Anda di halaman 1dari 11

1. A.

FUNGSI KEPALA SEKOLAH

Jabatan kepala sekolah di duduki oleh orang yang menyandang profesi guru. Karena itu, ia harus
professional sebagai guru sekaligus sebagai kepala sekolah dengan derajat profesionalisme
tertentu. Kepala sekolah memiliki fungi yang luas, dan dapat memerankan banyak fungsi-fungsi
tersebut meskipun dengan topi yang berbeda.

Di lingkungan kementrian pendidikan nasional , telah cukup lama di kembangkan paradigma baru
administrasi atau manajemen pendidikan, dimana kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator. Jika merujuk
pada Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang standart
Kepala sekolah/madrasah, kepala sekolah juga harus berjiwa wirausaha atau entrepreneur. Fungsi-
fungsi kepala sekolah seperti yang telah disebutkan di atas, akan dijelaskan sebagai berikut:

 Kepala Sekolah Sebagai Educator

Sebagai educator kepala sekolah berfungsi menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan guru dan tenaga kependidikan untuk berbuat
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Sebagai educator, kepala sekolah harus
mampu menginisiasi pengajaran tim, moving class, pengembangan sekolah bertaraf internasional,
kelas unggulan dan mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di atas normal.
Sebagai educator juga, kepala sekolah perlu berupaya meningkatkan kualitas guru maupun prestasi
belajar siswa dalam sekolahnya. Misalkan saja dengan menyertakan guru dalam penataran atau
diklatbang untuk menambah wawasannya, memberikan kesempatan kepada guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dengan belajar lagi ke perguruan tinggi, membuat
tim evaluasi belajar siswa, memaksimalkan jam pelajaran di sekolah dan optimasi ruang kerja guru
sebagai wahana tukar pengalaman antar rekan sejawat untuk perbaikan kerja masing-masing.

 Kepala Sekolah Sebagai Manager

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah memerlukan
strategi yang tepat untuk memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam persaingan
dan kebersamaan, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan untuk ikut serta dalam setiap
kegiatan yang menunjang program sekolah. Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah harus
mampu mengoptimasi dan mengakses sumber daya sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan
tujuan sekolahnya. Disisi lain sebagai manajer, seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi
persoalan, memecahkan masalah, mengambil keputusan yang memuaskan semua pihak, selain itu
kepala sekolah juga mampu mendelegasikan tugasnya mengalokasikan pekerjaannya, menentukan
standart kualitas, memonitor hasil, mengontrol biaya, dll. Dan semua peranan tersebut tidak hanya
dilakukan secara konseptual tetapi juga dengan cara persuasive dari hati ke hati.

 Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Sebagai administrator tugas kepala sekolah erat hubungannya dengan pelbagai aktivitas
administrasi sekolah, baik secara fungsional maupun substansial. Kegiatan administrasi yang
dimaksud meliputi pencatatan dan penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesisifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola kurikulum, mengelola
administrasi kearsipan dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu perlu dilakukan secara
efektif dan efisien, untuk menunjang produktivitas sekolah. Dalam pelbagai kegiatan administrasi
sekolah, maka pembuatan perencanaan mutlak di perlukan. Perencanaan yang akan dibuat oleh
kepala sekolah tergantung oleh banyak factor seperti, banyaknya SDM ynag dimiliki, dana yang
tersedia dan jangka waktu untuk melaksanakan rencana yang telah di buat. Tugas-tugas ini harus
dilakukan secara logis dan sistematis, yang semuanya memoros pada kepentingan prose
pendidikan dan pembelajaran demi peningkatan mutu kelulusan, dengan indicator antara lain
peningkat nilai siswa dan akses mudah melanjutkan studi.

 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah dalam tugas ini berorientasi pada teknik individu, kelompok dan kunjungan kelas.
Untuk itu sebagai supervisor kepala sekolah mensupervisi barbagai tugas pokok yang dilakukan
guru dan seluruh staf. Untuk itu kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Hal ini bertujuan agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah di tetapkan. Ini juga merupakan
kegiatan preventif untuk mencegah agar tidak tejadi penyimpangan. Pengawasan dan pengendalian
yang dilakukan kepala sekolah terutama kepada guru atau disebut supervise klinis dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dan kualitas pembelajaranyang
efektif. Tugas kepala sekolah sebagaii supervise di wujudkan dalam kemampuannya menyusun dan
melaksanakan program supervise pembelajaran serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
menyusun program pembelajaran contohnya penyusunan program supervise kelas, ekstra kurikuler,
pengembangan perpustakaan laboratorium dan ujian. Kemampuan pelaksanaan supervise
contohnya pelaksanaan program supervise klinis dan dalam program supervise ekstrakurikuler.
Kemampuan memanfaatkan hasil supervise pembelajaran contohnya meningkatkan kinerja guru
dan tenaga kependidikan lainnya untuk mengembangkan sekolah. Kepala sekolah sebagai
supervise klinis dan supervise pembelajaran perlu memerhatikan prinsip-prinsip:

– Hubungan konsultatif

– Kolegial bukan hirarkis

– Dilaksanakan secara demokratis

– Berpusat kepada guru dan tenaga kependidikan

– Dilakukan berdasarkan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan

– Serta merupakan bantuan professional

 Kepala Sekolah Sebagai Leader

Secara umum kepala sekolah sebagai leader adalah upaya untuk memengaruhi orang-orang untuk
bekerja sama mencapai tujuan, dengan berorientasi pada tugas dan berorientasi pada hubungan.
Namun secara khusus seorang kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan guru maupun tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Untuk itu kepala sekolah diituntut
memiliki karakter khusus yang mencangkup kepribadia, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi. Sebagai pemimpin, kepala sekolah
harus memiliki sifat jujur, percaya diri, bertanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan,
berjiwa besar, emoosi yang stabil, dan teladan. Di sisi lain, sebagai pemimpin kepala sekolah harus
mampu:

– Memperkuat tim sebagai kekuatan pembangun


– Menggabungkan aspek-aspek positif individualitas

– Berfokus pada detail pekerjaan

– Menerima tanggung jawab

– Membangun hubungan antar pribadi

– Menjaga keterbukaan

– Memelihara sifat progresif

– Bangga dan menghargai prestasi kerja tim

– Menantang perubahan, dan

– Tanpa berkompromi terhadap kualitas

 Kepala Sekolah Sebagai Innovator

Dalam rangka memenuhi peran dan fungsinya sebagai innovator kepala sekolah perlu memiliki
strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan
baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan guru dan tenaga kependidikan dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Tugas kepala sekolah sebagai innovator
yang baik juga akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif, integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, disiplin serta adaptable
dan fleksibel. Tidak hanya itu sebagai innovator ia harus mempunyai gagasan-gagasan baru
misalkan peningkatan teknologi informasi dalam pembelajaran agar warga sekolahnya tidak
ketinggalan jaman dan tetap up to date.

 Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi untuk memotivasi bawahannya, yaitu guru
dan staf. Dimana mereka dimotivasi untuk melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini
dapat dilakukan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan
bagi guru atau staf yang berprestasi serta penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan sentra belajar. Dorongan dan penghargaan merupakan sumber motivasi yang
efektif diterapkan oleh kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh banyak factor,
dan motivasi merupakan factor yang dominan untuk menuju keefektivan kerja individu bahkan
motivasi sering digambarkan sebagai mesin pada sebuah mobil yang berfungsi sebagai penggerak
dan pengarah. Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik berbeda-beda, sehingga
memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pimpinannya (Kepala Sekolah) dalam
mengembangkan profesionalitasnya. Untuk memotivasi pegawainya, ada beberapa prinsip yang
bisa diterapkan oleh kepala sekolah, antara lain:

1. Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukan menarik dan
menyenangkan
2. Tujuan pendidikan harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota, bahkan tenaga
pendidikan dapat diikut sertakan dalam penyusunan tujuan tersebut
3. Setiap individu harus diberi tahu tentang hasil pekerjaanya
4. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, meskipun terkadang hukuman itu di
perlukan
5. Usaha memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan jalan
memerhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, mengatur pengalaman sedemikian
rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan atas
pekerjaannya. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berusaha memberikan penghargaan
secara tepat, efektif dan efisien untuk menghindari dampak yang ditimbulkannya.

 Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur

Sebagai administrator kepala sekolah harus menjadi wirausaha atau entrepreneur sejati. Istilah
wirausaha ini merujuk pada usaha dan sikap mental, tidak selalu dalam tafsir komersial. Untuk
menjadi seorang entrepreneur, administrator sekolah harus percaya diri atau memiliki kepercayaan,
ketidak tergantungan, kepribadian mantap dan optimism, berorientasi pada tugas dan hasil dan
haus akan prestasi, berorientasi pada laba atau hasil, bekerja keras, tekun, tabah, energik, penuh
inisiatif, berani mengambil resiko sesuai dengan peluang yang ada, suka pada tantangan, fleksibel,
serta berpandangan terhadap masa depan. Kepala Sekolah sebagai sosok wirausahawan
setidaknya mampu memberdayakan unit produksi sekolah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah dapat mnganalisis peluang bisnis yang berkembang dilingkungan sekolah
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
2. Kepala Sekolah mampu mempromosikan sekolah melalui kegiatan promosi dengan ikut
berpartisipasi pada event-event yang digelar oleh pemerintah maupun kalangan bisnis,
3. Kepala Sekolah mampu melakukan terobosan-terobosan baru yang diiringi oleh kemampuan
dan percaya diri yang tinggi,
4. Kepala Sekolah mampu mandiri dalam menuju kemandirian sekolah, langkah awal dari
usaha ini adalah dengan memberdayakan unit produksi. Disamping itu dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, Kepala Sekolah selaku
manajer pendidikan harus dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpin
tanpa mengabaikan kebijakan dalam pendidikan seperti konsep : Manajemen Berbasis
Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat, Pelaksanaan Kurikulum.

1. B. KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEJABAT FORMAL

Meski sebagai tugas tambahan, jabatan kepala sekolah adalah jabatan pemimpin dengan segala
keformalannya. Setiap guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah dilakukan dengan
prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat
dan integritasnya. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal karena pengangkatannya
melaui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Secara system
jabatan kepala sekolah sebagai pejabat formal dapat diuraikan melalui berbagai pendekatan yakni
pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab. Di Indonesia prosedur dan peraturan yang berkaitan
dengan pengangkatan guru menjadi kepala sekolah khususnya sekolah negeri, ditetapkan oleh
kementrian pendidikan, meskipun dalam hal-hal tertentu sering tidak diikuti secara taat asas di
tingkat kabupaten/kota. Adapun persyaratan administrative calon kepala sekolah meliputi:

1. Usia Maksimal
2. Pangkat
3. Masa kerja
4. Pengalaman
5. Berkedudukan sebagai tenaga fungsional guru
Sedangkan persyarakan akademik meliputi, latar belakan pendidikan formal dan pelatihan terakhir
yang diikuti oleh calon. Untuk persyaratan pribadi yaitu bebas dari perbuatan tercela dan loyal
kepada Pancasila dan pemerintah.

Selama menduduki jabatan, kepala sekolah berhak atas:

1. Gaji serta penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Akses kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu
3. Hak kenaikan gaji atau kenaikan pangkat
4. Kesempatan menduduki jabatan yang lebih tinggi
5. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri
6. Penghargaan atau fasilitas
7. Dapat diberi teguran oleh atasannya karena sikap, perbuatan, serta perilakunya yang
dirasakan dapat menganggu tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah
8. Dapat dimutasikan atau diberhentikan dari jabatan kepala sekolah karena hal-hal tertentu

Kepala sekolah pun mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada atasan, yaitu:

1. Loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan


2. Berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
3. Selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki anata kepala sekolah dan atasan.

Selain tugas dan tanggung jawab diatas, kepala sekolah juga harus memerhatikan mutu, khususnya
yang berkaitan dengan:

1. Nilai-nilai dan misi sekolah


2. Tata laksana dan keadministrasian sekolah
3. Kurikulum, pengajaran, penilaian dan evaluasi
4. Sumber daya
5. Layanan pendukung pembelajaran
6. Komunikasi dan jalinan hubungan dengan pemangku kepentingan
7. Kegiatan kemasyarakatan
8. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Termasuk didalam ini, kepala sekolah harus mampu menggaramsi mutu yang berkaitan dengan visi
sekolah, budaya sekolah, administrasi sekolah, komunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat,
sikap keteladan, kejujuran, keadilan, etika profesi dan lingkungan politik, social, hokum, ekonomi,
budaya, serta program istruksional dan implementasi kebijakan.

Tidak hanya kepada atasan, kepala sekolah juga memiliki tanggung jawab kepada sesame
kepala sekolah atau instansi yang terkait. Adapun tanggung jawab itu antara lain:

1. Wajib memberikan hubungan kerjasama yang baik dengan kepala sekolah yang lain
2. Wajib memelihara hubungan kerja sama sebaik-baiknya dengan lingkungan baik instansi
terkait, tokoh-tokoh masyarakat dan BP3

Sedangkan terhadap bawahannya kepala sekolah berkewajiban membina hubungan yang sebaik-
baiknya dengan guru, staf dan siswa, sebab esensin kepemimpinan adalah kepengikutan orang lain.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam
pengangkatan sesuia dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan, secara hirarki memiliki atasan
langsung yang lebih tinggi, memiliki bawahan dan mempunyai hak kenaikan jabatan.

1. C. KRITERIA KEPALA SEKOLAH

Guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus memenuhi criteria khusus. Dengan
kata lain kepala sekolah merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai “kepala sekolah”.
Kriteria tersebut berkaitan dengan kualifikasi, kompetensi, kepangkatan, masa kerja, dll. Di dalam
PP No. 19 Tahun 2005 disebutkan syarat-syarat untuk menjadi kepala sekolah seperti berikut:

1. Kriteria untuk menjadi kepala TK/RA meliputi:


1. Berstatus sebagai guru TK/RA
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan
2. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SD/MI meliputi:
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan
3. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi:
1. Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di satuan pendidikan
khusus
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan
4. Kriteria untuk menjadi kepala sekolah SDLB/SMPLB/SMALB meliputi:
1. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan khusus
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun di satuan pendidikan
khusus
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan

2.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas (2005) tentang guru dan
dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidik anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan
menengah.

Sedangkan menurut Hamalik (2004) guru adalah jabatan profesional yang memerlukan
berbagai keahlian khusus. Sementara Uno (2008) berpendapat bahwa guru merupakan
suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
seorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan)


untuk menentukan (memutuskan) sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi
(competency) yakni kemampuan atau kecakapan (Usman, 2001).
Menurut Barket and Stone dalam Usman (2001), “kompetensi adalah descriptive of
qualitative nature or teacher behavior appear to be entirely meaningful” merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat simpulkan bahwa kompetensi adalah merupakan
gambaran kualifikasi seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif
dalam melaksanakan profesi yang digelutinya berdasarkan pendidikannya secara
bertanggungjawab dan profesional.

Dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 dalam


Depdiknas (2005) tentang guru dan dosen bahwa kompetensi guru adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dengan demikian
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam
mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan
dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Broke dan Store dalam Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di sekolah.

Dari beberapa pengertian kompetensi guru di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi guru merupakan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya diantaranya dalam mendidik,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Pentingnya kompetensi guru menurut Hamalik (2004) bagi dunia pendidikan antara
lain:

a. Kompetensi guru sebagai alat penerimaan guru


Perlu ditentukan secara umum jenis kompetensi apakah yang perlu dipenuhi sebagai
syarat agar orang dapat menjadi guru. Dengan adanya syarat sebagai kriteria
penerimaan calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi administrator dalam
memilih mana yang diperlukan untuk satu sekolah. Asumsi yang mendasari kriteria ini
adalah bahwa setiap calon guru yang memenuhi syarat tersebut, diharapkan atau
diperkirakan bahwa calon guru tersebut akan berhasil mengemban tugasnya selaku
pengajar di sekolah.

b. Kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru


Jika telah ditentukan jenis kompetensi guru yang diperlukan, maka atas dasar ukuran
itu akan dapat diobservasi dan ditentukan guru yang telah memiliki kompetensi penuh
dan guru yang masih kurang memadai kompetensinya. Informasi tentang hal ini sangat
diperlukan oleh para administrator dalam usaha pembinaan dan pengembangan
terhadap para guru.

c. Kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum


Kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh
setiap guru. Tujuan program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi dan sebagainya
hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi
guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.

d. Kompetensi guru penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar peserta
didik
Proses belajar mengajar dan hasil belajar para peserta didik bukan saja ditentukan
sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi profesional guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lngkungan belajar yang efektif,
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelolah kelasnya sehingga belajar para
peserta didik akan lebih optimal.
2. Bentuk-bentuk Kompetensi Guru
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dalam Mulyasa (2009) terdapat empat kompetensi guru yaitu:

a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

3. Kompetensi Profesional Guru


Kompetensi keguruan meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam banyak analisis kompetensi
keguruan, aspek kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan.
Hal ini wajar karena sosialitas manusia (termasuk guru) dapat dipandang sebagai
pengejawantahan pribadinya (Samana, 1994).

Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki


seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Dalam peraturan
pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat 3
dalam Depdiknas (2005), menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki sebagai
agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial”.

Menurut Sanjaya (2008) kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan


yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini
merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan
kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat
dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan
kompetensi ini diantaranya:

a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan.


b. Pemahaman dalam bidang psikologi kependidikan.
c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang
diajarkan.
d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.
h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang
i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan
kinerja.

Definisi lain diungkapkan oleh BSNP (2009) dalam jurnal Syahruddin, dkk (2013) yaitu:

“Professional competence can be defined as the teachers’ capability to master their subjects
in-depth and the way to appropriately deliver it to the students”

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi profesional


guru adalah kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dimiliki
guru sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal sehingga memungkinkan guru dapat membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Indikator Kompetensi Profesional Guru


Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam Depdiknas (2007) indikator
kompetensi profesional adalah sebagai berikut:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
1. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
2. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
1. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik.
2. Mengelolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
1. Melakukan refleksi terhadap kinerja dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

3. http://ayuarifmyblog.blogspot.com/2017/11/pelaku-pelaku-supervisi-pendidikan.html

4. Pendekatan langsung (direktif)


Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap
masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah
tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini
berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon
terhadap rangsangan / stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka
perlu diberikan rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor dapat menggunakan
penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini
dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti : menjelaskan, menyajikan,
mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, menguatkan.

5.

Anda mungkin juga menyukai