Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“PRODUK UNGGULAN KOPI CANGGAH KHAS DESA


CUPUNAGARA DAN PENGEMBANGAN BIAYA”

DISUSUN OLEH :

Lia Aprilah PO.71.31.1.17.016


Ocy Khoirunnisya PO.71.31.1.17.0 21
Refti Fianola PO.71.31.1.17.024
Tansika R Sira PO.71.31.1.17.026

DOSEN PEMBIMBING : Dra. Rohanta Siregar, MM, M,Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN GIZI
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Judul makalah ini adalah “PRODUK
UNGGULAN KOPI CANGGAH KHAS DESA CUPUNAGARA DAN PENGEMBANGAN
BIAYA” sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah “Kewirausahaan”, dimana di
dalamnya membahas tentang produk unggulan dan pengembangan biayanya.

Pada kesempatan ini kami kelompok 1 menyampaikan terima kasih kepada Ibu Rohanta Siregar,
MM, M.Kes selaku pembimbing mata kuliah “Kewirausahaan” yang telah membimbing kami
hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dari hasil makalah ini, baik dari segi tata bahasa susunan kalimat maupun isi. Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang membangun
penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang berguna bagi peningkatan dan
pengembangan pemahaman kita tentang berbagai teori belajar menurut para ahli.

Palembang, Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................... 5
1.3 Manfaat penulisan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6
2.1 Pengertian ............................................................................................... 6
A. Definisi produk unggulan ........................................................................ 6
B. Definisi daya saing ................................................................................. 9
C. Defenisi Kompetensi Inti (core competence).............................. ......... 10
2.2 Tujuan .................................................................................................. 10
2.3 Peraturan menteri dalam negeri ........................................................... 10
2.4 Contoh produk unggulan daerah Subang kopi canggah ....................... 10
2.5 Pengembangan biaya ........................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan perekonomian suatu daerah saat ini masih belum mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal tersebut disebabkan karena pola pengembangan
ekonomi daerah / lokal yang sedang dan telah dilaksanakan oleh daerah terkesan kurang
sistematik. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab dari kurang berkembangnya potensi
ekonomi daerah dan berakibat rendahnya daya saing ekonomi daerah. Rendahnya daya saing
ekonomi daerah tersebut pada akhirnya menyebabkan arus masuknya investasi menjadi kurang
signifikan .
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan unsur penting dan utama dalam
menciptakan daerah yang mandiri yang dicita-citakan melalui kebijakan desentralisasi.
Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah
dan masyarakatnya mengelola suberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonoi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu pemerintah
daerah beserta partisifasi masyarakat dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu
menaksir potensi sumber-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerahnya.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan
dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya financial
dan bahkan sumberdaya kelembagaan. Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan
inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Untuk
itulah, agar pengembangan ekonomi daerah dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu
diupayakan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui pengembangan produk unggulan
daerah (PUD).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari produk unggulan daerah, daya saing daerah, dan kompetensi inti ?
2. Apa tujuan dari dibentuknya produk unggulan suatu daerah ?
3. Bagaimana peraturan menteri dalam negeri mengenai pedoman pengembangan produk
unggulan daerah ?
4. Apa contoh dari produk unggulan ?
4
5. Bagaimana pengembangan biaya produk unggulan tersebut ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi dari produk unggulan daerah, daya saing daerah, dan kompetensi
inti
2. Untuk mengetahui tujuan dari dibentuknya produk unggulan suatu daerah
3. Untuk mengetahui peraturan menteri dalam negeri mengenai pedoman pengembangan
produk unggulan daerah
4. Untuk mengetahui contoh produk unggulan
5. Untuk mengetahui pengembangan biaya produk unggulan tersebut

1.4 MANFAAT PENULISAN


Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dalam
menambah wawasan, pengetahuan, informasi mengenai produk unggulan yang disertai definisi,
kriteria, tujuan, peraturan menteri, contoh, dan pengembngan biaya produk unggulan tersebut.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
A. Definisi produk unggulan daerah
Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki
dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yang diproduksi berdasarkan pertimbangan
kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan
teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya
setempat) yang berkembang di lokasi tertentu.
Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses membangun dialog dan kemitraan aksi
para pihak yang meliputi pemerintah daerah, para pengusaha, dan organisasi-organisasi
masyarakat lokal. Pilar-pilar pokok strateginya adalah meningkatkan daya tarik, daya tahan, dan
daya saing ekonomi lokal.
Produk unggulan adalah produk yang potensial dikembangkan pada suatu wilayah
dengan memanfaatkan SDA dan SDM lokal yang berorientasi pasar dan ramah lingkungan.
Sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan siap menghadapi persaingan global (Kementerian
Koperasi &UKM). Sedangkan Prof.Dr.Ir.Soemarno,MS dalam bahan kajian starategi
Pengembangan Wilayah Berbasis Agribisnis memaparkan Produk Unggulan atau Komoditi
unggulan itu merupakan hasil usaha masyarakat pedesaan dengan kriteria :
a) Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga
murah)
b) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan
c) Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan
d) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan
kemampuan sumberdaya manusia
e) Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah,inventarisasi potensi
wilayah/masyarakat/daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola
pengebangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah
inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan mengidentifikasi produk-produk
potensial, andalan dan unggulan daerah pada tiap-tiap sub sektor.
Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk,
menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi kesempatan kerja,
mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk
meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki

6
daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestic dan /atau
menembus pasar ekspor (Sudarsono, 2001).
Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana salatiga, adalah komoditi yang
memenuhi persyaratan kecukupan sumberdaya local, keterkaitan komoditas, posisi bersaing dan
potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan pengelompokkan komoditas berikut :
 Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk berkembang
karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi misalnya karena kecukupan
ketersediaan sumberdaya, seperti bahan baku local, keterampilan sumberdaya local,
teknologi produksi local serta sarana dan prasarana local lainnya.
 Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersandingkan
dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif
juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi
produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain.
 Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah
memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif
demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang
tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saignya yang tinggi terhadap pesaing,
pendatang baru maupun barang substitusi.
Menurut direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri, bahwa berdasarkan Surat
Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, ditentukan kriteria kooditas
unggulan sebagai berikut:
1. Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian, industri, dan
jasa.
2. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif
serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun global.
3. Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat).
4. Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku yang cukup banyak, stabil, dan
berkelanjutan.
5. Difokuskan pada produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi, baik dalam kemasan
maupun pengolahannya.
6. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan
kemampuan SDM masyarakat.
7. Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya
setempat.
Menurut Sudarsono (2001), dinamika keunggulan daerah di masa mendatang ditandai
dengan mempu tidaknya daerah dalam meraih peluang menghadapi kompetisi pasar bebas baik
di tingkat regional maupun global. Beberapa langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar
daerah mampu berkompetisi antara lain :
1. Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggungjawabnya yakni hanya
bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than rowing). Sehingga peran
dan tanggungjawab pemerintah daerah hanya berkisar pada bidang-bidang dimana sector
swasta atau pihak ketiga lainnya tidak memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut,
misalnya dalam situasi terjadinya kegagalan pasar (market falure).Birokrasi Pemda harus

7
dapat berkiprah secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima untuk meraih
investasi dalam dan luar negeri.
2. Membentuk system dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga/asosiasi bisnis dan atase
perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung pemasaran produks
ekspor.Mengembangkan lembaga R & D (research and development) terhadap jenis produksi
unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan pasar (demand) dan
jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery/supply).
3. Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi industri skala
kecil dan menengah pada berbagai sector unggulan daerah, sehingga mereka dapat
menjamin dan mempertahankan keberlangsungan usahanya.
4. Berperan mentransportasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai sector
unggulan produk daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas, efisiensi, dan
ekonomis.
5. Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan yang bersifat
komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai tambah (value edded) dan
menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik secara backward-linkage dan forward
linkage terhadap berbagai sector, dengan demikian dapat memperkuat posisi daerah dari
pengaruh fluktuasi ekonomi
6. Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator, stimulator,
dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat.
7. Memprioritaskan program pembangunan infrastuktur yang dibutuhkan dalam rangka
kemudahan aksebilitas usaha di bidang industri meliputi sarana transprtasi, komunikasi,
energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan umum yang baik serta situasi
lingkungan yang sehat dan aman.
Banyak penelitian dan kajian tentunya berkaitan dengan produk unggulan atau sektor
ungulan daerah, baik pendekatan menggunakan analisis Location Quotients (LQ) maupun
analisis lain. Tetapi titik beratnya sekarang bukanlah menemukan apa produk ungulan yang
ditemukan didaerah, tetapi lebih mengarah kepada tingkat keseriusan pemerintah dan masyarakat
dalam pengelolaannya.
Produk unggulan apapun yang ada tentunya diperlukan pengelolaan dan pengembangan
serta pemasaran yang sinergis. Agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Apapun produk unggulannya sangat diperlukan skenario untuk menjalankan program yang lebih
tajam dengan pengendalian rantai – rantai sbb:
a) Secara aktif memperkenalkan produk kita
b) Lirik pasar sasaran dengan memperhitungan kapasitas dan daya saing kompetitif
c) Amankan jalur distribusi produk ke konsumen, menjaga tidak terputusnya dimand –
supply
d) Produktifitas atau aktifitas produksi, meliputi ketersediaan bahan baku, sumber daya
manusia
e) Teknologi tepat guna, serta mempertimbangkan kendali mutu yang ketat

8
Harapannya adalah masyarakat bisa lebih fokus dan memiliki kepastian dalam
pengelolaan sumber daya apakah budi daya tanaman, peternakan maupun industri kecil dan
kerajinan. Dengan adanya pengelolaan dengan aksi yang berkesinambungan tentunya tidak ada
keraguan masyarakat untuk memproduksi. Karena pemerintah maupun swasta sebagai mitra
mampu mengakomodir ke jalur distribusi atau pemasaran dengan target pasar yang jelas.
Jika tidak ada pengelolaan mata rantai produksi, kapasitas dan ketersediaan bahan baku, produksi
dan Sumber Daya Manusia dan pemasaran yang jelas, produk unggulan akan tenggelam dan
terlupakan. Produk unggulan akan menjadi sebatas referensi dan presentasi. Seyogyanya produk
unggulan itu adalah yang mudah dikenal, mudah diingat, mudah ditemukan, dan Selalu
tersedia. Produk unggulan yang mencirikan suatu daerah, dan mensejahterakan masyarakat
tentunya

B. Defenisi daya saing daerah


Defenisi daya saing, kebanyakan didasari pada konsep produktivitas. Suatu daerah yang
memiliki produktivitas tinggi dapat dikatakan memiliki daya saing yang tinggi. Dalam konteks
produktivitas sebenarnya menggambarkan aspek efisiensi dan efektivitas. Efisiensi lebih
mengarah pada input sedangkan efektivitas lebih mengarah pada output. Pambudhi, dalam
artikelnya : Daya saing investasi daerah, opini dunia usaha, dalam Departemen perindustrian (
2007:95): menyatakan bahwa daya saing (competitiveness) pada umumnya didefenisikan sebagai
seberapa besar pangsa pasar produk suatu negara dalam pasar dunia.
Defenisi dari Pambudhi, ini didasari pada konsep penguasaan pasar suatu negara dalam
pasar dunia (daya saing negara). Atau penguasaan pasar suatu daerah dalam pasar nasional (daya
saing daerah). Semakin besar pangsa pasar yang dikuasai suatu negara atau daerah maka
dikatakan semakin tinggi daya saing negara atau daerah tersebut.
Defenisi yang lebih luas dari daya saing adalah melibatkan aspek atau kontribusinya pada
kesejahtraan dan keberlanjutan pertumbuhan. Menurut satriagung, dalam artikelnya : kendala
dan tantangan membangun daya saing daerah, dalam Departemen perindustrian ( 2007:111-124),
jadi daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan
tingkat kesejahtraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan
domestik dan internasional. Beberapa indikator daya saing daerah yang disebutkan oleh Pusat
studi dan pendidikan ke banksentralan Bank Indonesia adalah :
1) Perekonomian daerah
2) Keterbukaan
3) Sistem keuangan
4) Infrastruktur dan sumber daya alam
5) Ilmu pengetahuan dan teknologi
9
6) Sumber daya alam
7) Kelembagaan
8) Governance dan kebijakan pemerintah
9) Manajemen dan ekonomi mikro

C. Defenisi Kompetensi Inti (core competence)


Pada dasarnya, kompetensi inti dibangun atas dasar produk / komoditas unggulan, namun
tidak semua produk /komoditas unggulan dapat menjadi suatu kompetensi inti suatu daerah. Dan
bisa jadi suatu kompetensi inti daerah, bukan berasal dari produk unggulan daerah tersebut. Hal
ini disebabkan, defenisi dari kompetensi inti yang lebih luas dan detail ketimbang produk atau
komoditas unggulan.

2.2 TUJUAN
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pertumbuhan yang tinggi dan pembangunan
berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua pihak di daerah dalam rangka meningkatkan
kesempatan kerja baru, peningkatan dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

2.3 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9
TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN
DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
Menimbang :
a) Bahwa potensi ekonomi daerah perlu dikembangkan secara optimal menjadi produk
unggulan daerah yang berdaya saing dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah
b) Bahwa untuk menjamin tercapainya sasaran pengembangan produk unggulan daerah
perlu didukung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah yang mandiri dan
tangguh serta menuangkan pengembangan produk unggulan daerah dalam dokumen
perencanaan daerah
c) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman
Pengembangan Produk Unggulan Daerah
Mengingat :
a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421)
b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang
Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun

10
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)
c) Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916)
d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
e) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007)

2.4 CONTOH PRODUK UNGGULAN DAERAH SUBANG


KOPI CANGGAH
Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus menggulirkan dana desa. Tak cuma itu, pemerintah
melakukan pendampingan pemanfaatan dana desa untuk mengentaskan kemiskinan dan
pemerataan ekonomi di seluruh pelosok Tanah Air. Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak,
Kabupaten Subang, Jawa Barat merupakan salah satu dari 74.957 desa yang menerima dana
desa. Tahun ini, desa itu menerima dana sebesar Rp 1,13 miliar. Perlu diketahui, Desa
Cupunagara terletak paling ujung di Kabupaten Subang. Kondisi jalan desa yang rusak dan
belum teraspal membuat desa itu terisolasi dari desa lainnya.

Kepala Desa Cupunagara Wahidin Hidayat mengatakan, sejak pemerintah menggulirkan


dana desa ke wilayahnya, warga desa dapat memperbaiki jalan desa. Dana desa digunakan untuk
membentuk BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Mukti Raharja. Peran BUMDes di Desa
Cupunagara BUMDes tersebut berperan penting dalam memasarkan produk unggulan desa yaitu
kopi arabika yang diberi merek “Kopi Canggah.” Masyarakat Desa Cupunagara telah menanam
kopi sejak lama. Jenis kopi yang ditanam hanyalah robusta. Sejak 3 tahun belakangan, warga
desa mulai menanam kopi arabika. Kopi arabika khas Desa Cupunagara memiliki rasa manis
yang unik karena ditanam di ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut. Tetapi, warga
Desa Cupunagara belum semua teredukasi mengenai cara penanaman hingga pemetikan kopi
arabika.

BUMDes serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Subang pun mengedukasi
warga Desa Cupunagara tentang menanam dan memetik biji kopi arabika dengan benar.
Penyuluhan ini dirasakan membantu petani kopi seperti Tjutju, yang selama ini menjual biji kopi
gelondongan ke tengkulak dengan harga murah. Petani berusia 60 tahun yang tak paham soal
pemasaran ini merasa diuntungkan dengan adanya BUMDes Mukti Raharja. Petani pun bisa
mengantongi untung lebih besar bila menjual ke BUMDes. Harga jual biji kopi di tengkulak
hanya di kisaran Rp 5.000 per kilogram. Sementara, BUMDes Mukti Raharja mau membayar biji
kopi Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram. “Kehadiran BUMDes sangat membantu karena
saya awam di bidang pemasaran. Lagi pula saya tidak punya tenaga marketing, bagaimana
11
caranya harus mencari pembeli di luar sana. Sekarang dengan adanya BUMDes, saya cukup
menjual kopi ke BUMDes dengan harga lebih tinggi daripada harga jual di tengkulak,” kata
Tjutju. Tjuju mengaku, pendapatannya dari bertani kopi meningkat drastis. Sebelum adanya
BUMDes, ia hanya bisa memperoleh Rp 1,5 juta per bulan. Kini, ia bisa mengantongi Rp 2,5 juta
per bulan karena sudah mengetahui cara pengolahan biji kopi arabika. Selain mendapatkan
penghasilan yang lebih banyak sekarang juga sudah bisa membuka lapangan pekerjaan.

Petani kopi Desa Cupunagara mengaku lebih senang menjual biji kopi ke BUMDes
dibanding ke tengkulak. Kopi Canggah merupakan kopi arabika produksi masyarakat Desa
Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selain harga jual lebih tinggi,
pembayaran dari BUMDes juga dilakukan secara tunai dan langsung. Kepala BUMDes Mukti
Raharja Risma Wahyuni Hidayat mengatakan, Badan Usaha Milik Desa Mukti Raharja baru
berdiri akhir 2017 dengan unit usaha kopi dan air isi ulang galon. Kini, omset BUMDes ini
mencapai Rp 10 juta per bulannya dari modal awal Rp 50 juta yang berasal dari dana desa.
Dengan adanya BUMDes, nilai ekonomi kopi arabika warga Desa Cupunagara naik berkali lipat.
Biji kopi arabika dari warga desa dibeli oleh BUMDes lalu diolah dan diberi merek.

Kopi desa masuk kafe Kopi arabika dengan merek “Kopi Canggah” itu dijual ke kafe-
kafe di Kota Subang, Tasikmalaya, Cianjur, Bandung dengan harga Rp 90.000 per kilogram
dalam bentuk green bean. Saat ini, BUMDes Mukti Raharja menyediakan kopi arabika natural,
semi wash, full wash, dan honey. Kehadiran BUMDes Mukti Raharja pun membuka lapangan
kerja di Desa Cupunagara. Warga desa yang semula bekerja serabutan dikaryakan untuk
mengolah kopi. Para pekerja tersebut berhak mengantongi upah Rp 300.000 per minggu.

Besarnya permintaan akan kopi arabika khas Cupunagara membuat BUMDes perlu
mengatur pasokan kopi. Apalagi, panen kopi hanya berlangsung sejak April sampai Juli setiap
tahunnya. Salah satu pelanggan Kopi Canggah adalah Angga Maulana yang merupakan pemilik
Cafe Black Hood di Kota Subang. Pria berusia 23 tahun itu setiap bulan membeli sekitar 15
kilogram Kopi Canggah dalam bentuk roast bean dan 25 kilogram dalam bentuk green bean.
“Konsumen menyukai rasa kopi canggah yang unik, karena rasanya dominan manis seperti ada
karamelnya, berbeda dari kopi-kopi di Jawa Barat yang rasanya dominan rasa buah dengan
tingkat keasaman yang tinggi,” kata Angga Maulana.

Produktivitas warga desa meningkat seperti sekarang ini ibu-ibu rumah tangga pun kian
produktif sejak hadirnya BUMDes Mukti Raharja, Warga yang semula tak berpenghasilan
mencoba menanam kopi karena nilai ekonomis kopi arabika cukup menggiurkan. Warga
berharap, pemerintah terus membantu desa untuk menjadi mandiri, salah satunya adalah dengan
menyediakan bibit kopi. Apalagi, saat ini Desa Cupunagara belum memiliki penangkaran bibit
kopi. Walaupun sudah ada bantuan dari dinas terkait, tapi belum cukup memenuhi permintaan
warga desa

12
2.5 PENGEMBANGAN BIAYA
Faktor biaya menjadi unsur penting dalam sebuah rencana bisnis. Dari mana sumber dana
berasal, bagimana mengatur anggaran agar efesien dan usaha dapat berjalan lancar adalah tugas
penting yang harus direncanakan dalam komponen pembiayaan.

Modal awal merupakan sarat utama yang harus ada sebelum memulai usaha baru. Tahap
adanya kesiapan yang matang soal dana awal, usaha akan sering ngamlami kesulitan tentang
persoalan biaya. Sebut saja seperti persedian bahan baku, biaya pembelian peralatan produksi,
baiay pemasran dan sebagainya.

Oleh seban itu, perusahaan harus mampu memanajemen ketersediaan keuangan secara
efesien, supaya penggunaannya tidak sia-sia. Beberapa elemen penting sebagai nahan pencatatan
keuangan antara lain adalah laopran keuangan perencanaan, laporan arus kas perencanaan,
laporan neraca perencanaan dan analisis pengambilan modal. Karena bersifat sensitif, persoalan
keuangan harus berada pada tangan ahlinya.

Beberapa dokumen keuangan yang dibutuhkan untuk menyusun faktor pembiayaan, antara
lain laporan keuangan perencanaan, laporan arus kas perencanaan, laporan neraca perencanaan,
dan analisis pengembalian modal. Untuk memenuhi semua dokumen keuangan yang dibutuhkan
dalam membuat perencanaan bisnis, perusahaan dapat bekerjasama dengan jasa penyedia
layanan akuntansi untuk membuat sebuah analisis keuangan usaha.

Model pengembangan biaya produk unggulan kopi canggah cupunagar adalah inovasi.
Berdirinya usaha kopi canggah berawal dari lahan penduduk desa cupunagara yang banyak
ditanami kopi tetapi belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut dengan baik. Maka dari
itu pemerintah memberikan dana kepada desa cupunagara sebesar 1,13 miliar untuk
memperbaiki ekonomi masyarakat.

Penduduk desa cupunagara berinisiatif mendirikan badan usaha unutk meningkatkan


ekonomi mereka maka berdirilah BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Mukti Raharja. BUMDes
dijadikan masyarakt sebagai saranan untuk menjualkan kopi yang telah mereka panen maupun
yang sudah berbentuk bubuk kopi. Sebelum berdirinya BUMDes masyarakat desa menjualkan
kopi mereka di tengkulak dengan harga murah yaitu Rp 5.000/kg tetapi dengan berdirinya
BUMDes sekarang ini kopi dapat terjual dengan harga Rp 7.000 hingga Rp 9.000/kg.

Selain itu pendapatan masyarakat desa cupunagara mengalami peningkatan yang awalnya
hanya Rp 1,5 juta/bulan menjadi Rp 2.5 juta/bulan. Kini omset BUMDes mencapai 10 juta/bulan
nya dari modal awal 50 juta yang berasal dari dana desa. Semakin majunya usaha kopi tersebut
masyarakat membentangkan usaha mereka lebih luas lagi seperti dijual dikafe-kafe dikota
Subang, Tasikmalaya, Cianjur, Bandung dengan harga Rp 90.000/kg dalam bentuk green bean.
Dengan edukasi masyarakat yang kian bertambah maka mengahasilkan inovasi kopi yang baru
seperti arabika natural, semi wash, full wash,dan honey. Semakin majunya usaha kopi ini tenaga
kerja yang diperlukan lebih banyak maka dari itu BUMDes membuka lapanagn pekerjaaan bagis
13
masyarakat desa Cupunagara. Para pekerja tersebut diupah sebesar Rp 300.000/minggu dimana
sebelumnya mereka hanya diupah lebih kecil sebagai pekerja serabutan

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suatu komodita unggulan atau suatu industri unggulan tidak akan dikatakan memiliki
kompetensi inti jika pengembangannya bersifat tradisional. Dalam arti bahwa sifat tradisional
ini menggunakan teknologi dan keahlian yang sederhana, sehingga mudah dicontoh oleh
pihak laindalam pengembangannya serta memiliki nilai tambah yang rendah. Produk
unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan
pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya.
Untuk menetapkan produk unggulan perlu dilakukan identifikasi yang mudah, sederhana, dan
praktis yang didasarkan pada kriteria tertentu, kemudian kriteria tersebut diberi skor (scoring)
agar dapat disusun prioritas pengembangannya.

3.2 SARAN
Sebagai para pengusaha sebaiknya mengembangkan usaha dengan nelihat banyak faktor
dan aspek yang menguntungkan sehingga pengusaha dapat menangani resiko usaha dengan
mudah
Mengembangkan usaha dengan cara yang sekreatif mungkin supaya konsumen akan
kembali membeli produk anda.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://joubertbmaramis.blogspot.com/2013/02/produk-unggulan-kompetensi-inti-dan.html
http://www.jariungu.com/peraturan_detail.php?Peraturan-Menteri-Dalam-Negeri-No--9-tahun-
2014-tentang-Pedoman-Pengembangan-Produk-Unggulan-Daerah&idPeraturan=17387
http://www.jariungu.com/peraturan_detail.php?Peraturan-Menteri-Dalam-Negeri-No--9-tahun-
2014-tentang-Pedoman-Pengembangan-Produk-Unggulan-Daerah&idPeraturan=17387
http://planologilocussolus.blogspot.com/2018/06/produk-unggulan-daerah.html

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/24/192700826/bumdes-dongkrak-produk-unggulan-desa-
terpencil?page=all

https://www.google.co.id/amp/s/harrisfadilah.wordpress.com/2012/04/07/pengembangan-
usaha/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/jojonomic.com/blog/komponen-perencanaan-usaha/%3famp

16

Anda mungkin juga menyukai