Disusun oleh :
Jl. Bintaro Raya No. 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada
cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah di bidang
radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli
fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8
November 1895. Pemeriksaan radiodiagnostik dengan memanfaatkan sinar-X dapat
mengakibatkan efek samping bagi tubuh manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya studi
intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia yang terus dilakukan oleh para ahli
radiobiologi, hingga akhirnya secara pasti diketahui bahwa radiasi tersebut dapat menimbulkan
kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik berupa mutasi
sel-sel reproduksi.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk membatasi dampak negatif pengunaan sinar-X,
salah satu dari usaha tersebut adalah makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
proteksi radiasi. Jenis sumber radiasi yang berpotensi memberikan penyinaran pada tubuh
manusia, yaitu sumber eksternal apabila sumber itu berada di luar tubuh manusia, dan sumber
internal apabila sumber tersebut ada di dalam tubuh manusia. Bahan radiasi dari sumber-sumber
eksternal ini dapat dikendalikan dengan mempergunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi, yaitu
pengaturan waktu, pengaturan jarak, dan penggunaan perisai. Setiap kegiatan proteksi ditunjukan
untuk menekan serendah mungkin penerimaan dosis oleh pekerja sehingga batasan dosis yang
ditetapkan tidak melampaui. Semua penyinaran harus ditekan agar serendah mungkin, hal ini
sering dikenal dengan prinsip ALARA ( As Low As Reasonably Achievable).
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang sekelilingnya.
Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah
sarung tangan Pb, gonad shield, tyroid shield, dan lead apron .
Bahan untuk membuat lead apron harus yang ringan dan fleksibel agar lebih nyaman saat
digunakan. Ketebalan lead apron sekurang-kurangnya mempunyai ketebalan setara tebal timbal
(pb) yaitu 0,25 mm sampai 1,25 mm. Menurut Lambert dan Mc Keon (2001), lead apron ini
dirancang untuk menutupi bagian depan tubuh dari tenggorokan sampai ke lutut. perawatan lead
1
apron sangat penting untuk diperhatikan agar lead apron tersebut tidak mengalami kerusakan,
misalnya dengan menjatuhkan di lantai dan meletakkannya tidak pada rak lead apron. Semua hal
itu dapat menyebabkan patahan internal pada lead apron . Bila lead apron tidak digunakan,
seharusnya diletakkan pada rak tempat lead apron .
lead apron harus diuji untuk melindungi kerapatan dari kondisi fisik lead apron tersebut,
sekitar 12-18 bulan sekali. pengujian lead apron dilakukan dengan menggunakan pesawat sinar-
X fluoroscopy unit dan pesawat sinar-X stasioner. Selain dilakukan pengujian, perawatan dan
pemeliharaan lead apron juga perlu dilakukan agar kondisi fisik dari lead apron tetap terjaga.
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat Pertamina terdapat 4 buah lead apron di ruang
flouroscopy dimana 1 buah lead apron tersebut dari segi kondisi fisik yang kurang bagus terlihat
pada bagian depan apron terlihat kotor, sedangkan 3 buah lead apron lainnya masih terlihat
bagus dari segi kondisi fisik dengan dilakukannya inspeksi secara langsung terhadap lead apron.
Dengan kesetaraan tebal timbal yang bervariasi yaitu 0,25 mm.
Lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat Pertamina diletakkan pada ruang
flouroscopy. Perawatan apron yang tidak digunakan biasanya dengan cara diletakan pada lemari
penyimpanan apron untuk memudahkan pengambilan dan mudah dalam penjangkauan jika
diletakkan didalam lemari penyimpanan apron dibandingkan mengambil pada gantungan yang
jaraknya relatif jauh. Lead apron juga digunakan oleh radiografer, radiolog, dan keluarga pasien
pada pasien anak, pasien yang tidak kooperatif, dan pasien yang tidak sadar.
B. Perumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya perawatan lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat
Pertamina?
2. Bagaimana hasil pengujian lead apron di di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat
Pertamina?
C. Tujuan Pengujian Lead Apron
Untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Jaminan dan Kendali Mutu
Radiologi
D. Tujuan Penelitian
2
Tujuan umum: Untuk mengetahui kesesuaian dan kebocoran lead apron di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.
Tujuan Khusus:
1. Untuk memastikan bahwa Lead Apron memenuhi pesyaratan keselamatan radiasi dan
aman untuk digunakan.
2. Untuk mengurangi paparan radiasi, peningkatan kualitas keamanan kerja, dan mutu
pelayanan radiologi.
3. Untuk mengetahui hasil pengujian kebocoran lead apron di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Pusat Pertamina Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada
pengujian Lead Apron.
2. Manfaat bagi institusi adalah menambah pengetahuan maupun referensi pada pengujian
lapangan kolimasi.
3. Manfaat bagi rumah sakit dengan dilakukannya pengujian lead apron ini akan
memberikan informasi kepada pihak rumah sakit apabila didapati ketidaksesuaian dan
kebocoran pada lead apron, agar diganti dengan apron baru, sehingga meningkatkan
mutu pelayanan radiologi dan keamanan kerja.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kamis, 5 Desember 2019
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian
1. Persiapan alat dan bahan
Sebelum pengujian dan pengukuran alat dan bahan dipersiapkan
Alat Dan Bahan:
1. Pesawat Fluoroscopy
1) Merk : Philips
2) Type : 4512 202 0179x
3) Tahun : 08/2003
2. 4 buah lead apron.
3. Alat Tulis.
4. Kamera
5. Klip (penanda)
2. Pengujian lead apron
Teknik pengujian yang dilakukan yaitu dengan teknik pengujian lead apron yang
menggunakan satu sisi yaitu bagian belakang. Langkah-langkah pengujian sebagai
berikut :
a. Sebelum dilakukan pengujian, apron dibagi menjadi 8 kuadan(1L,1R,
2L,2R,3L,3R,4L,4R,5L,5R,6L,6R,7L,7R,8L,8R) untuk memastikan seluruh lead
apon mendapatkan penyinaran sinar-X.
b. Lalu diberi klip sebagai penanda pada lead apron untuk memudahkan dalam
pengujian.
c. Lead apron diletakkan dengan posisi horizontal diatas meja pemeriksaan.
4
d. Pesawat sinar-X diatur sebagai berikut :
a) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap lead apron
b) Jarak tabung sinar-X dengan lead apron adalah 100 cm.
c) Faktor eksposi : untuk lead apron dengan ketebalan setara dengan 0,5 mm Pb
menggunakan faktor eksposi sebesar 67 kV, 7 mAs.
d) Ilustrasi pengujian
e) Bila terlihat pada layar monitor computed radiography adanya kebocoran pada
hasil gambaran yaitu ditandai adanya lubang-lubang kecil dengan berwarna putih,
adanya lekukan berwarna yaitu ditandai adanya gambar seperti gelombang
berwarna putih
5
f) Setelah itu ulangi langkah a sampai dengan langkah e untuk pengujian lead apron
selanjutnya.
B. Pengolahan Data Dan Hasil Analisa
Pengumpulan data diperoleh dari observasi, dokumentasi, dan pengujian lead apron.
Untuk observasi hasil yang diperoleh dicatat dalam bentuk data untuk mempermudah dalam
hasil pembacaan yaitu data mengenai kondisi fisik lead apron , jumlah lead apron , serta
perawatan yang dilakukan penulis menggunakan metode observasi secara langsung untuk
mendapatkan informasi lebih banyak dan akurat. Kemudian dilanjut pengujian lead apron
dengan menggunakan metode pesawat fluoroscopy kemudian hasil pengujian tersebut
dicatat dan dianalisa.
C. Hasil Dan Pembahasan
a. Hasil Pengujian Lead Apron
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya kebocoran atau tidak
pada lead apron. Pengujian lead apron yang dilakukan dengan menggunakan pesawat
fluoroscopy.
Pengujian terhadap lead apron ini menggunakan teknik satu sisi belakang yaitu teknik
pengujian terhadap lead apron dengan membagi menjadi 8 kuadran supaya seluruh lead
apron tereksposi oleh sinar-X yaitu dengan cara membagi kuadran 1 adalah bagian kanan
atas, kuadran 2 adalah bagian kanan bawah, kuadran 3 adalah bagian kanan bawah, kuadran
6
4 adalah bagian kanan bawah. Dan di eksposi dengan menggunakan pesawat fluoroscopy
sebanyak 8 kali eksposi.
Dengan kesetaraan timbal Pb 0,25 mm. Maka pengujian lead apron ini menggunakan
faktor eksposi sebesar 67 kV, 7 mAs Dalam pengukuran ditandai apabila terlihat pada layar
monitor computed radiography lekukan berwarna yaitu ditandai adanya gambar seperti
gelombang berwarna putih, dan adanya lubang ditandai gambar lingkaran berwarna putih.
Berikut ini adalah beberapa gambar hasil pengukuran yang menunjukkan kondisi timbal lead
apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat Pertamina.
No Warna Kode Jumlah Kerusakan Keterangan
lead apron Lead apron
Menurut Lambert dan McKeon (2001), pengujian lead apron harus dilakukan dengan
tujuan untuk melihat kerapatan dan kondisi fisik lead apron tersebut. Pengujian dilakukan
sekitar 12-18 bulan sekali seperti yang diketahui bahwa kondisi timbal penyusun lead apron
tidak dapat diketahui kondisinya jika tidak dilakukan pengujian. Maka dari itu pengujian lead
apron bertujuan untuk mengetahui kondisi timbal penyusun lead apron apakah mengalami
kebocoran atau tidak untuk dijadikan alat proteksi radiasi yang digunakan oleh pasien,
keluarga pasien, radiografer, maupun radiolog.
7
Berikut ini adalah gambar mengenai hasil pengujian lead apron di Instalasi Rumah
Sakit Pusat Pertamina:
8
KUADRAN 5 DAN 6 (3L DAN 4R)
9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Perawatan lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pusat Pertamina hanya dibersihkan
pada saat lead apron terkena cairan tubuh pasien dan terkena media kontras. Pembersihan lead
apron menggunakan kain lap dan alkohol. Penyimpanan lead apron diletakkan pada lemari
penyimpanan apron. Hasil pengujian bahwa lead apron 1,2, dan 3 mengalami kebocoran dan
lead apron 4 dalam kondisi baik.
B. SARAN
Cara penyimpanannya diletakkan secara horizontal diatas meja supaya lead apron dapat
terjaga dengan baik. Dan penyusun timbal didalamnya dapat terjaga supaya terhindar dari
lekukan lekukan yang dapat menimbulkan patahan maupun retakan.
Dilakukan pembuatan Standar Prosedur Operasional perawatan dan pengujian lead apron
sehingga dapat dilakukan pengujian secara rutin supaya lead apron dapat terjaga dengan baik.
10