PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata Pelajaran Kimia bertujuan agar peserta didik menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME, memupuk sikap
ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan
orang lain, memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia
yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan
demi kesejahteraan masyarakat, memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori
kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Mata pelajaran Kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs
yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan
pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: konsep asam
basa, teori-teori asam basa, kekuatan asam basa, serta reaksi-reaksi asam
basa.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas tentang Pendalaman Materi Kimia yang meliputi
Teori-teori Asam Basa, Kekuatan Asam Basa, dan Reaksi-Reaksi Asam Basa
melalui penyampaian teori.
C. Manfaat
Modul ini bermanfaat bagi para PNS yang mengikuti diklat teknis pendidikan
untuk menambah wawasan, memahami dan mampu mengaplikasikan
pendalaman materi Kimia.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Materi Pokok
Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu menjelaskan teori-teori asam basa
b) Basa
Seperti halnya larutan asam, larutan basa juga dibagi menjadi basa
monoasidik dan poliasidik. Pembagian ini menunjukkan sifat keasaman
(hidroksitas) suatu basa.
1) Basa monoasidik yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
natrium hidroksida ion natrium ion hidroksida
pH Larutan
Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga
merupakan asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor
pasangan elektron . Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat
dengan ion hidroksida.
H+ + OH- H2O
Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai
reaksi asam basa dalam kerangka teori Bronsted dan Lowry.
HCl(g) + NH3(g) NH4Cl(s)
Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan
pasangan elektron bebas atom nitrogen.
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa
beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka
teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam
teori Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF 3 dan ion fluorida
F-.
BF3 + F- BF4-
Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron
bebas ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton,
dengan kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry),
asam ini disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak
memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang
membentuk asam Lewis.
Karena semua basa Bonsted Lowry mendonasikan pasangan elektronnya
pada proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak semua asam
Lewis adalah asam Bronsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di
atas.
Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling
terbatas. Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang
dibahas adalah reaksi di larutan dalam air, teori Bronsted Lowry paling mudah
digunakan, tetapi teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam basa
melibatkan senyawa tanpa proton.
D. Rangkuman
Menurut Arrhenius, Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat
menghasilkan ion H+, sedangkan Basa ialah senyawa yang dalam larutannya
dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
1) HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
2) NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Menurut Bronsted-Lowry Asam ialah proton donor, sedangkan basa
adalah proton akseptor.
Contoh:
1) HAc(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + Ac-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H3O+ dengan H2O
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
2) H2O(l) + NH3(aq) ↔ NH4+(aq) + OH-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konjugasi. NH4+ dengan NH3
merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Teori asam basa Lewis menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat
menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat
mendonorkan pasangan elektron.
E. Latihan
Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu menjelaskan kekuatan asam basa
Begitu juga basa kuat dalam air menghasilkan ion OH- secara sempurna
sehingga memiliki harga pOH kecil (harga pH besar, yaitu berkisar 12-13). Basa
lemah dalam air menghasil ion OH- secara tidak sempurna sehingga memiliki
harga pOH besar (harga pH kecil, yaitu berkisar 9-11). Harga kisaran tersebut
sangat bergantung pada konsentrasi senyawanya.
a. Asam Kuat
Asam kuat merupakan senyawa elektrolit kuat. Di dalam air, senyawa ini
dapat menghasilkan ion H+ secara sempurna, yaitu seluruh molekul asam
membentuk ion. Jumlah mol zat yang terionisasi sama dengan jumlah mol zat
mula-mula. Dengan demikian, harga derajat ionisasi sama dengan satu (α = 1).
Dalam penulisan reaksi ionisasi asam kuat, digunakan satu anak panah
yang menyatakan bahwa seluruh asam kuat terionisasi. Perhatikan reaksi
berikut.
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
H2SO4 (aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)
Contoh senyawa asam kuat lainnya adalah HBr (aq), HI (aq), HNO3 (aq), dan
HClO4 (aq). Konsentrasi ion H+ yang dihasilkan dan koefisien senyawa asalnya.
Konsentrasi ion H+ dapat dihitung emnggunakan persamaan berikut.
[H+] = a x Ma
Keterangan : a = jumlah atom H yang dilepas
Ma = kemolaran asam
b. Basa Kuat
Basa kuat merupakan senyawa elektrolit kuat. Di dalam air, senyawa ini
menghasilkan ion OH- secara sempurna, yaitu seluruh molekul basa membentuk
ion (α = 1). Dalam penulisan ionisasi basa kuat, digunakan satu anak panah
yang menunjuk ke arah yang menyatakan bahwa seluruh basa kuat terionisasi.
Perhatikan contoh reaksi ionisasi basa kuat berikut.
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Ba(OH)2 (aq) Ba2+ (aq) + 2OH- (aq)
Contoh basa kuat lainnya adalah KOH (aq), RbOH (aq), Ca(OH)2 (aq), dan
Sr(OH)2 (aq). Konsentrasi ion OH- yang dihasilkan dapat dihitung secara
stoikiometri sesuai dengan koefisien ion OH-. Konsentrasi ion OH- dihitung
menggunakan rumus berikut.
[OH-] = b x Mb
Keterangan : b = jumlah gugus OH yang diikat
Mb = kemolaran basa
c. Asam Lemah
Senyawa asam lemah merupakan elektrolit lemah sehingga di dalam air
dapat terionisasi, tetapi tidak sempurna. Harga derajat ionisasi asam lemah
berkisar antara mol dan satu ( 0 < α < 1 ). Senyawa ini terionisasi tidak sempurna
sehingga masih ada molekul yang tidak terionisasi. Reaksinya merupakan reaksi
kesetimbangan. Penulisan reaksi ionisasi asam lemah digunakan dua anak
panah dengan arah bolak balik. Perhatikan contoh reaksi berikut.
CH3COOH (aq) CH3COO- (aq) + H+ (aq)
HF (aq) H+ (aq) + F- (aq)
H2S (aq) H+ (aq) + HS- (aq)
d. Basa Lemah
Seperti asam lemah, basa lemah merupakan senyawa elektrolit lemah
yang akan mengalami reaksi ionisasi tidak sempurna ( 0 < α < 1 ). Perhatikan
reaksi berikut.
NH4OH (aq) NH4+ (aq) + OH- (aq)
Dengan menggunakan prinsip penurunan yang sama seperti pada
perhitungan konsentrasi ion H+ dalam asam lemah, diperoleh persamaan berikut.
[OH-] = √Kb x Mb (1 – α)
Pada umumnya, senyawa basa lemah memiliki harga α yang sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian, persamaan umum yang biasa
digunakan untuk menghitung konsentrasi OH- adalah
[OH-] = √Kb x √Mb
Derajat ionisasi basa lemah dihitung menggunakan rumus berikut.
α = [OH-]
Mb
Adapun hubungan α dengan Kb dapat dituliskan sebagai berikut.
𝐾𝑏
α =√ 𝑀𝑏
D. Rangkuman
Asam kuat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang mengandung
ion hidronium (H3O+) dan anion dari asam. Kekuatan asam basa dapat juga
ditentukan dari pH larutan dengan konsentrasi yang sama. pH asam kuat lebih
kecil dibandingkan pH asam lemah, sedangkan pH basa kuat lebih besar
dibandingkan dengan pH basa lemah. Asam kuat dalam air menghasilkan ion H +
secara sempurna sehingga memiliki harga pH kecil (berkisar 1-2). Adapun asam
lemah dalam air menghasilkan ion H+ secara tidak sempurna sehingga memiliki
pH besar (berkisar (3-5).
Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H +.
Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya. Begitu
juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion OH-.
Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, semakin kuat sifat basanya. Jumlah
ion H+ atau ion OH- yang dihasilkan ditentukan oleh nilai derajat ionisasi ().
E. Latihan
Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu mencontohkan reaksi asam basa dan perhitungannya.
Jika suatu larutan asam dicampurkan dengan suatu larutan basa, akan
dihasilkan garam dan air. Campuran reaksi akan memiliki harga pH yang
bervariasi bergantung pada jenis asam dan basa yang dicampurkan.
Reaksi pencampuran asam kuat dan basa kuat memberikan tiga
kemungkinan hasil reaksi, yaitu asam kuat dan basa kuat habis bereaksi, asam
kuat berlebih dan basa kuat habis bereaksi, serta asam kuat habis bereaksi dan
basa kuat berlebih.
Jika asam kuat dan basa kuat yang dicampurkan keduanya habis
bereaksi, setelah reaksi hanya akan terdapat garam dan air. Pada kondisi ini,
larutan bersifat netral dengan pH = 7. Keadaan ini akan tercapai jika
perbandingan jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien
reaksinya.
Pada reaksi antara asam kuat dan basa kuat, apabila salah satu pereaksi
berlebih, pada akhir reaksi akan diperoleh garam, air, dan sisa asam kuat/basa
kuat. Nilai pH campuran hasil reaksi akan bergantung pada jenis pereaksi yang
berlebih. Campuran akan bersifat asam apabila asam kuat berlebih dan bersifat
basa bila basa kuat berlebih.
E. Latihan
Jawablah pertanyaan ini dengan benar!
1. Terdapat 200 mL larutan H2SO4 yang memiliki pH = 1. Berapa jumlah
NaOH (Mr = 40) padatan yang harus ditambahkan agar pH larutan
berubah menjadi 2? Perubahan volume akibat penambahan NaOH
dianggap tidak terjadi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut Arrhenius, Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat
menghasilkan ion H+, sedangkan Basa ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
2. Menurut Bronsted-Lowry Asam ialah proton donor, sedangkan basa
adalah proton akseptor.
3. Teori asam basa Lewis menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat
menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat
mendonorkan pasangan elektron.
4. Asam kuat bereaksi dengan air menghasilkan larutan yang mengandung
ion hidronium (H3O+) dan anion dari asam. Kekuatan asam basa dapat
juga ditentukan dari pH larutan dengan konsentrasi yang sama. pH asam
kuat lebih kecil dibandingkan pH asam lemah, sedangkan pH basa kuat
lebih besar dibandingkan dengan pH basa lemah.
5. Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan menghasilkan ion H+.
Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.
Begitu juga kekuatan basa, sangat ditentukan oleh kemampuan
menghasilkan ion OH-. Semakin banyak ion OH- yang dihasilkan, semakin
kuat sifat basanya.
6. Jika suatu larutan asam dicampurkan dengan suatu larutan basa, akan
dihasilkan garam dan air. Campuran reaksi akan memiliki harga pH yang
bervariasi bergantung pada jenis asam dan basa yang dicampurkan.
7. Pada reaksi antara asam kuat dan basa kuat, apabila salah satu pereaksi
berlebih, pada akhir reaksi akan diperoleh garam, air, dan sisa asam
kuat/basa kuat. Nilai pH campuran hasil reaksi akan bergantung pada
jenis pereaksi yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA
Oxtoby, David W., et al, Kimia Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001
Rahmini, Sri, et al, Ilmu Pengetahuan Alam Kimia 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII,
PT. Aneka Ilmu, Semarang, 2007
Sutresna, Nana, Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI SMA/MA Program IPA,
Penerbit Grafindo Media Pratama, Bandung, 2007
Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Pusdiklat Tenaga Teknis
Keagamaan, Modul Pendalaman Materi IPA Untuk Guru Madrasah
Tsanawiyah, Modul 2, Jakarta, 2008
Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat, Pusdiklat Tenaga Teknis
Keagamaan, Modul Diklat Rumpun Bidang Pendidikan dan Akademik,
Pendalaman Materi Kimia Aspek Asam dan Basa, Jakarta, 2009