269087950
269087950
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan supaya Mahasiswa/i STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahap Profesi Ners Angkatan IV 2014 mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah dengan sistem
reproduksi lebih khususnya pada pasien yang mengalami
pembengkakan pada kelenjar getah bening dengan sistem aplikasi
NANDA, NOC dan NIC dalam menerapkannya kedalam praktik
keperawatan medikal bedah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
2014.
1.2.2 Tujuan Khusus
Makalah ini memiliki tujuan khusus dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan medikal bedah supaya Mahasiswa/i STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahap Profesi Ners Angkatan IV 2014 mampu
memahami:
1. Konsep Dasar Medik
1) Pengertian Kelenjar Getah Bening
2) Etiologi
3) Patofisiologi
4) Phatway
5) Manifestasi Klinik
6) Komplikasi
7) Prognosis
8) Pemeriksaan Diagnostik
9) Pentalaksanaan
2. Konsep Dasar Keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
2) Diagnosa Keperawatan
3) Rencana Keperawatan
4) Implementasi Keperawatan
5) Evaluasi
6) Discharge Planning
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Etiologi
Makin tua usia makin tinggi risiko terkena limfoma karena daya
tahan tubuhnya menurun. Hingga kini penyebab limfoma belum
diketahui secara pasti. Ada empat kemungkinan penyebabnya yaitu
faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteri
dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet, pewarna kimia) (Elsevier,
2005).
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati.
Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:
malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders
(kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik)
(Amaylia, 2013).
Sistem Limfatik
Kelenjar Limfatik
Jaringan Haematopoetik terdiri dari 2 jenis jaringan:
1. Jaringan Myeloid
2. Jaringan Limfoid / Limfatik
Jaringan Limfatik dalam tubuh tdp dalam 4 bentuk:
1. Kelenjar Getah Bening
2. Thymus
3. Lien = Limpa
4. Aggregasi dari Limfosit tak berkapsul dalam jaringan ikat kendor.
Jaringan Limfatik merupakan Parenchym pada organ-organ
Limfatik. Jaringan Limfatik secara mikroskopik dibagi 2 komponen:
1. Stroma merupakan kerangka seperti busa (Spongelike Framework)
2. Free Cells mengisi mata anyaman
Perbandingan kedua nya berbeda. Jaringan Limfatik dibedakan:
1. Jaringan Limfatik Kendor
2. Jaringan Limfatik Padat
3. Jaringan Limfatik Noduler (Asih, 2011).
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa
(bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem
kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam
kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi (Asih,
2011).
Tabel 2.2 Perbandingan dan limfatik Sistem Kardiovaskular
Sistem Kardiovaskuler (Darah) Sistem Limfatik (Getah Bening)
Darah bertanggung jawab untuk Getah bening bertanggung jawab untuk
mengumpulkan dan mendistribusikan mengumpulkan dan mengeluarkan
oksigen, nutrisi dan hormon ke seluruh produkproduk
jaringan tubuh. sisa tertinggal dalam jaringan.
Darah mengalir dalam suatu loop terus Getah bening mengalir dalam rangkaian
menerus tertutup seluruh tubuh melalui terbuka dari jaringan ke pembuluh
arteri, kapiler, dan vena. limfatik.
Setelah di dalam kapal ini, getah bening
mengalir hanya satu arah.
Darah dipompa tubuh. Jantung Getah tidak dipompa. Hal pasif mengalir
memompa dari jaringan ke kapiler getah bening.
Darah ke dalam arteri yang membawa ke Aliran dalam pembuluh limfatik dibantu
semua dari. Vena kembali darah dari oleh gerakan tubuh lainnya seperti
seluruh bagian tubuh ke jantung. pernapasan dan tindakan otot di
dekatnya
dan pembuluh darah.
Darah terdiri dari plasma cair yang Getah bening yang telah disaring dan
mengangkut sel-sel darah putih dan siap
merah untuk adalah cairan putih susu atau jelas.
dan platelet.
Darah terlihat dan kerusakan pembuluh Getah tidak terlihat dan kerusakan pada
darah menyebabkan tanda-tanda jelas sistem limfatik sulit untuk mendeteksi
seperti perdarahan atau memar. sampai bengkak terjadi.
Darah disaring oleh ginjal. Semua darah Limfe disaring oleh kelenjar getah
mengalir melalui ginjal di mana sampah bening
produk dan cairan kelebihan dihapus. di seluruh tubuh. Simpul tersebut
Diperlukan cairan dikembalikan ke menghapus beberapa cairan dan
sirkulasi jantung. puingpuing.
Mereka juga membunuh patogen
dan beberapa sel-sel kanker.
(Asih, 2011).
Limfatik Kapiler
Setelah meninggalkan jaringan, getah bening harus memasukkan
sistem limfatik melalui kapiler limfatik khusus. Sekitar 70 persen di
antaranya kapiler dangkal yang terletak dekat, atau hanya di bawah,
kulit. 30 persen sisanya, yang dikenal sebagai kapiler limfatik dalam,
mengelilingi sebagian besar organ tubuh. Kapiler limfatik mulai
sebagai pembuluh buta-berakhir yang hanya satu sel di tebal. Sel-sel
ini disusun dalam pola sedikit tumpang tindih, sangat mirip dengan
herpes zoster di atap rumah.Masing-masing sel individu diikat ke
jaringan terdekat oleh penahan filamen. Tekanan dari fluida yang
mengelilingi gaya kapiler sel-sel untuk memisahkan sejenak untuk
memungkinkan getah bening untuk memasuki kapiler. Kemudian sel-
sel dari dinding berdekatan. Ini tidak memungkinkan getah bening
untuk meninggalkan kapiler. Melainkan dipaksa untuk bergerak maju
(Asih, 2011).
Kapiler limfatik
Kapiler limfatik secara bertahap bergabung bersama untuk
membentuk jaringan mesh-seperti tabung yang terletak lebih dalam
tubuh. Saat mereka menjadi lebih besar, struktur ini dikenal sebagai
pembuluh limfatik (Robbin dan Cotran, 2009).
Limfe Nodes
Ada antara 600-700 kelenjar getah bening hadir dalam tubuh
manusia rata-rata. Limfe nodes ini berperan untuk menyaring kelenjar
getah bening sebelum dapat dikembalikan ke sistem peredaran darah.
Meskipun node dapat menambah atau mengurangi ukuran sepanjang
hidup, setiap node yang telah rusak atau hancur, tidak beregenerasi.
Pembuluh limfatik aferen membawa unfiltered getah bening ke node.
Produk-produk limbah sini, dan beberapa cairan, yang disaring. Di
bagian lain dari node, limfosit, yang khusus sel darah putih,
membunuh patogen yang mungkin ada (Williams dan Wilkins, 2004).
Hal ini menyebabkan pembengkakan umumnya dikenal sebagai
pembengkakan kelenjar bengkak. Kelenjar getah bening juga
perangkap sel-sel kanker dan memperlambat penyebaran kanker
sampai mereka kewalahan oleh itu. Pembuluh limfatik eferen
membawa keluar getah bening disaring dari node untuk melanjutkan
kembali ke sistem peredaran darah (Williams dan Wilkins, 2004).
2.1.4 Phatway
Cairan limfe adalah cairan mirip plasma dengan kadar protein
lebih rendah. Kelenjar limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam
saluran limfe jumlah selnya besar. Kedudukan system limfatik pada
peredaran darah dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Sistem perjalanan kelenjar getah bening dalam tubuh
2.1.6 Komplikasi
1. Tuberkulosis
2. Tripanosomiasis
3. Scrub typhus
4. Leishmaniasis
5. Tularemia
6. Bruselosis
7. Karsinoma organ dalam
8. Kanker kepala dan leher
9. Kanker kulit (Amaylia, 2013).
2.1.7 Prognosis
1. Limfadenopati daerah kepala dan leher
Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak,
tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa
infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium
atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi,
sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat
berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula
kemungkinan besar (54%-85%) disebabkan oleh keganasan.3
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami infl amasi dalam
beberapa hari, kemudian berfl uktuasi (terutama pada anak-anak)
khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafi lokokus dan
streptokokus (Amaylia, 2013).
Kelenjar getah bening servikal yang berfl uktuasi dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda infl
amasi atau nyeri yang signifi kan merupakan petunjuk infeksi
mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae
(penyebab cat scratch disease).1 Kelenjar getah bening servikal
yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok
menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring,
nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati servikal
merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering
(63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga
disebabkan oleh mikobakterium nontuberkulosa (Amaylia, 2013).
2. Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis.
Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan,
limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifi lis sekunder (Amaylia,
2013).
3. Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi
atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering
bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral
yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma
jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,
hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital
atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di
ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral
(Amaylia, 2013).
4. Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat
dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada
34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada
penderita di atas usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau
esofagus.Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow)
berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung, kandung
empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat) (Amaylia, 2013).
5. Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm
pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki.
Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan penyebab
tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis
dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati
inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita
karsinoma penis atau uretra (Amaylia, 2013).
6. Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi
serius, penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan
limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi
adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh
leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.
Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun
(immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal
infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus,
toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat
bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum
timbulnya lesi kulit (Amaylia, 2013).
3. Biopsi Kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada
kelenjar yang paling besar, paling dicurigai, dan paling mudah
diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar getah
bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah.
Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik
paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat
meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi aspirasi jarum
halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih.
Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal
yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk
membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak
(Amaylia, 2013).
2.1.9 Penatalaksanaan
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan
kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa.
Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodularmempunyai karakteristik terfi
ksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati
karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan,
tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi
lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi karena infeksi.
Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh
perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul
kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat (Amaylia, 2013).
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai
diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar
epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah bening inguinal lebih
dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada
213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan
ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8%
penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita
dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah
bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi
toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan
tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit
granulomatosa (tuberkulosis, catscratch disease, atau sarkoidosis)
atau kanker (terutama limfoma).2 Tidak ada ketentuan pasti mengenai
batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada
laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm
merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa
(Amaylia, 2013).
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan
yang telah dibuat. Evaluasai ini berguna untuk menilai setiap langkah
dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan
akhir (Smeltzer dan Suzanne, 2001).
Evaluasi terdiri dari : Evaluasi proses dilakukan pada setiap
akhir melakukan tindakan keperawatan, evaluasi hasil memberikan
arah apakah rencana tindakan dihentikan atau dimodifikasi atau
dilanjutkan (Smeltzer dan Suzanne, 2001).
Evaluasi hasil dicatat dan dapat dilihat pada catatan
perkembangan yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan planing.
Evaluasi akhir menggambarkan apakah tujuan tercapai, tercapai
sebagian atau tidak sesuai dengan rencana atau timbul masalah baru
(Smeltzer dan Suzanne, 2001).