Kel 1
Kel 1
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Judul makalah ini adalah “PRODUK
UNGGULAN KOPI CANGGAH KHAS DESA CUPUNAGARA DAN PENGEMBANGAN
BIAYA” sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah “Kewirausahaan”, dimana di
dalamnya membahas tentang produk unggulan dan pengembangan biayanya.
Pada kesempatan ini kami kelompok 1 menyampaikan terima kasih kepada Ibu Rohanta Siregar,
MM, M.Kes selaku pembimbing mata kuliah “Kewirausahaan” yang telah membimbing kami
hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dari hasil makalah ini, baik dari segi tata bahasa susunan kalimat maupun isi. Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang membangun
penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang berguna bagi peningkatan dan
pengembangan pemahaman kita tentang berbagai teori belajar menurut para ahli.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................... 5
1.3 Manfaat penulisan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6
2.1 Pengertian ............................................................................................... 6
A. Definisi produk unggulan ........................................................................ 6
B. Definisi daya saing ................................................................................. 9
C. Defenisi Kompetensi Inti (core competence).............................. ......... 10
2.2 Tujuan .................................................................................................. 10
2.3 Peraturan menteri dalam negeri ........................................................... 10
2.4 Contoh produk unggulan daerah Subang kopi canggah ....................... 10
2.5 Pengembangan biaya ........................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
A. Definisi produk unggulan daerah
Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki
dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yang diproduksi berdasarkan pertimbangan
kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan
teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya
setempat) yang berkembang di lokasi tertentu.
Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses membangun dialog dan kemitraan aksi
para pihak yang meliputi pemerintah daerah, para pengusaha, dan organisasi-organisasi
masyarakat lokal. Pilar-pilar pokok strateginya adalah meningkatkan daya tarik, daya tahan, dan
daya saing ekonomi lokal.
Produk unggulan adalah produk yang potensial dikembangkan pada suatu wilayah
dengan memanfaatkan SDA dan SDM lokal yang berorientasi pasar dan ramah lingkungan.
Sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan siap menghadapi persaingan global (Kementerian
Koperasi &UKM). Sedangkan Prof.Dr.Ir.Soemarno,MS dalam bahan kajian starategi
Pengembangan Wilayah Berbasis Agribisnis memaparkan Produk Unggulan atau Komoditi
unggulan itu merupakan hasil usaha masyarakat pedesaan dengan kriteria :
a) Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga
murah)
b) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan
c) Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan
d) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan
kemampuan sumberdaya manusia
e) Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah,inventarisasi potensi
wilayah/masyarakat/daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola
pengebangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah
inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi produk-produk
potensial, andalan dan unggulan daerah pada tiap-tiap sub sektor.
Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk,
menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi kesempatan kerja,
mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk
meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki
6
daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau
menembus pasar ekspor (Sudarsono, 2001).
Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana salatiga, adalah komoditi yang
memenuhi persyaratan kecukupan sumberdaya local, keterkaitan komoditas, posisi bersaing dan
potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan pengelompokkan komoditas berikut :
Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk berkembang
karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi misalnya karena kecukupan
ketersediaan sumberdaya, seperti bahan baku local, keterampilan sumberdaya local,
teknologi produksi local serta sarana dan prasarana local lainnya.
Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersandingkan
dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif
juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi
produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain.
Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah
memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif
demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang
tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saignya yang tinggi terhadap pesaing,
pendatang baru maupun barang substitusi.
Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri, bahwa berdasarkan Surat
Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, ditentukan kriteria kooditas
unggulan sebagai berikut:
1. Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian, industri, dan
jasa.
2. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif
serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun global.
3. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat).
4. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan
berkelanjutan.
5. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam kemasan
maupun pengolahannya.
6. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan
kemampuan SDM masyarakat.
7. Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya
setempat.
Menurut Sudarsono (2001), dinamika keunggulan daerah di masa mendatang ditandai
dengan mempu tidaknya daerah dalam meraih peluang menghadapi kompetisi pasar bebas baik
di tingkat regional maupun global. Beberapa langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar
daerah mampu berkompetisi antara lain :
1. Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggungjawabnya yakni hanya
bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than rowing). Sehingga peran
dan tanggungjawab pemerintah daerah hanya berkisar pada bidang-bidang dimana sector
swasta atau pihak ketiga lainnya tidak memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut,
misalnya dalam situasi terjadinya kegagalan pasar (market falure).Birokrasi Pemda harus
7
dapat berkiprah secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima untuk meraih
investasi dalam dan luar negeri.
2. Membentuk system dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga/asosiasi bisnis dan atase
perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung pemasaran produks
ekspor.Mengembangkan lembaga R & D (research and development) terhadap jenis produksi
unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan pasar (demand) dan
jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery/supply).
3. Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi industri skala
kecil dan menengah pada berbagai sector unggulan daerah, sehingga mereka dapat
menjamin dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.
4. Berperan mentransportasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai sector
unggulan produk daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas, efisiensi, dan
ekonomis.
5. Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan yang bersifat
komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai tambah (value edded) dan
menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik secara backward-linkage dan forward
linkage terhadap berbagai sector, dengan demikian dapat memperkuat posisi daerah dari
pengaruh fluktuasi ekonomi
6. Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator, stimulator,
dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat.
7. Memprioritaskan program pembangunan infrastuktur yang dibutuhkan dalam rangka
kemudahan aksebilitas usaha di bidang industri meliputi sarana transprtasi, komunikasi,
energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan umum yang baik serta situasi
lingkungan yang sehat dan aman.
Banyak penelitian dan kajian tentunya berkaitan dengan produk unggulan atau sektor
ungulan daerah, baik pendekatan menggunakan analisis Location Quotients (LQ) maupun
analisis lain. Tetapi titik beratnya sekarang bukanlah menemukan apa produk ungulan yang
ditemukan didaerah, tetapi lebih mengarah kepada tingkat keseriusan pemerintah dan masyarakat
dalam pengelolaannya.
Produk unggulan apapun yang ada tentunya diperlukan pengelolaan dan pengembangan
serta pemasaran yang sinergis. Agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Apapun produk unggulannya sangat diperlukan skenario untuk menjalankan program yang lebih
tajam dengan pengendalian rantai – rantai sbb:
a) Secara aktif memperkenalkan produk kita
b) Lirik pasar sasaran dengan memperhitungan kapasitas dan daya saing kompetitif
c) Amankan jalur distribusi produk ke konsumen, menjaga tidak terputusnya dimand –
supply
d) Produktifitas atau aktifitas produksi, meliputi ketersediaan bahan baku, sumber daya
manusia
e) Teknologi tepat guna, serta mempertimbangkan kendali mutu yang ketat
8
Harapannya adalah masyarakat bisa lebih fokus dan memiliki kepastian dalam
pengelolaan sumber daya apakah budi daya tanaman, peternakan maupun industri kecil dan
kerajinan. Dengan adanya pengelolaan dengan aksi yang berkesinambungan tentunya tidak ada
keraguan masyarakat untuk memproduksi. Karena pemerintah maupun swasta sebagai mitra
mampu mengakomodir ke jalur distribusi atau pemasaran dengan target pasar yang jelas.
Jika tidak ada pengelolaan mata rantai produksi, kapasitas dan ketersediaan bahan baku, produksi
dan Sumber Daya Manusia dan pemasaran yang jelas, produk unggulan akan tenggelam dan
terlupakan. Produk unggulan akan menjadi sebatas referensi dan presentasi. Seyogyanya produk
unggulan itu adalah yang mudah dikenal, mudah diingat, mudah ditemukan, dan Selalu
tersedia. Produk unggulan yang mencirikan suatu daerah, dan mensejahterakan masyarakat
tentunya
2.2 TUJUAN
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pertumbuhan yang tinggi dan pembangunan
berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua pihak di daerah dalam rangka meningkatkan
kesempatan kerja baru, peningkatan dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
10
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)
c) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916)
d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
e) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007)
BUMDes serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Subang pun mengedukasi
warga Desa Cupunagara tentang menanam dan memetik biji kopi arabika dengan benar.
Penyuluhan ini dirasakan membantu petani kopi seperti Tjutju, yang selama ini menjual biji kopi
gelondongan ke tengkulak dengan harga murah. Petani berusia 60 tahun yang tak paham soal
pemasaran ini merasa diuntungkan dengan adanya BUMDes Mukti Raharja. Petani pun bisa
mengantongi untung lebih besar bila menjual ke BUMDes. Harga jual biji kopi di tengkulak
hanya di kisaran Rp 5.000 per kilogram. Sementara, BUMDes Mukti Raharja mau membayar biji
kopi Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram. “Kehadiran BUMDes sangat membantu karena
saya awam di bidang pemasaran. Lagi pula saya tidak punya tenaga marketing, bagaimana
11
caranya harus mencari pembeli di luar sana. Sekarang dengan adanya BUMDes, saya cukup
menjual kopi ke BUMDes dengan harga lebih tinggi daripada harga jual di tengkulak,” kata
Tjutju. Tjuju mengaku, pendapatannya dari bertani kopi meningkat drastis. Sebelum adanya
BUMDes, ia hanya bisa memperoleh Rp 1,5 juta per bulan. Kini, ia bisa mengantongi Rp 2,5 juta
per bulan karena sudah mengetahui cara pengolahan biji kopi arabika. Selain mendapatkan
penghasilan yang lebih banyak sekarang juga sudah bisa membuka lapangan pekerjaan.
Petani kopi Desa Cupunagara mengaku lebih senang menjual biji kopi ke BUMDes
dibanding ke tengkulak. Kopi Canggah merupakan kopi arabika produksi masyarakat Desa
Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selain harga jual lebih tinggi,
pembayaran dari BUMDes juga dilakukan secara tunai dan langsung. Kepala BUMDes Mukti
Raharja Risma Wahyuni Hidayat mengatakan, Badan Usaha Milik Desa Mukti Raharja baru
berdiri akhir 2017 dengan unit usaha kopi dan air isi ulang galon. Kini, omset BUMDes ini
mencapai Rp 10 juta per bulannya dari modal awal Rp 50 juta yang berasal dari dana desa.
Dengan adanya BUMDes, nilai ekonomi kopi arabika warga Desa Cupunagara naik berkali lipat.
Biji kopi arabika dari warga desa dibeli oleh BUMDes lalu diolah dan diberi merek.
Kopi desa masuk kafe Kopi arabika dengan merek “Kopi Canggah” itu dijual ke kafe-
kafe di Kota Subang, Tasikmalaya, Cianjur, Bandung dengan harga Rp 90.000 per kilogram
dalam bentuk green bean. Saat ini, BUMDes Mukti Raharja menyediakan kopi arabika natural,
semi wash, full wash, dan honey. Kehadiran BUMDes Mukti Raharja pun membuka lapangan
kerja di Desa Cupunagara. Warga desa yang semula bekerja serabutan dikaryakan untuk
mengolah kopi. Para pekerja tersebut berhak mengantongi upah Rp 300.000 per minggu.
Besarnya permintaan akan kopi arabika khas Cupunagara membuat BUMDes perlu
mengatur pasokan kopi. Apalagi, panen kopi hanya berlangsung sejak April sampai Juli setiap
tahunnya. Salah satu pelanggan Kopi Canggah adalah Angga Maulana yang merupakan pemilik
Cafe Black Hood di Kota Subang. Pria berusia 23 tahun itu setiap bulan membeli sekitar 15
kilogram Kopi Canggah dalam bentuk roast bean dan 25 kilogram dalam bentuk green bean.
“Konsumen menyukai rasa kopi canggah yang unik, karena rasanya dominan manis seperti ada
karamelnya, berbeda dari kopi-kopi di Jawa Barat yang rasanya dominan rasa buah dengan
tingkat keasaman yang tinggi,” kata Angga Maulana.
Produktivitas warga desa meningkat seperti sekarang ini ibu-ibu rumah tangga pun kian
produktif sejak hadirnya BUMDes Mukti Raharja, Warga yang semula tak berpenghasilan
mencoba menanam kopi karena nilai ekonomis kopi arabika cukup menggiurkan. Warga
berharap, pemerintah terus membantu desa untuk menjadi mandiri, salah satunya adalah dengan
menyediakan bibit kopi. Apalagi, saat ini Desa Cupunagara belum memiliki penangkaran bibit
kopi. Walaupun sudah ada bantuan dari dinas terkait, tapi belum cukup memenuhi permintaan
warga desa
12
2.5 PENGEMBANGAN BIAYA
Faktor biaya menjadi unsur penting dalam sebuah rencana bisnis. Dari mana sumber dana
berasal, bagimana mengatur anggaran agar efesien dan usaha dapat berjalan lancar adalah tugas
penting yang harus direncanakan dalam komponen pembiayaan.
Modal awal merupakan sarat utama yang harus ada sebelum memulai usaha baru. Tahap
adanya kesiapan yang matang soal dana awal, usaha akan sering ngamlami kesulitan tentang
persoalan biaya. Sebut saja seperti persedian bahan baku, biaya pembelian peralatan produksi,
baiay pemasran dan sebagainya.
Oleh seban itu, perusahaan harus mampu memanajemen ketersediaan keuangan secara
efesien, supaya penggunaannya tidak sia-sia. Beberapa elemen penting sebagai nahan pencatatan
keuangan antara lain adalah laopran keuangan perencanaan, laporan arus kas perencanaan,
laporan neraca perencanaan dan analisis pengambilan modal. Karena bersifat sensitif, persoalan
keuangan harus berada pada tangan ahlinya.
Beberapa dokumen keuangan yang dibutuhkan untuk menyusun faktor pembiayaan, antara
lain laporan keuangan perencanaan, laporan arus kas perencanaan, laporan neraca perencanaan,
dan analisis pengembalian modal. Untuk memenuhi semua dokumen keuangan yang dibutuhkan
dalam membuat perencanaan bisnis, perusahaan dapat bekerjasama dengan jasa penyedia
layanan akuntansi untuk membuat sebuah analisis keuangan usaha.
Model pengembangan biaya produk unggulan kopi canggah cupunagar adalah inovasi.
Berdirinya usaha kopi canggah berawal dari lahan penduduk desa cupunagara yang banyak
ditanami kopi tetapi belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut dengan baik. Maka dari
itu pemerintah memberikan dana kepada desa cupunagara sebesar 1,13 miliar untuk
memperbaiki ekonomi masyarakat.
Selain itu pendapatan masyarakat desa cupunagara mengalami peningkatan yang awalnya
hanya Rp 1,5 juta/bulan menjadi Rp 2.5 juta/bulan. Kini omset BUMDes mencapai 10 juta/bulan
nya dari modal awal 50 juta yang berasal dari dana desa. Semakin majunya usaha kopi tersebut
masyarakat membentangkan usaha mereka lebih luas lagi seperti dijual dikafe-kafe dikota
Subang, Tasikmalaya, Cianjur, Bandung dengan harga Rp 90.000/kg dalam bentuk green bean.
Dengan edukasi masyarakat yang kian bertambah maka mengahasilkan inovasi kopi yang baru
seperti arabika natural, semi wash, full wash,dan honey. Semakin majunya usaha kopi ini tenaga
kerja yang diperlukan lebih banyak maka dari itu BUMDes membuka lapanagn pekerjaaan bagis
13
masyarakat desa Cupunagara. Para pekerja tersebut diupah sebesar Rp 300.000/minggu dimana
sebelumnya mereka hanya diupah lebih kecil sebagai pekerja serabutan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suatu komodita unggulan atau suatu industri unggulan tidak akan dikatakan memiliki
kompetensi inti jika pengembangannya bersifat tradisional. Dalam arti bahwa sifat tradisional
ini menggunakan teknologi dan keahlian yang sederhana, sehingga mudah dicontoh oleh
pihak laindalam pengembangannya serta memiliki nilai tambah yang rendah. Produk
unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan
pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya.
Untuk menetapkan produk unggulan perlu dilakukan identifikasi yang mudah, sederhana, dan
praktis yang didasarkan pada kriteria tertentu, kemudian kriteria tersebut diberi skor (scoring)
agar dapat disusun prioritas pengembangannya.
3.2 SARAN
Sebagai para pengusaha sebaiknya mengembangkan usaha dengan nelihat banyak faktor
dan aspek yang menguntungkan sehingga pengusaha dapat menangani resiko usaha dengan
mudah
Mengembangkan usaha dengan cara yang sekreatif mungkin supaya konsumen akan
kembali membeli produk anda.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://joubertbmaramis.blogspot.com/2013/02/produk-unggulan-kompetensi-inti-dan.html
http://www.jariungu.com/peraturan_detail.php?Peraturan-Menteri-Dalam-Negeri-No--9-tahun-
2014-tentang-Pedoman-Pengembangan-Produk-Unggulan-Daerah&idPeraturan=17387
http://www.jariungu.com/peraturan_detail.php?Peraturan-Menteri-Dalam-Negeri-No--9-tahun-
2014-tentang-Pedoman-Pengembangan-Produk-Unggulan-Daerah&idPeraturan=17387
http://planologilocussolus.blogspot.com/2018/06/produk-unggulan-daerah.html
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/24/192700826/bumdes-dongkrak-produk-unggulan-desa-
terpencil?page=all
https://www.google.co.id/amp/s/harrisfadilah.wordpress.com/2012/04/07/pengembangan-
usaha/amp/
https://www.google.co.id/amp/s/jojonomic.com/blog/komponen-perencanaan-usaha/%3famp
16