PENGUKURAN DISTRIBUSI
INTENSITAS CAHAYA LUMINER
I. Tujuan
1. Mengenal dan mempelajari cara pengukuran tingkat pencahayaan dari suatu luminer
2. Mengetahui karakteristik dari suatu luminer dengan mempelajari bentuk distribusi
intensitas cahayanya
3. Menentukan fluks luminus yang dihasilkan suatu luminer berdasarkan data intensitas
cahayanya.
II. Peralatan
1. Luxmeter ‘Hioki’ tipe 3243
2. Beberapa jenis luminer
3. Meja putar dan busur derajat
4. Meteran pengukur panjang
5. Tripod
6. Senter (dibawa oleh praktikan)
Iθ
E= cos α (5.1)
R2
dengan
E = tingkat pencahayaan atau iluminansi [lux]
I θ = intensitas cahaya pada sudut θ, dengan θ adalah sudut antara normal luminer dengan garis
yang menghubungkan titik tengah luminer dengan titik ukur [candela]
R = jarak terhadap titik ukur [meter]
α = sudut antara normal sensor lux meter dengan garis yang menghubungkan titik tengah
luminer dengan titik ukur [= 0°]
Perlu diperhatikan bahwa persamaan (5.1) hanya berlaku untuk sumber titik. Untuk sumber
yang dimensinya luas, maka titik ukur sekurang-kurangnya berada pada jarak antara 5 sampai 10
kali dimensi maksimum luminer. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka pendekatan di atas
tidak dapat dilakukan (untuk itu dapat digunakan pendekatan garis atau bidang cakram / segi
empat).
Selain untuk menggambarkan kurva distribusi intensitas cahaya, data intensitas cahaya
luminer dapat pula diolah untuk menentukan fluks luminus yang dihasilkan luminer tersebut,
dengan menggunakan metoda konstanta zonal. Pada metoda ini, daerah pengukuran dibagi ke
dalam beberapa zona, yaitu zona 0°~10°, 10°~20°, 20°~ 30°, dan seterusnya sampai 80°~90°.
Fluks luminus yang dihasilkan luminer dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
dengan
Φ = fluks luminus yang dihasilkan luminer [lumen]
IN = intensitas cahaya rata-rata pada zona θ1~θ2 [candela]
θ1 = sudut terkecil dalam zona θ1~θ2 [derajat]
θ2 = sudut terbesar dalam zona θ1~θ2 [derajat]
Faktor 2π (cos θ1 – cos θ2) disebut juga konstanta zonal pada zona θ1~θ2
Untuk menentukan harga fluks luminus yang dihasilkan luminer, terlebih dahulu ditentukan
harga rata-rata dari intensitas cahaya pada keempat bidang (membujur, melintang, 45°, dan –45°)
untuk setiap sudut. Kemudian ditentukan harga intensitas rata-rata dari setiap zona, di mana
intensitas rata-rata untuk zona 0°~10° adalah rata-rata dari intensitas rata-rata pada sudut 0°, 5°,
dan 10°. Demikian pula intensitas rata-rata untuk zona 10°~20° adalah rata-rata dari intensitas
rata-rata pada sudut 10°, 15°, dan 20°; dan demikian seterusnya sampai zona 80°~90°. Harga
intensitas rata-rata (IN) dari setiap zona kemudian dikalikan dengan konstanta zonal yang terkait
(2π(cos θ1 – cos θ2)), sehingga menghasilkan harga fluks luminus yang dihasilkan luminer pada
zona tersebut. Harga fluks luminus total yang dihasilkan luminer adalah jumlah dari fluks
luminus yang dihasilkan pada seluruh zona, sebagaimana tercantum dalam persamaan (5.2).
V. Tugas Analisis
1. Dari data yang diperoleh, carilah intensitas cahaya untuk setiap sudut dengan
pendekatan titik, garis atau bidang (tanyakan kepada asisten yang mana yang harus
dipilih)!
2. Gambarkan kurva distribusi intensitas cahaya untuk setiap jenis luminer yang diukur
(menggunakan komputer, misalnya MS Excel/MATLAB)! Bandingkan hasilnya dengan
bentuk distribusi intensitas standar untuk luminer yang sama.
3. Dengan menggunakan data intensitas cahaya yang diperoleh, tentukan besarnya fluks
luminus yang dihasilkan oleh setiap jenis luminer!