HIDROLIKA BENDUNG
V-1
KULIAH BENDUNG
Q = C.L.Hd3/2
Dengan :
Q = debit pengaliran (m3/dt).
C = koefisien pengaliran (2,0 – 2,1).
L = lebar efektif bendung (m).
Hd = tinggi tekan rencana di atas mercu (m).
V-2
KULIAH BENDUNG
Lebar efektif bendung dalam pengertiannya merupakan lebar aliran yang melewati mercu
bendung (Le). Rumus yang digunakan untuk menentukan lebar efektif aliran dihitung
konsep yang direkomendasikan oleh Civil Engineering Departement US Army (1979).
Le = L – 2.(n.Kp + Ka).Hd
Dengan :
L = panjang bersih mercu (m).
n = jumlah pilar.
Kp = koefisien kontraksi pilar (gambar 5.2)
Ka = koefisien kontraksi abutmen (gambar 5.3)
Hd = tinggi air total di atas mercu (termasuk tinggi kecepatan datang).
Gambar 5.1
Sketsa Lebar Efektif Mercu Bendung
V-3
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.2
Koefisien Kontraksi Pilar (Kp)
Gambar 5.3
Koefisien Kontraksi Abutment (Ka)
V-4
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.4
Sketsa Tampang Lintang Bendung Tipe Ogee
hc
V-5
KULIAH BENDUNG
Xn = K.Hdn-1.Y
Dengan :
X,Y = koordinat permukaan hilir dengan titik pusat ditarik dari puncak mercu (m).
Hd = tinggi tekanan rencana (m).
n,k = parameter bendung tergantung dari kecepatan dan kemiringan muka.
Bagian yang lebih hilir dari lengkung yang diperoleh harus dilanjutkan secara menerus
dan licin dengan lengkung lain atau garis lurus dengan kemiringan tajam 1 : 1 atau 1 :
0,8.
Lengkung lain tersebut diperoleh dengan persamaan diferensial dari lengkung Y = f(X)
(Masrevaniah, Aniek, 1995:11).
Tabel 5.1
Nilai k dan n Untuk Bendung Ogee
Kemiringan Hulu k n
Vertikal 2,000 1,850
3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
1:1 1,873 1,776
Sumber : Masrevaniah, Aniek, 1995:12.
V-6
KULIAH BENDUNG
Q2
hc = 3 ; Vc = g.hc
g.Le 2
Dengan :
hc = kedalaman air kritis (m).
Vc = kecepatan kritis (m/dt).
Q = debit aliran (m3/dt).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Le = lebar efektif bendung (m).
Gambar 5.5
Pola Aliran di Kaki Bendung
V-7
KULIAH BENDUNG
V-8
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.7
Kolam Olakan Datar Tipe II
V-9
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.8
Kolam Olakan Datar Tipe III
Gambar 5.9
Kolam Olakan Datar Tipe IV
V - 10
KULIAH BENDUNG
V1 = 2g.( Z H 2 )
Dengan :
V1 = kecepatan aliran sebelum loncatan (m/dt).
Z = beda tinggi muka air upstream sampai titik yang ditinjau (m).
H2 = tinggi air di atas ambang (m).
Q
Y1 = V .B
1 1
Dengan :
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Q = debit aliran (m3/dt).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m/dt).
B1 = lebar aliran pada kaki bendung (m).
Y2 1 2
( 1 8Fr1 - 1)
Y1 2
V1
Fr1 =
g.Y1
V - 11
KULIAH BENDUNG
Dengan :
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Y2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m3/dt).
V2 = kecepatan aliran setelah loncatan (m/dt).
Fr1= bilangan Froude pada kedalamanY1.
g = percepatan grafitasi (= 9,81 m/dt2).
L = 5.(D3 + h)
Dengan :
L = panjang kolam olakan (m).
D3 = kedalaman air sedikit di hilir (m).
h = tinggi ambang ujung (m).
Ketentuan lain yang dapat dipakai dalam menetapkan panjang kolam olakan datar
adalah (Masrevaniah, Aniek,1995:22) :
Lj = (5 – 6) D2
Dengan :
Lj = panjang kolam olakan (m).
D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
F = 0,1 . ( V1 + D 2 )
Dengan :
F = tinggi jagaan (m).
V - 12
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.10
Grafik Untuk Tinggi Gigi Benturan dan Ambang Hilir
V - 13
KULIAH BENDUNG
Q = Cd.a.b. 2.g.Z
Dengan :
Q = debit aliran (m3/dt).
Cd = koefisien pengaliran.
a = tinggi bukaan pintu (m).
b = lebar pintu (m).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Z = kehilangan energi pada bukaan pintu (m).
Gambar 5.11
Skema Pintu Pengambilan Irigasi
Sumber : KP-04,1986:35.
V - 14
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.12
Skema Rencana Ambang Pintu Air Intake
V - 15
KULIAH BENDUNG
1
h P A
m
b
Sumber : KP-02, 1986.
Terowongan merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi
atau pembuang) melewati suatu daerah perbukitan atau bawah jalan. Dari segi hidrolis
bangunan terowongan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
QA 2 g z
Dengan :
Q = debit (m3/dt)
= koefisien debit
A = luas pipa (m2)
g = percepatan grafitasi (m/dt2)
z = kehilangan tinggi energi (m)
V - 16
KULIAH BENDUNG
Kehilangan keluar : va v1 2
H masuk masuk
2g
H keluar keluar
va v2 2
2g
v2 v2L
H f C f 2
g C R
Dengan :
V = kecepatan aliran di saluran hulu (V 1) atau hilir (V2) (m/dt).
va = kecepatan aliran dalam saluran (m/dt).
g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2).
L = panjang pipa (m).
i = kemiringan hidrolis terowongan
K = koef. kekasaran Strickler.
R = jari-jari hidrolis (m), pipa diameter D maka,
R = 1/4 D
Tabel 5.2
Harga dalam terowongan pendek (L < 20 m)
Tinggi dasar di bangunan Tinggi dasar di bangunan lebih tinggi
sama dengan di saluran daripada di saluran
Sisi Ambang Sisi
Segi empat 0,8 Segi empat Segi empat 0,72
Bulat 0,9 Bulat Segi empat 0,76
Bulat Bulat 0,85
Sumber : KP-04, 1986
V - 17
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.14
Terowongan Segi Empat
Kehilangan tinggi energi dihitung dengan rumus (KP-04, Kriteria Perencanaan Bagian
Bangunan) :
Q = . b . h1 . (2 . g . z)
Q = 0,385 . . b . h1 . (2 . g . h)
Dengan :
Q = debit (m3/dt).
= 0,85 - 0,90.
b = lebar terowongan (m).
h = dalam air depan terowongan (m).
h1 = dalam air di dalam terowongan (m).
z = kehilangan tinggi energi (m).
V - 18