Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN DASAR-


DASAR PENDIDIKAN AKHLAQ
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Ayat-ayat Pendidikan
Dosen pengampu: Prof. H. Fauzan Saleh, Ph.D

Disusun Oleh :
Rizki Amalia Intias 926.001.18.019

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2019
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena dengan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, tentang Pengembangan Kecerdasan Spiritual dan
Dasar-dasar Pendidikan Akhlaq dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak Prof. H. Fauzan
Saleh, Ph.D selaku dosen mata kuliah Studi Ayat-ayat Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan, dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Kediri, 23 Juli 2019

Penyusun
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi keistimeaan yakni
berupa akal dan perasaan. Akal yang diberikan kepada manusia ini juga
merupakan hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk Allah yang
lainnya. Akal berpusat di otak, digunakan untuk berfikir dan perasaan
pusatnya di hati, digunakan untuk merasa dan dalam tingkat paling tinggi ia
melahirkan kata hati.
Sebagai individu, manusia merupakan satu kesatuan antara jiwa dan
raga yang terdapat pembawaan-pembawaan yang dapat terpengaruh, baik
oleh kata-kata yang tertulis maupun kata-kata yang terdengar. Dalam proses
kehidupan manusia yang selalu berkembang dan ingin mengadakan suatu
kemajuan dalam hidupnya, tidak luput dari pengaruh lingkungan sekitarnya
yang mendidik jiwa keagamaannya, pola berfikir dan mengembangkan
potensi-potensi yang ia miliki, dalam pendidikan yang dilakukan dewasa ini
melibatkan tiga unsur, yakni lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
yang disebut “Tri Pusat Pendidikan”, yang terkait satu sama lain dan saling
menunjang dalam mewujudkan tujuan inti pendidikan Islam, yakni
pembentukan jiwa keagamaan berupa pekerti luhur yang diistilahkan dengan
Akhlak al-kariimah.
Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka
memajukan kehidupan manusia dari generasi ke generasi. Pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif.
Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya
terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem
pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan
mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 4

BAB II
PEBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan Spiritual


Sebelum membahas kecerdasan spiritual, terlebih dahulu penulis
mendefinisikan “kecerdasan” dan “spiritual” secara terpisah. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “kecerdasan” adalah kesempurnaan
akal budi.1 Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, kata-kata yang memiliki arti
kecerdasan, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka’, al-hadzaqah, an-nubl, an-
najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh Al-Qur’an. Definisi Kecerdasan
secara jelas juga tidak ditemukan, tetapi melalui kata-kata yang digunakan
oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna Kecerdasan. Kata yang banyak
digunakan oleh Al-Qur’an adalah kata yang memiliki makna yang dekat
dengan Kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-‘aql, al-lubb, al-
fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr.
Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam Al-Qur’an dalam bentuk kata
kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya
Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun “apakah kamu
tidak menggunakan akalmu”. Dengan demikian Kecerdasan menurut Al-
Qur’an diukur dengan penggunaan akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal
positif bagi dirinya maupun orang lain.2
Sedangkan pengertian “spiritual”, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).3
Menurut Aliah B. Purwakania Hasan, kata “spirit” berasal dari kata benda
bahasa latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti
untuk bernapas. Melihat asal katanya, hidup adalah untuk bernapas, dan
memiliki napas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4, h.262.
2
https://arhan65.wordpress.com/2011/11/25/kecerdasan-menurut-Al-Qur’an/, diakses pada sabtu,
06/07/2019.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4, h.1335.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 5

ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material.4 Dapat disimpulkan bahwa
spiritual adalah keadaan akal dan jiwa atau rohani manusia yang berhubungan
dengan nilai-nilai ketuhanan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama
manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa.

B. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual


Kecerdasan spiritual ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengenal motif yang paling dalam
b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
c. Bersifat respontif pada dirinya yang dalam
d. Mampu memanfaatkan dan mentransendalkan kesulitan
e. Sanggup berdiri, menentang, dan berbeda dengan orang banyak
f. Enggan mengganggu atau menyakiti orang dan makhluk yang lain
g. Memperlakukan agama cerdas secara spiritual
h. Memperlakukan kematian cerdas secara spiritual
Sedangkan menurut Makmun Mubayidh, anak-anak memiliki ciri-ciri
kecerdasan spiritual sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk membedakan yang fisik dan material.
b. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak yakni
merasakan kesejukan dalam diri ruhaniahnya.
c. Kemampuan untuk mengartikan makna pengalaman sehari-hari.
d. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk
menyelesaikan masalah.
e. Kemampuan untuk berbuat baik.5

4
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), h.288.
5
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak terjemahan Muhammad
Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h.182.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 6

C. Fungsi Kecerdasan Spiritual


Menurut Monty P. Setiadarma bahwasannya manusia memiliki
spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah swt,
sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian ia dalam berinteraksi
dengan manusia, akan dibantu oleh Allah swt yaitu hati manusia dijadikan
cenderung kepada-Nya.6
Dari uraian diatas, penulis dapat mengungkapkan beberapa fungsi
kecerdasan spiritual antara lain:
a. Mendidik hati menjadi benar
b. Membuat manusia memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT
c. Mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan
kebermaknaan akan hidup itu sendiri.
d. Dapat mengambil keputusan yang terbaik

D. Perkembangan Kecerdasan Spiritual


Manusia diberikan anugrah berupa kecerdasan dari Allah SWT.
Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses
berpikir dan belajar secara terus-menerus. Berbagai kecerdasan juga sudah
ada sejak manusia dilahirkan, salah satu diantaranya yaitu kecerdasan
spiritual. Kecerdasan spiritual ini dapat dioptimalkan, tergantung bagaimana
cara serta usaha pendidik dan lingkungan pendidik anak.
Dari sini para ahli dan penulis-penulis buku kecerdasan spiritual
banyak menawarkan langkah-langkah untuk meningkatkan kecerdasan
spiritual. Meskipun secara sepintas terlihat berbeda, pada dasarnya semua
mengarah pada hal yang sama, yakni menjadi hidup ini lebih bermakna,
sukses dan bahagia. Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan tujuh
langkah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, yakni sebagai berikut:
1. Menyadari dimana saya sekarang

6
Monty P. Setiadarma dan Fadelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta:Pustaka Po[uler
Obor: 2003), h.181
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 7

2. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah


3. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang
paling dalam
4. Menemukan dan mengatasi rintangan
5. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju
6. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan
7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.7
Orang yang sudah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi,
maka ketika orang tersebut menghadapi persoalan dalam hidupnya, tidak
hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emosional saja, akan
tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual.
Dengan demikian langkah-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam
kehidupan.

E. Pendidikan Akhlaq
Pendidikan berasal dari kata at tarbiyah yang artinya tumbuh dan
berkembang. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan
tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat
dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan
pertimbangan dan pemikiran.
Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai
dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang
mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan.

F. Tujuan Pendidikan Akhlaq


a. Tujuan umum
 Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta
menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

7
Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk Mekmanai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2001), cet. ke-5, h.231
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 8

 Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama


makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis
b. Tujuan khusus
 Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat
kebiasaan yang baik.
 Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah.
 Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan
menderita dan sabar.
 Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang
lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai
orang lain.
 Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul
baik di sekolah maupun di luar sekolah.

G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlaq


Jalannya proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
satu sama lain saling mendukung. Pendidikan akhlak sebagai sebuah proses
pendidikan mempunyai faktor-faktor yang bisa menentukan berhasil tidaknya
proses pendidikan tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya pendidik,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, serta lingkungan disekitar siswa.

H. Ayat-ayat Mengenai Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Akhlaq


a. QS. Al-A’raf: 179
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 9

Artinya: “Dan sungguh, akan kami isi neraka jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti
hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lengah.”
Berdasarkan tafsir Al-Misbah, menyatakan bahwa neraka akan
banyak di isi oleh jin dan manusia, hal itu karena hati mereka tidak
digunakan untuk menembus kebenaran, mata mereka tidak merenungi
kekuasaan Tuhan, dan telinga mereka tidak mendengarkan ayat-ayat
Allah dan nasihat untuk direnungi dan mengambil pelajaran darinya,
sehingga mereka lebih sesat dan seperti binatang ternak karena tidak
menggunakan akalnya untuk bertadabbur, sebab hewan ternak selalu
menggunakan instinknya untuk mencari kebaikan dan menghindari
bahaya, sementara mereka menolak kebenaran yang ada.8
b. QS. As-Sajdah: 7-9

Artinya: “7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. 9. kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya

8
https://tafsirq.com/7-al-a’raf/ayat 178/48-al-fath/ayat -6, diakses (10 Juli 2019)
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 10

dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;


(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (As-Sajdah: 7-9)
Berdasarkan tafsir Al-Wajiz, Allah mengabarkan, bahwa Dia
menetapkan penciptaan bagi makhluk seluruhnya, Allah juga
mengabarkan bahwa Dialah yang mengawali penciptaan manusia, dengan
menciptakan bapak kita yaitu Adam dari tanah. Kemudian Allah jadikan
keberlangsungan para keturuan Adam itu dengan air yang lemah yang
hina. Kemudian Allah sempurnakan ciptaannya dengan sebaik-baik
bentuk, kemudian ditiupkan ruh, dan Allah jadikan bagi kalian nikmat
penglihatan dan pendengaran untuk membedakan di antara suara-suara
dan mengelan perseorangan dan melihat warna. Dan nikmat akal untuk
membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan beriringan dengan
kenikmatan ini, maka sedikit manusiayang bersyukur atas nikmat
pemberian-Nya.9
Sedangkan berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, Allah Ta’ala
mengabarkan bahwa Dia-lah Yang memperbaiki, memperkokoh dan
memperindah terciptanya segala sesuatu. Malik meriwayatkan dari Zaid
bin Aslam tentang: alladzii ahsana kulli syai-in khalaqaHu (“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya.”) dia berkata:
“Dengan sebaik-baiknya dalam menciptakan segala sesuatu. Seakan-akan
Dia menjadikannya dari yang terdepan dan yang terbelakang. Kemudian
ketika Allah swt. telah menyebutkan penciptaan langit dan bumi, Dia
mulai menyebutkan tentang penciptaan manusia.”10
c. QS. Ali- Imran: 190-191

9
https://tafsirq.com/7-as-sajdah/ayat 7-9/, diakses (10 Juli 2019)
10
Ibid.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 11

Artinya: “190. sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan


pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang berakal. 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya
Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia, maha suci
engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”” (Ali Imran:190-191)
Pada tafsir Al-Maraghi surat Ali Imran ayat 190, sesungguhnya
dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban
ciptaanya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur
sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruh panas
matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya pada flora dan fauna, dan
sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah
swt, kesempurnaan pengetahuan, dan kekuasaanya.11
Pada ayat 191, Ulul albāb adalah orang-orang yang mau
menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah
darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah
akal dan keutamaannya, disamping keagungan karunia-Nya dalam segala
sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk,
berjalan, berbaring dan sebagainya. Bahwa mereka adalah orang-orang
yang tidak melalaikan Allah swt dalam sebagian besar waktunya.Mereka
merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan
mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.Dan
hanya dengan melakukan dzikir kepada Allah, hal itu masih belum cukup
untuk menjamin hadirnya hidayahnya.Tetapi harus pula dibarengi dengan
memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaaNya.
Ayat ini menjelaskan bahwa keberuntungan dan keselamatan
hanya bisa dicapai melalui mengingat Allah dan memikirkan mahluk-
mahluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya Sang Pencipta Yang

11
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi. (Semarang: PT. Karya Toha
Putra Semarang, 1993) hlm. 288
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 12

Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. Sosok Ulul albāb mempercayai para
rasul dan mempercayai kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka adalah
untuk merinci hukum-ukum syari’at, mengandung pendidikan yang
sempurna dan akhlak-akhlak yang indah disamping hal-hal yang harus
diterapkan dalam tatanan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan
memeprecayai bahwa dalam perhitungan serta pembalasan terhadap amal-
amal itu ada dua alternatif yaitu masuk surga atau masuk neraka.Dan
sesungguhnya penuturan dzikir disini hanyalah mengenai makhluk Allah.
Hal itu karena ada larangan memikirkan zat sang pencipta karena mustahil
seseorang akan bisa sampai kepada hakiakat zat sifat-sifatNya.12
Orang berakal atau ulūl-albāb dalam QS. Ali Imran ayat 190-
191 memiliki ciri, sebagai berikut:
1. Dzikrullah
2. Berpikir (Tafakkur)
3. Bertakwa, berserah dirikepada Allah
4. Orang yang berpikir kritis terhadap sesuatu. Sehingga mampu
membedakan yang haq dengan yang bathil, baik dan buruk.
5. Menjunjung tinggi kebenaran. Ulūl albāb atau orang yang berakal
akan selalu menimbang segala sesuatu, baik dari segi logika ataupun
syariat. Sehingga terhindar dari kepentingan individu atau pihak
tertentu.
6. Orang-orang yang memperhatikan ayat-ayat Allah baik qauliyah
maupun kauniyah.
7. Orang yang membaca, mengamati fenomena alam dan mengambil
sebagai pelajaran.
8. Orang yang memepelajari sejarah kejadian masa lalu, hukum-hukum
untuk kemudian diambil hikmah pengajaran darinya.13
Al Qur’an bukan hanya sebagai kitab suci yang menjadi
pedoman hidup umat Islam agar dapat menghantarkan mereka menuju

12
Ibid., 290.
13
Arifin & Yusuf Mansur, Membuka Pintu Rahmat Dengan Dzikir Munajat, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2009) hlm. 144.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 13

kebahagiaann akhirat semata, akan tetapi dalam al Qur’an juga banyak


terdapat berbagai macam kajian ilmiah yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Banyak ayat-ayat yang sudah terbukti secara empiris tentang
kebenarannya sehingga hal ini semakin mengokohkan bahwa al Qur’an
memang sebuah kitab yang sarat dengan nilai-nilai kebenaran.
Melalui pendidikan, akal diarahkan untuk bekerja, membaca,
menelaah, merenungi, memikirkan, mengambil hikmah meraih ilmu.Al-
Qur’an menilai ilmu adalah petunjuk yang menuntun kepada keimanan.
Pendidikan akal dalam Al-Qur’an ini tidak sekedar mendidik ranah
kognisinya semata. Menyatukan ilmu dengan iman akan melahirkan sifat
konstruktif dan akan menghidupkan, bukan mematikan.
d. QS. Al-Bayyinah: 5

Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan


ikhlas menaati-nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga
agar melasanakan shalat, dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus (benar)”.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir yakni yang melepaskan
kemusyrikan menuju kepada tauhid. "Dan supaya mereka mendirikan
shalat, "yang merupakan ibadah jasmani yang paling mulia. ''Dan
menunaikan zakat, "yaitu berbuat baik kepada kaum fakir miskin dan
orang-orang yang membutuhkan. ''Dan yang demikian itulah agama yang
lurus. "Yakni agama yang berdiri' tegak lagi adil, atau ummat yang lurus
dan tidak menyimpang. Dan banyak imam, seperti az-Zuhri dan asy-
Syafi'i yang menggunakan ayat mulia ini sebagai dalil bahwa amal
perbuatan itu masuk dalam keimanan.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 14

e. QS. Al-‘Ankabut: 45

Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu


(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (shalat)itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan tafsir Al-Muyassar, bacakanlah -wahai Rasul-
kepada manusia apa yang telah diwahyukan kepadamu oleh Allah dari Al-
Qur`ān. Dan laksanakan salat dengan sempurna, sesungguhnya shalat
yang dilaksanakan dengan tata cara yang sempurna akan mencegah
pelakunya dari terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kemungkaran,
dikarenakan munculnya cahaya di dalam hati yang mencegahnya dari
mendekati kemaksiatan dan menunjukinya kepada amal perbuatan yang
saleh. Dan sungguh mengingat Allah itu lebih besar dan lebih agung dari
segala sesuatu dan Allah itu Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan,
tidak ada sesuatu pun dari amal perbuatan kalian yang luput dari-Nya, dan
Dia akan membalas amal perbuatan tersebut, apabila baik dibalas dengan
kebaikan, apabila buruk maka dibalas pula dengan keburukan.
Sedangkan berdasarkan Ibnu Katsir, sesungguhnya shalat
mencakup dua hal; meninggalkan berbagai kekejian dan kemunkaran,
dimana menjaganya dapat membawa sikap meninggalkan hal-hal tersebut.
Shalat mencakup pula upaya mengingat Allah Ta'ala, itulah pencarian
yang paling besar. Dan Allah maha mengetahui seluruh amal perbuatan
dan perkataan kalian. Sesungguhiya shalat itu memiliki tiga pokok. Setiap
shalat yang tidak memiliki salah satu dari tiga pokok itu, maka hal itu
bukanlah shalat; ikhlas, khasy-yah (rasa takut) dan mengingat Allah.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 15

Ikhlas memerintahkannya kepada yang ma'ruf. Khasy-yah mencegahnya


dari yang munkar dan mengingat Allah adalah al-Qur-an yang
memerintah dan melarangnya.
f. QS. Al-Mukminun: 1-11

Artinya: “1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2.


(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, 3. dan orang-
orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang
yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka
Itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-
orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga
Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (al-Mu’minuun: 1-11)
Berdasarkan tafsir Al-Maraghi, Allah telah menetapkan
keberuntungan bagi orang yang memiliki 7 sifat kebaikan, yaitu:
1. Beriman
2. Khusyu’ dalam mengerjakan shalat
3. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 16

4. Membersihkan diri dengan menunaikan zakat


5. Memelihara kemaluan
6. Memelihara amanat dan janji
7. Memelihara shalat14
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh pernah
mengatakan bahwa saat ini pendidikan karakter dinilai sangat penting
untuk mengatasi berbagai persoalan yang menimpa masyarakat Indonesia,
terutama yang berkaitan dengan masalah krisis moral. Hal ini dikarenakan
pendidikan karakter bertujuan mengaplikasikan beberapa sifat positif,
seperti bekerja keras, nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan bangsa,
jujur, peduli, serta bersikap kritis dan positif.15
Ada beberapa bentuk pendidikan karakter yang sangat perlu
diajarkan kepada peserta didik sejak dini. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Jujur
2. Disiplin
3. Percaya diri
4. Peduli
5. Tegas
6. Bertanggung jawab
7. Bersikap kritis
g. QS. Al-Isra’: 70

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,


Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

14
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Terj.), Cet. 2 (Semarang: CV. Toha Putra,
1992), XVIII: 4-9.
15
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta:
Laksana, 2011), hlm. 136-137.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 17

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-
Israa’: 70)
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, Allah memberitahukan tentang
pemuliaan dan penghormatan-Nya terhadap anak cucu Adam, yakni
dalam penciptaan mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan paling
sempuma. Sama seperti dalam surah At-Tin ayat 4, (Yaitu) sesosok
makhluk yang dapat berjalan tegak dengan berpijak pada kedua kakinya
dan makan dengan kedua tangannya. Sedangkan makhluk lain dari
berbagai macam binatang berjalan dengan keempat kakinya dan makan
dengan mulutnya. Selain itu, Allah juga memberikan pendengaran,
penglihatan, dan hati yang dengannya ia dapat memahami, mengambil
manfaat, dan membedakan banyak hal, mengetahui manfaat dan
keistimewaan sena bahayanya dalam urusan agama dan juga duniawi.
Dan Kami angkut mereka di daratan dengan menggunakan kendaraan
binatang; kuda dan keledai.
Sedangkan di lautan, Kami angkut dengan menggunakan kapal-
kapal besar maupun kecil. Dan Kami karuniakan kepada mereka berbagai
macam rizki yang baik-baik berupa tanam-tanaman, buah-buahan, daging,
susu, dan beraneka macam makanan yang beraneka wama yang sangat
lezat, juga pemandangan yang indah, pakaian yang bagus-bagus dengan
berbagai macam jenis, wama, dan bentuknya, yang mereka buat untuk diri
mereka sendiri atau mereka ambil dari daerah lain. Dan telah Kami
lebihkan mereka atas makhluk lainya, yakni hewan dan makhluk lainnya.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 18

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas, Pendidikan karakter sebenarnya sudah diajar-kan
dalam Islam. Dan mengingat pentingnya pendidikan karakter ini, maka sudah
seharusnya untuk dikembangkan di sekolah-sekolah mulai dari pra sekolah
sampai perguruan tinggi. Manusia yang memiliki karakter yang kuat seperti
yang dijelaskan dalam QS. Al-Mu’minun (23): 1-11, dan mengikuti 7 langkah
sikap utama (the seven great action), maka akan mencapai kesuksesan dan ke-
menangan hidup di dunia dan akhirat. Jadi mulai dari sekarang bangun
ketajaman visi, bangun kompetensi diri, ciptakan hidup efektif, latih ke-
pekaan dan kepedulian sosial, jadilah terdepan lakukan perubahan, ber-sikap
profesional, dan jadilah pemimpin dengan hati nurani.
Studi Ayat-ayat Pendidikan-Rizki Amalia Intias 19

DAFTAR PUSTAKA

al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi (Terj.), Cet. 2. Semarang: CV.


Toha Putra, 1992.
Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Laksana, 2011.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi
Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
https://arhan65.wordpress.com/2011/11/25/kecerdasan-menurut-Al-Qur’an/, diakses pada
sabtu, 06/07/2019.
https://tafsirq.com/7-al-a’raf/ayat 178/48-al-fath/ayat -6, diakses (10 Juli 2019)
.Integralistik dan Holistik untuk Mekmanai Kehidupan. Bandung: Mizan, 2001.
Mansur, Yusuf dan Arifin. Membuka Pintu Rahmat Dengan Dzikir Munajat. Jakarta:
Zikrul Hakim, 2009.
Marshal, Ian dan Danah Zohar. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Terjemahan
Muhammad Muchson Anasy. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Waruwu, Fadelis E. dan Monty P. Setiadarma. Mendidik Kecerdasan. Jakarta:Pustaka
Po[uler Obor: 2003.

Anda mungkin juga menyukai