Anda di halaman 1dari 30

JENIS PRODUK HUKUM DAERAH DAN TATA CARA

PEMBENTUKAN DAN PENYUSUNANNYA


diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Pemerintahan Daerah
yang di ampu oleh Bapak Dr.H.Utang Rosyidin S.H.,M.H

Disusun oleh :
Erlangga Andres Alfarez 1173050038
Nasrullah Dwi Santiko S 1173050084

Kelas/semester: Hukum Tata Negara /5


Program Studi Ilmu Hukum

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


Alamat : Jl. AH Nasution No. 105 Telp. 022-7800525/Fax.022-7803936, email:
contact.uin[at]uinsgd.ac.id
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,


karena atas ridho-Nya lah tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
disediakan. Tidak lupa kepada Nabi besar Muhammad SAW serta para umatnya
sampai akhir zaman. Makalah ini sebagai tugas dari matakuliah Hukum Konstitusi
dengan harapan dapat mendapatkat nilai yang memuaskan. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr.H.Utang Rosyidin S.H.,M.H.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Hukum Pemerintahan Daerah, yang telah
banyak memberikan materi pendukung, masukan, bimbingan kepada kami.

Dalam penyusunan tugas ini, tentulah masih ada yang perlu diperbaiki. Maka
dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang mampu membangun
kesempurnaan untuk tugas-tugas berikutnya.

Bandung, 24 Desember 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ I

Daftar Isi ...................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN1

Latar Belakang ............................................................................................... 1


A. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Jenis produk hukum daerah ................................................................ 3


B. Tata Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah ............................... 4
C. Bentuk Produk Hukum Daerah

BAB III PENUTUP .................................................................................... 10

A. Kesimpulan ...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

II
Desentralisasi semula hanya dikenal sebagai teori pendistribusian urusan
pemerintahan dengan berbagai pertimbangan yang digunakan agar
pemyelenggaraan urusan itu dapat lebih efektif,efisien,ekonomis, dan akuntabel.
Rondinelli mengatakan bahwa desentralisasi dari arti luas mencakup setiap
penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat baik kepada pemerintah daerah
maupun kepada pejabat pemerintah pusat yang di tugaskan di daerah.
Produk hukum daerah adalah produk-produk hukum yang dihasilkan oleh daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota. Ditinjau dari sifatnya, produk hukum daerah
dapat dibagi menjadi dua. Pertama, produk hukum daerah yang bersifat pengaturan.
Kedua, produk hukum daerah yang bersifat penetapan.
Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006, disebutkan
bahwa “penyusunan produk hukum daerah yang bersifat pengaturan dilakukan
berdasarkan Prolegda”, atau Program Legislasi Daerah.
Perencanaan Perencanaan merupakan tahap awal dalam menyusun peraturan
perundang-undangan. Dalam perencanaan diinventarisasi masalah yang ingin
diselesaikan beserta latar belakang dan tujuan penyusunan peraturan perundang-
undangan. Masalah yang ingin diselesaikan setelah melalui pengkajian dan
penyelarasan, dituangkan dalam naskah akademik. Setelah siap dengan naskah
akademik, kemudian diusulkan untuk dimasukkan ke dalam program penyusunan
peraturan. Untuk undang-undang, program penyusunannya disebut Program
Legislasi Nasional (Prolegnas).
Penyusunan Penyusunan peraturan perundang-undangan dapat diartikan dalam 2
(dua) maksud. Pertama, penyusunan dalam arti proses, yakni proses penyampaian
rancangan dari Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atau DPR/DPD setelah melalui
tahap perencanaan. Proses penyusunan ini berbeda untuk undang-undang, peraturan
pemerintah, dan peraturan presiden. Kedua, penyusunan dalam arti teknik
penyusunan, yakni pengetahuan mengenai tata cara pembuatan judul, pembukaan,
batang tubuh, penutup, penjelasan, dan lampiran.

B. Rumusan Masalah

2
1. Macam-macam jenis produk hukum daerah?
2. Bagaimana cara pembentukan dan penyusunan Produk Hukum Daerah?
3. Macam-macam Bentuk Produk Hukum Daerah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa saja jenis produk hukum daerah
2. Untuk mengetahui Pembentukan dan Penyusunan Produk Hukum
Daerah
3. Untuk mengetahui Bentuk Produk Hukum Daerah

BAB I
PEMBAHASAN

A. Jenis Produk Hukum Daerah

3
Jenis Produk Hukum Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Jenis Dan Bentuk Produk Hukum Daerah dalam
Pasal 2 jenis produk hukum daerah terdiri atas :

a. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang undangan yang dibentuk

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala


Daerah (gubernur atau bupati/wali kota). Peraturan Daerah terdiri atas:
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Di
Provinsi Aceh, Peraturan Daerah dikenal dengan istilah Qanun. Sementara di
Provinsi Papua, dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan
Daerah Provinsi.

b. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Perundangan-undangan yang


dikeluarkan oleh kepala daerah (Gubernur,Walikota,Bupati)

c. Peraturan Bersama Kepala Daerah adalah Peraturan kepala daerah yang


mengatur kesepakatan bersama antara 2 (dua) kepala daerah atau lebih dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah.

d. Keputusan Kepala Daerah adalah peraturan pelaksanaan peraturan daerah atau


kebijakan kepala daerah untuk mengatur mengenai penyelenggaraan tugas-tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

e. Instruksi Kepala Daerah.adalah naskah dinas yang berisikan perintah dari


atasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan atau
untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan.

B. Tata Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah

Pembentukan Produk Hukum Daerah adalah proses


pembuatan peraturan perundang-undangan daerah yang
dimulai dari tahap perencanaan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.

4
1. Perencanaan
Rancangan Produk Hukum Daerah yang disertai naskah akademik
telah melalui pengkajian dan penyelarasan, yang terdiri atas:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang akan diwujudkan;

c. pokok pikiran, ruang lingkup, atau objek yang akan


diatur; dan
d. jangkauan dan arah pengaturan.
Naskah akademik , dengan sistematika sebagai berikut:
1. Judul
2. Kata pengantar
3. Daftar isi terdiri dari:

a. BAB I : Pendahuluan

b. BAB II : Kajian teoritis dan praktik empiris

c. BAB III : Evaluasi dan analis peraturan perundang-


undangan terkait

d. BAB IV : Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis

e. BAB V : Jangkauan, arah pengaturan dan ruang


lingkup materi muatan Perda

f. BAB VI : Penutup

4. Daftar 4. Daftar pustaka

5. Lampiran Rancangan Produk Hukum Daerah, jika


diperlukan.

2. Perumusan

5
Rancangan Produk Hukum Daerah yang disusun oleh anggota
DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Balegda disampaikan
kepada pimpinan DPRD.

Pimpinan DPRD menyampaikan Rancangan Perda disampaikan


kepada Balegda untuk dilakukan pengkajian.

Pengkajian dilakukan untuk pengharmonisasian, pembulatan


dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda.

Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Produk


Hukum Daerah sebagaimana dimaksud dalam dalam rapat
paripurna DPRD.

Pimpinan DPRD menyampaikan Rancangan Produk kepada


semua anggota DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
rapat paripurna DPRD.
(1) Dalam rapat paripurna DPRD :
a. pengusul memberikan penjelasan;
b. fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan;
dan
c. pengusul memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan
anggota DPRD lainnya.
(2) Rapat paripurna DPRD memutuskan usul Rancangan
Produk Hukum Daerah, berupa:
a. persetujuan;
b. persetujuan dengan pengubahan; atau
c. penolakan.
(3) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan pimpinan DPRD
menugasi komisi, gabungan komisi, Balegda, atau panitia
khusus untuk menyempurnakan Rancangan Produk Hukum
Daerah tersebut.
(4) Penyempurnaan rancangan Produk Hukum Daerah
disampaikan kepada Pimpinan DPRD.

Rancangan Perda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan


dengan surat pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk
dilakukan pembahasan.

3. Pembahasan

6
Rancangan Produk Hukum Daerah yang berasal dari
DPRD atau kepala daerah dibahas oleh DPRD dan kepala
daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama.

Pembahasan dilakukan melalui 2 (dua) tingkat


pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dan
pembicaraan tingkat II.

Pembicaraan tingkat I meliputi:


a. Dalam hal Rancangan Produk Hukum Daerah berasal
dari kepala daerah dilakukan dengan:

1. penjelasan kepala daerah dalam rapat paripurna


mengenai Rancangan Produk Hukum Daerah;

2. pemandangan umum fraksi terhadap Rancangan


Produk Hukum Daerah; dan

3. tanggapan dan/atau jawaban kepala daerah


terhadap pemandangan umum fraksi.
b. Dalam hal Rancangan Produk Hukum Daerah berasal
dari DPRD dilakukan dengan:
1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan
komisi, pimpinan Balegda, atau pimpinan panitia
khusus dalam rapat paripurna mengenai Rancangan
Produk Hukum Daerah;

2. pendapat kepala daerah terhadap Rancangan Produk


Hukum Daerah; dan
3. tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap
pendapat kepala daerah.

c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi,


atau panitia khusus yang dilakukan bersama dengan
kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk
mewakilinya.

Pembicaraan tingkat II meliputi:

a. pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang


didahului dengan:

7
1. penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan
gabungan komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi
pendapat fraksi dan hasil pembahasan dan

2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan


oleh pimpinan rapat paripurna.
b. pendapat akhir kepala daerah.

Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara


musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.

Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan


bersama antara DPRD dan kepala daerah, Rancangan Produk
Hukum Daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan DPRD masa itu.

4. Pengesahan

Penandatanganan produk hukum daerah yang bersifat pengaturan


berbentuk Perda atau nama lainnya dibuat dalam rangkap 4 (empat).
Pendokumentasian naskah asli Produk Hukum Daerah oleh:
a. DPRD
b. Sekretaris daerah;
c. biro hukum provinsi atau bagian hukum kabupaten/Kota berupa
minute; dan
d. SKPD pemrakarsa.

Penomoran produk hukum daerah dilakukan oleh kepala biro hukum


provinsi atau kepala bagian hukum kabupaten/kota.
Penomoran produk hukum daerah yang bersifat pengaturan
menggunakan nomor bulat.

Penomoran produk hukum daerah yang bersifat penetapan menggunakan


nomor kode klasifikasi.

5. Pengundangan

Produk Hukum Daeah yang telah ditetapkan, diundangkan dalam


lembaran daerah.

8
Lembaran daerah merupakan penerbitan resmi pemerintah daerah.
Pengundangan merupakan pemberitahuan secara formal suatu
Produk Hukum Daerah, sehingga mempunyai daya ikat pada
masyarakat.
Perda yang telah diundangkan disampaikan kepada Menteri
dan/atau gubernur untuk dilakukan klarifikasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tambahan lembaran daerah memuat penjelasan Produk


Hukum Daerah.

Tambahan lembaran daerah dicantumkan nomor tambahan


lembaran daerah.
Tambahan lembaran daerah ditetapkan bersamaan dengan
pengundangan Produk Hukum Daerah.
Nomor tambahan lembaran daerah merupakan kelengkapan
dan penjelasan dari lembaran daerah.

6. Penyebarluasan

Penyebarluasan dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak


penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Produk Hukum Daerah,
pembahasan Rancangan Produk Hukum Daerah, hingga Pengundangan
Produk Hukum Daerah.

Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau


memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.
Penyebarluasan Perda yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah
dilakukan bersama oleh DPRD dan pemerintah daerah.

Naskah produk hukum daerah yang disebarluaskan harus merupakan


salinan naskah yang telah diautentifikasi dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, dan Berita Daerah.

C.BENTUK PRODUK HUKUM DAERAH

9
I. BENTUK RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI … (Nama Provinsi)


NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(nama Peraturan Daerah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR (Nama Provinsi),

Menimbang : a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. dan seterusnya …;
Mengingat : 1. …;
2. …;
3. dan seterusnya …;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI …
(Nama Provinsi)
dan
GUBERNUR … (Nama Provinsi)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG ... (Nama Peraturan


Daerah).

10
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

BAB II

Pasal …
BAB …
(dan seterusnya)
Pasal ...

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi … (Nama Provinsi).

Ditetapkan di …
pada tanggal …
GUBERNUR … (Nama
Provinsi)
tanda tangan
NAMA

Diundangkan di …
pada tanggal …
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI… (Nama Provinsi),
tanda tangan
NAMA

11
LEMBARAN DAERAH PROVINSI … (Nama Provinsi) TAHUN … NOMOR

II. BENTUK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA… (nama


kabupaten/kota)
NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(nama Peraturan Daerah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI/WALIKOTA (nama kabupaten/kota),

Menimbang: a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. dan seterusnya …;

Mengingat: 1. …;
2. …;
3. dan seterusnya …;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA …
(nama kabupaten/kota)
dan
BUPATI/WALIKOTA … (nama kabupaten/kota)

12
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG ... (Nama Peraturan


Daerah).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

BAB II

Pasal …

BAB …
(dan seterusnya)
Pasal . . .

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten/Kota … (nama kabupaten/kota).

Ditetapkan di …
pada tanggal …
BUPATI/WALIKOTA…(nama
kabupaten/kota),

tanda tangan
NAMA
Diundangkan di …
pada tanggal …

13
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN/KOTA … (nama
kabupaten/kota),

tanda tangan
NAMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA … (nama


kabupaten/kota)
TAHUN … NOMOR …

III. PERATURAN KEPALA DAERAH

A. Peraturan Gubernur
PERATURAN GUBERNUR ... (Nama Provinsi)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
(Judul Peraturan Gubernur)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR ..., (Nama Provinsi)
Menimbang : a.bahwa.................................;
b.bahwa.................................;
c. dan seterusnya............. ....;
Mengingat : 1. ..........................................;
2. ...........................................;

3.dan seterusnya...................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG ... (Judul
Peraturan Gubernur).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
BAB II
Bagian Pertama

14
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (apabila ada)
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Provinsi... (Nama Provinsi).
Ditetapkan di ...
pada tanggal

GUBERNUR PROVINSI...,
(Nama Provinsi)

(Nama Tanpa Gelar dan


Pangkat)

15
Diundangkan di ...
pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ..., (Nama Provinsi)

(Nama)

BERITA DAERAH PROVINSI... (Nama Provinsi) TAHUN ...


NOMOR ...

B. Peraturan Bupati/Walikota

PERATURAN BUPATI/WALIKOTA... (Nama Kabupaten/Kota)


NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Bupati/Walikota)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI/WALIKOTA ..., (Nama Kabupaten/Kota)

Menimbang : a. Bahwa................................................;
b. bahwa................................................;
c. dan seterusnya..................................;
Mengingat : 1. ..........................................................;
2............................................................;
3. dan seterusnya..................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG...
(Judul Bupati/Walikota).

16
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati/Walikota ini yang dimaksud dengan:
BAB II
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (apabila ada)
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...

Peraturan Bupati/Walikota ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati/Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten/Kota... (Nama
Kabupaten/Kota).

Ditetapkan di ...
pada tanggal

BUPATI/WALIKOTA..., (Nama
Kabupaten/ Kota)

17
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ...
pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ..., (Nama Kabupaten/Kota)

(Nama)

BERITA DAERAH KABUPATEN/KOTA... (Nama


Kabupaten/Kota)TAHUN ... NOMOR ...

IV. PERATURAN BERSAMA KEPALA DAERAH

A. Peraturan Bersama Gubernur

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR... (Nama Provinsi)


DAN GUBERNUR... (Nama Provinsi)
NOMOR ... TAHUN ...
NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Bersama)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

18
GUBERNUR ... (Nama Provinsi) dan
GUBERNUR ..., (Nama Provinsi)

Menimbang : a.
Bahwa.............................................................;

b.
bahwa.............................................................;
c. dan
seterusnya................................................;

Mengingat : 1.
.......................................................................;

2.
.......................................................................;
3. dan
seterusnya...............................................;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BERSAMA GUBERNUR...
(Nama Provinsi) DAN GUBERNUR... (Nama
Provinsi) TENTANG ... (Judul Peraturan
Bersama).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
BAB II
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (apabila ada)

19
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Provinsi ... (Nama Provinsi) dan Berita
Daerah Provinsi ... (Nama Provinsi)

Ditetapkan di ...
pada tanggal

GUBERNUR..., (Nama Provinsi) GUBERNUR...,


(Nama Provinsi)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar


dan Pangkat)

Diundangkan di ... Diundangkan di ...


pada tanggal ... pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ..., SEKRETARIS DAERAH ..., (Nama
Provinsi)
(Nama Provinsi)

(Nama)
(Nama)

BERITA DAERAH PROVINSI... (Nama Provinsi) TAHUN ...


NOMOR ...
BERITA DAERAH PROVINSI... (Nama Provinsi) TAHUN ...
NOMOR ...

B. Peraturan Bersama Bupati/Walikota

20
PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA... (Nama
Kabupaten/Kota)
DAN BUPATI/WALIKOTA... (Nama Kabupaten/Kota)
NOMOR ... TAHUN ...
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
(Judul Peraturan Bersama)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI/WALIKOTA ... (Nama Kabupaten/Kota) DAN
BUPATI/WALIKOTA ..., (Nama Kabupaten/Kota)

Menimbang : a.
Bahwa.................................................................;
b.
bahwa.................................................................;
c. dan
seterusnya....................................................;

Mengingat : 1.
...........................................................................;
2.
...........................................................................;

3. dan
seterusnya...................................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BERSAMA
BUPATI/WALIKOTA... (Nama
Kabupaten/Kota) DAN BUPATI/WALIKOTA...
(Nama Kabupaten/Kota) TENTANG ... (Judul
Peraturan Bersama).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
BAB II

21
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (apabila ada)
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten/Kota... (Nama
Kabupaten/Kota) dan Berita Daerah Kabupaten/Kota... (Nama
Kabupaten/Kota)

Ditetapkan di ...
pada tanggal

BUPATI/WALIKOTA..., (Nama Kab/Kota) BUPATI/WALIKOTA...,


(Nama Kab/Kota)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan


Pangkat)

22
Diundangkan di ... Diundangkan di ...
pada tanggal ... pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ..., (NamaSEKRETARIS DAERAH ..., (Nama
Kab/Kota) Kab/Kota)

(Nama) (Nama)

BERITA DAERAH KABUPATEN/KOTA... (Nama Kab/Kota)


TAHUN ... NOMOR ...
BERITA DAERAH KABUPATEN/KOTA... (Nama Kab/Kota)
TAHUN ... NOMOR ...

V. KEPUTUSAN KEPALA DAERAH

A. Keputusan Gubernur

KEPUTUSAN GUBERNUR ... (Nama Provinsi)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
(Judul Keputusan Gubernur)
GUBERNUR ..., (Nama Provinsi)

Menimbang : a.
Bahwa...........................................................;
b.
bahwa...........................................................;

c. dan
seterusnya..............................................:

Mengingat : 1.
.....................................................................;

2.
.....................................................................;

23
3. dan
seterusnya..............................................;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : .....................................................................................
KEDUA : ......................................................................................
KETIGA : .....................................................................................
KEEMPAT : .....................................................................................
KELIMA : .....................................................................................

Ditetapkan di ...
pada tanggal
GUBERNUR PROVINSI...,
(Nama Provinsi)

(Nama Tanpa Gelar dan


Pangkat)

B. Keputusan Bupati/Walikota

KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA ... (Nama Kabupaten/Kota)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
(Judul Keputusan Bupati/Walikota)
BUPATI/WALIKOTA..., (Nama Kabupaten/Kota)

Menimbang : a.
Bahwa...................................................................;

b.
bahwa...................................................................;

24
c. dan
seterusnya.....................................................;

Mengingat : 1.
............................................................................;
2.
............................................................................
;

3. dan
seterusnya.....................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
KESATU :
KEDUA :
KETIGA :
KEEMPAT :
KELIMA :

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 2011
BUPATI/WALIKOTA...,(Nama
kab/Kota)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Jenis Produk Hukum Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Jenis Dan Bentuk Produk Hukum Daerah
dalam Pasal 2 jenis produk hukum daerah terdiri atas :
a) Peraturan Daerah
b) Peraturan Kepala Daerah
c) Peraturan Bersama Kepala Daerah

25
d) Keputusan Kepala Daerah
e) Instruksi Kepala Daerah.
2. Tahapan tata cara pembentukan produk hukum daerah yaitu

1. Perencanaan;

2. Perumusan;

3. Pembahasan;

4. Pengesahan;

5. Pengundangan;

6. Penyebarluasan.

3. Macam -Macam Bentuk Produk Hukum Daerah

1. RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI


2. RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
3. PERATURAN KEPALA DAERAH
a. Peraturan Gubernur
b. Peraturan Bupati/Walikota
4. PERATURAN BERSAMA KEPALA DAERAH
a. Peraturan Bersama Gubernur
b. Peraturan Bersama Bupati/Walikota
5. KEPUTUSAN KEPALA DAERAH
a. Keputusan Gubernur
b. Keputusan Bupati/Walikota

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Oentarto SM, Dr.Imade Suwandi.M.Soc.,Sc, Drs.Dodi Riyadmadji.MM,


Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan,(Jakarta:Samitra Media
Utama,2004)

26
Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Jenis
dan Bentuk Produk Hukum Daerah

Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 Tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah

Hasil Diskusi:

1. Gery: Bagaimana Bila Perda Kabupaten /Kota Bertentangan dengan Perda


Provinsi?

Jawaban : Sebelum disahkannya Perda kabupaten /kota tentu adanya pembahasan


dimana dalam pembahasan tersebut menguji materil dari Perda agar tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya ,apabila ada perda

27
kabupaten/kota yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
diatasnya maka sesuai asas “Lex Superiori derogat legi inferior “ bahwa Hukum
yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang lebih rendah.

2. Farhan: Siapa yang mempunyai kewenangan dalam membatalkan Perda apakah


kewenangan Kemendagri atau Mahkamah Agung?

Jawaban : Dalam Putusan MK Nomor 137 PUU-XII/2015 dan Putusan Nomor


56/PUU-XIV/2016 Ada 3 alasan Mahkamah Konstitusi mencabut wewenang
mendagri, yaitu:

a. Peraturan perundang-undangan hanya layak diuji oleh suatu lembaga


yustisi,dengan kata lain bahwa suatu produk hukum hanya absah diuji melalui
institusi hukum bernama Pengadilan agar adanya saling mengawasi dan
mengimbangi(Check and Balance) dalam tatanan pemerintahan sesuai teori Trias
Politica.

b. Menurut UU No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan,Perda jelas disebut sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan dengan hirarki dibawah UU.Dalam Pasal 24A ayat(1) UUD
1945,pengujian hanya dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung,bukan lembaga lain.

c. Kemendagri ada dalam ruang lingkup kekuasaan eksekutif apabila


Kemendagri mempunyai wewenang melalukan pengujian dan pembatalan perda
berpotensi menimbulkan dualisme putusan

28

Anda mungkin juga menyukai