Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

TENTANG

TANGGAP DARURAT
PENANGGULANGAN BENCANA

Oleh
YULVIKAR RIDHA
1613201159

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Tanggap Darurat Penggulangan Bencana ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca serta penulis sendiri.

Bukittinggi, Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1

2. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

1. DEFENISI BENCANA ........................................................................................... 4


2. PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA ......................
6
3. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN LOGISTIK .............................
11

BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP

1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 19

2 PENUTUP .................................................................................................................. 19

REFERENSI ...................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Letak geografis Indonesia di daerah Khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari
dataran sampai pegunungan tinggi menyebabkan Indonesia termasuk negara yang paling
rawan terhadap bencana.

Berdasarkan data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional


Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR), Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk
ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan letusan gunung berapi.

Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya
manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan
komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan
akurat untuk menekan korban dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011).

Dalam upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa
setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar yang

4
harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen risiko yang terdiri dariproses
identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian
risiko, monitoring dan reporting risiko.

Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana
(post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum
bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal,
apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita
dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika
bencana.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan


peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana
(disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem
sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan
bencana (disaster management policies).

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan
utama, yaitu:
A. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
B. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
C. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah
dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca
bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan
tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam
menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.

5
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang
sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan
semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan
rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta
tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam Siklus Manajemen Bencana adalah
pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu bencana ?
B. Bagaimana proses penanggulangan bencana di Indonesia ?
C. Bagaimana penyelenggaraan manajemen logistiknya?

BAB II

6
PEMBAHASAN

1. DEFENISI BENCANA
Pengertian bencana atau disaster menurut Wikipedia : disaster is the impact of a natural
or man-made hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah
pengaruh alam atauancaman yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan).

Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,


dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah peristiwa
atau masyarakat rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Sedangkan definisi bencana (disaster)
menurut WHO adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan
kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa

7
manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan
dasar (BAKORNAS PBP).

Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu :
A. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus,
badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
B. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-
hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:


A. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan.
Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya
adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran
bahan kimia dan lainnya.
B. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan
gunung, tornado dan lainnya.

Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu :
A. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.
Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase
inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
B. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus berlanjut
hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.

8
C. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami
tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah (angry), tawar-menawar
(bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan (acceptance).

2. PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA


A. Peralatan
Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini tentunya akan
membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut ini beberapa kebutuhan logistik
yang dibutuhkan dan siap pakai saat bencana terjadi:
1) Alat transportasi baik darat, laut, dan udara
2) Alat-alat berat
3) Tenda yang berukuran besar maupun kecil
4) Peralatan medis dan obat-obatan
5) Makanan instant
6) Alat penyedia air bersih
7) dll
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-peralatan
tersebut, penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan.

B. Logistik
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi delapan
tahapan terdiri dari:
1) Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
 Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di
mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.
 Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta
kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana
yang akan ditanggulangi.
 Maksud dan Tujuan Perencanaan/Inventarisasi kebutuhan
adalah :
 Contoh formulir Inventarisasi pada Lampiran memberikan
gambaran langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan proses ini.

9
 Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
o Laporan-Laporan;
o Tim Reaksi Cepat;
o Media Massa;
o Instansi terkait;
 Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
 Penyusunan standar kebutuhan minimal.
 Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan
panjang.

2) Pengadaan dan/atau Penerimaan


 Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan diterima,
kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak jumlahnya,
bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan logistik atau
peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan untuk siapa
bantuan ini ditujukan.
 Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat.
Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam lampiran.
 Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari
berbagai sumber.
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan
peralatan yang ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala
prioritas kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
 Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
 Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
 Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan
bencana dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan

10
jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah
dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan yang
berlaku dengan memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.

3) Pergudangan dan/atau Penyimpanan


 Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit
pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara
penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu
itu.
 Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang
logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang,
berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan,
siapa yang menerima, cara penyimpanan menggunakan metoda barang
yang masuk terdahulu dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan
atau menggunakan metode last-in first-out.
 Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan
tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4) Pendistribusian
 Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data
pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
 Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang
akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat

11
transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
 Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan
peralatan yang harus disampaikan.
 Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.

5) Pengangkutan
 Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka
dilaksanakan pengangkutan.
 Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik
dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang
bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan kepada
penerima.
 Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai
dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
 Maksud dan Tujuan Pengangkutan :
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan
dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik
dan peralatan dari gudang ke tujuan.
 Mempercepat penyampaian.
 Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial yang
berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:


 Penerimaan di tujuan
 Pertanggungjawaban

6) Penerimaan di Tempat Tujuan


Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat
tujuan adalah:

12
 Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima.
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.

7) Pertanggungjawaban
Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan
harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk
seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara
berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

3. POLA PENYELENGGARAAN MANAJEMEN LOGISTIK


Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut pola
penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau sistem
kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari:
A. Tingkat Nasional,
B. Tingkat Provinsi,
C. Tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi termasuk
di dalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya, sistem komando,
sistem operasi, sistem perencanaan, system administrasi dan keuangan, sistem
komunikasi dan sistem transportasi.

Masing-masing tingkat kelembagaan dalam melaksanakan manajemen logistik dan


peralatan penanggulangan bencana menggunakan pedoman delapan tahapan manajemen
logistik dan peralatan, yang pada masingmasing tingkat lembaga penyelenggara memiliki
ciri-ciri khusus sebagai konsekuensi sesuai dengan tingkat kewenangannya.

A. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan peran tersebut BNPB
mempunyai kemudahan akses dan koordinasi dengan organisasi yang dapat
13
membantu system manajemen logistik dan peralatan untuk bencana. Fungsi
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Nasional adalah:
1) Seluruh komponen kelembagaan mematuhi dan melaksanakan sistem
manajemen logistik dan peralatan yang telah ditetapkan, baik dalam keadaan
prabencana, keadaan terjadi bencana, dan pascabencana.
2) Dukungan pemerintah, pemerintah tingkat provinsi, kabupaten/kota
atau atau lembaga lain dapat dikoordinasikan sesuai dengan sistem
manajemen logistik dan peralatan.
3) Menghimpun fakta dan informasi yang diperlukan oleh masyarakat dari
berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam bentuk informasi
melalui media massa yang mudah diakses.
4) Menjalankan Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana secara konsisten.
5) Berfungsi sebagai penanggung jawab atas tugas dan koordinasi seluruh
sumberdaya dalam penanggulangan bencana yang berkaitan dengan logistik
dan peralatan yang dipergunakan.
6) Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pendistribusian bantuan dari
luar negeri, dengan sistem satu pintu.
7) Menjadi koordinator dalam hal informasi dan komunikasi dalam
penanggulangan bencana. Dalam hal ini jaringan komunikasi antar tingkatan
organisasi pendukung sistem logistik dan peralatan harus terjalin dengan baik.
8) Sistem logistik dan peralatan tingkat nasional merupakan pemegang
sistem komando bencana dalam hal logistik dan peralatan.

B. Tingkat Provinsi
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi adalah :
1) Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi
memiliki tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.
2) Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang
meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
3) Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan
logistik dan peralatan di area bencana.
4) Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area bencana.

14
5) Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang
terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara periodik
kepada kepala BNPB.
6) Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan
manajemen logistik dan peralatan.
7) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

C. Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Kabupaten/Kota adalah
:
1) Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik
dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap darurat dan
pemulihan darurat.
2) Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,
peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-pusat
operasi (pos komando) di area bencana.
3) Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BPBD.
4) Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

1. KESIMPULAN
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor), nonalam (gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial (konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror).

Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,


sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai
kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari
kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor
besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan
juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.

16
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana
dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua pihak dalam
melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak prabencana, saat bencana dan
pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang disebabkan oleh
bencana.

2. PENUTUP
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya
bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola
dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat
manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen
logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan
baik.

Demikianlah makalah Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana ini saya buat dengan
penuh perjuangan.
Perbanyak maaf dan diucapkan. Terimakasih

17
REFERENSI

1) http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana.
2) http://id.scribd.com/doc/70339439/Definisi-Bencana#
3) http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-peralatan-dan-
manajemen.html
4) http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana
5) http://www.pmi.or..id
6) Manajemen Penanggulangan Bencana, Palang Merah Indonesia, Jakarta 2007

18

Anda mungkin juga menyukai