Anda di halaman 1dari 34

REFERAT FRAKTUR VERTEBRA

BAB I PENDAHULUAN

Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari

leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi

vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan

berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 ruas

dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1

Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan

dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi

terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma

tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama

dan transportasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati.2,3

Trauma tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligamen, diskus dan

faset tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah

kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan

kecelakaan kerja.2,3

Fraktur tulang belakang adalah cedera serius. Fraktur yang paling umum dari tulang

belakang terjadi vertebra servikal dan lumbal atau pada sambungan dari torakolumbal

junction. Patah tulang ini biasanya disebabkan oleh kecelakaan kecepatan tinggi, seperti

kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian. 4

Pria mengalami fraktur tulang belakang dada atau lumbal empat kali lebih sering

daripada wanita. Usia juga berisiko untuk terjadi fraktur ini, karena tulang melemah yang

disebabkan osteoporosis. 4

1
Karena energi yang didapat saat terkena fraktur tulang belakang, pasien sering

mengalami cedera tambahan yang memerlukan penatalaksanaan lebih. Spinal cord dapat

terluka, tergantung pada tingkat keparahan fraktur tulang belakang. 4

Gejala dari cedera vertebra bervariasi tergantung dari lokasi cedera. Cedera pada spinal

cord dapat menyebabkan kelemahan otot dan mati rasa pada tempat tempat tertentu. Jenis

cedera tulang belakang adalah keadaan kegawatdaruratan medis dan membutuhkan operasi

yang segera. Rentang waktu antara cedera dan penatalaksanaan dapat berpengaruh pada hasil

akhir.5

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik sekaligus

mengetahui definisi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, komplikasi dan penatalaksanaan

dari fraktur vertebra. Pengetahuan mengenai ini perlu disosialisasikan kepada dokter dan

masyarakat, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan harapan hidup penderita.

2
BAB II VERTEBRA

2.1 AnatomiVertebra

Vertebra adalah pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi

medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental

yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra

torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu

(vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).6

Tulang belakang anterior, lateral, dan posterior (Frabk H Netter)

3
Ruas tulang vertebrae (Frank H Netter)

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya

dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada pandangan dari

samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal dan

lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus

intervertebralisnya merupakan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan

gerakan antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah

yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang

membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih

besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya semakin kecil.6

Secara umum, struktur tulang belakang tersusun atas dua yaitu :

1. Korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada diantaranya.

2. Elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina, pedikel,
4
prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis, ligamentum-ligamentum

supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsulsendi.

Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di belakang

yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, 2 pedikel, 1 prosesus

spinosus, serta 2 prosesus transversus. Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk

5
khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang

disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus neuralis

di bagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar,

sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil. Bagian lain yang menyokong

kekompakan ruas tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaitu ligamentum

longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, ligamentum flavum, ligamentum

interspinosus, dan ligamentum supraspinosus.6

Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dan

komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. Pertama yaitu satu

tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus intervertebralis. Kedua dan

ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi

intervertebralis lateralis. Tulang belakang dikatakan tidak stabil, bila kolom vertikal terputus

pada lebih dari duakomponen.6

Terdapat dua tipe berdasarkan kestabilannya, yaitu: 6

- Cedera stabil : jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis

anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen

posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi

dan burst fraktur adalah contoh cederastabil.

- Cedera tidak stabil : cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena

ligamen posteriornya rusak atau robek. Fraktur medulla spinalis disebut tidak

stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior. Menentukan stabil atau

tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiografi

minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan dan kiri. Dalam

menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkanyaitu

6
kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior

(kolumna anterior).

Pembagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :6

1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan 2/3 bagian anterior

dari corpus vertebra, diskus dan annulusvertebralis.

2. kolumna media yang terbentuk dari 1/3 bagian posterior dari corpus vertebralis,

diskus dan annulusvertebralis.

3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus

tulang posterior, ligamen interspinosa dansupraspinosa.

Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang

menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin tinggi

kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misal, jika

kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di

bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah

dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral

mengakibatkan sedikit kehilanganfungsi.6

2.2 MedullaSpinalis

Medulla spinalis berawal dari ujung bawah medulla oblongata di foramen magnum.

Pada dewasa berakhir di sekitar tulang L1 berakhir menjadi konus medularis. Selanjutnya

akan berlanjut menjadi kauda equine yang lebih tahan terhadap cedera. Dari berbagai traktus

di medulla spinalis secara klinis traktus kortikospinalis, traktus spinothalamikus dan kolumna

posterior. Setiap pasang traktus dapat cedera pada satu atau kedua sisinya.7

7
Traktus kortikospinal yang terletak dibagian posterolateral medulla spinalis mengatur

kekuatan motorik tubuh ipsilateral dan diperiksa dengan melihat kontraksi otot volunteer atau

melihat respon involunter dengan rangsang nyeri. Traktus spinotalamikus yang terletak di

anterolateral medulla spinalis membawa sensais nyeri dan suhu dari sisi kontralateral tubuh.

Secara umum diperiksa dengan tusukan atau sentuhan ringan. Kolumna posterior membawa

sensasi posisi (proprioseptif), getar dan sentuh dari bagian tubuh ipsilateral. Kolumna ini

diperiksa dengan sensasi posisi ibu jari dan jari-jari atau getar dengan garpu tala.7

Keadaan dimana tidak ada lagi fungsi sensorik dan motorik dibawah level tertentu

disebut dengan cedera medulla spinalis kompllit. Dalam minggu pertama pasca trauma,

diagnosis belum dapat ditegakkan secara pasti karena masih ada kemungkinan terjadisyok

spinal. Cedera inkomplit adalah cedera dimana masih ada fungsi motorik atau sensorik yang

tersisia, prognosisnya lebih baik dibandingkan cedera komplit. Sisa sensasi di daerah perianal

mungkin hanya satu-satunya tanda dari fungsi yang tersisa. Sacralsparing dapat ditunjukan

oleh preservasi sensorik di region perianal dan/atau kontraksi volunteer sfingter ani.7

2.3 Dermatom

Dermatom adalah daerah kulit yang dipersarafi oleh akson sensoris radiks saraf

segmen tertentu. Pengetahuan mengenai beberapa level dermatom yang penting sangat

berguna dalam menentukan level trauma dan menilai adanya perbaikan atau perburukan.

Level sensoris dermatom dengan fungsi sensoris normal yang paling rendah dan seringkali

berbeda pada kedua sisi tubuh. Untuk alas an praktis, dermatom servikal atas (C1-C4) sangat

bervariasi dalam distribusi ke kulit dan tidak dipakai dalam lokalisasi. Namun nervus

supraclavicularis (C2-C4) member inervasi sensorik ke daerah yang menutupi muskulus

pektoralis. Adanya senasi pada daerah ini dapat membingungkan pemeriksa pada saat

mencoba menentukan level sensorik pada pasien dengan cedera servikal bawah. Daerah yang

dapat dijadikan patokan :7

8
 C2 Protuberensiaoksipitalis

 C3 FossaSupraklavikularis

 C4 Puncak Sendiakromioklavikularis

 C5 Sisi lateral lenganatas

 C6 Ibu jaritangan

 C7 Jari tengahtangan

 C8 Jari kelingkingtangan

 T1 Sisi medial fossaantekubiti

 T2 PuncakAxila

 T3 Ruang InterkostalIII

 T4 Ruang Interkostal IV (Papillamammae)

 T5 Ruang Interkostal V (AntaraT4-T6)

 T6 Ruang Interkostal VI (Processusxifoideus)

 T7 Ruang Interkostal VII (Antara T6 -T8)

 T8 Ruang Interkostal VIII (Antara T6 -T10)

 T9 Ruang Interkostal IX (Antara T8 -T10)

 T10 Ruang Interkostal X(Umbilikus)

 T11 Ruang Interkostal XI (Antara T8 -T10)

 T12 Pertengahan ligamentuminguinalis

 L1 Pertengahan antara T10 danL2

 L2 Pertengahan anteriorpaha

 L3 Kondilus femoralisMedialis

 L4 Maleolusmedialis

 L5 Dorsum pedis pada sendi metatarsofalangealIII

 S1 LateralTumit

9
 S2 Fossa Poplitea pada garistengah

 S3 Tuberositasiskium

 S4-S5 Daerahperianal

10
2.4 Myotom

Setiap radiks saraf mempersarafi lebih dari satu otot dan kebanyakan otot dipersarafi

lebih dari satu radiks (biasanya dua). Walaupun begitu supaya mudah beberapa otot atau

kelompok otot diidentifikasi sebagai perwakilan dari segmen saraf spinal tertentu. Daerah

otot yang pentingadalah:7

 C5 Fleksor siku (M. Biceps,brachialis)

 C6 Ekstensor pergelangan tangan (M. Ekstensor karpi radialislongus-brevis)

 C7 Ekstensor siku(M.Triseps)

 C8 Fleksor jari (M. Fleksor digitorum profundus) pada jaritengah

 T1 Abduktor jari kelingking (M. Abduktor digitiminimi)

 L2 Fleksor panggul (M.Iliopsoas)

 L3 Ekstensor lutut (M.Kuadriseps)

 L4 Dorsofleksor pergelangan kaki (M. TibialisAnterior)

 L5 Ekstensor jempol kaki (M. Ekstensor halusislongus)

 S1 Plantarfleksor pergelangan kaki (M. Gastroknemiussoleus)

2.5 MekanismeCedera

Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah: 8

1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi danekstensi)

Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher,

pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa

menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung.

Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami

fraktur. Cedera inistabil karena tidak merusak ligamenposterior.

11
2. Fleksi

Traumaini terjadi akibatfleksidan disertai kompresi padavertebra. Vertebra akan

mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika

ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika

ligamentum posterior tidak rusakmaka fraktur bersifat stabil. Pada daerah

cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan

pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ketempatnya.

3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksiposterior

Kombinasifleksidengankompresi anterior dan distraksi posterior dapat

mengganggu kompleks vertebra pertengahan, di samping kompleks posterior.

Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis.

Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak

stabil dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat

menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dandistraksipada unsur

lateral dan posterior pada sisi se baliknya. Jika permukaan dan pedikulus remuk,

lesi bersifat tidakstabil.

4. Pergeseran aksial(kompresi)

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan

menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng

vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra, dengan kekuatan yang

lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan

fraktur remuk (burst fracture). Karena unsurposterior utuh,keadaanini

didefinisikan sebagai cedera stabil.Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang

ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya,

kerusakan neurologik seringterjadi.

12
5. Rotasi-fleksi

Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksidan rotasi.

Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai bataskekuatannya, kemudian dapat

robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagianatas darisatu

vertebra dapatterpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau

dislokasi ke depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa kerusakan tulang.

Semua fraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya

kerusakanneurologik.

6. TranslasiHorizontal

Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser ke

anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi kerusakan

syaraf.

13
BAB III FRAKTUR VERTEBRA SERVIKAL

3.1 Etiologi

Cedera spinal terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai servikal

dan lulmbal. Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang

belakang. Di daerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur thoraks.6

Kelainan dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi atau kominutif dan dislokasi,

sedangkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio,

kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah atau perdarahan.

Kelainan sekunder dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan oleh

hipotensi, udem atau kompresi. Kerusakan pada spinal merupakan kerusakan permanen

karena tidak ada regenerasi dari jaringansaraf.6

3.2 Epidemiologi

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung,

kanker dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab

kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi

trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40%

spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport,

kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi servikal paling sering pada C2 diikuti

dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade3.7

3.3 Patofisiologi

Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum

tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan

14
tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla

antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasifraktur.9

Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan

vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai

melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap

awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan

dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak

tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom

menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian

menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan

masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan

menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrom

compartement.9

3.4 GambaranKlinis

Gambaran klinis tergantung dari letak dan besarnya kerusakan yang terjadi.

Kerusakan melintang memberikan gambaran hilangnya fungsi motork maupun sensorik

kaudal dari tempat kerusakan disertai syok spinal. Syok spinal terjadi Karena hilangnya

rangsang yang berasal dari pusat. Peristiwa ini umumnya terjadi selama satu hingga enam

minggu. Tandannya adalah kelumpuhan flasid, anesthesia, arefleksia, hilangnya perspirasi,

gangguan fungsi rectum dan kandung kemih, priapismus, bradikardia dan hipotermal. Setelah

syok spinal pulih akan terdapat hiperrefleksia.10

Sindrom sumsum tulang belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik

dibawah tempat kerusakan disetai hilangnya sensasi nyeri dan suhu ada kedua sisinya,

sedangkan sensari raba dan posisi tidak terganggu.7

15
Cedera sumsum tulang belakang sentral jarang terjadi. Pada umumnya terjadi akibat

cedera di daerah servikal dan disebabakan hiperekstensia mendadak sihingga sumsum tulang

belakang terdesak oleh ligamentum flavum yang terlipat. Gambaran klinis berupa tetraparese

parsial. Gangguan pada ekstremitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas sedangkan

daerah perianal tidak terganggu.7

Sindrom brown-sequard disebabkan oleh kerusakan paruh lateral sumsum tlang

belakang. Sindrom ini jarang ditemukan gejalanya burupa gangguan motorik dan hilangnya

rasa vibrasi pada posisi ipsilateraldi kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.7

Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia

perianaal, ganggguan fungsi defleksi, miksi,impotensi, serta hilangnya reflex anal dan reflex

bulbokavernosa.7

Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi

ujung konus medularis dan menyebabkan leumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral

yang mirip dengan sindrom konus medularis.7

3.5 Diagnosis

Pada penderita yang masih sadar, cedera spinal mudah dikenali dengan menilai

keluhan dan melakukan pemeriksaan terhadap kelainan yang terjadi; misalnya penderita

mengeluh sakit sepanjang kolumna vertebra, mengeluh baal, kebas hingga lumpuh pada

anggota gerak tertentu. Namun pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran hingga

koma akan sulit menilai keluhan dan melakukan pemeriksaan klinis sehingga kita selalu

melakukan praduga positif dan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang.11

Beberapa keadaan yang harus dicurigai sebagai cedera spinal dan harus dikelola

sebagai cedera spinal adalah11 :

16
 Semua penderita pasca trauma yang tidaksadar

 Penderita yang mengalami gejalaneurologis

 Penderita yang mengeluh nyeri gerak da nyeri tekan pada sepanjang daerahspinal

 Penderita yang jatuh dari ketinggian

 Penderita multiple trauma akibat kecelakaanlalulintas

3.6 Tatalaksana

Prinsip dasar pengelolaan cedera spinal adalah dengan melakukan proteksi sepanjang

columna vertebralis agar tidak terjadi gerakan baik fleksi, ekstensi, rotasi maupun lateral

bending. Proteksi spinal yang dilakukan adalah dengan memasang semi rigid servikal collar

dan memfiksasi penderita pada long spine board. Yang perlu diperhatikan pada prosedur

proteksi spinal ini adalah sesegera mungkin melakukan upaya menegakkan diagnosis ada

tidaknya cedera spinal.10

Tujuan utama terapi pembedahan adalah melakukan dekompresi terhadap medulla

spinalis dan melakukan instrumentasi stabilisasi jika memang didapati keadaan tulang

belakang yang tidak stabil. Prognosis penderita sangat tergantung dari beratnya cedera dan

lamanya pertolongan hingga tindakan pembedahan.6

Terapi medikamentosa segera diberikan begitu penderita dicurigai menderita cedera

spinal, selama transport hingga saat menjelang pembedahan. Pengelolaan suportif dan

medikamentosa berupa :6

1. bantuan ventilasi nafas pada penderita yang mengalami paralisis ototnafas

2. cairan intravena dan penanganan renjatanneurogenik

17
3. obat medikamentosa seperti : glukokortikoid steroid metilprednisolon dosis tinggi,

opiate reseptor antagonis nalokson, non glukokortikoid steroid tirilazad,

monocyaloganglioside.

Prinsip umum :11

 Pikirkan selalu kemungkinan adanya cederaspinal

 Mencegah terjadinya cederakedua

 Waspada akan tanda yang menunjukkan jejaslintang

 Lakukan evaluasi dan rehabilitasi

Tindakan:11

 Adakan imobilisasi di tempat kejadian (dasarpapan)

 Optimaliasi faal ABC : jalan napas,pernapasan dan perderandarah

 Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotoraks?)

 Pemerikasaan neurologis untuk menentukan tempatlesi

 Pemeriksaan radiologis (kadangdiperlukan)

 Tindak bedah (dekompresi,reposisi danstabilisasi)

 Pencegahan penyulit : ileus paralitik -> sondelambung

 Penyulit kelumpuhan kandung kemih ->kateter

 Pneumonia

 Dekubitus

Ada dua macam traksi servikal yaitu traksi memakai pita kulit lebar yang disarungkan

di dagu oksipit (biasanya untuk stabilisasi sementara) yang disebut Halter traction dan traksi

skeletal yang dipasang pada tulang tengkorak. Beban traksi yang diberikan sebaiknya jangan

melebihi 5 kg untuk maksmal waktu dua jam.12

18
Traksi skeletal dipasang di tengkorak pada lokasi di atas telinga, pada titik di atas

garis yang ditarik dari prosesus mastoid ke meatus audiotorius eksternal. Pemasangan pada

lokasi yang lebih anterior akan membuat traksi leher menjadi lebih ekstensi, sedangkan lokasi

yang lebih posterior akan menjadikan traksi leher yang fleksi. Pedoman umum yang dipakai

untuk menentukan berat beban traksi pada awalnya adalah 2,5 kg per vertebra mulai dari

basis sampai dengna lokasi cedera. Namun biar bagaimanapun, pemasangan traksi ini harus

dipantau ketat melalui pemeriksaan klinis neurologis dan radiologis. Kadang perlu pula

diberikan obat penenang ringan seperti diazepam dan atau analgetika selama pemasangan

traksi.12

19
BAB IV FRAKTUR VERTEBRA THORAKOLUMBAL

Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh dari ketinggian serta kecelakaan

lalu lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah tulang vertebra tipe kompresi.

Pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga besar sering didapatkan

berbagai macam kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe

frakturnya adalah frakturdislokasi.6

Berdasarkan mekanisme cederanya, dapat dibagi menjadi:

1. Fraktur kompresi (Wedgefractures)

Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan

membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang

mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan

jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala,

osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian

membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudahmengalami

20
fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek

ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya.

2. Fraktur remuk (Burstfractures)

Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara langsung,

dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinalis.

Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang

disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. Tepi

tulang yang menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk

cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat

menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisis atau gangguan syaraf parsial.

Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis

pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fractureditegakkan

dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur dan menentukan apakah

fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi.

Biasanya dengan scan MRI, fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma

jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya perdarahan.13

21
3. Frakturdislokasi

Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena

kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga

sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau

tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga

bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi mekanisme kecelakaan yang terjadi

yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan proses pengelupasan. Pengelupasan

komponen akan terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan parah pada

ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi

korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian anterior ke posterior.

kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus

transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya

akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabutsyaraf.

22
4. Cedera pisau lipat (Seat beltfractures)

Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem

sehingga membuat vertebra dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada

thoracolumbar junction.4,14

Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahan

membentuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior

vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan melawan

tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna

posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil.8

4.1 Diagnosis

Diagnosis klinik adanya fraktur thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera

pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat

bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas

23
klavikula, cedera kepala atau menurunnya kesadaran, harus dicurigai adanya cedera cervical

sebelum curiga lainnya. Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan mekanisme

kecelakaan high-speed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal. Selain itu

patut dicurigai pula adanya cedera medulla spinalis, jika pasien datang dengan nyeri pada

leher, tulang belakang dan gejala neurologis padatungkai.15

Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda fraktur

yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan

tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf

dengan CT atau MRI. Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa

informasi yang rinci, diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan.

Pemeriksaan rektum juga harus dilakukan. Pemeriksaan tentang tanda-tanda shock juga

sangatpenting.15

Macam-macam shock yang dapat terjadi pada cadera tulang belakang :

a. Hypovolemic shock yang ditandai dengan takikardia, akral dingin dan hipotensi

jika sudahlanjut.

b. Neurogenic shock adalah hilangnya aktivitas simpatis yang ditandai dengan

hipotensi,bradikardi.

c. Spinal shock : disfungsi dari medulla spinalis yang ditandai dengan hilangnya

fungsi sensoris dan motoris. Keadaan ini akan kembali normal tidak lebih dari 48

jam.

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan: 15

1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra, untuk

melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran padavertebra.

24
2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra 2

dimensi . Pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang dihasilkan CT

scan.

3. Magnetic Resonance Imaging: pemeriksaan ini menggunakan gelombang frekuensi

radio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di daerah vertebra.

Gambaran yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRI sering digunakan untuk

mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan

menilai cedera medullaspinalis.

4.2 Tatalaksana

Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian

kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya perdarahan dan segera

mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan reflek

untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2

Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk

mencegah kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur.

1. Braces &Orthotics

Ada tiga hal yang dilakukan yakni,

a. mempertahankan kesejajaran vertebra(alignment)

b. imobilisasi vertebra dalam masapenyembuhan

c. mengatasi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasipergerakan.

Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid

collar (Miami J) untuk fraktur cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk

25
fraktur pada punggung bagian atas, thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk

fraktur punggung bagian bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan

terputus, umumnya fraktur pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami

dislokasi memerlukan traksi, halo ring dan vest brace untuk mengembalikan

kesejajaran.2

2. Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusion).

Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion

adalah proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan

alat-alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah

penyatuan vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan

ini memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan

penyatuan yang solid.3

27
3. Vertebroplasty &Kyphoplasty

Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik ini

digunakan pada fraktur kompresi yang disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra.

Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui lubang jarum menuju corpus

vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkan, dikembungkan untuk

melebarkan vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone

cement.3

28
Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi :3

a. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi dan

evakuasi kandung kemih dalam 2minggu

b. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap duahari

c. Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar daritubuh

d. Nutrisi dengan diet tinggi protein secaraintravena

e. Cegahdekubitus

f. Fisioterapi untuk mencegahkontraktur

29
BAB V KESIMPULAN

Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7

cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1 Fungsi vertebra yaitu melindungi

medulla spinalis dan serabut saraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan

posisi tubuh.

Pada cedera tulang belakang, mekanisme cedera yang mungkin adalah: Hiperekstensi

(kombinasi distraksi dan ekstensi), fleksi, fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi

posterior, kompresi, rotasi-fleksi, translasi horizontal.

Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi servikal paling sering pada C2 diikuti dengan C5

dan C6 terutama pada usia dekade 3. Penyebab tersering cedera torakolumbal adalah jatuh

dari ketinggian serta kecelakaan lalu lintas. Jatuh dari ketinggian dapat menimbulkan patah

tulang vertebra tipe kompresi. Pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan tenaga

besar sering didapatkan berbagai macam kombinasi gaya, yaitu fleksi, rotasi, maupun

ekstensi sehingga tipe frakturnya adalah frakturdislokasi.

Berdasarkan mekanisme cederanya, fraktur dapat dibagi menjadi: Fraktur kompresi

(Wedge fractures), Fraktur remuk (Burst Fracture), fraktur dislokasi, Seat Belt Fracture.

Diagnosis klinik adanya fraktur vertebra didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal

terdiri atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kemungkinan adanya

perdarahan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan neurologis fungsi motorik, sensorik dan

reflek untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.

Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk

mencegah kerusakan yang lebih parah lagi, semuanya tergantung dari tipe fraktur : Braces

&Orthotics, Pemasangan alat dan prosess penyatuan (fusion), Vertebroplasty & Kyphoplasty

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K. Essential Clinical Anatomy. Second Edition. Baltimore: Williams and

Wilkins.2002

2. Rasjad C. Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Lamumpatue. 2003

3. Roper S. Spine Fracture. In: Dept. Neurosurgery Unversity of Florida. (Last updated:

2003; accesed: 14 April 2012). Available from

:http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.html

4. American Academic of Orthopaedic Surgeons. Fracture of Thoracic and Lumbar

Spine.Availableat:http://orthoinfo.aaos.org/PDFs/A00368.pdf.Accessedon9Oct

2014.

5. Medlineplus. Spinal Cord Trauma. Available

at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001066.htm. Accessed on 9Oct

2014

6. Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005; 870-874

7. Hughes,Irvene. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) edisi 8. Trauma

tulang belakang dan medulla spinalis. Americam College of surgeons. Chicago :

2008;185 –202)

8. Apley,A.Graham. Apley’s System O Orthopaedic And Fracture. SeventhEdition.

London: Butterworth Scientific. 2000; 658-665.

9. Thomas. Thoracolumbal Vertebral Fracture; Journal of Orthopaedics. Available

fromhttp://www.jortho.org/index.html. Accessed on 9 Oct2014

10. Schwartz.intisari Prinsip-prinsip Ilmu bedah edisi 6.penerbit buku kedokteran

EGC.1995;626-630

11. Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM.Sinopsis Ilmu Bedah Saraf : TraumaSpinal.

Sagung Seto.Jakarta : 2011; 31-42

31
12. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Cedera Spinal. PT Gramedia PustakaUtama.

Jakarta : 2010; 393 – 403

13. Deblick T. Burst Fracture. Available from

:http://www.emedicine.medscape.com/specialties. Accessed on 9 Oct2014

14. Claire M. The Three Column Concept. Available at:

http://www.spineuniverse/columnconcept.html. Accessed on 9 Oct2014

15. Kuntz C. Spine Fracture. Emedicine Journals. Available at

:http://www.emedicine.com/orthoped/topic567.htm. Accessed on 9 Oct2014

32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai