Makalah Manajemen Tanggap Darurat Bencan
Makalah Manajemen Tanggap Darurat Bencan
MANAJEMEN BENCANA
TENTANG
TANGGAP DARURAT
PENANGGULANGAN BENCANA
Oleh
YULVIKAR RIDHA
1613201159
Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Tanggap Darurat Penggulangan Bencana ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca serta penulis sendiri.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 19
2 PENUTUP .................................................................................................................. 19
REFERENSI ...................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Letak geografis Indonesia di daerah Khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari
dataran sampai pegunungan tinggi menyebabkan Indonesia termasuk negara yang paling
rawan terhadap bencana.
Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya
manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan
komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan
akurat untuk menekan korban dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011).
Dalam upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa
setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar yang
4
harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen risiko yang terdiri dariproses
identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian
risiko, monitoring dan reporting risiko.
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana
(post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum
bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal,
apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita
dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika
bencana.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan
utama, yaitu:
A. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
B. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
C. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca
bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan
tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam
menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
5
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang
sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan
rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta
tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah
pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu bencana ?
B. Bagaimana proses penanggulangan bencana di Indonesia ?
C. Bagaimana penyelenggaraan manajemen logistiknya?
BAB II
6
PEMBAHASAN
1. DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia : disaster is the impact of a natural
or man-made hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah
pengaruh alam atauancaman yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan).
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Sedangkan definisi bencana (disaster)
menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan
kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa
7
manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan
dasar (BAKORNAS PBP).
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu :
A. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
B. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-
hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu :
A. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
B. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus berlanjut
hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
8
C. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami
tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah (angry), tawar-menawar
(bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance).
B. Logistik
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi delapan
tahapan terdiri dari:
1) Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di
mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.
Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta
kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana
yang akan ditanggulangi.
Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah :
Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran memberikan
gambaran langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan proses ini.
9
Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
o Laporan-Laporan;
o Tim Reaksi Cepat;
o Media Massa;
o Instansi terkait;
Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
Penyusunan standar kebutuhan minimal.
Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan
panjang.
10
jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah
dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan yang
berlaku dengan memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
4) Pendistribusian
Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data
pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang
akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat
11
transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan
peralatan yang harus disampaikan.
Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5) Pengangkutan
Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka
dilaksanakan pengangkutan.
Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik
dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang
bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan kepada
penerima.
Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai
dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
Maksud dan Tujuan Pengangkutan :
Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan
dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima
Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik
dan peralatan dari gudang ke tujuan.
Mempercepat penyampaian.
Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial yang
berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
12
Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima.
Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.
7) Pertanggungjawaban
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan
harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk
seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara
berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
A. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan peran tersebut BNPB
mempunyai kemudahan akses dan koordinasi dengan organisasi yang dapat
13
membantu system manajemen logistik dan peralatan untuk bencana. Fungsi
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Nasional adalah:
1) Seluruh komponen kelembagaan mematuhi dan melaksanakan sistem
manajemen logistik dan peralatan yang telah ditetapkan, baik dalam keadaan
prabencana, keadaan terjadi bencana, dan pascabencana.
2) Dukungan pemerintah, pemerintah tingkat provinsi, kabupaten/kota
atau atau lembaga lain dapat dikoordinasikan sesuai dengan sistem
manajemen logistik dan peralatan.
3) Menghimpun fakta dan informasi yang diperlukan oleh masyarakat dari
berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam bentuk informasi
melalui media massa yang mudah diakses.
4) Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana secara konsisten.
5) Berfungsi sebagai penanggung jawab atas tugas dan koordinasi seluruh
sumberdaya dalam penanggulangan bencana yang berkaitan dengan logistik
dan peralatan yang dipergunakan.
6) Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pendistribusian bantuan dari
luar negeri, dengan sistem satu pintu.
7) Menjadi koordinator dalam hal informasi dan komunikasi dalam
penanggulangan bencana. Dalam hal ini jaringan komunikasi antar tingkatan
organisasi pendukung sistem logistik dan peralatan harus terjalin dengan baik.
8) Sistem logistik dan peralatan tingkat nasional merupakan pemegang
sistem komando bencana dalam hal logistik dan peralatan.
B. Tingkat Provinsi
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi adalah :
1) Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi
memiliki tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.
2) Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang
meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
3) Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan
logistik dan peralatan di area bencana.
4) Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area bencana.
14
5) Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang
terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara periodik
kepada kepala BNPB.
6) Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan
manajemen logistik dan peralatan.
7) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
C. Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Kabupaten/Kota adalah
:
1) Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik
dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap darurat dan
pemulihan darurat.
2) Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,
peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-pusat
operasi (pos komando) di area bencana.
3) Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BPBD.
4) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
15
BAB III
1. KESIMPULAN
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial (konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror).
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari
kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor
besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan
juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.
16
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana
dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak dalam
melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat bencana dan
pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang disebabkan oleh
bencana.
2. PENUTUP
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya
bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola
dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat
manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen
logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan
baik.
Demikianlah makalah Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana ini saya buat dengan
penuh perjuangan.
Perbanyak maaf dan diucapkan. Terimakasih
17
REFERENSI
1) http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana.
2) http://id.scribd.com/doc/70339439/Definisi-Bencana#
3) http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-peralatan-dan-
manajemen.html
4) http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana
5) http://www.pmi.or..id
6) Manajemen Penanggulangan Bencana, Palang Merah Indonesia, Jakarta 2007
18