tentang membayar utang puasa, ada beberapa hal yang bersegera membayarnya agar segera pula kita terbebas
menyepelekannya/tidak mengindahkannya sehingga
bisa kita kaji di sini. Di antaranya adalah sebagai berikut. dari utang-utang tersebut. Bukankah lebih cepat lebih kesempatan yang panjang itu disia-siakan begitu saja. baik? Menanggapi hal ini, para ulama bersepakat bahwa orang 1. Apa hukum meng-qadha’ (membayar utang) puasa? semacam ini benar-benar keterlaluan dan dihukumi Qadha’ adalah mekanisme syari’at untuk melaksanakan Tentang hal ini, Aisyah (istri Rasulullah) pernah berkata: berdosa karena dia menggampangkan/meremehkan suatu ibadah yang karena suatu hal tidak dapat “Dahulu aku memiliki tanggungan/hutang puasa (tasahul) terhadap hukum Allah swt. Kewajiban yang dilaksanakan pada waktunya. Setiap ibadah wajib yang Ramadhan, dan tidaklah aku bisa mengqadha’nya harus ditunaikannya adalah: tidak tertunaikan pada waktunya maka wajib pula (karena ada halangan sehingga tertunda) kecuali setelah - Beristighfar dan bertaubat atas kelalaiannya qadha’nya, termasuk di dalamnya adalah puasa sampai bulan Sya’ban.” (H.R. Al-Bukhari) menunda-nunda pembayaran utang puasa. Ramadhan. - Meng-qadha’ puasanya setelah Ramadhan. Perlu ditegaskan kembali bahwa keluasan waktu meng- - Membayar fidyah Firman Allah swt: qadha’ puasa ini hanya berlaku bagi mereka yang faman syahida mingkumusy-syahro falyashum wa mang meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i. Namun bagi bahwa fidyah dalam puasa dikenai pada orang yang tidak kaana mariidhon au 'alaa safarin fa'iddatum min ayyaamin mereka yang meninggalkan puasa tanpa ada alasan yang mampu menunaikan qodho’ puasa. Hal ini berlaku pada ukhor, “Barangsiapa diantara kalian yang mendapati bulan bisa diterima oleh syari’at (tanpa ada udzur syar’i), orang yang sudah tua renta yang tidak mampu lagi (Ramadhan) maka hendaklah ia berpuasa, dan semisal karena malas, maka mereka wajib meng- berpuasa, serta orang sakit dan sakitnya tidak kunjung barangsiapa yang sakit atau berpergian (lalu ia tidak qadha’nya sesegera mungkin (mubadarah) hingga sembuh. Pensyariatan fidyah disebutkan dalam firman berpuasa) maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari tertunaikan semua utang puasanya. Allah Ta’ala, yang ditinggalkannya pada hari yang lain.”(Q.S. Al ayyaaman ma'duudaatin faman kaana minkum mariidhan Baqarah [2]: 185) Tentunya qadha’ puasa tidak boleh dilakukan pada hari- aw 'alaasafarin fa'iddatum min ayyaamin ukhor hari terlarang, yakni pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul wa'alaa alladziina yuthiiquunahu fidyatun tho'aamu Dalam konteks puasa Ramadhan, kewajiban membayar Adha) dan pada tiga hari tasyrik (tanggal 11, 12, 13, miskiinin faman tathowwa'a khoyron fahuwa khayrun lahu utang puasa (qadha’) hanya berlaku bagi mereka yang Dzulhijjah). wa-an tashuumuu khoyrul lakum in kuntum ta'lamuuna masih memiliki kemampuan dan kesempatan untuk 3. Apakah qadha’ puasa harus dilakukan secara melaksanakan qadha’nya. berkelanjutan? 184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka 2. Kapan waktu pembayaran utang puasa Ramadhan? Qadha’ puasa boleh dilaksanakan secara berkelanjutan barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam Waktu pembayaran utang (qadha’) puasa Ramadhan atau berurut-turut, dan boleh pula dilaksanakan secara perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya terbentang luas selama 11 bulan, terhitung mulai Syawal terpisah-pisah. Jadi, pembayaran utang puasa tidak wajib berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari hingga Sya’ban, sebelum masuk bulan Ramadan dibayar secara berurut-urut. Dalam konteks istri saya, dia yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat berikutnya. Jadi, kita boleh membayar utang puasa kapan memilih membayar utang puasanya dengan cara yang menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar saja dari 11 bulan tersebut. Sangat luas waktunya, kan? kedua, yakni terpisah-pisah/tidak berurutan. Kadang fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa Tapi keluasan waktu ini hanya berlaku bagi kita yang berpuasa, kadang tidak. yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan [114], meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i (alasan yang 4. Bagaimana hukum menunda membayar utang puasa maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik dibenarkan oleh syari’at), semisal haid, nifas, sakit, sampai Ramadhan yang baru tiba? bagimu jika kamu mengetahui. musafir, dan sebagainya. Walaupun waktu qadha’ puasa Kita sudah tahu kan bahwa waktu pembayaran utang sangat luas, namun kita tetap disunnahkan agar puasa sangat luas, tetapi anehnya masih saja ada yang Bagaimana Cara Membayarnya? Waktu Pembayaran Fidyah Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membayar Seseorang dapat membayar fidyah, pada hari itu juga fidyah, yang terpenting adalah menerapkan aturan ketika dia tidak melaksanakan puasa. Atau diakhirkan Ukuran untuk satu sho’ adalah sekitar 2,5 atau 3 kg. sampai hari terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana Maka, untuk kehati-hatian kita bisa tentukan 1,5 kg untuk dilakukan oleh sahabat Anas bin Malik ketika beliau telah jumlah setengah sho’ atau 1,5 kg beras untuk setiap hari tua[14]. puasa yang ditinggalkan. Lebih bagus lagi jika 1,5 kg beras Yang tidak boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah tersebut ditambahkan dengan lauk-pauknya baik yang yang dilakukan sebelum Ramadhan. Misalnya: Ada orang sudah dimasak atau dalam bentuk mentahan. yang sakit yang tidak dapat diharapkan lagi Ada dua cara yang bisa kita lakukan untuk membayarkan kesembuhannya, kemudian ketika bulan Sya’ban telah fidyah. datang, dia sudah lebih dahulu membayar fidyah. Maka model pembayarannya dapat diterapkan dengan dua yang seperti ini tidak diperbolehkan. Ia harus menunggu cara, sampai bulan Ramadhan benar-benar telah masuk, 1. Memasak atau membuat makanan, kemudian barulah ia boleh membayarkan fidyah ketika hari itu juga mengundang orang miskin sejumlah hari-hari yang atau bisa ditumpuk di akhir Ramadhan.[15] ditinggalkan selama bulan Ramadhan. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Anas bin Malik ketika beliau sudah menginjak usia senja (dan tidak sanggup berpuasa)[10]. 2. Memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Alangkah lebih sempurna lagi jika juga diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.[11] Misalnya jika kita memiliki hutang puasa 7 hari, kita bisa mengundang 7 orang miskin untuk makan di rumah kita, atau mengantarkan makanan yang sudah dimasak atau siap dimasak ke 7 rumah orang miskin tersebut.
Fidyah Tidak Boleh Diganti Uang
Perlu diketahui bahwa tidak boleh fidyah yang diwajibkan bagi orang yang berat berpuasa diganti dengan uang yang senilai dengan makanan karena dalam ayat dengan tegas dikatakan harus dengan makanan. Allah Ta’ala berfirman, fidyatun tho'aamu miskiinin “Membayar fidyah dengan memberi makan pada orang miskin.” Fidyah hanya boleh dengan menyerahkan makanan yang menjadi makanan pokok di daerah tersebut.