A. Paduan besi
Paduan besi merupakan jenis paduan logam dengan penyusun utama berupa besi. Paduan
ini merupakan yang paling banyak digunakan dibanding paduan logam lainnya Penggunaan
paduan besi dalam kehidupan sehari- hari digunakan dalam berbagai bidang konstruksi.
Penggunan paduan besi secara luas disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu (1) banyak
senyawa yang mengandung besi terdapat di dalam kerak bumi (2) Besi dan baja paduan
lebih murah secara ekonmis dalam proses produksinya mulai dari ekstraksi, pemurnian,
pemaduan, dan teknik fabrikasinya (3) Paduan besi memiliki banyak sekali kemampuan dan
dapat diatur sifat fisik dan mekaniknya untuk kemudian digunakan secara luas.
1. Baja
Baja adalah paduan antar besi dengan karbon dengan kadar kurang dari 2 %. Karbon
yang terdapat dalam logam paduan dapat mempengaruhi karakteristik dari si baja tadi.
Berdasarkan kadar karbonnya, baja dapat dibedakan menjadi tiga yaitu baja karbon
rendah, baja karbon medium, dan baja karbon tinggi.
a. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel)
Baja karbon rendah merupakan jenis baja yang paling banyak diproduksi dibanding
jenis lainnya. Baja karbon rendah memiliki kadar karbon kurang dari 0,25 %. Baja
karbon rendah ini tidak memiliki kemampuan untuk dilakukan perlakuan panas guna
membentuk martensit. Baja karbon rendah juga memiliki kemampuan untuk
dilakukan proses permesinan, pengelasan, dan kesemuanya dapat diproduksi
dengan harga yang relative murah. Penggunaannya dalam kehidupan ditujukan
untuk pembuatan rangka mobil, pembuatan bentuk struktural seperti kanal dan besi
siku, dan pembuatan pelat yang digunakan dalam perpipaan, bangunan, jembatan
,dan bahkan pada kaleng timah. Dalam jenis baja karbon rendah juga dikenal adanya
Baja Paduan Rendah Berkekuatan Tinggi (High Strength Low Alloy/HSLA). Baja jenis
ini mengalami penambahan elemen paduan seperti tembaga, vanadium, nikel, dan
molybdenum dengan kadar mencapai 10 % dari total berat. Secara sifat mekanisnya,
baja karbon rendah jenis ini lebih kuat dari baja karbon rendah sebelumnya namun
tetap ulet serta dapat dibentuk dan dilakukan proses permesinan.
b. Baja Karbon Medium (Medium Carbon Steel)
Baja Karbon sedang adalah baja dengan kadar karbon antara 0,25 %- 0.6 %. Baja
karbon medium dapat dikenakan perlakuan panas dengan austenisasi, quenching,
dan tempering guna meningkatkan sifat mekanisnya. Struktur mikronya sendiri
tersusun dari tempered martensite. Baja karbon menengah dengan tidak memiliki
paduan lainnya sebenarnya memiliki kekerasan yang rendah sehingga hanya dapat
dilakukan perlakuan panas pada daerah yang tipis saja dengan laju quenching yang
cepat. Baja jenis ini digunakan sebagai bahan pembuat rel kereta api, poros engkol,
roda gir, dan peralatan mesin lainnya.
c. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
Baja Karbon tinggi merupakan baja dengan komposisi karbon antara 0,6 %- 1,4
%. Baja jenis ini memiliki tingkat kekuatan dan kekerasan yang tinggi namun
cenderung kurang ulet dan digunakan secara luas dalam ketahanan pemakaian dan
digunakan dalam pinggiran pemotong yang tajam. Berbagai macam alat pemotong
menggunakan chromium, tungsten, dan molybdenum, dan vanadium untuk
membentuk struktur yang lebih keras dan tahan terhadap keausan.
d. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja tahan karat, sesuai dengan namanya, baja jenis ini tahan terhadap korosi di
segala lingkungan. Paduan yang digunakan adalah chromium dengan kadar
minimal 11 %. Sifat tahan korosinya juga dapat ditingkatkan dengan
penmbahan nikel dan molybdenum.Baja tahan karat terdiri dari tiga fase di
dalam struktur mikronya yaitu austenit, ferit, dan martensit. Beberapa jenis baja
tahan karat digunakan dalam temperatur tinggi dan beberapa keadaan
lingkungan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang tahan terhadap reaksi oksidasi.
Adapun pemanfaatan baja tahan karat yaitu pada turbin gas, ketel uap
temperatur tinggi, furnace untuk perlakuan panas, pesawat terbang, misil, dan
reaktor nuklir.
2. Besi tuang
Besi tuang adalah jenis paduan besi dengan kadar karbon diatas 2 % hingga 4 %.
Tapi, dalam kehidupan sehari- hari biasanya kita akan menjumpai besi tuang
dengan kadar karbon mulai dari 3 % hingga 4,5 % ditambah dengan paduan elemen-
elemen lainnya. Dalam diagram fasa Fe-Fe3C kita akan mendapatkan bahwa besi
cor berada dalam kondisi cair sepenuhnya pada suhu 11500C- 13000C dan ini tentu
saja lebih rendah dari baja. Oleh karena itu, besi jenis ini sangat cocok digunakan
dalam pengecoran dikarenakan titik lelehnya. Namun, besi cor ini pada dasarnya
bersifat getas sehingga diperlukan teknik pengecoran yang baik dalam proses
fabrikasi. Diantara besi tuang ada yang namanya besi tuang kelabu, besi tuang
nodular, dan besi tuang putih
Besi tuang kelabu adalah besi tuang dengan kadar karbon mulai dari 2,5 %- 4
% dengan kadar silicon diantara 1 %- 3 %. Kehadiran grafit dalam besi jenis ini
adalah dalam bentuk serpihan seperti pada corn flakes dengan dikelilingi oleh
α- ferit dan matriks perlit. Besi tuang kelabu memiliki ketahanan terhadap aus
yang baik. Dalam temperatur pengecoran, besi tuang memiliki tingkat fluiditas
yang tinggi sehingga hasil pengecoran akan mengalami ‘shrinkage’ yang
rendah. Keunggulan lainnya yang patut diperhatikan adalah harganya yang
lebih murah dibandingkan dengan jenis besi tuang lainnya.
Dalam kadar silicon yang rendah yaitu dibawah 1 % dan dengan pendinginan
yang sangat cepat. Struktur mikro dari besi tuang sendiri kebanyakan adalah
berupa sementit dibanding dengan grafit. Sifat dari besi putih ini sendiri adalah
sangat keras namun getas. Besi tuang putih biasanya digunakan dalam aplikasi
yang memerlukan kekerasan tinggi dan juga tahan aus namun dengan catatan
bahwa penggunaannya tidak membutuhkan keuletan yang tinggi. Contoh dari
aplikasinya sendiri adalah pada roda dalam alat penggiling.
Yang terakhir adalah besi tuang mampu tempa. Nah, ini adalah versi lanjutan
dari besi tuang putih tadi. Untuk membentuk besi tuang mampu tempa, besi
putih tadi dipanaskan dulu pada suhu 8000C- 9000C dalam waktu yang panjang
dan atmosfir netral yang bertujuan untuk mencegah terjadinya oksidasi. Struktur
mikronya sendiri menyerupai besi tuang nodular sehingga besi tuang mampu
tempa ini akan memiliki kekuatan yang tinggi serta keuletan dan kemampuan
tempa yang baik. Contoh penggunaannya adalah pada sabuk penghubung,
transmisi gigi roda dan sejumlah kasus dalam dunia otomotif serta pada dunia
industri yang meliputi pinggiran roda, pipa, dan klem pada lintasan rel kereta
api, kelautan, dan alat kerja berat lainnya.
A. Kaca
Kaca adalah kelompok keramik yang sudah dikenal; wadah, jendela, lensa, dan fiberglass
mewakili aplikasi khas. Seperti telah disebutkan, mereka adalah silikat nonkristalin yang
mengandung oksida lain, khususnya CaO, Na2O, K2O, dan Al2O3, yang mempengaruhi sifat
gelas. Gelas soda-kapur khas terdiri dari sekitar70% berat SiO2, sisanya terutama Na2O
(soda) dan CaO (kapur).
B. Kaca keramik
Kebanyakan gelas anorganik dapat dibuat untuk mengubah dari keadaan nonkristal menjadi
satu itu adalah kristal dengan perlakuan panas suhu tinggi yang tepat. Proses ini adalah
disebut devitrifikasi, dan produk adalah bahan polikristalin berbutir halus yang sering
disebut gelas-keramik. Karakteristik keramik kaca termasuk koefisien ekspansi termal yang
rendah, sedemikian rupa sehingga peralatan gelas-keramik tidak akan mengalami goncangan
termal,tambahan, kekuatan mekanik yang relatif tinggi dan konduktivitas termal tercapai.
Beberapa kaca-keramik dapat dibuat transparan secara optik yang lainnya buram. Kaca-
keramik diproduksi secara komersial dengan nama dagang Pyroceram, Corningware, Cercor,
dan Vision. Penggunaan paling umum untuk material ini seperti ovenware dan peralatan
makan, terutama karena kekuatannya, ketahanan yang sangat baik terhadap goncangan
termal, dan konduktivitas termal yang tinggi. Mereka juga berfungsi sebagai isolator listrik
dan sebagai substrat untuk papan sirkuit tercetak, dan digunakan untuk kelongsong
arsitektur, dan untuk penukar panas dan regenerator.
C. Produk tanah liat
Salah satu bahan baku keramik yang paling banyak digunakan adalah tanah liat. Bahan
murah ini, ditemukan secara alami dalam jumlah besar, sering digunakan sebagai ditambang
tanpa peningkatan kualitas. Alasan lain untuk popularitasnya terletak pada kemudahan
dengan tanah liat itu produk dapat dibentuk; bila dicampur dengan proporsi yang tepat,
tanah liat dan air membentuk massa plastik yang sangat setuju untuk dibentuk. Sebagian
besar produk berbasis tanah liat berada dalam dua klasifikasi besar: produk tanah liat
struktural dan whitewares. Produk tanah liat struktural termasuk bangunan batu bata, ubin,
dan pipa saluran pembuangan — aplikasi di mana integritas struktural penting. Selain tanah
liat, banyak dari produk ini juga mengandung bahan-bahan lain, masing - masing memiliki
beberapa peran dalam pemrosesan dan karakteristik potongan jadi.
D. Refaktori
Kelas keramik penting lainnya yang digunakan adalah keramik tahan api. Sifat-sifat yang
menonjol dari bahan-bahan ini termasuk kapasitas untuk menahan suhu tinggi tanpa
meleleh atau membusuk, dan kapasitas untuk tetap tidak reaktif dan lembam ketika
terpapar ke lingkungan yang parah. Aplikasi yang umum termasuk lapisan tungku untuk
pemurnian logam, pembuatan kaca, perlakuan panas metalurgi, dan pembangkit listrik.
Tentu saja, kinerja keramik tahan api, sebagian besar, tergantung pada komposisinya. Atas
dasar ini, ada beberapa klasifikasi, yaitu, fireclay, silika, refraktori dasar, dan khusus.
Porositas adalah salah satu variabel mikrostruktur yang harus dikontrol untuk menghasilkan
bata tahan api yang cocok. Kekuatan, kapasitas penahan beban, dan ketahanan terhadap
serangan oleh bahan korosif semua meningkat dengan pengurangan porositas. Pada saat
yang sama, termal karakteristik isolasi dan ketahanan terhadap guncangan termal
berkurang. Tentu saja, porositas optimal tergantung pada kondisi layanan.
REFRACTORIES FIRECLAY (CD-ROM)
REFRAKTOR SILIKA (CD-ROM)
REFRAKTOR DASAR (CD-ROM)
REFRAKTOR KHUSUS (CD-ROM)
E.