Hakikat manusia
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T Tuhan seru sekalian alam
atas segala rahmat, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Hakikat Manusia”
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya lebih baik lagi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk bagi kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep manusia menurut Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan
B. Unsur-unsur manusia menurut pandangan islam
C. Manusia dalam perspektif Al-Qur’an
D. Tugas dan peran manusia
E. Konsekuensi manusia dalam menjalankan tugas dan perannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
B. Saran dan Kritik…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini. Berbeda
dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat. Keberadaan manusia
dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya, dilengkapi dengan berbagai organ
psikofisik yang istimewa seperti panca indera dan hati agar manusia bersyukur kepada Allah
yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Secara lebih rinci, keistimewaan-
kesitimewaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain ialah kemampuan
berfikir untuk memahami alam semesta dan dirinya sendiri.
Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana,
tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab pertanyaan
tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang menitik beratkan pada kemampuan
manusia berfikir, memberi pengertian manusia adalah “animal rasional, hayawan
nathiq” (hewan berfikir). Orang yang menitik beratkan pada pembawaan kodrat manusia
hidup bermasyarakat, memberi pengertian manusia adalah “zoom politicon, homo
sicus” (makhluk sosial). Orang yang menitik beratkan pada adanya usaha manusia untuk
mencukupi kebutuhan hiup, memberi pengertian manusia adalah “homo
economicus” (makhluk ekonomi).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai Hakikat Manusia meliputi:
a. Apa konsep manusia menurut ilmu pengetahuan dan al-quran?
c. Al-nas
Kata Al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makluk sosial secara
keselruhan tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Kata al-nas dinyatakan Allah
dalam Al Qur’an untuk menunjukan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan
keimanan yang kuat. Kadangkala ia beriman, sementara pada waktu laain ia munafik. Hal ini
dinyatakan Allah dalam Q.S. Al Baqarah/2:8, 13, 44, dan 83. Adapun secara umum,
penggunaan kata al-nas memiliki arti peringatan Allah kepada manusia akan semua
tindakannya, seperti: jangan bertindak kikir dan ingkar nikamat(Q.S. An Nissa’/4:37, riya
(Q.S An Nissa/4:38), tidak menyembah dan meminta pertolongan selain pada-Nya (Q.S. Al
Maidah/5:44), larangan berbuat zalim (Q.S. Al A’raaf/7:85), kewajiban menjaga
keharmonisan sosial antar sesamanya (Q.S. Al Maidah/5:32 dan Huud/11:85), agar manusia
bisa mengambil pelajaran dan menambah keimanannya pada Khaliqnya (Q.S. Yunus/10:2 dan
Huud/11:17)
1. Jasmani
Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. Kaki,
tangan, lidah, mata, hidung, telinga, dan perut itu adalah pemberian Allah yang harus
kita syukuri dengan mempergunakan untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Dengan jasmani kita bias merasakan kenikmatan hidup didunia ini.
2. Rohani
Rohani yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani
menjadi manusia yang hidup. Dalam buku yang ditulis Barmawie Umary, rohani
terdiri dari:
a. Akal : dengannya manusia yang lemah bias mengendalikan kehidupannya
didunia. Berkat akal pula kehidupan manusia bias jadi lebih mudah. Apa
yang ada dihadapan anda sekarang ini adalah bukti kemampuan yang
dikaruniai Allah hanya kepada manusia, yaitu akal. Dengan akal pulalah
perbedaan antara hewan dan manusia sangat mencolok.
b. Nafsu : adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk
berkehendak atau berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada
kemajuan dalam manusia. Akan tetapi seringkali nafsu mangalahkan hati
dan akal, sehingga yang terjadi adalah kerusakan. Masih dari buku karya
Barmawie, tersebut bahwa nafsu dikategorikan menjadi:
Nafsu Ammarah : Yaitu jiwa yang belum mampu membedakan yang
baik dan buruk, lebih mendorong kepada tindakan yang tidak patut.
Nasfu Lawwamah : Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan
menyesal setelah melakukan suatu pelkanggaran, malu perbuatan
buruknya diketahui orang lain tetapi belum mampu untuk
menghentikan tindakannya.
Nafsu Musawwalah : Jiwa yang telah bias membedakan yang baik dan
buruk, telah bias menggunakan akalnya untuk menimbang mana yang
baik dan mana yang buruk.
Nafsu Muthmainnah : Yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan dan
terpelihara sehingga mendatangkan ketengangan jiwa. Dengan jiwa ini
akan melahirkan sikap dan perbuatan yang baik dan membentengi
kekejian.
Nafsu Mulhamah : Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah
SWT dikaruniai ilmu dan dihiasi akhlak Mahmudah
Nafsu Radliyah : Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu bersyukur
kepada-Nya.
Nafsu Mardlyah : Yaitu jiwa yang diridhoi Allah.
Nafsu Kamilah : Yaitu jiwa yang telah sempurna.
c. Qolbu (hati): dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila hati
selalu dibina secara baik sesuai syari’at maka manusia akan berakhlak
mulia. Akan tetapi seringkali kekuasaan hati tertutupi oleh kekuasaan
nafsu, apalagi dengan ditambah bisikan-bisikan setan, sehingga yang
muncul bukanlah cahaya illahi akan tetapi bisikan setan.
d. Roh: seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang ada
didalam jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu
bukanlah urusan manusia, karena allah berfirman : “Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang roh; katakanlah : Roh itu urusan Rabb ku
dan kamu tidak diberikan ilmu melainkan sedikit.” (Al Isra:85)
"yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.”
Berdasarkan dari ayat di atas, maka dapat diketahui bahwa manusia pertama
diciptakan dari tanah.
Tahap kedua, kejadian manusia keturunan dari manusia pertama yang terbuat
dari air mani. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Sajadah (32): 8.
[8/( ]السجدة8) ثهلُم سجسعسل نسنسلسهه طمنن هسسللسنة طمنن سماَنء سمطهيِنن
Artinya:
Fitrah manusia
Al-Qur’an menyatakan bahwa agama Islam diciptakan Allah sesuai dengan
fitrah manusia. Fitrah adalah bentuk dan system yang diwujudkan Allah pada setiap
makhluk. Adapun fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan
Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya. Fitrah manusia
adalah bawaannya sejak lahir.
Menurut para ahli antropologi, fitrah pokok manusia terdiri atas tiga yakni:
a) mempertahankan hidup dengan cara makan dan minum tapi hendaknya yang halal
dan baik,
c) membela hidup.
Potensi manusia
Manusia tidak bisa terlepas dari dua hal yakni kelebihan/potensi dan
kekurangan. Adapun potensi yang dimiliki oleh manusia adalah mengetahui nama dan
fungsi benda-benda alam, pengalaman hidup di surga baik yang berkaitan dengan
kecukupan dan kenikmatannya maupun rayuan iblis dan akibat buruknya, dan
sebagainya.
Salah satu perbedaan antara manusia dengan binatang adalah akal. Menurut
Al-Qur’an, akal adalah daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu dorongan
moral.
Kata qalbu berasal dari bahasa Arab yang bermakna membalik karena
seringkali ia berbolak-balik, terkadang setuju dan terkadang pula menolak. Sedangkan
dalam penggunaannya dalam bahasa Indonesia sering diartikan hati. Hati adalah
wadah untuk menampung hal-hal yang disadari oleh pemiliknya. Inilah yang
membedakan antara qalbu/hati dan nafs. Sebagaimana yang diketahui bahwa nafs
adalah wadah yang menampung hal-hal yang berada di bawah alam sadar sehingga
yang diminta pertanggung jawabannya bukan nafs tapi hati.
Adapun nafs dalam Al-Qur’an mempunyia aneka makna di antaranya diartikan
sebagai totalitas.
Ruh
[85/( ]السراء85) ح قهطل الرروهح طمنن أسنمطر سرببي سوسماَ هأوطتيِتهنم طمسن انلطعنلطم إطلُل قسطليِلل سويسنسأ سهلوُنس س
ك سعطن الررو ط
Terjemahnya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
Pertama adalah manusia harus percaya dan menerima atau beriman kepada Allah
ta’alaa yang mencipta, memelihara, berkuasa, dan juga yang patut disembah. Percaya
kepada Allah hingga menjauhi dari perbuatan syirik dengan menyekutukan-Nya dengan
berbagai makhluk seperti syetan, berhala, hawa nafsu, dan berbagai kepercayaan selain
kepada Allah SWT. Kita juga harus menerima bahwa Allah memiliki hamba yang sangat
perkasa sentiasa ta’at kepada Allah yaitu para malaikat yang melaksanakan perintah-
perintah Allah untuk menguruskan segala penciptaan-Nya. Demikian juga kita hendaknya
menerima, mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul untuk
dijadikan pedoman hidup manusia dalam menjalankan tugas dan perananannya dibumi
dan percaya/yakin bahwa Alquran adalah kitab terakhir dan juga penyempurna kepada
kitab-kitab lainnya untuk dijadikan kewajiban dalam pegangan umat Nabi Muhammad
SAW. Segala kepercayaan dan keimanan ini, mesti dikaji dan diyakini juga dihayati
dalam hati manusia. Jadi iman adalah pekerjaan hati.
Kedua adalah Ibadah. Allah menjadikan jin dan manusia selain dari para malaikat
adalah bertugas menjadi hamba Allah. Tugas ibadah ini, ada yang bersifat khusus inilah
yang banyak difahami oleh ummat islam yaitu menjalankan kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan Allah seperti syahadat, shalat, puasa, zakat dan berhaji bagi yang mampu
dengan kata lain dikenal sebagai Rukun Islam yang wajib dilaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan yang ketat. Sperti misalnya shalat mestilah tepat dengan apa yang
dicontohkan Rasulullah, sabda Rasul :”sholluu kamaa roaitumunii ushollii”
Ketiga adalah berakhlak mulia. Nabi menegaskan bahwa tugas beliau yang
pertama adalah untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak yang mulia. Kalo kita teliti
bahwa akhlak adalah perilaku atau etika manusia yang memiliki drajat kemanusiaan yang
lahir dari pada keimanan terhadap rukun-rukun Iman, maka akhlak adalah keseluruhan
perilaku kita terhadap Allah sebagai maha pencipta, terhadap malaikat yang ta’at kepada
Allah ta’alaa, terhadap kitab sebagai pedoman Allah, terhadap rasul yang wajib kita ikuti
kepemimpinannya, dan kita juga wajib percaya terhadap hari kiamat sehingga kita akan
menjaga kita dalam melakukan perkara yang baik ataupun buruk, begitupun juga kita
yakin dengan qadar bahwa ikhtiar segala sesuatu sebenarnya telah diatur oleh Allah. Oleh
karena itu Akhlak terhadap Allah hendaklah kita menjalankan peranan sebagai khalifah
dan sebagai hamba.
Empat adalah menjalankan kehidupan sehari-hari dengan niat karena Allah,
menjalankannya dengan mematuhi peraturan Allah (Syari’ah) dan bertujuan mencari
keredhaan Allah. Sebagai contoh setiap hari kita makan. Seorang Muslim hendaklah kita
makan dengan niat karena Allah, yaitu didalam hati kita meyakini bahwa sumber
makanan itu datangnya dari Allah dan Allah mengijinkan kita makan sebagai Rezeki
dariNya. Ucapkanlah bismillahirrahmaanirrahiim dan berdo’a kemudian kita pastikan
yang kita makan itu halaldan baik untuk kesehatan jita agar kita mendapat ridha Allah
serta berkahNya.
Sebagai hamba Allah di muka bumi ini, manusia sudah sepatutnya mengingat tugas
utamanya, yakni beribadah kepada Allah SWT. Beribadah tidak saja terpaku pada ritual salat
dan zakat. Akan tetapi, segala sesuatu yang awalnya dilandaskan karena Allah, ia bisa
menjadi ibadah. Tetapi jika kita melanggar larangan-Nya maka diakhirat kelak Allah akan
membalas perbuatan kita yang telah kita lakukan di dunia ini.
Tukang parkir, dalam kesehariannya bekerja, jika diniatkan untuk ibadah dan mencari
rezeki yang halal, maka aktivitasnya dinilai ibadah. Islam tidak pernah memandang rendah
seseorang karena status pekerjaannya, melainkan ketakwaannya. Saat Alquran menjelaskan
makna ibadah pada ayat tersebut, ia bermakna luas, maka pengertiannya jangan dipersempit,
karena ibadah pun pada hakikatnya tidak hanya hal-hal yang telah ditetapkan tata caranya
oleh Allah dan Rasul-Nya, namun juga segala kebaikan yang diikhtiarkan untuk mengharap
rida-Nya.
Status hamba Allah itu dilengkapi dengan penyerahan tugas oleh Allah berupa
menjadi khalifah di muka bumi ini, dan itu penuh dengan konsekuensi. Manusia memiliki
tanggung jawab, baik pribadinya maupun orang disekelilingnya. Dalam ruang lingkup kecil
contohnya, yaitu dalam kehidupan berumah tangga, seorang laki-laki diperintahkan untuk
menjaga keluarganya dari api neraka dengan cara mengindahkan apa yang diperintahkan
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya sesuai yang termaktub dalam surat At-Tahrim
ayat 6.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini.
Berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat.
Keberadaan manusia dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
Sebagai hamba Allah di muka bumi ini, manusia sudah sepatutnya mengingat
tugas utamanya, yakni beribadah kepada Allah SWT. Beribadah tidak saja terpaku
pada ritual salat dan zakat. Akan tetapi, segala sesuatu yang awalnya dilandaskan
karena Allah, ia bisa menjadi ibadah. Tetapi jika kita melanggar larangan-Nya maka
diakhirat kelak Allah akan membalas perbuatan kita yang telah kita lakukan di dunia
ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini terdapat banyak kesalahan, maka
dari itu diharapkan masukan dan kritiknya untuk tulisan ini, sehingga kami bias
memberikan hasil yang lebih baik untuk tugas-tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.
Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.
http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-dimensinya.html
(diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 10.57 WIB).
http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html
( diunduh pada 11 MARET 2013 pukul 7.46).
http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download
(diunduh pada 11 maret 2013 pukul jam 09.00).