Anda di halaman 1dari 4

Riau Region

Dulu Warga Desa Ini Harus Minum Air Gambut, Sekarang Sukses Berinovasi Olah Air Layak
Minum

Jumat, 11 Januari 2019 22:13

tribunpekanbaru/teddyyohannestarigan
Tempat pengolahan air gambut menjadi air layak minum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina
Usaha Sejati Unit Pengolahan Air Minum Desa Kundur, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kepulauan
Meranti

Air gambut berwarna merah bening dan belum layak minum walaupun sudah dimasak karena jadi
lebih asam. Inovasi pengolah air ini memungkinkan warga menikmati air minum dengan pH lebih
rendah

Laporan wartawan Tribunpekanbaru.com Teddy Tarigan

TRIBUNPEKANBARU.COM, KEPULAUAN MERANTI - Desa Kundur, Kecamatan Tebing tinggi


Barat, Kepulauan Meranti telah berhasil menghasilkan inovasi untuk mengolah air gambut menjadi air
layak minum. Sebelumnya warga desa setempat terpaksa menggunakan air gambut untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Air gambut tersebut memiliki warna merah bening dan bisa dikatakan belum
layak minum walaupun sudah dimasak. Ali warga Desa Kundur mengatakan dengan adanya inovasi ini,
dirinya merasa terbantu terkait ketersediaan air bersih.
1
Sebelumnya dikatakannya dirinya harus mengambil air gambut dari kanal untuk digunakan sehari-hari.

Walaupun demikian air tersebut sulit untuk dijadikan sebagai air minum. "Karena kalau dimasak, air
gambut jadi lebih asam," ujarnya. Namun berkat adanya pengolahan air gambut menjadi air layak minum
saat ini warga sudah bisa menikmati. "Kita sudah bisa mendapatkan air bersih dan siap minum, apalagi
kalau air gambut itu dimasak kan jadi lebih asam," ungkapnya.

Doni bagian pemasaran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina Usaha Sejati Unit Pengolahan Air
Minum Desa Kundur mengatakan bahwa setidaknya air layak minum tersebut diproduksi sedikitnya 100
galon perhari. "Kalau musim panas itu bisa sampai 100 galon perhari," ungkapnya.

Tempat pengolahan air gambut menjadi air layak minum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina
Usaha Sejati Unit Pengolahan Air Minum Desa Kundur Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kepulauan
Meranti. (tribunpekanbaru/teddyyohannestarigan)

Dirinya mengatakan bahwa air minum yang diproduksi tidak kalah dengan air minum galon yang
biasa dijual orang. Hal itu dikarenakan air yang diolah berasal langsung dari mata air, hanya saja sudah
bercampur dengan tanah gambut. "Air galon lain itu biasa air hujan, kualitas kadar asamnya masih ada,
kalo ini dijamin hampir sama dengan air kemasan, pH 6, sehingga lebih segar," ujarnya.

Dirinya mengatakan ada 3 orang yang mengelola BUMDes tersebut. Dua orang teknisi dan 1 orang
untuk pemasaran. Doni mengatakan respon masyarakat untuk air minum tersebut semakin meningkat.

2
Bahkan tidak hanya bagi masyarakat desa, namun mulai diminati seluruh masyarakat di Kabupaten
Meranti. "Selatpanjang kita juga kirim, seperti Disperindag, Kemenag, BPN, SMK yang meliputi
kabupaten," ungkap Doni. Untuk harga jual juga relatif standar dengan air galon yang dijual biasanya
yaitu Rp 4.000 untuk lokal (Desa Kundur) dan Rp 5.000 untuk di luar Desa Kundur.

Pengelolaan air gambut ini digagas pertama kali oleh Sutrisno yang saat itu menjabat sebagai Kepala
Desa Kundur. "Kita dulu awalnya memulai ini tahun 2017, dan tahun 2018 sudah mulai beroperasi dan
berjalan seperti sekarang," ungkapnya. Unit pengolahan air Kundur ini bahkan diresmikan oleh
Gubernur Riau pada Februari 2018 lalu saat berada di Kepulauan Meranti. Air layak minum ini bahkan
sudah sempat diuji coba oleh pihak Kemendes PTT. Secara singkat air gambut yang diambil dari kanal
Desa Kundur dimasukkan ke dalam bak yang telah disediakan. di bak itu air dicampur dengan Poly
Aluminium Chloride (PAC) dan diaduk.

Proses ini disebut Flock (warna air gambut). Air yang dicampur PAC dan diaduk itu akan berwarna
coklat susu. Setelah melalui proses pemecahan, air ini dialiri ke bak penampungan. Jika diendapkan akan
terlihat air jernih di bagian atasnya. Air dari endapan akan masuk ke Water Treatment. Selanjutnya
melewati proses reverse osmosis (RO). Hasil akhir air gambut akan menjadi bersih dan bening. Melewati
ultraviolet siap untuk diminum dengan pH sekitar 4 sampai 5. Air minum ini diberi nama Salwa oleh
pihak BUMDes yang artinya kebahagiaan. Namun untuk kemasannya pihak BUMDes belum
membuatnya. Tahun ini juga, kata Doni Pemerintah Desa Kundur bersama-sama dengan Dinas PMD
Kepulauan Meranti melalui Bidang Pengembangan Usaha Ekonomi Desa akan mengupayakan bantuan
alat untuk air mineral dalam kemasan (AMDK). "Sehingga nanti kita sudah punya kemasan sendiri untuk
air minum kita," ujarnya.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Kabid Pemdes,
Aries Darwis sebelumnya mengatakan, inovasi yang dikembangkan Desa Kundur sangat menyentuh
masyarakat. "Warga Kundur yang awalnya krisis air bersih kini sudah bisa menikmati air bersih laik
minum dengan cara mengolah air gambut. Bahkan hasil inovasinya dinikmati oleh warga di luar Desa
Kundur," ujar Darwis.

Desa Kundur dan jajaran yang telah berhasil memanfaatkan dana desa untuk menjalankan program
prioritas guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat akan air bersih layak minum mengingat wilayah
Meranti yang notabene kawasan gambut amat sulit mendapatkan air berkualitas.

3
Berkat karya tersebut Desa Kundur juga dinobatkan sebagai desa terbaik se Provinsi Riau pada tahun
2018, Prestasi ini diraih setelah memenangkan lomba desa terbaik program pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang digelar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
Provinsi Riau di Hotel Mutiara Merdeka pada Selasa (18/9/2018).

Lebih lagi Desa Kundur berhasil meraih juara I Desa Terbaik Nasional Kategori Prakarsa dan Inovasi
Desa tahun 2018. Kepala desa Kundur Miswanto saat dihubungi Tribunpekanbaru.com mengatakan
rasa bangga akan penghargaan yang desanya. Walaupun demikian dikatakannya hal ini tetap menjadi
tanggung jawab besar bagi mereka "Di satu merupakan kebanggaan kepada kita, tapi juga ini menjadi
tanggung jawab yang harus dijalankan dan dilaksanakan," ujarnya.

Miswanto mengatakan ada dua inovasi yang diangkat dari desa yaitu air gambut yang diolah menjadi
layak minum dan pengolahan jahe. "Yang kita angkat kemarin air gambut menjadi layak minum terus
ditambah satu produk pengolahan jahe menjadi serbuk, tapi kita fokus untuk pengolahan air gambut,"
tuturnya. Dirinya berharap bahwa inovasi ini memang memberikan dampak baik bagi masyarakat desa
dan kabupaten khususnya. Selain itu juga mampu menginspirasi desa atau daerah lain yang kesulitan
akan air bersih. Selain membanggakan, lebih penting lagi inovasi ini telah memberikan manfaat yang
luar biasa bagi masyarakat, dimana inovasi ini telah turut memberikan andil dalam ketersediaan air
bersih bagi masyarakat desa.

Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Dulu Warga Desa Ini Harus Minum Air
Gambut, Sekarang Sukses Berinovasi Olah Air Layak Minum,
https://pekanbaru.tribunnews.com/2019/01/11/dulu-warga-desa-ini-harus-minum-air-gambut-
sekarang-sukses-berinovasi-olah-air-layak-minum?page=all.
Penulis:
Editor: Afrizal

Anda mungkin juga menyukai