Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata Pelajaran Kimia bertujuan agar peserta didik menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME, memupuk sikap
ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan
orang lain, memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia
yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan
demi kesejahteraan masyarakat, memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori
kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Mata pelajaran Kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs
yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan
pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: konsep asam
basa, teori-teori asam basa, kekuatan asam basa, serta reaksi-reaksi asam
basa.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat ini membahas tentang Pendalaman Materi Kimia yang meliputi
Teori-teori Asam Basa, Kekuatan Asam Basa, dan Reaksi-Reaksi Asam Basa
melalui penyampaian teori.
C. Manfaat

Modul ini bermanfaat bagi para PNS yang mengikuti diklat teknis pendidikan
untuk menambah wawasan, memahami dan mampu mengaplikasikan
pendalaman materi Kimia.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti mata diklat ini peserta dapat


mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan
menentukan sifat larutan dan menghitung pH
larutan.
2. Indikator Keberhasilan : Peserta mampu menjelaskan Teori-Teori Asam
Basa, Kekuatan Asam Basa, serta Reaksi-
Reaksi Asam Basa dan Ciri-Cirinya.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Materi Pokok

a. Teori-Teori Asam Basa


b. Kekuatan Asam Basa
c. Reaksi-Reaksi Asam Basa dan Perhitungannya

2. Sub Materi Pokok

1.1 Teori Asam Basa Arrhenius dan pH Larutan


1.2 Teori Asam Basa Bronsted Lowry
1.3 Teori Asam Basa Lewis
2.1 Hubungan Keelektrolitan dan Kekuatan Asam Basa
2.2 Hubungan pH Larutan dan Kekuatan Asam Basa
2.3 Derajat Disosiasi dan Perhitungan [H+] dan [OH-]
3.1. Reaksi-Reaksi Asam Basa
3.2. Perhitungan Stoikiometri Reaksi Asam Basa
F. Petunjuk Belajar

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal peserta perlu


mengikuti beberapa petunjuk, antara lain sebagai berikut :
1. Peserta diklat memahami modul pembelajaran agar mengerti pokok
bahasan, sub pokok bahasan, kompetensi dasar serta indikator hasil
belajar.
2. Peserta harus membaca modul agar dapat memahami materi
dengan baik.
BAB II

TEORI-TEORI ASAM BASA

Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu menjelaskan teori-teori asam basa

A. Teori Asam Basa Arrhenius dan pH Larutan

Pengertian asam dan basa yang modern mula-mula dikemukakan oleh


Svante Arrhenius pada tahun 1887. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang
bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion
hidrogen [H+] sebagai satu-satunya ion positif. Sementara itu, basa didefinisikan
sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan
membentuk ion-ion hidroksida [OH-] sebagai satu-satunya ion negatif.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asam adalah senyawa yang
mengandung ion hidrogen dengan satu atau lebih unsur lain dan basa
merupakan senyawa yang mengandung ion hidroksida dengan satu atau lebih
unsur lain.
a) Asam

Berdasarkan banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan maka larutan asam


dapat dibagi menjadi asam monobasis dan asam polibasis
1) Asam monobasis (berbasa satu) adalah asam yang dalam larutan air akan
menghasilkan satu ion hidrogen (H+).
Contohnya adalah:
HCl(aq) H+(aq) + Cl (aq)
asam klorida ion hidrogen ion klorida
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
asam asetat ion hidrogen ion asetat
2) Asam polibasis (berbasa banyak) adalah asam yang dalam larutan air
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen (H+).
Contohnya adalah:
H2SO4(aq) H+(aq) + HSO4 (aq)
asam sulfat ion hidrogen ion hidrogensulfat
HSO4(aq) H+(aq) + SO4(aq)
ion hidrogen sulfat ion hidrogen ion sulfat
Asam monobasis dan polibasis disebut juga asam monoprotik dan
poliprotik. Dalam keadaan sebenarnya, ion hidrogen tidak dapat berdiri bebas.
Dalam larutan air, ion hidrogen (H+) akan berikatan secara koordinasi dengan
molekul air (H2O) menjadi ion hidronium (H3O+).
H+(aq)+ H2O(l) H3O+(aq)
Dengan demikian, reaksi ionisasi dalam contoh tersebut di atas dituliskan
sebagai berikut:
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
H2SO4(aq) + 2H2O(l) 2H3O+(aq) + SO42- (aq)

b) Basa

Seperti halnya larutan asam, larutan basa juga dibagi menjadi basa
monoasidik dan poliasidik. Pembagian ini menunjukkan sifat keasaman
(hidroksitas) suatu basa.
1) Basa monoasidik yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
natrium hidroksida ion natrium ion hidroksida

NH4OH(aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)


amonium hidroksida ion amonium ion hidroksida
2) Basa poliasidik, yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan lebih dari
satu ion hidroksida (OH-)
Contohnya adalah:
Ca(OH)2(aq) Ca2+(aq) + 2OH- (aq)
kalsium hidroksida ion kalsium ion hidroksida
Berdasarkan sifat-sifat ion di atas, maka reaksi antara ion H+ dan OH- dapat
membentuk H2O. Proses ini disebut dengan netralisasi.

pH Larutan

Pada pembahasan asam basa Arrhenius, kita telah mempelajari


penggunaan H+ dan OH- untuk menjelaskan pengertian asam-basa. Selain
menjelaskan pengertian asam basa H+ dan OH- juga dapat digunakan untuk
menerangkan derajat keasaman atau kebasaan larutan asam basa. Semakin
besar konsentrasi H+, semakin besar sifat asamnya. Sebaliknya, semakin besar
konsentrasi OH-, semakin besar sifat basanya.

Namun, pernyataan kekuatan asam atau kekuatan basa menggunakan


[H+] dan [OH-] memberikan angka yang nilainya sangat kecil dan cara
penulisannya tidak sederhana. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang dapat
ditimbulkan oleh penggunaan angka-angka yang tidak sederhana ini, pada 1909,
Soren Peter Lauritz Sorensen (1868-1939), seorang ahli biokimia dari Denmark
mengajukan penggunaan istilah pH. Angka pH suatu larutan menyatakan derajat
atau tingkat keasaman larutan tersebut. Nilai pH diperoleh sebagai hasil negatif
logaritma 10 dari konsentrasi ion H+. Dengan demikian, untuk larutan asam
berlaku:
pH = - log [H+]
Analog dengan pH, untuk larutan basa berlaku
pOH = - log [OH-]
B. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Pada tahun 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan


bahwa reaksi asam dan basa dapat dipandang sebagai reaksi transfer proton,
dan asam-basa dapat didefinisikan dalam bentuk transfer proton.
Menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, suatu asam adalah spesi yang
memberikan (donor) proton, sedangkan basa adalah yang bertindak sebagai
penerima (akseptor) proton dalam suatu reaksi transfer proton.
Pada reaksi asam Basa Bronsted-Lowry, terdapat dua pasangan asam
basa. Pasangan pertama merupakan pasangan antara asam dengan basa
konjugasi (yang menyerap proton); dalam hal ini ditandai dengan Asam-1 dan
Basa-1. Pasangan kedua adalah pasangan antara basa dengan asam konjugasi
(yang memberi proton); dalam hal ini ditandai dengan Basa-2 dan Asam-2.
Rumusan kimia pasangan asam-basa konjugasi hanya berbeda satu proton (H+).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Asam-1 + Basa-2 Basa-1 + Asam-2
HCl + NH3 Cl- + NH4+
H2O + CO3 OH- + HCO3-
CH3COOH + H2O CH3COO- + H3O+
HNO2 + CH3COOH NO2- + CH3COOH2+

Teori tersebut bertentangan dengan yang dikemukakan Arrhenius, yakni


bahwa jika ada senyawa yang bersifat asam (menghasilkan ion H+) tidak
memiliki hubungan dengan senyawa lain yang bersifat basa (menghasilkan OH-).
Sekarang dapat diungkapkan beberapa cara yang menunjukkan bahwa
model asam-basa menurut Bronsted-Lowry lebih luas cakupannya dibandingkan
model dari Arrhenius. Menurut model Bronsted-Lowry :
 Basa adalah spesi akseptor proton, misalnya ion OH-.
 Asam dan basa dapat berupa ion atau molekul.
 Reaksi asam-basa tidak terbatas pada larutan air.
 Beberapa spesi dapat bereaksi sebagai asam atau basa tergantung pada
pereaksi
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah suatu zat yang dapat memberi
proton (donor ion H+), sedangkan basa adalah suatu zat yang dapat menerima
proton (akseptor ion H+). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa
jika terdapat zat yang bersifat asam, harus terdapat zat yang bersifat basa,
demikian pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan “memberikan proton”, yang
memiliki pengertian tidak mungkin terjadi peristiwa “memberikan proton” jika
tidak ada zat lain yang akan “menerima proton” tersebut.

C. Teori Asam Basa Lewis

Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-


basanya, Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga
mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah
dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan
berdasarkan hasil percobaan.
Teori asam basa Lewis:
 Asam: zat yang dapat menerima pasangan elektron.
 Basa: zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.

Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga
merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor
pasangan elektron . Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat
dengan ion hidroksida.

H+ + OH- H2O

Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai
reaksi asam basa dalam kerangka teori Bronsted dan Lowry.
HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s)
Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan
pasangan elektron bebas atom nitrogen.
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa
beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka
teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam
teori Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF 3 dan ion fluorida
F-.

BF3 + F- BF4-
Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron
bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton,
dengan kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry),
asam ini disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak
memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang
membentuk asam Lewis.
Karena semua basa Bonsted Lowry mendonasikan pasangan elektronnya
pada proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak semua asam
Lewis adalah asam Bronsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di
atas.
Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling
terbatas. Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang
dibahas adalah reaksi di larutan dalam air, teori Bronsted Lowry paling mudah
digunakan, tetapi teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam basa
melibatkan senyawa tanpa proton.
D. Rangkuman
Menurut Arrhenius, Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat
menghasilkan ion H+, sedangkan Basa ialah senyawa yang dalam larutannya
dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
1) HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
2) NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Menurut Bronsted-Lowry Asam ialah proton donor, sedangkan basa
adalah proton akseptor.
Contoh:
1) HAc(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + Ac-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H3O+ dengan H2O
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
2) H2O(l) + NH3(aq) ↔ NH4+(aq) + OH-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. NH4+ dengan NH3
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Teori asam basa Lewis menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat
menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat
mendonorkan pasangan elektron.

E. Latihan

Jawablah pertanyaan ini dengan benar?


1. Apa yang anda ketahui tentang asam dan basa?
2. Jelaskan teori asam basa yang dikemukakan oleh Arrhenius!
BAB III
KEKUATAN ASAM BASA

Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu menjelaskan kekuatan asam basa

A. Hubungan Keelektrolitan dan Kekuatan Asam Basa


Kekuatan larutan elektrolit dapat diuji dengan menggunakan alat penguji
elektrolit. Larutan elektrolit kuat dapat diketahui dengan adanya nyala lampu dan
gelembung gas. Adapun pada larutan elektrolit lemah, lampu tetap menyala,
tetapi mungkin redup bahkan tidak menyala. Meskipun demikian, tetap terjadi
gelembung gas. Hal yang sama terjadi pada larutan asam/basa kuat yang dapat
diketahui dengan nyala lampu dan adanya gelembung gas. Adapun untuk larutan
asam/basa lemah hanya terdapat gelembung gas dan lampu tidak menyala atau
menyala redup.
Asam kuat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang mengandung
ion hidronium (H3O+) dan anion dari asam. Sebagai contoh, jika HCl dilarutkan
dalam air, akan terbentuk ion H3O+(aq) dan Cl-(aq). Larutan asam kuat/basa kuat ini
akan menghasilkan arus listrik, seperti halnya garam. Adapun asam lemah
seperti asam asetat (CH3COOH) hanya menghasilkan gelembung gas atau
lampu menyala, tetapi redup. Hal tersebut juga berlaku untuk basa lemah.
B. Hubungan pH Larutan dan Kekuatan Asam-Basa

Kekuatan asam basa dapat juga ditentukan dari pH larutan dengan


konsentrasi yang sama. pH asam kuat lebih kecil dibandingkan pH asam lemah,
sedangkan pH basa kuat lebih besar dibandingkan dengan pH basa lemah.
Asam kuat dalam air menghasilkan ion H+ secara sempurna sehingga memiliki
harga pH kecil (berkisar 1-2). Adapun asam lemah dalam air menghasilkan ion
H+ secara tidak sempurna sehingga memiliki pH besar (berkisar (3-5).

Begitu juga basa kuat dalam air menghasilkan ion OH- secara sempurna
sehingga memiliki harga pOH kecil (harga pH besar, yaitu berkisar 12-13). Basa
lemah dalam air menghasil ion OH- secara tidak sempurna sehingga memiliki
harga pOH besar (harga pH kecil, yaitu berkisar 9-11). Harga kisaran tersebut
sangat bergantung pada konsentrasi senyawanya.

C. Derajat Disosiasi dan Perhitungan [H+] dan [OH-]

Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H+.


Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya. Begitu
juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion OH-.
Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, semakin kuat sifat basanya. Jumlah
ion H+ atau ion OH- yang dihasilkan ditentukan oleh nilai derajat ionisasi (),
yang dirumuskan sebagai berikut:
=  mol zat yang terionisasi
 mol zat yang dilarutkan
Untuk asam/basa kuat :  mendekati 1
Untuk asam/basa lemah :0<<1

a. Asam Kuat
Asam kuat merupakan senyawa elektrolit kuat. Di dalam air, senyawa ini
dapat menghasilkan ion H+ secara sempurna, yaitu seluruh molekul asam
membentuk ion. Jumlah mol zat yang terionisasi sama dengan jumlah mol zat
mula-mula. Dengan demikian, harga derajat ionisasi sama dengan satu (α = 1).
Dalam penulisan reaksi ionisasi asam kuat, digunakan satu anak panah
yang menyatakan bahwa seluruh asam kuat terionisasi. Perhatikan reaksi
berikut.
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
H2SO4 (aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)
Contoh senyawa asam kuat lainnya adalah HBr (aq), HI (aq), HNO3 (aq), dan
HClO4 (aq). Konsentrasi ion H+ yang dihasilkan dan koefisien senyawa asalnya.
Konsentrasi ion H+ dapat dihitung emnggunakan persamaan berikut.
[H+] = a x Ma
Keterangan : a = jumlah atom H yang dilepas
Ma = kemolaran asam

b. Basa Kuat
Basa kuat merupakan senyawa elektrolit kuat. Di dalam air, senyawa ini
menghasilkan ion OH- secara sempurna, yaitu seluruh molekul basa membentuk
ion (α = 1). Dalam penulisan ionisasi basa kuat, digunakan satu anak panah
yang menunjuk ke arah yang menyatakan bahwa seluruh basa kuat terionisasi.
Perhatikan contoh reaksi ionisasi basa kuat berikut.
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Ba(OH)2 (aq) Ba2+ (aq) + 2OH- (aq)
Contoh basa kuat lainnya adalah KOH (aq), RbOH (aq), Ca(OH)2 (aq), dan
Sr(OH)2 (aq). Konsentrasi ion OH- yang dihasilkan dapat dihitung secara
stoikiometri sesuai dengan koefisien ion OH-. Konsentrasi ion OH- dihitung
menggunakan rumus berikut.
[OH-] = b x Mb
Keterangan : b = jumlah gugus OH yang diikat
Mb = kemolaran basa
c. Asam Lemah
Senyawa asam lemah merupakan elektrolit lemah sehingga di dalam air
dapat terionisasi, tetapi tidak sempurna. Harga derajat ionisasi asam lemah
berkisar antara mol dan satu ( 0 < α < 1 ). Senyawa ini terionisasi tidak sempurna
sehingga masih ada molekul yang tidak terionisasi. Reaksinya merupakan reaksi
kesetimbangan. Penulisan reaksi ionisasi asam lemah digunakan dua anak
panah dengan arah bolak balik. Perhatikan contoh reaksi berikut.
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H+ (aq)
HF (aq) H+ (aq) + F- (aq)
H2S (aq) H+ (aq) + HS- (aq)

d. Basa Lemah
Seperti asam lemah, basa lemah merupakan senyawa elektrolit lemah
yang akan mengalami reaksi ionisasi tidak sempurna ( 0 < α < 1 ). Perhatikan
reaksi berikut.
NH4OH (aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)
Dengan menggunakan prinsip penurunan yang sama seperti pada
perhitungan konsentrasi ion H+ dalam asam lemah, diperoleh persamaan berikut.
[OH-] = √Kb x Mb (1 – α)
Pada umumnya, senyawa basa lemah memiliki harga α yang sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian, persamaan umum yang biasa
digunakan untuk menghitung konsentrasi OH- adalah
[OH-] = √Kb x √Mb
Derajat ionisasi basa lemah dihitung menggunakan rumus berikut.
α = [OH-]
Mb
Adapun hubungan α dengan Kb dapat dituliskan sebagai berikut.
𝐾𝑏
α =√ 𝑀𝑏
D. Rangkuman
Asam kuat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang mengandung
ion hidronium (H3O+) dan anion dari asam. Kekuatan asam basa dapat juga
ditentukan dari pH larutan dengan konsentrasi yang sama. pH asam kuat lebih
kecil dibandingkan pH asam lemah, sedangkan pH basa kuat lebih besar
dibandingkan dengan pH basa lemah. Asam kuat dalam air menghasilkan ion H +
secara sempurna sehingga memiliki harga pH kecil (berkisar 1-2). Adapun asam
lemah dalam air menghasilkan ion H+ secara tidak sempurna sehingga memiliki
pH besar (berkisar (3-5).
Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H +.
Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya. Begitu
juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion OH-.
Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, semakin kuat sifat basanya. Jumlah
ion H+ atau ion OH- yang dihasilkan ditentukan oleh nilai derajat ionisasi ().

E. Latihan

Jawablah pertanyaan ini dengan benar?

1. Tentukan asam konjugat dari HCO3-.


2. Tentukan pasangan asam-basa konjugasi dari reaksi:
HSO4- + CO32- SO42- + HCO3-
BAB IV
REAKSI ASAM BASA DAN PERHITUNGANNYA

Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu mencontohkan reaksi asam basa dan perhitungannya.

A. Reaksi-Reaksi Asam Basa


a. Reaksi Larutan asam dan larutan basa
Larutan asam akan menghasilkan garam dan air jika direaksikan dengan
larutan basa.
Asam + Basa Garam + Air

Perhatikan reaksi-reaksi asam basa berikut ini.


HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
2HCl (aq) + Ba(OH)2 (aq) BaCl2 (aq) + H2O (l)
H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)
H2SO4 (aq) + Ba(OH)2 (aq) BaSO4 (s) + 2H2O (l)
HNO3 (aq) + KOH (aq) KNO3 (aq) + H2O (l)
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)

b. Reaksi Oksida Asam dan Larutan Basa


Oksida asam merupakan senyawa antara unsur nonlogam dan oksigen.
Oksida asam dan air bereaksi membentuk larutan asam.

Oksida asam + air asam

SO3 (g) + H2O (l) H2SO4 (aq)


Cl2O7 (aq) + H2O (l) 2HClO4 (aq)
N2O5 (aq) + H2O (l) 2HNO3 (aq)
Selanjutnya, larutan asam yang terbentuk dengan larutan basa bereaksi
menghasilkan garam dan air. Secara keseluruhan, reaksi antara oksida asam
dan basa berlangsung sebagai berikut.

Oksida asam + basa garam + air

Perhatikan reaksi-reaksi berikut.


SO3 (g) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + H2O (l)
Cl2O7 (aq) + 2KOH (aq) 2KClO4 (aq) + H2O (l)
N2O5 (aq) + Ba(OH)2 (aq) Ba(NO3)2 (aq) + H2O (l)
SO3 (g) + Ca(OH)2 (aq) CaSO4 (aq) + H2O (l)

c. Reaksi Oksida Basa dan Larutan Asam


Oksida basa bereaksi dengan air membentuk larutan basa. Oksida basa
merupakan senyawa antara unsur logam dan oksigen.

Oksida basa + H2O basa

Na2O (s) + H2O (l) 2NaOH (aq)


K2O (s) + H2O (l) 2KOH (aq)
BaO (s) + H2O (l) Ba(OH)2 (aq)
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq)
Selanjutnya, larutan basa yang terbentuk akan bereaksi dengan larutan
asam akan menghasilkan garam dan air. Secara keseluruhan, reaksi antara
oksida asam dan basa berlangsung sebagai berikut.

Oksida basa + asam garam + air

Perhatikan reaksi-reaksi berikut.


Na2O (s) + 2HCl (aq) 2NaCl (aq) + H2O (l)
K2O (s) + H2SO4 (aq) K2SO4 (aq) + H2O (l)
BaO (s) + 2HNO3 (aq) Ba(NO3)2 (aq) + H2O (l)
CaO (s) + 2 HBr (aq) CaBr2 (aq) + H2O (l)

B. Perhitungan Stoikiometri Reaksi Asam-Basa


Jika suatu larutan asam dicampurkan dengan suatu larutan basa, akan
dihasilkan garam dan air. Campuran reaksi akan memiliki harga pH yang
bervariasi bergantung pada jenis asam dan basa yang dicampurkan.
a. Perhitungan Reaksi Pencampuran Larutan Asam-Basa
Reaksi pencampuran asam kuat dan basa kuat memberikan tiga
kemungkinan hasil reaksi, yaitu asam kuat dan basa kuat habis bereaksi, asam
kuat berlebih dan basa kuat habis bereaksi, serta asam kuat habis bereaksi dan
basa kuat berlebih.
1). Asam Kuat dan Basa Kuat Habis bereaksi
Jika asam kuat dan basa kuat yang dicampurkan keduanya habis
bereaksi, setelah reaksi hanya akan terdapat garam dan air. Pada kondisi ini,
larutan bersifat netral dengan pH = 7. Keadaan ini akan tercapai jika
perbandingan jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien
reaksinya.
Contoh soal.
Jika 100 mL larutan HCl 0,1 M dan 100 mL larutan NaOH 0,1 M dicampurkan,
tentukan pH campuran tersebut dan jumlah garam NaCl (Mr = 58,5) yang
terbentuk.
Jawab:
Jumlah mmol HCl = volume HCl X kemolaran HCl
= 100 mL x 0,1 M = 10 mmol
Jumlah mmol NaOH = Volume NaOH x kemolaran NaOH
= 100 mL x 0,1 M = 10 mmol.
Persamaan reaksi:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Perbandingan jumlah mmol HCl dan NaOH sesuai dengan perbandingan
koefisiennya sehingga kedua pereaksi tepat habis bereaksi. Hasil reaksi memiliki
pH = 7.
Jumlah mmol NaCl = jumlah mmol HCl
= jumlah mmol NaOH = 10 mmol.
Massa NaCl = jumlah mmol NaCl x Mr NaCl
= 10 mmol x 58,5 mg mmol-1 = 585 mg
Jadi, pH campuran = 7, dan massa garam NaCl = 585 mg.

2). Salah Satu Pereaksi Berlebih


Pada reaksi antara asam kuat dan basa kuat, apabila salah satu pereaksi
berlebih, pada akhir reaksi akan diperoleh garam, air, dan sisa asam kuat/basa
kuat. Nilai pH campuran hasil reaksi akan bergantung pada jenis pereaksi yang
berlebih. Campuran akan bersifat asam apabila asam kuat berlebih dan bersifat
basa bila basa kuat berlebih.
Contoh soal.
Jika 500 mL larutan HBr 0,1 M dan 500 mL larutan NaOH 0,2 M dicampurkan,
tentukan pH campuran dan jumlah garam NaBr (Mr = 103) yang dihasilkan.
Jawab.
Jumlah mmol HBr = volume HBr x kemolaran HBr
= 500 mL x 0,1 M = 50 mmol.
Jumlah mmol NaOH= volume NaOH x kemolaran NaOH
= 500 mL x 0,2 M = 100 mmol
Persamaan reaksi:
HBr (aq) + NaOH (aq) NaBr (aq) + H2O (l)
HBr dan NaOH memiliki koefisien reaksi yang sama besar, tetapi jumlah mmol
HBr lebih kecil daripada jumlah mmol NaOH. Dalam hal ini, senyawa yang habis
bereaksi adalah senyawa yang memiliki jumlah mmol yang lebih kecil (HBr).
Jumlah mmol NaOH sisa = 100 mmol - 50 mmol = 50 mmol
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑖𝑠𝑎 50 𝑚𝑚𝑜𝑙
[NaOH]sisa = = = 5 x 10-2 M
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1.000 𝑚𝐿

[OH-] = [NaOH]sisa = 5 x 10-2 M


pOH = -log [OH-] = -log 5 x 10-2 = 2 – log 5
pH = 14 – pOH = 12 + log 5 = 12,7
jumlah mmol NaBr = jumlah mmol HBr = 50 mmol.
Massa NaBr = jumlah mmol NaBr x Mr NaBr
= 50 mmol x 103 mg mmol-1 = 5.150 mg = 5,15 g
Jadi, pH campuran = 12,7 dan dihasilkan 5,15 g NaBr.

b. Perhitungan Campuran Reaksi


Derajat keasaman atau pH suatu larutan dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan. Salah satu caranya dengan menambahkan senyawa basa atau
asam. Dengan perhitungan kimia, jumlah senyawa basa atau asam yang harus
ditambahkan dapat diperkirakan. Untuk itu, pelajarilah contoh soal campuran
reaksi berikut ini dengan harga pH yang diketahui.
Contoh soal.
Suatu larutan dengan volume 100 mL memiliki pH = 2. Berapa jumlah NaOH
padatan yang harus ditambahkan agar pH larutan bertambah menjadi 4? Volume
larutan dianggap tidak berubah akibat penambahan NaOH dan Mr NaOH = 40.
Jawab.
Keadaan awal:
pH = 2
[H+] = 10-2 M
Jumlah mmol H+ = volume x kemolaran H+
= 100 mL x 10-2 M
= 1 mmol
Keadaan akhir:
pH = 4
[H+] = 10-4 M
Jumlah mmol H+ = volume x kemolaran H+
= 100 x 10-4
= 0,01 mmol.
Jumlah mmol H+ yang bereaksi = jumlah mmol H+ awal – jumlah mmol H+ akhir
= 1 mmol – 0,01 mmol
= 0,99 mmol
Ion H+ bereaksi dengan NaOH berdasarkan persamaan reaksi berikut.
H+ (aq) + NaOH (aq) Na+ (aq) + H2O (l)
Jumlah mmol NaOH= jumlah mmol H+
= 0,99 mmol
Massa NaOH = jumlah mmol NaOH x Mr NaOH
= 0,99 mmol x 40 mg mmol-1
= 39,6 mg.
Jadi, NaOH yang harus ditambahkan sebanyak 39,6 mg.
D. Rangkuman

Jika suatu larutan asam dicampurkan dengan suatu larutan basa, akan
dihasilkan garam dan air. Campuran reaksi akan memiliki harga pH yang
bervariasi bergantung pada jenis asam dan basa yang dicampurkan.
Reaksi pencampuran asam kuat dan basa kuat memberikan tiga
kemungkinan hasil reaksi, yaitu asam kuat dan basa kuat habis bereaksi, asam
kuat berlebih dan basa kuat habis bereaksi, serta asam kuat habis bereaksi dan
basa kuat berlebih.
Jika asam kuat dan basa kuat yang dicampurkan keduanya habis
bereaksi, setelah reaksi hanya akan terdapat garam dan air. Pada kondisi ini,
larutan bersifat netral dengan pH = 7. Keadaan ini akan tercapai jika
perbandingan jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien
reaksinya.
Pada reaksi antara asam kuat dan basa kuat, apabila salah satu pereaksi
berlebih, pada akhir reaksi akan diperoleh garam, air, dan sisa asam kuat/basa
kuat. Nilai pH campuran hasil reaksi akan bergantung pada jenis pereaksi yang
berlebih. Campuran akan bersifat asam apabila asam kuat berlebih dan bersifat
basa bila basa kuat berlebih.

E. Latihan
Jawablah pertanyaan ini dengan benar!
1. Terdapat 200 mL larutan H2SO4 yang memiliki pH = 1. Berapa jumlah
NaOH (Mr = 40) padatan yang harus ditambahkan agar pH larutan
berubah menjadi 2? Perubahan volume akibat penambahan NaOH
dianggap tidak terjadi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Arrhenius, Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat
menghasilkan ion H+, sedangkan Basa ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
2. Menurut Bronsted-Lowry Asam ialah proton donor, sedangkan basa
adalah proton akseptor.
3. Teori asam basa Lewis menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat
menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat
mendonorkan pasangan elektron.
4. Asam kuat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang mengandung
ion hidronium (H3O+) dan anion dari asam. Kekuatan asam basa dapat
juga ditentukan dari pH larutan dengan konsentrasi yang sama. pH asam
kuat lebih kecil dibandingkan pH asam lemah, sedangkan pH basa kuat
lebih besar dibandingkan dengan pH basa lemah.
5. Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H+.
Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.
Begitu juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan
menghasilkan ion OH-. Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, semakin
kuat sifat basanya.
6. Jika suatu larutan asam dicampurkan dengan suatu larutan basa, akan
dihasilkan garam dan air. Campuran reaksi akan memiliki harga pH yang
bervariasi bergantung pada jenis asam dan basa yang dicampurkan.
7. Pada reaksi antara asam kuat dan basa kuat, apabila salah satu pereaksi
berlebih, pada akhir reaksi akan diperoleh garam, air, dan sisa asam
kuat/basa kuat. Nilai pH campuran hasil reaksi akan bergantung pada
jenis pereaksi yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, David W., et al, Kimia Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001

Rahmini, Sri, et al, Ilmu Pengetahuan Alam Kimia 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII,
PT. Aneka Ilmu, Semarang, 2007

Sutresna, Nana, Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI SMA/MA Program IPA,
Penerbit Grafindo Media Pratama, Bandung, 2007

Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Pusdiklat Tenaga Teknis
Keagamaan, Modul Pendalaman Materi IPA Untuk Guru Madrasah
Tsanawiyah, Modul 2, Jakarta, 2008

Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Pusdiklat Tenaga Teknis
Keagamaan, Modul Diklat Rumpun Bidang Pendidikan dan Akademik,
Pendalaman Materi Kimia Aspek Asam dan Basa, Jakarta, 2009

Anda mungkin juga menyukai