Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK
PERCOBAAN VI
KANDUNGAN KREATININ

Disusun oleh :
Kiti Doviyanti (10060316113)
Resty Imfyani Sofyan (10060316114)
Reka Rian Wandani (10060316115)
Rofif Fauziyah (10060316117)
Risa Anggiani (10060316118)
Shift / kelompok : 2/D
Tanggal Praktikum : 23 Oktober 2019
Tanggal Penyerahan Laporan : 29 Oktober 2019
Nama Asisten : Jeihan Aliyya., S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
I. Tujuan

II. Teori Dasar


Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk seperti kacang yang
terletak saling bersebelahan dengan vertebra di bagian posterior inferior
tubuh manusia yang normal. Setiap ginjal mempunyai berat hampir 115
gram dan mengandungi unit penapisnya yang dikenali sebagai nefron.
Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus (Pranay, 2010).
Glomerulus berfungsi sebagai alat penyaring manakala tubulus
adalah struktur yang mirip dengan tuba yang berikatan dengan glomerulus.
Ginjal berhubungan dengan kandung kemih melalui tuba yang dikenali
sebagai ureter. Urin disimpan di dalam kandung kemih sebelum ia
dikeluarkan ketika berkemih. Uretra menghubungkan kandung kemih
dengan persekitaran luar tubuh (Pranay, 2010).
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh,
melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan
bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan
tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan
tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit.
Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan
dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini
dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Selain
mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting
yaitu erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk
membuat sel-sel darah merah; renin, yang mengatur tekanan darah;
calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium
untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh
(NIDDK.2009).
Kerusakan organ ginjal memengaruhi kemampuan ginjal dalam
melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal secara cepat (akut), yang lain dapat menyebabkan penurunan yang
lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas
yang toksik (racun) dalam darah. National Kidney Foundation
merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal:
tekanan darah pengukuran, cek spot untuk protein atau albumin dalam urin,
dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR) berdasarkan pengukuran
kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan
informasi tambahan (NIDDK, 2009).
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin
diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi,
konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang
lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.
(Corwin J.E, 2001).
Definisi kreatinin yang lain, adalah produk akhir metabolisme
kreatin. Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini
terlihat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat ( cp ), dalam
sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalisasi enzim kreatin. (Murray Kreatinin merupakan produk penguraian
keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot
rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP
(adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat
diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin
kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan
masif pada otot (Riswanto, 2010).
Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal.
Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji
fungsi ginjal (Siamak, 2009).
Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga
dihasilkan cp. Dalam proses kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi
kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin oleh
seseorang setara dengan otot rangka yang dimilikinya (Murray, 2009).
Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin
dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal
rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau
kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah secara rutin
untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk
mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal,
azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi
ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin
dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance
(Siamak, 2009).
Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan
volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal
per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit.
Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal,
maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin
serum akibat berkurangnya laju bersihan kreatinin (Siamak, 2009).
Penanda yang digunakan untuk mengukur klirens ginjal dapat
berasal dari senyawa endogen seperti kreatinin, urea, dan cystatin C, dapat
juga yang berasal dari senyawa eksogen seperti inulin, iohexol dan beberapa
senyawa radio katif. Di antara beberapa senyawa tersebut yang paling sering
digunakan adalah pengukuran klirens kreatinin. Pengukuran klirens
kreatinin dapat dilakukan dengan menggunakan urin tampung 24 jam atau
dapat juga berdasarkan perhitungan menggunakan formula. National
Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF
KDOQI) merekomendasikan pengukuran LFG pada orang dewasa
menggunakan formula Cockroft-Gault dan Modification of Diet in Renal
Disease (Sennang et al., 2005).
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode,
sebagai berikut: Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah
kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat ukur photometer; Kinetik, metode ini
relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat
yang digunakan autoanalyzer; enzimatik darah, dasar metode ini adalah
adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa
substrat menggunakan alat photometer. ( Underwood, 1997 ).
Rentang normal kadar kreatinin untuk bayi baru lahir : 0,3 – 1,0
mg/dL atau 27 – 88 µmol/L; Balita: 0,2 – 0,4 mg/dL atau 18 – 35 µmol;
Anak – anak: 0,3 – 0,7 mg/dL atau 27 – 62 µmol/L; Remaja: 0,5 – 1,0 mg/dL
atau 44 – 88 µmol/L; Dewasa pria: 0,6 – 1,2 mg/dL atau 53 – 106 µmol/L;
Dewasa wanita: 0,5 – 1,1 mg/dL atau 44 – 97 µmol/L. Kadar pada wanita
sedikit lebih rendah, karena masa otot yang lebih rendah dari pria. Kreatinin
darah meningkat jika fungsi menurun. Selain itu kreatinin darah meningkat
karena kegagalan ginjal akut atau kronis, syok yang lama, kanker, lupus,
diabetik, gagal jantung, diet (contohnya: daging sapi tinggi, unggas dan
ikan). Sedangkan penurunan kreatinin dapat dijumpai pada distrofiotot
(tahap akhir) dan myastenia gravis. (Anggraeni, 2012).
Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium diantara adalah obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan, aktivitas fisik yang
berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi temuan laboratorium (Riswanto, 2010).
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urine. (Sarwono, 2008)
Macam - macam Gagal Ginjal
1. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Gagal ginjal akut timbul mendadak, bila dikelola baik akan
sembuh sempurna. Gagal ginjal mendadak (acute renal failure)
merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas ,
karena dapat menimbulkan kematian , atau kerusakan fungsi ginjal yang
tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan
(Sarwono, 2008).
Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini
sering dijumpai pada kehamilan muda 12-18 minggu , dan kehamilan
telah cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering disebabkan oleh
abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostridia welchii atau
streptokokkus. Gambaran klinik yaitu berupa sepsis, dan adanya tanda-
tanda oliguria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah
intravaskuler (DIC = disseminated intravascular coagulation ) , sehingga
terjadi nekrosis tubular yang akut (Sarwono, 2008).
2. Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Gagal Ginjal Kronik terjadinya perlahan-lahan, tidak dapat
sembuh. Dengan berobat teratur dapat menghambat memburuknya
fungsi ginjal. Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi
selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda
kerusakan ginjal seperti proteinuria (Sarwono, 2008).
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari
penyebab terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya,
Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan
komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai
contoh, Pasien mungkin perlu melakukan diet penurunan intake sodium,
kalium, protein dan cairan. Bila diketahui penyebabnya adalah dampak
penyakit lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan atau therapy
misalnya pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau
mungkin kolesterol yang tinggi (Sarwono, 2008).
Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu
dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan,
sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan
secara baik. Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau
diberikan tindakan pencucian darah {Haemodialisa (dialysis}.
Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal
atau transplantasi ginjal (Sarwono, 2008).
Pencegahan penyakit gagal ginjal kita yang dalam kondisi
"merasa sehat" setidaknya diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ke
dokter, komtrol atau ke laboratorium. Sedangkan bagi mereka yang
dinyatakan mengalami gangguan Ginjal, baik ringan atau sedang
diharapkan berhati-hati dalam mengkonsumsi obat- obatan seperti obat
rematik, antibiotika tertentu dan apabila terinfeksi segera diobati,
hindari kekurangan cairan (muntaber), kontrol secara periodic
(Sarwono, 2008).

III. Data Fisika dan Kimia


1. NaOH
Pemerian : cairan, putih, berbau
Molekul Berat : 40 g / mol
pH : 13,5
Titik Didih : 1388 ° C
Kelarutan : Mudah larut dalam air dingin.
Penanganan :
- Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi
kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit.
- Kontak Kulit :
basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit
- Kulit Serius :
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi
dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
- Inhalasi:
pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
2. Asam Pikrat
Nama Lain : 2,4,6 – trinitrofenol
Rumus Molekul : C6H2(NO3)3OH
Pemerian : Cairan Kuning dan tidak berbau
Titik Leleh : 122,5 ° C
Titik Nyala : 150 ° C
Toksisitas : Iritasi pada bagian yang menjalin kontak
Stabilitas : Stabil dan reaktif terhadap logam
Penanganan :
- Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi
kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit.
- Kontak Kulit :
basuh kulit dengan air
- Inhalasi:
pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
3. Aquadest
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : mampu melarutkan sangat baik
pH : 7
BM : 10
Titik didih : 100° C

IV. Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
1. Tabung Reaksi dan Rak 1. Serum atau Plasma
2. Mikro pipet 1000 μL 2. naOH 0,5 N (R1)
3. Mikro pipet 100 μL 3. Asam Pikrat (R2)
4. Sentrifuga 4. Larutan Standar
5. Spektrofotometer UV – Vis 520 5. Aquadest
nm

V. Diagram Percobaan

Sediakan 3 tabung reaksi

Blangko Standar Tes

( R1 500 μL, R2 ( R1 500 μL, R2 ( R1 500 μL, R2


500 μL, dan 500 μL, dan 500 μL, dan
Aquades 100 μL) Standar 100 μL) Serum 100 μL)
)
Campur hingga rata dan dilakukan pembacaan nilai absorbansi
sampel sebanyak dua kali dengan selang waktu 1 menit dari
absorbansi awal menggunakan spektrofotometri UV - Vis

VI. Prosedur
Sediakan tiga tabung reaksi (blangko, standar dan tes) tabung 1
(balngko) diisi dengan R1 (500 μL), R2 (500 μL), dan Aquadest (100 μL).
Tabung 2 (standar) diisi dengan R1 (500 μL), R2 (500 μL), dan larutan
standar (100 μL). dan tabung 3 (tes) diisi dengan R1 (500 μL), R2 (500 μL),
dan serum (100 μL). Larutan dicampur ad merata. Lalu dibaca absorbansi
larutan uji sebanyak dua kali selang 1 menit dari absorbansi awal uji
terhadap blangko pada gelombang 520 nm menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis.

VII.Data Pengamatan dan Perhitungan


6.1. Data Pengamatan
Keterangan Absorbansi 1 Absorbansi 2
Standar 0,006 A 0,015 A
Uji 1 0,012 A 0,022 A
Uji 2 0,005 A 0,008 A
Uji 3 0,011 A 0,011 A
Uji 4 0,015 A 0,018 A
Uji 5 0,039 A 0,046 A

6.2. Perhitungan
Kadar Standar = 2 mg/dL
∆ Standar = Abs 1 standar – Abs 2 standar
= 0,015 A – 0,006 A
= 0,009 A
∆ Uji 1 = 0,022 A - 0,012 A
= 0,010 A
∆ Uji 2 = 0,008 A – 0,005 A
= 0,003 A
∆ Uji 3 = 0,011 A – 0,011 A
=0A
∆ Uji 4 = 0,018 A – 0,015 A
= 0,003 A
∆ Uji 5 = 0,046 A – 0,039 A

= 0,007 A

𝑚𝑔 𝑎𝑏𝑠 𝑢𝑗𝑖
Kreatinin( ) = 𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟× 100%
𝑑𝐿

0,010 𝐴
Uji 1 = × 2 mg/dL
0,009

= 2,222 mg/dL

0,003 𝐴
Uji 2 = 0,009 𝐴× 2 mg/dL

= 0,667 mg/dL
0𝐴
Uji 3 = 0,009 𝐴× 2 mg/dL

= 0 mg/dL
0,003 𝐴
Uji 4 = 0,009 𝐴× 2 mg/dL

= 0,667 mg/dL
0,007 𝐴
Uji 5 = 0,009 𝐴× 2 mg/dL

= 1,556 mg/dL
2,222+0,667+0+0,667+1,556 (𝑚𝑔/𝑑𝐿)
𝑋̅ = 5

𝑋̅ = 1,022 mg/dL
(𝑋𝑖− ̅𝑋)
̅̅̅2 +(𝑋2− ̅𝑋)
̅̅̅2 +(𝑋3− ̅𝑋)
̅̅̅2 +(𝑋4− ̅𝑋)
̅̅̅2 +(𝑋5− ̅𝑋)
̅̅̅2
SD = √∑( )
𝑛−1
(2,222− 1,022)2 +(0,667− 1,022)2 +(0−1,022 )2 +(0,667− 1,022 )2 +(1,566− 1,022)2
=√∑( )
5−1

1,44+0,126+1,004+0,126+0,285
= √( )
4

= √0,755
= 0,869

0,869
SBR = 1,022× 100%

= 85,029%

VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin
dalam serum yang bertujuan untuk mengetahui fungsi ginjal dan kondisi
klinis yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar kreatinin. Karena
kreatinin ini merupakan sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari
ginjal. Kreatinin akan dikeluarkan oleh ginjal berupa urin. Jadi jika didalam
darah terdapat kreatinin yang berlebih, maka kemungkinan terdapat
kerusakan fungsi ginjal. Karena ginjal tidak dapat menyaring kreatinin
dalam darah. Hal inilah yang menjadikan alasan kenapa pemeriksaan kadar
kreatinin ini dapat mendeteksi adanya kerusakan pada ginjal.
Prinsip dan metode yang digunakan pada pemeriksaan kadar
kreatinin adalah reaksi Jaffee. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan
tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan
dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari kreatinin urin ini, dalam suasana
alkalis. Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna
kompleks yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna sebanding
dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri.
Dibuat tiga larutan yaitu larutan standar, uji (sebanyak 5) dan
blanko. Pada larutan tes standar dilakukan penambahan standar 100µL, pada
uji dilakukan penambahan serum 100µL dan pada blanko dilakukan
penambahan aquadest 100µL. selanjutnya pada masing masing larutan
dilakukan penambahan reagen 1 yang berisi NaOH dan reagen 2 yang berisi
asam pikrat. Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan
kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
prinsip dari test kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan
asam pikrat yang membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan
asam pikrat urin ditambahkan dengan NaOH 0,5 N yang bertujuan untuk
membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan
kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana
larutan harus dalam keadaan basa.
Pada tiap pemipetan digunakan mikro pipet, tujuannya adalah agar
memperoleh volume lebih akurat karena akurasi mikro pipet ini sangat
tinggi. Setelah masing-masing larutan dibuat lalu dilakukan pengukuran
absorbansi yang sebelumya telah dibiarkan terlebih dahulu selama 30 detik
sambil menunggu blanko. Larutan sample tersebut dipindahkan kedalam
kuvet. Pada saat memegang kuvet harus diperhatikan. Kuvet yang bening
tidak boleh dipegang, karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian
kuvet yang bening. Dan setiap akan memasukan kuvet kedalam spektrum,
kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue untuk
meminimalisir kesalahan pembacaan absorbansi. Karena jika bagian kuvet
terkontaminasi oleh tangan, kemungkinan bakteri yang terdapat ditangan
akan ikut menempel pada permukaan kuvet sehingga akan mempengaruhi
nilai absorbansinya. Tujuan sampel dibiarkan dulu adalah agar reagen
bereaksi sempurna dengan sample. Kemudian setelah 1 menit, kuvet yang
berisi larutan sample tersebut dimasukan kedalam spektrofotometer, maka
dibaca absorbansinya. Pengukuran absorbansi tiap sampel dilakukan dengan
menggunakan sprektofotometer visible pada panjang gelombang 520 nm.
Instrument ini digunakan karena larutan uji merupakan larutan berwarna
yang memiliki gugus kromofor sehingga dapat menyerap cahaya visible
yang dilewatkan larutan saat dianalisis dengan instrument. Kemudian
setelah 1 menit berikutnya dilakukan pengukuran absorbansi kembali.
Alasan pengukuran dilakukan 2 kali untuk mengetahui selisih absorbansi
pada konsentrasi awal (pengukuran pertama) dengan absorbansi pada
konsentrasi akhir (pengukuran kedua), sebab kreatinin akan bereaksi,
berbanding lurus dengan waktu, dan dengan persamaan reaksi. Sehingga
ada selisih konsentrasi pada pengukuran pertama dan kedua yang nanti
digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin.
Setelah didapatkan hasil absorbansi dari pembacaan pertama dan
pembacaan kedua, hasil absorbansi tersebut dimasukan kedalam persamaan
untuk mengukur kadar kreatinin yang terdapat dalam serum tersebut. Serum
yang diuji ini adalah serum milik seorang perempuan. Ternyata didapatkan
hasil bahwa kadar kreatini yang terdapat dalam sample serum ini adalah
sebesar 1,022 mg/dL. Pada literatur dijelaskan bahwa kadar normal
kreatinin darah untuk wanita adalah 0,5-0,9 mg/dL. Sedangkan kadar
normal kreatinin darah untuk pria adalah 0,6-1,1 md/dL. Pada kadar
kreatinin darah wanita dan pria ini sedikit berbeda. Kadar kreatinin darah
pada pria lebih besar dibandingkan kadar kreatinin pada wanita. Hal ini
dikarenakan otot pria lebih besar dari pada wanita. Karena kreatinin ini
dimetabolisme didalam otot sehingga kadar kreatinin pria lebih besar
dibandingkan wanita karena otot pria lebih besar dari pada wanita.
Pada praktikum pemeriksaan kadar keratin dalam darah dihasilkan
kadar yang didapat sebanyak 1,022 mg/dL. Sehingga dari hasil yang didapat
meunjukan bahwa kadar tersebut memasuki rentang kadar normal. Karena
serum yang dihasilkan merupakan serum darah wanita maka, rentang kadar
kreatin normal pada wanita berada pada rentang 0,8 - 1,1 mg/dL.
Kemudian pada nilai SBR didapatkan hasil sebesar 85,029 %. Pada
hasil yang didapat hasil yang tidak normal. Karena nilai SBR yang
dihasilkan selayaknya kurang dari 2%. Hasil kadar kreatinin yang normal
menunjukan tidak adanya gangguan pada ginjal. Jika didapatkan hasil kadar
kreatinin yang rendah ataupun terlalu tinggi maka dapat di analisis bahwa
adanya kerusakan pada ginjal. Pada kondisi kadar kreatinin rendah terdapat
beberapa kemungkinan yaitu penyusutan masa otot masalah ini bisa
disebabkan karena adanya gangguan yang disebut distrofi otot yaitu mutase
genetic yang dapat menghilangkan masa otot secara progresif, sehingga
membuat otot makin lama semakin lemah.
Kemudian kemungkinan adanya penyakit hati, kehamilan namun
pada kondisi kehamilan ini kadar kreationin akan mengalami penurunan
secara alami, dan akan kembali normal setelah melahirkan.

IX. Kesimpulan
1. Dari hasil pemeriksaan fungsi ginjal dengan mengukur kadar kreatinin
dalam darah diperoleh hasil 1,022 mg/dL. Sehingga hasil ini memasuki
dalam rentang antara 0,8-1,2 mg/dL.
2. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa tidak terjadi abnormalitas pada
fungsi ginjal sehingga dapat diketahui bahwa ginjal masih bekerja dengan
baik.

X. Daftar Pustaka
Anggraeni, Adisty Cyntia . (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogjakarta : Graha Ilmu.
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patafisiologi (Hands Books of
Pathophysiologi). Jakarta : EGC.
Murray, Robert K. (2009). Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta : EGC.
NIDDK. (2009). The Kidneys and How They Work. Tersedia di
http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/yourkidneys/ [diakses tanggal
24 Oktober 2019].
Pranay, K., Stoppler, M.C. (ed), 2010. Chronic Kidney Disease.
Riswanto, (2010). Kreatin Darah (Serum). Tersedia: http://labkesehatan Tes
Kimia Darah. (diakses pada 24 Oktober 2019).
Sarwono Prawirohardjo. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Sennang, N., Sulina, Badji, A., Hardjoeno. (2005). “Laju Filtrasi Glomerulus
pada Orang Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan
Persamaan Cockroft-Gault dan Modification of Diet in Renal Disease”.
J.Med.Nus vol 24, No. 2.
Siamak N. (2009). Creatinin blood test. Tersedia dalam http://medicinet.com
(Diakses tanggal 24 Oktober 2019).
Underwood. (1997). Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai