Segala puji bagi Allah SWT Sang Pencipta Alam yang telah memberikan nikmat-Nya
kepada kita. Dengan rida dan izin-Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah tentang
AKHLAQ MAHMUDAH. Tujuannya adalah sebagai pembelajaran dan kelengkapan tugas
pada mata kuliah Akidah dan Akhlak. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada
Nabiyullah Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti.
Dalam makalah ini akan membahas tentang akhlaq mahmudah dan menjelaskan akhlaq
kepada Allah, Rasul, lingkungan, dan sesama muslim. Dari yang penulis sajikan dapat di petik
pelajaran yang dapat memperbaiki kualitas akhlaq baik pada penulis itu sendiri dan lebih
luasnya kepada para pembaca makalah ini.
Dengan demikian kami harapkan makalah ini sangat bermanfaat bagi semua orang yang
membaca makalah ini, dan juga penulis mengharapkan saran yang dapat membangun untuk
lebih sempurna makalah ini.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an
dalam penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak
dalam Islam mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti
sifat atau tabiat. Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh
seseorang yang melahirkan perbuatan baik dan buruk. Konsep Akhlak menurut Al-
Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang, darinya lahir perbuatan yang
mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak meliputi jangkauan yang
sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba dengan
Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama
manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk
(alam semesta). Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat
pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada
dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan)
terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu akhlak mahmuda
2. Untuk mengetahui penerapan akhlak mahmudah Kepada Allah, Rasul, Orang Tua,
Sesama muslim
3. Untuk mengetahui Mahmudah yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat
Sesuai Riwayat-riwayat Sahabat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Macam-macam Akhlak Mahmudah
1. Syukur
Syukur menurut bahasa artinya terima kasih. Sedangkan menurut istilah yang
di maksud dengan syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat (karunia) yang
telah di berikan oleh Allah SWT dalam bentuk keyakinan, ucapan, dan tindakan.
Untuk itu seorang yang baik hendaknya bisa memanfaatkan nikmat yang telah
dikaruniakan oleh Allah SWT sesuai dengan aturan atau ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah SWT dan tidak untuk memuaskan hawa nafsunya. (Asy-
Syirbaany, 2009 )
2. Sabar
Sabar secara bahasa bisa diartikan “tabah hati’ atau “menahan diri dari keluh-
kesah”. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan sabar adalah suatu keadan
jiwa seorang yang dapat menerima dengan lapang dada atas penderitaan atau musibah
yang menimpa dirinya atas apa yang terjadi orang lain namun mempunyai hubungan
bathiniyyah seperti orang tua, anak, istri, saudara dan lain sebagainya.
Manusia yang normal sudah dapat dipastikan ia mempunyai banyak keinginan dan
harapan. Terlepas itu sesuai dengan keberadaan dirinya atau tidak. Hal ini bisa
dimengerti kerena di dalam diri manusia terdapat nafsu dan akal. Di samping itu di luar
hakekat manusia terdapat makhluk yang merupakan musuh laten manusia. Musuh yang
menyimpan rasa dendam kesumat kepada manusia. Musuh yang selalu menghadang
dan menggoda manusia agar manusia terperosok dan tergelincir ke dalam lembah
kemaksiatan dan jurang kehancuran, yakni syaithan. Sementara alam dimana manusia
menetap, manusia bermasyarakat, manusia berinteraksi antar satu individu dengan
individu lainya mempunyai hukum tersendiri, yang biasanya dikenal dengan istilah
“sunnatullah” .
Oleh sebab itu harus di sadari dan harus di hayati dengan sepenuh hati bahwa dunia ini
merupakan medan perjuangan dan sarana pengabdian kepada sang Khaliq, sehingga
manusia seringkali menghadapi persoalan-persoalan yang sangat pelik dan bahkan
susah untuk di pecahkan. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
3. Amanah
Kepercayaan ialah menjaga tanggung jawab dan menunaikannya dengan baik
menurut semestinya. Orang yang menunaikan amanah di sebut “Al Amiin”. Al amiin
5
adalah orang yang dipercaya. Amanah suatu sifat yang menimbulkan percaya
mempercayai antara anggota masyarakat. Tali penghubung antara satu dengan yang
lainya.
Amanah bersifat nabi-nabi dan Rasul-Rasul. Allah SWT sudah menetapkan supaya
mereka bersifat amanah. Amanah nur yang menerangi mata hati seseorang ke jalan
kebaikan. Ia akan tetap selalu menunaikan tugasnya dengan baik dan sempurna. Ia juga
tidak akan membongkar rahasia yang dipercayakan kepadanya. Ia akan mentaati
peraturan yang berlaku serta tidak akan berpura-pura rajin di hadapan orang lain.
(Oemar Bakry,1993)
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
6
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran. (Surat An Nahl. Ayat 90) .
5. Jujur
Sesungguhnya perkatan uang paling benar adalah kitab Allah,petunjuk yang
paling bagus adalah petunjuk nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam,sejelek-
jelek perkara dalam agama adalah hal-hal yang baru diada-adakan,setiap perkara yang
bari diada-adakan dalam urusan agama adalah bid’ah,setiap bid’ah dalam urusan agama
adalah sesat,dan setiap kesesatan ada di dalam neraka.
Allah subhanahu wa ta ‘ala telah mengagungkan ukuran kejujuran dan menghubungkan
kebahagiaan dunia akhirat,serta keselamatan dari kejahatan keduanya dengan kejujuran
ini.Allah orang yang di kehendaki-Nya lantaran kejujuran dan mencelakakan orang
yang di kehendaki-Nya lantaran kebohongan.
Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala memerintahkan hamba-hamban-Nya yang beriman
supaya senantiasa bersama dengan orang-orang yang jujur. ) (Ridwan Asy-Syirbaany,
2009 )
sebagaimana firmannya
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah (9): 119)
6. Qana’ah
Qana’ah adalah kerelaan hati terhadap rezeki yang telah dibahagiakan kepadanya.
Maksud kata ini ialah hilangnya rasa tamak pada diri seseorang dengan memadai apa
yang ada dan tidak tamak terhadap apa yang dapat dihasilkan. Bagimanapun sidat
qana’ah di dalam diri tidaklah datang dengan sendirinya, karena manusia memiliki
hawa nafsu. (Oemar Bakry, 1993)
Sebagaimana firman Allah SWT:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
7
pilihan, binatang-binatang ternakl86 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)..( Surat Ali-‘Imran 3:14)
7. Tawadhu’
Tawadhu’ berasal dari akar kata; tawadha’a-yatawadha’u-tawadhu’an. Kata ini
mempunyai banyak arti antaranya lain; rendah hati dan menjauhi sikap takabbur. Dari
arti seperti ini maka istilah tawaddu’ dapat di rumuskan: suatu sikap rendah hati yang
lahir dari kesadaran yang paling dalam (penuh penghayatan) atas keberadaan seseorang
manusia sebagai makhluk yang selalu diliputi oleh berbagai kekurangan, keterbatasan
dan kedloifan di tengah-tengah kekuasaan Allah SWT Yang Maha Segalanya. Atau
dalam arti tawaddu’ merupakan kebalikan dari pada sifat takabbur. (Oemar Bakry,
1993)
Allah SWT tidak menyukai terhadap orang-orang yang bersikap takabbur :
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong. (Qs.16/ An-Nahl: 23)
8. Syaja’ah
Syaja’ah atau berani adalah suatu sifat yang menjadikan seorang berani menghadapi
kesulitan atau bahaya di saat diperlukan berbuat demikian, seseorang yang melihat ada
bahaya yang akan menimpa dirinya, keluarganya atau bangsa maka ia tampil ke muka
menangkis bahaya itu dengan tabah, ia adalah seseorang yang berani berbuat dalam
perhitungan yang tepat di saat yang di perlukan. (Oemar Bakry, 1993)
8
tidak memiliki kewajiban apapun terhadap hamba-Nya. Allah memiliki sejumlah hak
atas hamba, sementara hamba tidak punya hak apa pun atas-Nya. ( Alaika Salamulloh,
2009)
1) Makhabbatullah
Secara bahasa Makhabbatullah merupakan suatu istilah yang terbang dari kata
mahabbah artinya cinta dan ALLAH artinya Sang Pencipta, Dzat yang merajai langit
dan bumi, tiada Tuhan selain Dia dan Dzat yang menghidupkan dan mematikan .
Sedangkan menurut istilah yang di maksud dengan makhabbatullah adalah rasa cinta
dari seorang hamba (‘aabid) kepada Sang Pencipta dan kemudian diwujudkan dalam
bentuk ketaatan yang tulus dengan menjalankan agama yang telah diisyari’atkan-Nya.
Makhabbatullah merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh siapa pun manusia
yang menyadari tentang hakekat dirinya. Manusia ada dari ketiadaan. Manusia lahir
bukan atas kehendak dirinya namun semata-mata atas izin Dzat Yang Maha dari
segalanya, yakni Allah SWT. Oleh sebab itu manusia harus berterima kasih kepada-
Nya. Salah satu bentuk terima kasih kepada Allah SWT di antaranya dengan memiliki
rasa cinta kepada Allah SWT.
Cinta kepada Allah SWT harus sesuai dengan ketentuan berikut ini :
9
Cinta kepada Allah harus di atas segala-galanya, sekalipun terhadap orang tua, anak,
saudara, istri, harta, dan lain sebagainya. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
2) Dzikir
Dzikir menurut bahasa artinya ingat dan menyebut. Adapun secara istilah, yang
di maksud dengan dzikir adalah ingat Katakanlah: "jika bapak-bapak , anak-anak ,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. kepada Allah SWT karena
mencintai-Nya, dan karena takut terhadap murka dan adzab-Nya. Untuk itu dalam
pelaksanaannya dzikir dilakukan manusia dengan mengingat kepada Allah SWT,
dengan tanpa membaca bacaan atau amalan apa pun di mana pun ia berada. Dzikir
dilakukan oleh manusia dengan mengingat Allah melalui bacaan-bacaan atau amalan–
amalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti subkhanallaah,
alhamdulillaah, allaahu akbar, dan yang lainya. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
10
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (Qs. 4 / An-Nisaa : 103)
3) Raja’
Raja’ artinya harapan. Namun yang di kehendaki di sini raja’ adalah suatu sikap yang
penuh keyakinan bahwa Allah SWT adalah tempat segala harapan hamba-hamba-Nya.
Setiap manusia tidak boleh bersikap putus ada atau stres. Hal ini bisa dimengerti karena
Allah SWT adalah dzat yang memiliki sifat rahman dan rahiim. Allah SWT sangat
melarang terhadap orang-orang yang bersikap putus harapan. Setiap orang yang
mengaku beriman, maka ia selalu bersikap optimis untuk mendapatkan rahmat Allah
SWT serta ia dilarang bersikap putus asa. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-
Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (Qs. Huud : 3)
11
D. Akhlak Terhadap Rasul
Menurut(Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )Muhammad SAW memang merupakan
seorang manusia, namun keberadaanya harkat kemanusiaan yang dimilikinya tidak
seperti manusia pada umumnya. Muhammad SAW adalah merupakan makhluk yang
telah di pilih oleh Allah SWT unutk menjadi rasul-Nya. Penunjukan “kerasulan” pada
dirinya dapat di jadikan sebagai tolak ukur bahwa Muhammad adalah orang yang
istimewa; muhammad buka hanya berkualitas secara fisik namun juga ia merupakan
orang yang hebat secara psikis (ruhaniyyah) sehingga ia dapat menunaikan amanah
da’wah dalam mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing umat manusia.
a. Kewajiban Muslim Terhadap Rasulullah SAW
1. Menyakini dengan sepenuh hati bahwa Muhammad ibnu Abdillah SAW itu merupakan
seorang nabi dan rasul Allah SWT.
2. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa apapun yang diucapkan oleh Muhammad ibnu
Abdillah SAW adalah suatu kebenaran (wahyu Allah SWT). Firman Allah SWT
menyebutkan (Qs. 53/ An-Najm 3-4)
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
3. Menyakini dengan sepenuh hati bahwa apa pun yang di lakukan oleh Muhammad ibnu
Abdillah SAW adalah sesuatu kebenaran (wahyu Allah SWT). Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT
12
adalah Allah SWT. Berbakti kepada orang tua juga merupakan salah satu wujud syukur
yang harus selalu dijunjung tinggi oleh setiap insan. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
Seperti firman Allah SWT :
13
(mukjizat). Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Muhammad SAW kepada umatnya,
diantaranya adalah akhlaq terhadap sesama muslim. (Ridwan Asy-Syirbaany, 2009 )
14
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs.Ar-Ra’du : 11)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
REFERENSI
17