BAB III
(MAP) terhadap mortalitas pasien stroke perdarahan di ruang Seruni dan Stroke
Center RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Juli 2018. Hasil dari penelitian
yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medik pasien.
Data kemudian dikumpulkan dan ditabulasi dalam bentuk tabel. Data yang
diambil meliputi hasil pemeriksaan tekanan darah dan mortalitas pasien. Data
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1. Penelitian ini bertujuan untuk
stroke perdarahan di ruang Seruni dan Stroke Center RSUD Ulin Banjarmasin.
SPSS.
Berdasarkan table 3.1 usia rata-rata pasien terbanyak adalah 61,28 tahun.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Misbach di 28 rumah sakit
di Indonesia, dimana usia rata-rata pasien 58,8 tahun. Hasil yang serupa juga
Pada table 5.2 menunjukkan angka kematian lebih tinggi pada kelompok
usia > 50 tahun sebesar 43,6% dibanding usia <50 tahun sebesar 14,5%. Semakin
meningkat usia, semakin meningkat kematian akibat stroke. Hal ini sesuai dengan
pertambahan usia dengan peningkatan dua kali lipat setiap sepuluh tahun setelah
usia 55 tahun dan meningkat pesat pada usia lebih dari 60 tahun.23,24,25
dari aliran atau tekanan darah akan berimplikasi pada penyakit degeneratif seperti
stroke perdarahan intraserebral. Usia tua merupakan prediktor yang kuat terhadap
tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan mortalitas pada pasien stroke
perdarahan. Hal ini didukung oleh Gebel(2002) dan Zis(2014), yang menyatakan
secara statistik tidak terdapat hubungan antara usia dengan terjadinya kematian
orang, dengan kematian sebanyak 17 orang (30,9%), dan yang tidak mengalami
didapatkan lebih tinggi dari perempuan (27,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian
Kalkonde dkk(2015) di rural India yang mendapatkan kematian akibat stroke pada
& Supantini (2012), bahwa jumlah pasien stroke hemoragik lebih banyak laki-laki
yang lebih besar tersebut dikarenakan pada laki-laki, lokasi perdarahan akibat
dengan perempuan. Hal ini dikarenakan adanya efek neuroprotektif dari hormon
menopause.31,32
Namun, dari hasil uji analisis diketahui p=1,000 (>0,05) artinya tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan kematian pada pasien
stroke perdarahan, hal ini sesuai penelitian di China oleh Zhou et al, 2014 yang
perempuan dan laki – laki dalam periode 3, 6 dan 12 bulan terhadap outcome pada
stroke perdarahan.33
jumlah total sebanyak 32 orang (58,2%), dan tidak mengalami kematian sebanyak
value sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil tersebut maka Ho dinyatakan ditolak yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara MAP dengan peristiwa kematian pada
stroke perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Sri Haryuni 2017 ( p =0.000, r=0.895) yang menyatakan terdapat hubungan MAP
penelitian ini dimana Mean Arterial Pressure (MAP) yang tinggi pada pasien
hematoma sebagai perkiraan tunggal terkuat kematian dalam 30 hari setelah PIS
(Jauch et al, 2006). Penelitian lain menyebutkan bila MAP > 130 mmHg
kecacatan. Secara keseluruhan angka kematian berkisar antara 30% sampai 52%
perdarahan spontan yang berhubungan dengan tekanan darah MAP yang tinggi.
Hal ini karena perluasan hematom, yang merupakan respon dari refleks hipertensi
fase akut stroke pada pasien dengan tekanan darah sistemik yang tinggi.
keadaan normal adalah darah (4%), liquor (10%), dan parenkim otak (86%).
tergantung dari pulsasi arteri, respirasi dan batuk. Peningkatan salah satu
komponen otak akan dikompensasi oleh penurunan volume lainnya. Bila batas
yang terlihat pada stroke perdarahan, maka akan terjadi perubahan sistemik
arterial, dan edema pulmo neurogenik. Selain itu, takikardi dan atau aritmia kordis
peningkatan mortalitas.35
stroke perdarahan.36
Tekanan darah MAP yang tinggi pada saat masuk rumah sakit dapat
sistolik, semakin kuat hubungan terjadinya outcome yang buruk. Tekanan darah
arteri adalah tanda yang paling praktis dan yang paling bermakna dalam
tekanan darah arteri segera setelah terjadinya PIS dan mengontrol serta
terhadap faktor lain yang bisa mempengaruhi MAP. MAP dipengaruhi oleh faktor
serebral maupun sistemik. Kematian dapat terjadi karena kedua faktor tersebut.
Tekanan darah diambil dari data rekam medis dan tidak terpantau sesaat setelah
kuat antara tekanan darah dengan mortalitas pasien stroke hemoragik. Data rekam
medis yang kurang lengkap sehingga faktor risiko lain dari stroke tidak diteliti
seperti obesitas, aktifitas fisik kurang, diet tidak sehat, merokok, gula darah dan
lipid darah.