Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang sengaja
membuat diri mereka sendiri lapar-terkadang sampai meninggal. Mereka juga terobsesi
dengan berat badan dan bermaksud mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Pola yang
disfungsional ini disebut dengan anoreksia nervosa ( anorexia nervosa ). Seperti gangguan
psikologis lainnya, anoreksia sering disertai dengan berbagai bentuk psikopatologi,
termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.
Gangguan makan seperti anoreksia sering terjadi pada anak usia SMA maupun
perguruan tinggi, terutama pada wanita muda. Meskipun jumlah yang terdiagnosis
mengalami gangguan makan pada siswa perguruan tinggi tidak setinggi yang kita kira,
namun anda kemungkinan pernah mengenal orang-orang di antara anda yang menderita
anoreksia, seperti makan yang berlebihan atau diet yang berlebihan.
Anoreksia nervosa dahulu jarang sekali terjadi, namun peningkatannya semakin
terlihat di Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi pada wanita, terutama
gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika tuntutan
untuk menjadi kurus sangat kuat. Seiring dengan meningkatnya tekanan sosial ini, makin
meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira-kira 0,5% (1:200) wanita di lingkungan kita
mengidap anoreksia nervosa (APA,2000). Presentase yang jauh lebih besar terlihat pada
wanita muda yang menunjukkan perilaku anoreksik, tapi bukan berarti mereka mungkin 1
di antara 2 dari merela makan berlebih dan memuntahkannya setidaknya satu kali. Jumlah
penderita anoreksia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanitanya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Anoreksia Nervosa ?
2. Apa kriteria Anoreksia Nervosa ?
3. Apa etiologi Anoreksia Nervosa ?
4. Bagaimana patofisiologi Anoreksia Nervosa ?
5. Apa manifestasi klinis Anoreksia Nervosa ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Anorekisa Nervosa ?
7. Bagaiamana penatalaksanaan Anoreksia Nervosa ?
8. Bagaimana ASKEP Anoreksia Nervosa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Anoreksia Nervosa.
2. Untuk mengetahui kriteria Anoreksia Nervosa.
3. Untuk mengetahui etiologi Anoreksia Nervosa.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Anoreksia Nervosa.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Anoreksia Nervosa.
6. Untuk mengetahui saja pemeriksaan penunjang Anorekisa Nervosa.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Anoreksia Nervosa.
8. Untuk mengetahui ASKEP Anoreksia Nervosa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang
(Sherwood, 2001).
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang normal untuk tinggi badan,
berat tubuh, dan kerangka tubuh. Penurunan berat badan yang berlebih disangkal dan
individu memiliki citra tubuh yang menyimpang. Meskipun kurus, individu merasa gemuk.
Selain itu mereka memfokuskan pada ukuran dan bentuk bagian tubuh tertentu.
Ada dua jenis anoreksi nervosa pertama adalah membatasi diri, yaitu individu
tersebut sangat membatasi makanan dan memaksa diri menjalankan latihan, sedangkan
jenis kedua adalah jenis yang suka makan dan melakukan purgasi ditandai dengan
membatasi asupan makan dan diselingi pesta makan, diikuti melakukan purgasi melalui
muntah yang diinduksi sendiri atau memakai ipekak, laksatif (obat cuci perut), diuretik,
atau enema (Sowden, 2009).
4
2. Gangguan citra tubuh tidak realistik, melaporkan dirinya gemuk dan berat
(menyangkal), merasa gemuk meskipun sudah sangat kurus.
3. Gangguan pada endokrin pada wanita berupa amenore dan pada pria berupa impotensi
dan hilangnya ketertarikan seksual
4. Apabila terjadi pubertas, perkembangan pubertas tertunda atau terhambat
5
D. Patofisiologi Anoreksia Nervosa
Perilaku purgasi dan setengah puasa dapat menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit dan masalah jantung, yang pada akhirnya dapat berakibat fatal. Kondisi kelaparan
dapat mengakibatkan berbagai gejala medis. Perubahan kadar hormon pertumbuhan,
berkurangnya sekresi hormon kelamin, ketidaksempurnaan pembentukan jaringan sumsum
tulang, abnormalitas struktur otak, disfungsi jantung, dan kesulitan gastrointestinal sering
terjadi. Masalah terkait anoreksia pada remaja yang perlu diperhatikan adalah
kemungkinan retardasi pertumbuhan, keterlambatan menarke, dan puncak reduksi massa
tulang. Bila pola makan normal dapat dimunculkan kembali dan pemakaian laksatif dapat
dihentikan, individu tersebut dapat mengalami edema perifer.
Berbagai factor psikologis berhubungan dengan anoreksia nervosa. Rasa harga diri
yang rendah sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini.
Penurunan berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian, dan harga diri menjadi
bergantung pada ukuran dan berat tubuh. Terdapat hubungan antara gangguan makan dan
mood . Pada beberapa kasus, depresi mayor dapat terjadi karena kurangnya nutrisi.
Individu yang engidap anoreksia nervosa bisa kurang spontanitas dalam situasi sosial dan
dapat mengalami pembatasan emosional.
Dinamika keluarga dapat berperan dalam perkembangan gejala. Orang tua mungkin
saja mengontrol dan terlalu protektif. Gangguan makan dapat terjadi sebagai suatu usaha
melawan kontrol yang tidak disadari. Pada beberapa kasus, penurunan berat badan dan
hilangnya karakteristik seks sekunder dapat berhubungan dengan kesulitan menerima
maturasi menuju kedewasaan. Gangguan makan yang tidak cukup berat untuk memenuhi
criteria anoreksia nervosa sering dijumpai pada remaja putri Amerika Serikat dan
mencerminkan kurus ideal secara sosiokultural.
6
4. Latihan dan aktivitas fisik berlebihan
5. Amenore
6. Kulit kering, bersisik
7. Lanugo pada ekstrimitas, punggung dan wajah
8. Kulit berubah kekuningan
9. Gangguan tidur
10. Konstipasi atau diare kronis, nyeri abdomen, kembung
11. Erosi esofagus (akibat seringnya muntah)
12. Depresi alam perasaan
13. Fokus yang berlebihan terhadap makanan, makan, dan penampilan tubuh
14. Erosi emai dan dentin gigi pada permukann sisi lingual (efek lanjut akibat seringnya
muntah)
7
8. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone ), kortisol (pada kasus berat dipantau
enam bulan sekali)
9. Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun) à menunjukkan osteopenia
10. Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan kaliper,
atau water immersion)
11. Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga dikenal
sebagai pseudoikterus) à karena diet vegetarian atau penurunan metabolism
8
diet diawasi secara medis untuk mengembalikan mereka ke berat badan yang sehat.
Konseling gizi merupakan bagian penting dari pemulihan dan jangka panjang
keberhasilan.
3. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita untuk mengeksplorasi penyebab dan proses
berpikir di balik gangguan makan mereka, serta untuk membantu jalan menuju
pemulihan. Psikoterapi juga dapat membantu meningkatkan hubungan dan
mengajarkan cara untuk mengatasi stres dan teknik pemecahan masalah. Psikoterapi
penting dalam mengobati setiap gangguan lain, seperti depresi atau kecemasan, yang
dapat berkontribusi terhadap gangguan makan. Hingga 50 persen orang yang
menderita gangguan makan juga memenuhi kriteria untuk depresi, sehingga mengobati
kondisi mental yang hidup bersama dapat membuat perbedaan perlakuan yang sukses.
4. Pertolongan perawatan medis
Banyak pasien sangat kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis mungkin
sangat diperlukan. Gejala gangguan makan cepat mungkin menjadi mengancam jiwa,
dan langkah pertama dan paling penting dalam pengobatan adalah untuk mendapatkan
orang untuk berat badan yang sehat dan untuk mengobati masalah medis serius.
Anoreksia kronis dapat menyebabkan kerusakan pada gagal jantung, anemia, tekanan
darah rendah atau organ, sehingga evaluasi dan melanjutkan perawatan oleh dokter
adalah sangat penting.
5. Penggunaan obat melalui resep
Obat dapat digunakan dalam pengobatan eating disorders untuk membantu
mengekang, mendesak atau mengurangi pikiran obsesif tentang makanan, olahraga
atau citra tubuh. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi mental yang
dapat mendasari gangguan makan. Obat-obat ini mungkin termasuk antidepresan atau
agen anti-kecemasan. Dalam beberapa kasus, rawat inap di medis mungkin diperlukan.
Terapi berbasis keluarga adalah pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja
yang menunjukkan tanda-tanda gangguan makan. Jenis terapi mengasumsikan bahwa
keluarga akan terlibat dalam pola makan dan kebiasaan anak, dan berusaha untuk mendidik
seluruh keluarga dalam mendukung anak dengan gangguan makan.
9
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan perawat pada kasus anoreksia meliputi :
1. Identitas Pasien
a. Umur : Tidak ada perbandingan umur dari usia anak sampai dewasa, jadi relative
sama. Hanya saja anoreksia nervosa lebih banyak diderita oleh usia-usia remaja.
b. Jenis kelamin : Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang menderita
anoreksia nervosa lebih banyak perempuan.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya
keluhan utama yang dirasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasanya
mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anoreksia nervosa dengan tanda binge
(makan berlebihan) dan purge (makan sedikit).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST. Paliatif
atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien. Quality atau kuantitas (Q) yaitu
bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien. Regional (R) yaitu kemana binge dan
purge menjalar. Safety (S) yaitu posisi bagaimana yang dapat membuat pasien nyaman
serta dapat mengurangi binge dan purge. Terakhir adalah time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan binge dan purge tersebut.
4. Riwayat Penyakit DahuluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya, kapan terjadinya, dan penanganan yang dilakukan sendiri sebelum
dirawat. Klien anoreksia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain
dan menghindari konflik. Klien sering memiliki perilaku impulsive seperti
penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien yang pernah menderita anoreksia nervosa.
6. Riwayat Psikososial
10
Perawat mengkaji tentang perasaan, status emosional, dan perilaku klien. Misalnya,
klien sering merasa cemas dan mengisolasi diri karena penyakit yang diderita.
7. Pemeriksaan Fisik: B1 (Breath) : RR meningkat. B2 (Blood) : perasaan dingin
meskipun pada ruangan hangat, TD rendah, takikardia, bradikardia, disritmia. B3
(Brain) : penampilan umum klien tidak luar biasa, klien tampak terbuka dan mau
berbicara. B4 (Bladder) : kaji keseimbangan cairan dan elektrolit, turgor kulit tidak
elastic dan membrane mukosa kering. B5 (Bowel) : catat kehilangan berat badan 15%
di bawah normal. Klien dapat kelebihan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya
mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Kaji
keadaan gigi, mulut, dan abdomen.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
2. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.
3. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal.
4. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan intake
cairan secara oral dengan pengeluaran cairan.
C. Intervensi
DX 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
Tujuan : Nutrisi seimbang sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1. Pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan adekuat.
2. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu.
Intervensi:
1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional: Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi an mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status
nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
11
2. Kolaborasi pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi.
Rasional: Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi.
Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan,
obat, dan aktivitas dapat dipantau.
3. Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.
Rasional: Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah
periode puasa.
4. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak
mungkin.
Rasional: Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol
lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.
5. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur
Rasional: Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan
yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.
6. Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja
(jalan-jalan dan sebagainya).
Rasional: Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan
dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar
kalori.
Kriteria Hasil :
12
Intervensi:
1. Ajarkan pasien pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
keletihan.
Rasional: Pengetahun pasien tentang teknik penghematan energi secara jelas dapat
meningkatkan kemungkinan untuk diterapkan.
2. Lakukan kolaborasi perujukan ke perawatan psikiatrik jika sangat mengganggu
hubungan klien dengan orang lain.
Rasional: Penanganan dari segala aspek termasuk psikologinya akan meningkatkan
keefektifan terapi.
3. Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien.
Rasional: Pemantaun secara berkala membuat penatalaksanaan dapat segera dilakukan
jika terjadi masalah.
4. Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan sehubungan dengan
keletihan yang terjadi.
Rasional: Perasaan yang berhasil diungkapkan dapat mengurangi beban masalah yang
dialami.
DX 3: Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal
Kriteria Hasil :
13
3. Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri.
Rasional: Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang
diri/gambaran diri dan kenyamanan situasi individu.
4. Bantu pasien untuk melakukan kontrol pada area selain dari makan/penurunan berat
badan, missal manajemen aktivitas harian, pilihan kerja/kesenangan.
Rasional: Perasaan tak efektif pribadi, harga diri rendah, dan perfeksionisme sering
menjadi bagian dari masalah. Pasien merasa tak berdaya untuk mengubah dan
memerlukan bantuan untuk metode pemecahan masalah kontrol situasi hidup.
5. Libatkan dalam terapi kelompok.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk bicara tentang perasaan dan mencoba
perilaku baru.
6. Waspadai ide bunuh diri/perilaku.
Rasional: . Cemas/panic terus-menerus tentang peningkatan berat badan, depresi,
perasaan tak berdaya dapat menimbulkan usaha bunuh diri, khususnya bila pasien
impulsive.
Kriteria hasil :
Intervensi:
14
3. Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, turgor kulit.
Rasional: Indikator keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
dengan resiko jatuh/cedera segera setelah perubahan posisi.
4. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat.
Rasional: Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada pasien dengan anoreksia nervosa setelah
dilakukan asuhan keperawatan klinik di ruang rawat inap, meliputih hal-hal sebagai
berikut :
1. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat
mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
2. Pasien teradaptasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari meski sering mengalami
keletihan.
3. Gambaran diri meningkat dan merasa bentuk tu buh ideal.
4. Sampai akhir asuhan keperawatan tidak mengakami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan
terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri
pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu
situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan
makanannya.
Anoreksia terkait dengan fokus pada kontrol berat badan dan cara-cara yang
maladaptif untuk upaya menurunkan berat badan. Banyak faktor lain yang terlibat dalam
perkembanganya, termasuk tekanan sosial pada wanita muda untuk mencapai standar
kekurusan yang tidak realistis, siu-isu tentang kontrol, problem psikologis yang mendasari,
dan konflik dalam keluarga, terutama tentang isu otonomi.
Beberapa kasus anoreksia yang parah seringkali ditangani di rumah sakit di mana
proses pemberian makan dapat dimonitor secara lebih baik. Modifikasi perilaku dan
intervensi psikologis lainnya, termasuk psikoterapi dan terapi keluarga, juga dapat
berguna.
B. Saran
Untuk penderita anoreksia nervosa sebaiknya ubahlah pikiran bahwa tubuh kalian
masih terlihat gemuk. Untuk keluarga penderita anoreksia sebaiknya berikanlah perhatian
yang lebih kepada mereka agar mereka bisa kembali seperti semula. Karena badan yang
terlampau kurus itu sebenarnya tidak sehat. Bisa menimbulkan asteoporosis bahkan
kematian.
16
DAFTAR PUSTAKA
17