12 tahun dan Filipna seorang anak di antara umur 9 tahun dan
dibawah 15 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana
yang dilakukannya, apabila ia pada waktu melakukannya belum dapat
menghayati bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja hak dan kewajiban anak berdasarkan UU perlindungan anak?


2. Bagaimana cara perlindungan terhadap anak?

1
3. bagaimana kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak dalam UU?
4. Bagaimana cara memberikan perlindungan terhadap anak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban anak berdasarkan UU perlindungan


anak

2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan perlindungan terhadap anak

3. Untuk mengetahui kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak dalam UU

4. Mengetahui bagaimana cara memberikan perlindungan terhadap anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlindungan Anak

Anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah masa depan
bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehinga negara berkewajiban
memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,
berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Selain
pemerintah masyarakat, keluarga, dan khususnya orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Untuk itu
pemerintah mengeluarkan atau mengesahkan undang-undang tentang
perlindungan anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002 dengan tujuan perlindungan
terhadap anak memiliki dasar hukum yang kuat, mengingat kita ini hidup dinegara
hukum.

Didalam UU No. 23 Tahun 2002 dijelaskan definisi perlindungan anak


didalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (2) yang berbunyi “Perlindungan anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungai anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”.

Anak dalam keadaan tertentu itu akan mendapatkan perlindungan khusus.


Mengenai definisi perlindungan khusus itu sendiri dalam UU No. 23 Tahun 2002
diatur pada pasal 1 ayat 15 yang berbunyi “Perlindungan khusus adalah
perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang
berhadapat dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak
yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksuat, anak yang diperdagangkan,

3
anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainya (napza), anak yang menyandang cacat, dan anak korban
perlakuan salah dan penelantaran.

B. Hak dan Kewajiban Anak

Hak-hak yang dimiliki oleh anak secara jelas diatur di dalam UU No. 23 Tahun
2002. Pasal-pasal yang berkaitan dengan hak yang dimiliki oleh anak diataranya
sebagai berikut.

◦ Pasal 4 mengenai hak untuk melangsukan kehidupan dan berpartisipasi secara


wajar dan mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

◦ Pasal 8 mengenai hak untuk mendapat pelayanan kesehatan.

◦ Pasal 9 (1) mengenai hak untuk memperoleh pendidikan yang layak.

◦ Pasal 9 (2) jika anak mengalami cacat juga mendapat hak untuk memperoleh
pendidikan luar biasa.

◦ Pasal 10 mengenai hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya serta


kebebasan mendapatkan informasi yang sesuai dengan kemampuan dan usianya.

◦ Pasal 11 mengenai hak untuk istirahat dan memanfaatkan waktu luang, serta
berinteraksi dengan teman sebaya, berekreasi, dan berkreasi.

◦ Pasal 12 mengenai hak untuk mendapatkan fasilitas rehabilitasi, bantuan sosial


dan pemeliharaan taraf kesejahteraan bagi yang menyandang cacat.

◦ Pasal 13 (1) hak utuk mendapat perlindungan bagi anak yang dibawah orang
tua asuh atau wali.

◦ Pasal 14 hak untuk mendapat pengasuhan dari orang tuanya sendiri.

4
◦ Pasal 15 hak untuk mendapat perlindungan dari kegiatan yang mengancam
nyawanya.

C. Kewajiban dan Tanggung jawab

Secara umum penyelenggaraan perlindungan anak dilaksanakan oleh


pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua yang kesemuanya bertanggung
jawab dalam menjamin pelaksanaanya tanpa terkecuali. Hal itu secara jelas diatur
dalam pasal 20 UU No. 23 Tahun 2002. Selain itu pada pasal 21 UU No. 23
Tahun 2002 Mewajibkan bahwa pemerintah harus menghormati hak asasi anak
tanpat membeda-bedakan baik secara fisik, latar belakang, maupun status hukum
anak. Sedangkan dalam pasal 26 (1) itu mewajibkan orang tua dan keluarga untuk
menjamin kehidupan anak, dan menjamin pertumbuhan anak dan menjaga anak
agar tidak kawin pada usia muda.

Kedudukan anak dalam keluarga khususnya yang menyangkut identitas


anak sudah jelas diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 pasal 27 (1,2,3,4) yang
menyatakan bahwa identitas anak harus diberikan sejak kelahiranya dalam bentuk
akta kelairan. Dalam pembuatan akte kelahiran itu harus ada saksinya yaitu orang
yang menyaksikan atau membantu proses kelahiranya. Sedangkan untuk anak
yang proses kelahiranya tidak diketahui dan keberadaannya tidak diketahui (anak
yang dibuang) maka dalam pembuatan akte kelahiran itu atas nama orang yang
menemukan.

D. Penyelenggaraan Perlindungan

Penyelenggaraan perlindungan dalam hal pendidikan pemerintah wajib


menyelenggarakan pendidikan dasar 9 tahun, serta pemerintah maupun orang tua
harus memberikan kebebasan kepada anak untuk mendapatkan pendidikan.
Mengenai hak anak untuk mendapatkan pendidikan diatur didalam pasal 48, 49,
50, 51, 52, 53 (1), 54. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang sudah jelas diatur

5
didalam pasal yang tersebut diatas terkadang tidak sesuai antara bunyi pasal
dengan praktek dilapangan. Salah satu contoh misalnya, di daerah-daerah pelosok
untuk hal pendidikan yang sudah menjadi hak untuk setiap anak mungkin tidak
seimbang atau kurang layak. Masih banyak daerah-daerah terpencil yang sarana
dan prasarana pendidikan mulai dari gedung belajar, tenaga pendidik, buku, dan
lain-lain, yang kesemuanya dapat dikatakan kurang memadai atau menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi terganggu.

Pasal 45 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan :

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya.

(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai
anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun
perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menegaskan sebagai


berikut:

(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari


perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan

6
f. perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.

Catatan 1;

Bila belum ada putusan hukum, namun seorang ayah/ibu melarang anak untuk
bertemu orangtuanya, jelas dan tegas tindakan larangan tersebut dapat dianggap
sebgai bentuk kekerasan terhadap mental anak dan larangan tersebut dapat
diindikasikan bahwa si orang tersebut selaku orang tua telah mengabaikan dengan
sengaja kewajibannya dan larangan tersebut juga tergolong sebagai perbuatan
eksploitasi anak untuk memperoleh keuntungan pribadinya karena dengan
demikian secara tidak langsung telah memutus hubungan anak dengan
orangtuanya.

Dalam penjelasan Pasal 13 ayat (1) huruf (c) UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak terdapat penjelasan sebagai berikut :

“Perlakuan penelantaran, misalnya tindakan atau perbuatan mengabaikan dengan


sengaja kewajiban untuk memelihara, merawat, atau mengurus anak sebagaimana
mestinya”.

Tindakan seorang ayah/ibu melarang anak untuk bertemu orangtuanya jelas


merupakan Perlakuan penelantaran anak karena dengan tindakan larangan tersebut
si ayah/ibu telah mengabaikan kepentingan si anak yang mengakibatkan anak
mengalami kerugian, baik materiil maupun moril.

Untuk itu, orang tersebut dapat dijerat dengan pasal 77 UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang menyatakan :

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan :

7
a. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian,
baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya; atau

b. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau


penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial,

c. dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Jadi usaha yang dapat dilakukan tentunya melaporkan masalah tersebut kepihak
kepolisian terdekat yang wilayahnya mencakup keberadaan si anak.

Catatan 2;

Bila sudah ada putusan hukum yang mengatur pembagian waktu asuh bagi ayah
maupun ibu, tapi tetap tidak diperbolehkan bertemu anaknya, hal ini kita bisa
melihat pada pasal dibawah ini.

Pasal 14 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan :

“Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah
demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir”.

Dalam penjelasannya ditegaskan bahwa, “Pemisahan yang dimaksud dalam


ketentuan ini tidak menghilangkan hubungan anak dengan orang tuanya”. Jadi,
meskipun sudah ada ketentuan hukumnya yang menyatakan salah satu orang tua
sebagai pemegang “kuasa asuh anak”, tetap tidak ada alasan untuk melarang
orang tua lain bertemu dengan anaknya.

Bahwa kemudian tetap ada larangan, tentunya pihak yang melarang tersebut dapat
diadukan ke pihak berwajib berdasarkan ketentuan-ketentuan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak .

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelenggaraan perlindungan dalam hal pendidikan pemerintah


wajib menyelenggarakan pendidikan dasar 9 tahun, serta pemerintah
maupun orangtua harus memberikan kebebasan kepada anak untuk
mendapatkan pendidikan. Mengenai hak anak untuk mendapatkan
pendidikan diatur didalam pasal 48, 49, 50, 51, 52, 53 (1), 54.
Hak untuk mendapatkan pendidikan yang sudah jelas diatur
didalam pasal yang tersebut diatas terkadang tidak sesuai antara bunyi
pasal dengan praktek dilapangan. Salah satu contoh misalnya, di daerah-
daerah pelosok untuk hal pendidikan yang sudah menjadi hak untuk setiap
anak mungkin tidak seimabang atau kurang layak. Masih banyak daerah-
daerah terpencil yang sarana dan prasarana pendidikan mulai dari gedung
belajar, tenaga pendidik, buku, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat
dikatakan kurang memadai atau menyebabkan proses belajar mengajar
menjadi terganggu.

B. Saran

Yang dapat kami sarankan adalah dalam mengembangkan


kreativitas anak, kita sebagai pendidik maupun orangtua, hal pertama
yang kita berikan pada anak adalah kesempatan dalam memperoleh hak
dan kewajiban yang mereka miliki.. Kesempatan untuk anak
mengungkapkan pemikiran dan idenya dan sebagai orang tua ataupun
pendidik hendaknya kita menyediakan fasilitas yang menunjang bagi anak,
agar kreativitas anak berkembang dengan sebagai mana mestinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

UU RI NO.23 TAHUN 2002 tentang PERLINDUNGAN ANAK. 2009.


SURABAYA. KESINDO UTAMA

https://id-
id.facebook.com/KonsultasiDanDebatHukum/posts/222683377859480

10

Anda mungkin juga menyukai