Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Hakikat manusia

Nama anggota kelompok :

1. Adi Bayu Saputro A.


2. Muhammad Fahrur A.
3. Laila Suraningrum

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR BLITAR
Jl. Majapahit No.2-4 Blitar – Jawa Timur
Website: www.unisbablitar.ac.id email: unisba@unisbablitar.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T Tuhan seru sekalian alam
atas segala rahmat, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Hakikat Manusia”
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya lebih baik lagi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk bagi kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Blitar, 19 November 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep manusia menurut Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan
B. Unsur-unsur manusia menurut pandangan islam
C. Manusia dalam perspektif Al-Qur’an
D. Tugas dan peran manusia
E. Konsekuensi manusia dalam menjalankan tugas dan perannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
B. Saran dan Kritik…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini. Berbeda
dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat. Keberadaan manusia
dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya, dilengkapi dengan berbagai organ
psikofisik yang istimewa seperti panca indera dan hati agar manusia bersyukur kepada Allah
yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Secara lebih rinci, keistimewaan-
kesitimewaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain ialah kemampuan
berfikir untuk memahami alam semesta dan dirinya sendiri.
Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana,
tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab pertanyaan
tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang menitik beratkan pada kemampuan
manusia berfikir, memberi pengertian manusia adalah “animal rasional, hayawan
nathiq” (hewan berfikir). Orang yang menitik beratkan pada pembawaan kodrat manusia
hidup bermasyarakat, memberi pengertian manusia adalah “zoom politicon, homo
sicus” (makhluk sosial). Orang yang menitik beratkan pada adanya usaha manusia untuk
mencukupi kebutuhan hiup, memberi pengertian manusia adalah “homo
economicus” (makhluk ekonomi).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai Hakikat Manusia meliputi:
a. Apa konsep manusia menurut ilmu pengetahuan dan al-quran?

b. Apa unsur-unsur manusia menurut pandangan islam?

c. Bagaimana manusia dalam perspektif al-quran?

d. Bagaimana tugas dan peran manusia ?

e. Apa konsekuensi manusia dalam menjalankan peran dan tugasnya?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep manusia menurut Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan

 Konsep manusia menurut ilmu pengetahuan


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (sansekerta) atau “mens” (latin) yang
berarti berpikir, berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dari dua definisi manusia tersebut dapat diketahui bahwa manusi adalah suatu kelompok
tidak (dapat hidup sendiri) atau individu yang berpikir atau berakal budi.
 Konsep Manusia menurut Al Qur’an
Dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti manusia,
yaitu kata insan, kata basyar dan kata an-nas. Meskipun ketiga kata tersebut menunjukkan
kepada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda,
yaitu:
a. Al Basyar
Secara etimologi al basyar berarti kulit kepala, wajah atau tubuh yang menjadi
tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukan makna bahwa secara biologis yang
mendominasi manusia adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau bulunya. Dapat dipahami
bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan
keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan dan sebagainya. Firman
Allah : “Katakanlah: sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadamu...” (QS. Al-Kahfi:18:110)
Kata Al Basyar juga digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan eksistensi nabi dan
rasul. Eksistensinya, memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya, akan tetapi
memiliki perbedaan khusus bila dibandingkan dengan manusia lainnya. Seperti yang
dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. Hud:11:27, Al-Isra:17:93-94, Al-Mu’minun:23:33-
34. Adapun perbedaan lainnya yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan adanya wahyu dan
tugas kenabian yang disandang para nabi dan rasul.
b. Al-Insan
Al-Insan berasal dari kata al-uns. Al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak atau pelupa. Kata Al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas
manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Dari kedua aspek tersebut dengan berbagai
potensi yang dimilikinya mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan
istimewa, sempurna dan memiliki diferensiasi individual antara satu dengan yang lain, dan
sebagai makhluk dinamis, sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah dimuka
bumi.
Perpaduan antara aspek pisik dan psikis telah membantu manusia untuk
mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan yaitu sebagai makhluk berbudaya yang mempu
berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban dan
lain sebagainya. Dengan kemampuan ini, manusia akan dapat membentuk dan
mengembangkan diri dan komunitasnya sesuai dengan nilai-nilai insaniah yang memiliki
nuansa ilahiyah yang hanif.
Dari pemaknaan manusia kata Al-Insan, terlihat sesungguhnya manusia merupakan
makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat manusiawi yang bernilai positif dan negatif. Agar
manusia bisa selamat dan mampu memfungsikan tugas dan kedudukannya dimuka bumi
dengan baik maka manusia harus senantiasa mengarahkan segala aktifitasnya.

c. Al-nas
Kata Al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makluk sosial secara
keselruhan tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. Kata al-nas dinyatakan Allah
dalam Al Qur’an untuk menunjukan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan
keimanan yang kuat. Kadangkala ia beriman, sementara pada waktu laain ia munafik. Hal ini
dinyatakan Allah dalam Q.S. Al Baqarah/2:8, 13, 44, dan 83. Adapun secara umum,
penggunaan kata al-nas memiliki arti peringatan Allah kepada manusia akan semua
tindakannya, seperti: jangan bertindak kikir dan ingkar nikamat(Q.S. An Nissa’/4:37, riya
(Q.S An Nissa/4:38), tidak menyembah dan meminta pertolongan selain pada-Nya (Q.S. Al
Maidah/5:44), larangan berbuat zalim (Q.S. Al A’raaf/7:85), kewajiban menjaga
keharmonisan sosial antar sesamanya (Q.S. Al Maidah/5:32 dan Huud/11:85), agar manusia
bisa mengambil pelajaran dan menambah keimanannya pada Khaliqnya (Q.S. Yunus/10:2 dan
Huud/11:17)

B. Unsur-unsur manusia menurut pandangan islam


Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dan
bagus, manusia diciptakan oleh Allah dari Thin (tanah). Ilmu pengetahuan telah membuktikan
bahwa benar adanya jika manusia itu sebenarnya dari tanah.
Menurut islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia
sempurna yaitu terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga telah dikaruniai
fitrah.

1. Jasmani
Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. Kaki,
tangan, lidah, mata, hidung, telinga, dan perut itu adalah pemberian Allah yang harus
kita syukuri dengan mempergunakan untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Dengan jasmani kita bias merasakan kenikmatan hidup didunia ini.
2. Rohani
Rohani yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani
menjadi manusia yang hidup. Dalam buku yang ditulis Barmawie Umary, rohani
terdiri dari:
a. Akal : dengannya manusia yang lemah bias mengendalikan kehidupannya
didunia. Berkat akal pula kehidupan manusia bias jadi lebih mudah. Apa
yang ada dihadapan anda sekarang ini adalah bukti kemampuan yang
dikaruniai Allah hanya kepada manusia, yaitu akal. Dengan akal pulalah
perbedaan antara hewan dan manusia sangat mencolok.
b. Nafsu : adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk
berkehendak atau berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada
kemajuan dalam manusia. Akan tetapi seringkali nafsu mangalahkan hati
dan akal, sehingga yang terjadi adalah kerusakan. Masih dari buku karya
Barmawie, tersebut bahwa nafsu dikategorikan menjadi:
 Nafsu Ammarah : Yaitu jiwa yang belum mampu membedakan yang
baik dan buruk, lebih mendorong kepada tindakan yang tidak patut.
 Nasfu Lawwamah : Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan
menyesal setelah melakukan suatu pelkanggaran, malu perbuatan
buruknya diketahui orang lain tetapi belum mampu untuk
menghentikan tindakannya.
 Nafsu Musawwalah : Jiwa yang telah bias membedakan yang baik dan
buruk, telah bias menggunakan akalnya untuk menimbang mana yang
baik dan mana yang buruk.
 Nafsu Muthmainnah : Yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan dan
terpelihara sehingga mendatangkan ketengangan jiwa. Dengan jiwa ini
akan melahirkan sikap dan perbuatan yang baik dan membentengi
kekejian.
 Nafsu Mulhamah : Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah
SWT dikaruniai ilmu dan dihiasi akhlak Mahmudah
 Nafsu Radliyah : Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu bersyukur
kepada-Nya.
 Nafsu Mardlyah : Yaitu jiwa yang diridhoi Allah.
 Nafsu Kamilah : Yaitu jiwa yang telah sempurna.
c. Qolbu (hati): dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila hati
selalu dibina secara baik sesuai syari’at maka manusia akan berakhlak
mulia. Akan tetapi seringkali kekuasaan hati tertutupi oleh kekuasaan
nafsu, apalagi dengan ditambah bisikan-bisikan setan, sehingga yang
muncul bukanlah cahaya illahi akan tetapi bisikan setan.
d. Roh: seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang ada
didalam jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu
bukanlah urusan manusia, karena allah berfirman : “Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang roh; katakanlah : Roh itu urusan Rabb ku
dan kamu tidak diberikan ilmu melainkan sedikit.” (Al Isra:85)

C. Manusia dalam perspektif Al-Qur’an


 Hakikat kejadian manusia
Menurut teori evolusi Darwin bahwa asal kejadian manusia adalah dari
binatang yang bernama kera. Sedangkan menurut Rifyal Ka’bah berbendapat bahwa
Al-Qur’an telah menjelaskan proses kejadian manusia secara ilmiah dan terperinci.
Al-Qur’an menguraikan proses kejadian manusia dalam dua tahap yaitu:

Tahap pertama, proses kejadian/penciptaan manusia pertama dijelaskan


dalam surah al-Sajadah (32): 7 sebagai berikut:

‫اللُطذيِ أسنحسسسن هكلُل سشنينء سخلسقسهه سوبسسدأس سخنل س‬


[7/‫( ]السجدة‬7) ‫ق ا ن طلننسساَطن طمنن ططيِنن‬
Artinya:

"yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.”

Berdasarkan dari ayat di atas, maka dapat diketahui bahwa manusia pertama
diciptakan dari tanah.

Tahap kedua, kejadian manusia keturunan dari manusia pertama yang terbuat
dari air mani. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Sajadah (32): 8.

[8/‫( ]السجدة‬8) ‫ثهلُم سجسعسل نسنسلسهه طمنن هسسللسنة طمنن سماَنء سمطهيِنن‬

Artinya:

“kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”

Dalam ayat lain dinyatakan:

Terjemahnya, Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari


setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang
diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal
yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).

 Fitrah manusia
Al-Qur’an menyatakan bahwa agama Islam diciptakan Allah sesuai dengan
fitrah manusia. Fitrah adalah bentuk dan system yang diwujudkan Allah pada setiap
makhluk. Adapun fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan
Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya. Fitrah manusia
adalah bawaannya sejak lahir.

Menurut para ahli antropologi, fitrah pokok manusia terdiri atas tiga yakni:

a) mempertahankan hidup dengan cara makan dan minum tapi hendaknya yang halal
dan baik,

b) melangsungkan hidup melalui pernikahan, dan

c) membela hidup.
 Potensi manusia

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang memuji dan memuliakan


manusia seperti tentang penciptaan manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya yaitu dalam surah al-Tin (95): 5, penegasan tentang kemulian manusia
dibandingkan makhluk yang lain yakni dijelaskan dalam surah al-Isra’ (17): 70, dan
masih banyak ayat lainnya.

Manusia tidak bisa terlepas dari dua hal yakni kelebihan/potensi dan
kekurangan. Adapun potensi yang dimiliki oleh manusia adalah mengetahui nama dan
fungsi benda-benda alam, pengalaman hidup di surga baik yang berkaitan dengan
kecukupan dan kenikmatannya maupun rayuan iblis dan akibat buruknya, dan
sebagainya.

Adapun kekurangan/kelamahan manusia adalah ketika ia tidak menempatkan


sesuatu pada fungsinya misalnya mata, ia tidak menggunakan matanya untuk melihat
hal-hal yang ma’ruf tapi malah hal-hal yang berbaur maksiat. Mereka memiliki akal
tetapi tidak dipergunakan untuk berfikir pada jalan yang benar, mereka memiliki mata
tetapi tidak dipakai untuk melihat yang benar, mereka memiliki pendengaran juga
tidak dipakai untuk mendengar kalimat-kalimat Allah yang seharusnya dapat
menuntun hidup mereka. Akhirnya mereka tidak ada ubahnya seperti binatang bahkan
lebih rendah daripada binatang .

 Akal, hati, dan nafs

Salah satu perbedaan antara manusia dengan binatang adalah akal. Menurut
Al-Qur’an, akal adalah daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu dorongan
moral.

Kata qalbu berasal dari bahasa Arab yang bermakna membalik karena
seringkali ia berbolak-balik, terkadang setuju dan terkadang pula menolak. Sedangkan
dalam penggunaannya dalam bahasa Indonesia sering diartikan hati. Hati adalah
wadah untuk menampung hal-hal yang disadari oleh pemiliknya. Inilah yang
membedakan antara qalbu/hati dan nafs. Sebagaimana yang diketahui bahwa nafs
adalah wadah yang menampung hal-hal yang berada di bawah alam sadar sehingga
yang diminta pertanggung jawabannya bukan nafs tapi hati.
Adapun nafs dalam Al-Qur’an mempunyia aneka makna di antaranya diartikan
sebagai totalitas.

 Ruh

Kata ruh ketika dikaitkan dengan manusia menggunakan konteks yang


berbeda-beda maka sulit untuk menetapkan maknanya apalagi. Mengenai ruh
dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al-Isra’ (17): 85 sebagai berikut.

 [85/‫( ]السراء‬85) ‫ح قهطل الرروهح طمنن أسنمطر سرببي سوسماَ هأوطتيِتهنم طمسن انلطعنلطم إطلُل قسطليِلل‬ ‫سويسنسأ سهلوُنس س‬
‫ك سعطن الررو ط‬

Terjemahnya:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”

D. Tugas dan peran manusia

Pertama adalah manusia harus percaya dan menerima atau beriman kepada Allah
ta’alaa yang mencipta, memelihara, berkuasa, dan juga yang patut disembah. Percaya
kepada Allah hingga menjauhi dari perbuatan syirik dengan menyekutukan-Nya dengan
berbagai makhluk seperti syetan, berhala, hawa nafsu, dan berbagai kepercayaan selain
kepada Allah SWT. Kita juga harus menerima bahwa Allah memiliki hamba yang sangat
perkasa sentiasa ta’at kepada Allah yaitu para malaikat yang melaksanakan perintah-
perintah Allah untuk menguruskan segala penciptaan-Nya. Demikian juga kita hendaknya
menerima, mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul untuk
dijadikan pedoman hidup manusia dalam menjalankan tugas dan perananannya dibumi
dan percaya/yakin bahwa Alquran adalah kitab terakhir dan juga penyempurna kepada
kitab-kitab lainnya untuk dijadikan kewajiban dalam pegangan umat Nabi Muhammad
SAW. Segala kepercayaan dan keimanan ini, mesti dikaji dan diyakini juga dihayati
dalam hati manusia. Jadi iman adalah pekerjaan hati.
Kedua adalah Ibadah. Allah menjadikan jin dan manusia selain dari para malaikat
adalah bertugas menjadi hamba Allah. Tugas ibadah ini, ada yang bersifat khusus inilah
yang banyak difahami oleh ummat islam yaitu menjalankan kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan Allah seperti syahadat, shalat, puasa, zakat dan berhaji bagi yang mampu
dengan kata lain dikenal sebagai Rukun Islam yang wajib dilaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan yang ketat. Sperti misalnya shalat mestilah tepat dengan apa yang
dicontohkan Rasulullah, sabda Rasul :”sholluu kamaa roaitumunii ushollii”
Ketiga adalah berakhlak mulia. Nabi menegaskan bahwa tugas beliau yang
pertama adalah untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak yang mulia. Kalo kita teliti
bahwa akhlak adalah perilaku atau etika manusia yang memiliki drajat kemanusiaan yang
lahir dari pada keimanan terhadap rukun-rukun Iman, maka akhlak adalah keseluruhan
perilaku kita terhadap Allah sebagai maha pencipta, terhadap malaikat yang ta’at kepada
Allah ta’alaa, terhadap kitab sebagai pedoman Allah, terhadap rasul yang wajib kita ikuti
kepemimpinannya, dan kita juga wajib percaya terhadap hari kiamat sehingga kita akan
menjaga kita dalam melakukan perkara yang baik ataupun buruk, begitupun juga kita
yakin dengan qadar bahwa ikhtiar segala sesuatu sebenarnya telah diatur oleh Allah. Oleh
karena itu Akhlak terhadap Allah hendaklah kita menjalankan peranan sebagai khalifah
dan sebagai hamba.
Empat adalah menjalankan kehidupan sehari-hari dengan niat karena Allah,
menjalankannya dengan mematuhi peraturan Allah (Syari’ah) dan bertujuan mencari
keredhaan Allah. Sebagai contoh setiap hari kita makan. Seorang Muslim hendaklah kita
makan dengan niat karena Allah, yaitu didalam hati kita meyakini bahwa sumber
makanan itu datangnya dari Allah dan Allah mengijinkan kita makan sebagai Rezeki
dariNya. Ucapkanlah bismillahirrahmaanirrahiim dan berdo’a kemudian kita pastikan
yang kita makan itu halaldan baik untuk kesehatan jita agar kita mendapat ridha Allah
serta berkahNya.

E. Konsekuensi manusia dalam menjalankan tugas dan perannya


“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku” (Qs Al-Dzariyat [51]: 56)

Sebagai hamba Allah di muka bumi ini, manusia sudah sepatutnya mengingat tugas
utamanya, yakni beribadah kepada Allah SWT. Beribadah tidak saja terpaku pada ritual salat
dan zakat. Akan tetapi, segala sesuatu yang awalnya dilandaskan karena Allah, ia bisa
menjadi ibadah. Tetapi jika kita melanggar larangan-Nya maka diakhirat kelak Allah akan
membalas perbuatan kita yang telah kita lakukan di dunia ini.

Tukang parkir, dalam kesehariannya bekerja, jika diniatkan untuk ibadah dan mencari
rezeki yang halal, maka aktivitasnya dinilai ibadah. Islam tidak pernah memandang rendah
seseorang karena status pekerjaannya, melainkan ketakwaannya. Saat Alquran menjelaskan
makna ibadah pada ayat tersebut, ia bermakna luas, maka pengertiannya jangan dipersempit,
karena ibadah pun pada hakikatnya tidak hanya hal-hal yang telah ditetapkan tata caranya
oleh Allah dan Rasul-Nya, namun juga segala kebaikan yang diikhtiarkan untuk mengharap
rida-Nya.

Status hamba Allah itu dilengkapi dengan penyerahan tugas oleh Allah berupa
menjadi khalifah di muka bumi ini, dan itu penuh dengan konsekuensi. Manusia memiliki
tanggung jawab, baik pribadinya maupun orang disekelilingnya. Dalam ruang lingkup kecil
contohnya, yaitu dalam kehidupan berumah tangga, seorang laki-laki diperintahkan untuk
menjaga keluarganya dari api neraka dengan cara mengindahkan apa yang diperintahkan
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya sesuai yang termaktub dalam surat At-Tahrim
ayat 6.

Puasa Ramadan, di mana masyarakat menjadikannya sebagai bulan muhasabah dan


introspeksi diri, sejatinya sebagai alarm untuk mengingat kembali tugas utama kita di muka
bumi. Di muka bumi ini, bukan sekadar hura-hura dan bermain-main, melainkan menanam
amal kebajikan sebanyak mungkin guna mendapat diraih di akhirat kelak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini.
Berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat.
Keberadaan manusia dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.

Sebagai hamba Allah di muka bumi ini, manusia sudah sepatutnya mengingat
tugas utamanya, yakni beribadah kepada Allah SWT. Beribadah tidak saja terpaku
pada ritual salat dan zakat. Akan tetapi, segala sesuatu yang awalnya dilandaskan
karena Allah, ia bisa menjadi ibadah. Tetapi jika kita melanggar larangan-Nya maka
diakhirat kelak Allah akan membalas perbuatan kita yang telah kita lakukan di dunia
ini.

B. Saran dan Kritik

Kami menyadari bahwa pada makalah ini terdapat banyak kesalahan, maka
dari itu diharapkan masukan dan kritiknya untuk tulisan ini, sehingga kami bias
memberikan hasil yang lebih baik untuk tugas-tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.
Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.

http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-dimensinya.html
(diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 10.57 WIB).

http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html
( diunduh pada 11 MARET 2013 pukul 7.46).

http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download
(diunduh pada 11 maret 2013 pukul jam 09.00).

Anda mungkin juga menyukai