Anda di halaman 1dari 9

PEMETAAN KERAWANAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA


DI KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR

Aulia Ramadhani
auliaramadhanigeografi@gmail.com

Prima Widayani
primawidayani@ugm.ac.id

Barandi Sapta Widartono


barandi@geo.ugm.ac.id

ABSTRACT

Remote sensing can be used to detect disease, one of that disease is dengue fever. Remote sensing
also be trusted can support many kinds research about disease and health, especially if it is refers to
epidemiology. The goal from this research are to make a map of dengue fever vulnerability using multiple
criteria method and to analyze which variable that have the most influence.
This research use multiple criteria methods. This method uses many kinds of dominant factors that
have the most influence in dengue fever transmission. This method also calculate the influence in each
factor, where each factor as its own weight.
Result from this research showing that at least there are two type of vulnerability of dengue fever in
East Purwokerto, these type are ‘low vulnerability’ and ‘high vulnerability’. All of variable that being
used in this research are having a very strong correlation with the spatial model (value of dengue fever
vulnerability), variable that has the strongest correlation are ‘type of housing’, ‘housing range from the
river’, and ‘land use’. This multiple criteria analysis can be used as a method in this research, but need a
statistic test to the result for make sure that the data are incredible and valid.
Keywords : Dengue Fever, Spatial Modeling, Multi Criteria, Remote Rensing

ABSTRAK

Penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendeteksi kejadian penyakit, salah satunya adalah
demam berdarah. Data penginderaan jauh juga diyakini dapat turut menunjang penelitian – penelitian di
bidang kesehatan terutama yang berkaitan dengan epidemiologi. Tujuan penelitian ini untuk memetakan
kerawanan penyakit DBD menggunakan multi kriteria dan mengkaji parameter yang paling berpengaruh.
Penelitian dilakukan menggunakan metode multi kriteria. Metode ini mempertimbangkan faktor –
faktor dominan yang paling mempengaruhi perkembangan penyakit DBD. Metode ini menghitung dan
mengkalkulasi pengaruh dari tiap faktor yang memiliki bobot sendiri – sendiri.
Hasil dari penelitian ini, terdapat dua tingkat kerawanan penyakit DBD di Kecamatan Purwokerto
Timur, yakni ‘kerawanan rendah’ dan ‘kerawanan tinggi’. Semua parameter yang digunakan
menunjukkan korelasi erat dengan nilai kerawanan DBD, parameter yang paling berpengaruh adalah
parameter ‘pola permukiman’, ‘jarak permukiman dari sungai’ dan ‘penggunaan lahan’. Analisis multi
kriteria dapat digunakan sebagai metode dalam penelitian kerawanan penyakit DBD, namun diperlukan
pengujian statistik terhadap hasil akhir analisis.
Kata Kunci : Demam Berdarah, Pemodelan Spasial, Multi Kriteria, Penginderaan Jauh

1
2. Mengkaji parameter lingkungan apakah
PENDAHULUAN yang paling berpengaruh terhadap
Penginderaan jauh sebagai salah satu perkembangan penyakit DBD di
ilmu yang menggunakan aspek – aspek Kecamatan Purwokerto Timur.
permukaan bumi sebagai kajiannya, dapat
digunakan untuk mendeteksi kejadian penyakit, Menurut Lillesand dan Kiefer (1990),
salah satunya adalah demam berdarah. Metode penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni
yang digunakan untuk menganalisis kejadian untuk memperoleh informasi mengenai suatu
yang berkaitan dengan bidang kesehatan yakni objek, daerah, atau fenomena melalui analisis
dengan cara melihat aspek – aspek lingkungan data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
sekitar permukiman. Dalam proses pengolahan kontak langsung dengan objek, daerah, atau
data penginderaan jauh tersebut dapat fenomena yang dikaji. Menurut Lindgren, 1985
menggunakan sistem informasi geografis (SIG). dalam Sutanto 1998, penginderaan jauh
SIG merupakan sarana yang baik sekali untuk merupakan teknik yang dikembangkan untuk
digunakan dalam proses pemodelan spasial. Saat memperoleh dan menganalisis informasi tentang
ini terdapat teknologi penginderaan jauh yang bumi.
dapat memonitor kondisi lingkungan secara Citra Quickbird merupakan satelit
keseluruhan, sehingga dapat dianalisis faktor – penginderaan jauh yang diluncurkan pada
faktor apa sajakah yang mempengaruhi tanggal 18 Oktober 2001 di California, U.S.A.
pertumbuhan nyamuk penyebab demam dan mulai memproduksi data pada bulan Mei
berdarah dengue. Adanya teknologi ini juga 2002. Quickbird diluncurkan dengan 98º
memudahkan peneliti agar tidak secara langsung orbit sun-synchronous dan misi pertama kali
terjun ke lapangan secara keseluruhan, namun satelit ini adalah menampilkan citra digital
hanya melakukan sampling pada wilayah – resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang
wilayah yang dianggap rawan, setelah melihat berisi informasi geografi seperti sumber daya
hasil analisis dari citra penginderaan jauh. alam.
Penyakit Demam Berdarah Dengue Sistem Informasi Geografis atau SIG
(DBD) merupakan suatu penyakit menular tidak adalah sebuah koleksi terorganisir dari perangkat
langsung. Cara penularannya melalui vektor keras komputer, perangkat lunak, data geografis,
nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus. dan personil yang dirancang untuk secara efektif
Berdasar pengalaman sampai saat ini, pada menangkap, menyimpan, memperbarui,
umumnya yang paling berperanan dalam memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
penularan adalah Ae. aegypti, karena hidupnya semua bentuk data referensi geografis. Terdapat
didalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes banyak sekali kegunaan dari SIG ini, antara lain
albopictus di kebun – kebun, sehingga lebih adalah untuk membuat peta tematik, membuat
jarang kontak dengan manusia. satu peta dari beberapa peta yang digabungkan
Pemetaan penyakit DBD ini dapat (overlay), membuat buffer yang mengelilingi
dilakukan dengan menggunakan metode multi suatu area tertentu, membuat perhitungan yang
criteria. Metode ini mempertimbangkan faktor – spesifik, membuat query dari informasi yang
faktor dominan yang paling mempengaruhi terdiri dari tabel dan peta, membuat suatu teknik
perkembangan penyakit DBD. Selanjutnya interpolasi, dan juga pemodelan spasial.
metode ini menghitung dan mengkalkulasi Kartografi adalah suatu teknik yang
pengaruh dari masing – masing faktor, dimana secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan
masing – masing faktor ini memiliki bobot memperkecil keruangan suatu daerah yang luas,
sendiri – sendiri. Secara umum multi kriteria sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau
merupakan pendekatan untuk memecahkan benda - benda angkasa dan menyajikan dalam
masalah menggunakan beberapa pilihan bentuk yang dapat mudah diobservasi, sehingga
alternatif. dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
Tujuan penelitian ini adalah : komunikasi. Batasan peta menurut ICA
1. Membuat peta mengenai kerawanan (International Cartographic Association) adalah
penyakit DBD di Kecamatan Purwokerto suatu representasi atau gambaran unsur - unsur
Timur menggunakan analisis multi atau kenampakan - kenampakan abstrak, yang
kriteria. dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada
2
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda - kajian. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada peta mengenai kerawanan penyakit demam
suatu bidang datar dan diperkecil atau berdarah di Kecamatan Purwokerto Timur.
diskalakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
AHP adalah suatu metode matematika adalah metode multi kriteria menggunakan
untuk menganalisis keputusan yang kompleks software ArcGIS. Parameter yang digunakan
dengan multi kriteria. Salah satu kehandalan adalah kepadatan permukiman, pola
AHP adalah dapat melakukan analisis secara permukiman, penggunaan lahan, kepadatan
simultan dan terintegrasi antara parameter- penduduk, jenis vegetasi, curah hujan dan jarak
parameter yang kualitatif atau bahkan yang permukiman dari sungai.
kuantitatif. Data primer dalam penelitian ini didapatkan
Regresi ordinal adalah analisa hubungan dari kegiatan analisis citra penginderaan jauh
antara variabel independen (data adalah data penggunaan lahan, pola dan
numerik/katagorik) dengan variabel independen kepadatan permukiman, kepadatan penduduk,
(memiliki skala pengukuran ORDINAL) dengan jenis vegetasi, dan sungai.
menggunakan fungsi penghubung logit ataupun Metode pembuatan peta kerawanan wilayah
probit. Ciri utama pada model regresi ini adalah dilakukan dengan metode weighted overlay pada
bentuk variabel independennya yang memiliki software ArcGIS, sedangkan proses pembobotan
skala pengukuran ordinal. dilakukan dengan perhitungan metode multi
Demam berdarah (DBD) adalah penyakit kriteria. Input dari pendekatan metode weighted
menular yang disebabkan oleh virus dengue overlay adalah berupa peta dalam format raster
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes dan yang berisi jalan kriteria dalam pengelompokan,
ditandai dengan demam mendadak 2 – 7 hari standarisasi dan pembobotan. Pada metode ini
tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, dilakukan normalisasi nilai - nilai piksel yang
nyeri ulu hati, seringkali disertai perdarahan di ada dengan tujuan supaya tidak ada nilai yang
kulit berupa bintik perdarahan. Kadang – kadang sangat tinggi dan sangat rendah. Evaluation
mimisan, berak darah, muntah darah, dan matrix pada metode multi kriteria ini digunakan
kesadaran menurun (Depkes RI, 2004 dalam untuk menentukan bobot dengan
Heryantoro 2011). mempertimbangkan faktor dominan yang paling
mempengaruhi penyebaran DBD. Bobot
tertinggi diberikan pada kriteria yang paling
berpengaruh terhadap penyebaran DBD.
Parameter yang paling berpengaruh terhadap
kerawanan penyakit demam berdarah dengue ini
diperoleh melalui analisis regresi linier
berganda, menggunakan software IBM SPSS
Statistik 20. Analisis regresi ini menggunakan
dua jenis variabel, yakni variabel dependent dan
variabel independent. Variabel dependent yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
Gambar. Wilayah Kajian Penelitian kerawanan yang dihasilkan pada peta
(Kecamatan Purwokerto Timur) kerawanan, sedangkan variabel independent
adalah nilai dari masing - masing parameter yang
digunakan dalam penelitian, yakni pola
METODE PENELITIAN permukiman, kepadatan permukiman,
Penyakit demam berdarah merupakan penggunaan lahan, jarak sungai dari
salah satu penyakit yang penyebabnya sangat permukiman, dan jenis vegetasi. Berdasarkan
erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan, semua proses yang sudah dilakukan, kemudian
seperti permukiman padat, vegetasi yang rapat, akan dianalisis dan disimpulkan kekurangan dan
dan juga curah hujan. Berdasarkan hal tersebut, juga kelebihan analisis multi kriteria dalam
maka analisis geografi sangat memungkinkan melakukan pemetaan kerawanan penyakit
untuk mengetahui mengenai permasalahan demam berdarah dengue di Kecamatan
penyakit demam berdarah di suatu wilayah Purwokerto Timur.
3
Parameter yang digunakan dalam penelitian Gedung sekolah,
menggunakan beberapa jenis klasifikasi, yaitu : permukiman, perkantoran,
3
panti asuhan, rumah sakit,
Klasifikasi kepadatan rumah : pasar, penjara
Kepadatan Permukiman Harkat
<40% (rendah) 1 Cara perhitungan dengan metode AHP adalah
40% – 60% (sedang) 2 sebagai berikut :
> 60% (tinggi) 3 1. Membuat matriks perbandingan antara
masing – masing kriteria.
Rumus yang digunakan : 2. Memberikan penilaian terhadap elemen yang
dibandingkan dalam matriks.
Goal KP PL PP S V
Kepadatan
Permukiman 1.00 0.57 0.62 0.94 1.02
Klasifikasi pola permukiman : (KP)
Persentase Penggunaan
Kriteria Penilaian Harkat 1.75 1.00 1.09 1.64 1.79
Lahan (PL)
Bangunan
Pola
Pola teratur, hampir Permukiman 1.61 0.92 1.00 1.51 1.64
semua rumah (PP)
menghadap ke jalan, Sungai
>= 50% 1 1.07 0.61 0.66 1.00 1.09
luas kapling rumah (S)
Vegetasi
dan bentuk rumah (V)
0.98 0.56 0.61 0.92 1.00
hampir seragam.
3. Menghitung normalisasi matriks:
Semi teratur, hampir
semua rumah a. Menjumlahkan tiap kolom
25 – 50 % menghadap jalan, 2 b. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan
dan bentuk rumah hasil perhitungan sebelumnya
agak seragam. 4. Untuk mencari Principal Eigen Value (λmax)
Sebagian rumah saja
5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan
yang menghadap ke
< 25% 3 rumus :
jalan dan bentuk
rumah tidak seragam. CI = (λmax-n)/(n-1)
6. Sedangkan untuk menghitung nilai CR
Klasifikasi jarak permukiman dari sungai : 7. Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI
Jarak dari blok didapat dari :
Harkat
permukiman
< 40 m 3
40 - 75 m 2
75 - 100 m 1 Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama
dengan 10% , ketidak konsistenan masih bisa
Klasifikasi jenis vegetasi : diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%,
Klasifikasi Harkat tidak bisa diterima.
Rumput 1 Setelah bobot dari masing - masing
Sawah 2 parameter didapat, selanjutnya adalah
Pohon, Belukar/semak 3 memasukkan nilai bobot tersebut kedalam
software ArcGIS dengan menggunakan tool
Klasifikasi penggunaan lahan : weighted overlayed overlay. Prinsip dari
penggunaan tool tersebut adalah multi kriteria,
Jenis Penggunaan Lahan Harkat
sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
Lahan kosong, tempat
Penggunaan tool weighted overlay dapat dilihat
ibadah, SPBU, Bangunan 1
dalam gambar sebagai berikut :
Kosong, Gudang
Hotel, pertokoan/ruko,
kuburan, gedung olahraga,
lapangan, ruang publik, 2
gedung pertemuan, rumah
makan
4
Purwokerto Timur memiliki pola permukiman
teratur.

Gambar: Proses Kerja tool Weighted Overlay


Pada software ArcGIS
Sumber : ArcGIS Help 9.3

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.Pembuatan Peta Mengenai Kerawanan
Penyakit DBD Di Kecamatan Purwokerto
Timur
a. Pengolahan data dari citra penginderaan jauh
Tingkat kepadatan permukiman di wilayah Gambar. Peta Klasifikasi Pola Permukiman
Kecamatan Purwokerto Timur berdasarkan hasil Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014
interpretasi menunjukkan bahwa sebesar 75,74
% dari keseluruhan wilayah memiliki tingkat Jenis penggunaan lahan di Kecamatan
kepadatan permukiman rendah, sebesar 16,18 % Purwokerto Timur terbagi menjadi 28 jenis,
dari total keseluruhan wilayah memiliki tingkat yakni bangunan kosong, gedung olahraga,
kepadatan permukiman sedang, dan sebesar 8,09 gedung pertemuan, gudang, hotel, kebun,
% dari total keseluruhan wilayah Kecamatan komplek olahraga, kuburan, lahan kosong,
Purwokerto Timur memiliki tingkat kepadatan lapangan, panti asuhan, pasar, penjara,
permukiman tinggi. perkantoran, jalan, vegetasi (rumput dan pohon),
sungai, sekolah, SPBU, tempat ibadah, rumah
makan, rumah sakit, permukiman, selokan, ruko,
pertokoan, ruang publik dan juga lahan kosong.
Jenis penggunaan lahan yang memiliki
luas terbesar di Kecamatan Purwokerto Timur
ada jenis penggunaan lahan ‘permukiman’ yakni
sebesar 38,80 % dari total wilayah Kecamatan
Purwokerto Timur. Selanjutnya jenis
penggunaan lahan yang juga memiliki luas yang
cukup besar adalah jenis penggunaan lahan
‘sawah’ yakni sebesar 24,08 % dari total wilayah
keseluruhan. Jenis penggunaan lahan yang
Gambar. Tingkat Kepadatan Permukiman memiliki urutan ketiga adalah jenis penggunaan
Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014 lahan ‘pertokoan’ yakni sebesar 6,68 % dari total
wilayah keseluruhan. Jenis penggunaan lahan
Pola permukiman di Kecamatan yang lain tidak memiliki luasan yang terlalu
Purwokerto Timur dapat dibagi menjadi 3 (tiga) besar.
klasifikasi yakni pola permukiman teratur, pola
permukiman semi teratur, dan pola permukiman
tidak teratur. Dari ketiga klasfikasi pola
permukiman yang terdapat di wilayah kajian,
sebesar 21,22 % dari total keseluruhan
permukiman di wilayah Kecamatan Purwokerto
Timur memiliki pola permukiman tidak teratur,
sebesar 48,92 % dari total keseluruhan memiliki
pola permukiman sedang atau semi teratur, yang
terakhir sebesar 29,86 % dari total seluruh
permukiman pada wilayah Kecamatan

5
seluruh vegetasi yang ada di Kecamatan
Purwokerto Timur.

Gambar. Penggunaan Lahan


Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014
Gambar. Jenis Vegetasi
Sebagian besar sungai yang melewati Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014
wilayah Kecamatan Purwokerto Timur
merupakan sungai - sungai kecil yang memiliki Berdasarkan perhitungan yang telah
banyak lubang dan batu - batu yang memiliki dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil
potensi untuk menjadi tempat genangan air pembobotan untuk masing - masing kriteria
ketika arus air tidak terlalu deras, dimana adalah sebagai berikut :
genangan - genangan air tersebut memiliki
potensi untuk menjadi sarang nyamuk demam Parameter Bobot Urutan
berdarah. Selain itu di sisi kiri dan kanan sungai Penggunaan
1.41 1
Lahan
juga sebagian merupakan jenis penggunaan
Pola
lahan ‘permukiman’, sehingga nyamuk yang 1.30 2
Permukiman
bersarang memiliki kemungkinan untuk terbang Vegetasi 0.79 5
mendekati permukiman warga. Kepadatan
0.80 4
Permukiman
Jarak
Permukiman 0.86 3
DariSungai
Sumber: Aulia, 2014

Berikut adalah hasil kelas kerawanan hasil


analisis :
KELAS 1 2051 13890
KELAS 2 13890 25728
KELAS 3 25728 37567
Sumber : Aulia, 2014
Gambar. Jarak Sungai Dari Permukiman
Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014 Hasil dari penelitian ini menunjukkan
hasil pemetaan dari kerawanan penyakit DBD di
Jenis vegetasi yang ada di wilayah Kecamatan Purwokerto Timur, hasil yang
Kecamatan Purwokerto yang memiliki luasan didapat terdapat dua tipe kerawanan, yakni
paling besar adalah ‘pohon’, luasannya sebesar tingkat kerawanan rendah dan tingkat kerawanan
49,27 % atau hampir separuh dari seluruh tinggi. Sebesar 94,82 % dari total luas wilayah
vegetasi yang ada. Luasan ‘sawah’ adalah merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan
sebesar 24,26 % dari seluruh vegetasi di rendah, sisanya yakni 5,18 % dari total wilayah
Kecamatan Purwokerto Timur, luasan ‘semak’ merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan
sebesar 18,38 % dari luas seluruh vegetasi, tinggi.
luasan vegetasi yang paling sedikit adalah
‘rumput’ yakni hanya sebesar 8,09 % dari luas
6
masing - masing variabel independent dengan
variabel dependent berbeda tingkatannya.
Variabel ‘pola permukiman’, ‘jarak permukiman
dari sungai’ dan ‘jenis vegetasi’ memiliki
hubungan yang sangat erat dengan variabel
‘kerawanan demam berdarah dengue’,
sedangkan variabel ‘kepadatan permukiman’
memiliki hubungan yang kuat, namun tidak
sekuat variabel yang lain, yang terakhir variabel
‘penggunaan lahan’ memiliki hubungan yang
paling kecil dengan variabel dependent
dibandingkan dengan variabel independent yang
Gambar. Kerawanan Demam Berdarah Dengue lainnya.
Kec. Purwokerto Timur Tahun 2014 Proses pembuatan peta mengenai
kerawanan penyakit DBD di Kecamatan
Purwokerto Timur menggunakan analisis multi
kriteria ini sangat mengandalkan ketelitian data
yang akan digunakan sebagai data awal dalam
proses analisis ini, dalam penelitian ini data yang
digunakan sebagai data awal adalah data hasil
proses interpretasi citra penginderaan jauh.
Analisis multi kriteria sangat membantu
para peneliti agar dapat mengetahui hubungan
antara beberapa variabel sekaligus. Di bidang
kesehatan sendiri masih jarang penelitian
menggunakan analisis multi kriteria, dimana
parameternya menggunakan parameter
Gambar. Persebaran Penderita Demam Berdarah berdasarkan analisis spasial. Hal ini
Dengue Kec. Purwokerto Timur menunjukkan bahwa penelitian spasial dapat
(Bulan Januari 2012 - Bulan Mei 2012) pula digunakan sebagai dasar untuk penelitian di
bidang kesehatan.
2. Mengkaji Parameter Lingkungan Apakah Analisis multi kriteria tidak
Yang Paling Berpengaruh Terhadap menggunakan data yang kuantitatif saja sebagai
Perkembangan Penyakit DBD Di Kecamatan data masukan, namun data kualitatif juga dapat
Purwokerto Timur menjadi data masukan dari analisis ini, sehingga
Hasil dari pemetaan yang sebelumnya pengambilan keputusan dalam analisis ini
telah dilakukan kemudian dianalisis lebih lanjut, menjadi lebih obyektif tergantung kepada
untuk mengetahui parameter manakah yang peneliti. Apabila peneliti salah dalam
paling berpengaruh terhadap kerawanan demam memasukkan data, maka bisa jadi hasil akhirnya
berdarah dengue di Kecamatan Purwokerto akan salah juga. Hal tersebut dapat dibuktikan
Timur. Analisis yang dilakukan adalah analisis melalui penelitian yang dilakukan saat ini, hasil
regresi ordinal, menggunakan dua jenis variabel dari analisis multi kriteria menggunakan AHP
yakni variabel dependent dan variabel menunjukkan hasil yang sedikit berbeda setelah
independent. Variabel dependent yang dilakukan uji statistik, berikut perbandingan nilai
digunakan adalah nilai dari peta kerawanan DBD dari kedua metode tersebut :
yang dihasilkan, sedangkan variabel independent
yang digunakan terdapat lima buah, yaitu kelima
parameter yang digunakan untuk membuat peta
kerawanan, pola permukiman, kepadatan
permukiman, penggunaan lahan, jarak sungai
dari permukiman, dan vegetasi.
Dari hasil analisis regresi ordinal juga
diketahui bahwa tingkat keterkaitan antara
7
Urutan Bobot ‘jarak permukiman dari sungai’ dan
Parameter Multi Uji ‘penggunaan lahan’. Parameter ‘kepadatan
Kriteria Statistik permukiman’ dan ‘jenis vegetasi’ tidak
Penggunaan Lahan 1 3 sekuat hubungannya seperti parameter yang
Pola Permukiman 2 1 lain.
Jarak Sungai Dengan
3 2
Permukiman Saran
Kepadatan 1. Parameter - parameter lingkungan yang
4 5
Permukiman digunakan sebagai variabel dalam penelitian
Jenis Vegetasi 5 4 bisa lebih banyak lagi dan juga jenisnya dapat
Sumber : Aulia, 2014 lebih bervariasi lagi tingkatan klasifikasinya.
2. Penelitian ini tidak memperhitungkan
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan
perbedaan bobot tiap - tiap parameter setelah oleh dinas kesehatan setempat. Ada baiknya
hasil analisis multi kriteria diuji menggunakan jika tindakan pencegahan penyakit ini juga
metode statistik (analisis regresi ordinal), diperhitungkan.
walaupun tidak semua parameter menjadi
berbeda urutan bobotnya. Walaupun tidak begitu
urutan hasil masing - masing variabel baik DAFTAR PUSTAKA
dengan metode multi kriteria dengan metode Agung K, Yuliandi.2009. Perhitungan
regresi ordinal tidak jauh berbeda, tetap saja nilai Menggunakan Metode AHP.Fakultas
yang dihasilkan oleh metode analisis multi Teknik Universitas Indonesia
kriteria perlu diuji dengan analisis statistik untuk Budi, Triton Prawira. 2006. SPSS 13.0 Terapan;
memastikan apakah data yang digunakan adalah Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta :
data yang dapat dipercaya kebenarannya. Penerbit Andi.
Ditjen Cipta Karya PU (1979). Variabel
Penilaian Lingkungan Pemukiman.
KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta : Direktorat Jendral Cipta
Kesimpulan Karya Pekerjaan Umum.
1. Pemetaan mengenai kerawanan penyakit Field lab, Tim FK UNS.2011.Modul Kegiatan
demam berdarah dengue di Kecamatan Laboratoriun Lapangan (Field Lab)
Purwokerto Timur menggunakan analisis – Program Pengendalian Penyakit
multi kriteria menghasilkan 2 tingkat Menular: Demam Berdarah
kerawanan, yakni ‘tingkat kerawanan dengue.Solo: Field Lab Fakultas
rendah’ dan ‘tingkat kerawanan tinggi’, Kedokteran Universitas Sebelas
sebagian besar termasuk dalam ‘tingkat Maret
kerawanan rendah’. Setelah dilakukan Fitriyani.2007. Penentuan Wilayah Rawan
validasi dengan angka bebas jentik dan Demam Berdarah Dengue Di
pesebaran penderita demam berdarah Indonesia dan Analisis Pengaruh
dengue, peta kerawanan yang dihasilkan Pola hujan Terhadap Tingkat
sesuai dengan kedua data tersebut. Urutan Serangan (Studi Kasus: Kabupaten
bobot hasil perhitungan multi kriteria adalah Indramayu). Bogor: Departemen
parameter ‘penggunaan lahan’, parameter Geofisika dan Meteorologi Fakultas
‘pola permukiman’, parameter ‘jarak MIPA Institut Pertanian Bogor
permukiman dari sungai’, parameter Jurnal Kebencanaan Indonesia Vol.1 No.5,
‘kepadatan permukiman’, dan parameter November 2008
‘vegetasi’. Kurniarto, Sara Dwi.2011. Pemodelan Spasial
2. Semua parameter yang digunakan dalam Kerawanan Penyakit Demam
penelitian ini berpengaruh terhadap model Berdarah Menggunakan Metode
kerawanan yang dihasilkan, namun berbeda Spatial Multi Criteria
tingkatannya. Parameter yang paling Evaluation.Yogyakarta: Fakultas
berpengaruh terhadap model kerawanan Geografi Universitas Gadjah Mada
yang dihasilkan adalah ‘pola permukiman’,
8
Kurniawan Andri dan Joni Purwo http://syefrinayuwinda.blogspot.com/
Handoyo.2011.Petunjuk Praktikum 2012/06/sap-demam-berdarah-
Statistik Terapan SIG & PW.Yogyakarta dengue-dbd.html
: Laboratorium Analisis Data Wilayah (diakses pada Kamis 6 Maret 2012)
Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada
Lillesand, Thomas M-Kiefer Ralph W.
1993.Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra.Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Menurah R, Cut.-.Modul Penginderaan Jauh.
Merliyuanti, Tiska Sri.2013.Pemanfaatan Data
Curah hujan untuk Prediksi Sebaran
Penyakit Hawar Daun Bakteri
Menggunakan Model SMCE (Spatial
Multi Criteria Evaluation) Studi
Kasus: Tanaman Padi di Kabupaten
Karawang.Fakultas MIPA, Institut
Pertanian Bogor
Suharyadi. 2010. Bahan Ajar Sistem Informasi
Geografis. Geografi,UGM
Sutanto,Prof. 1998.Penginderaan Jauh Jilid I.
Fakultas Geografi, Gadjah Mada
University Press
Sylvana, Fransisca dan Gabriela da C.M.
Pereira.2000.Demam Berdarah
Dengue.Surabaya : Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma
Syaifullah.2010.Pengenalan Metode AHP
(Analytical Hierarchy
Process).Syaifullah08.wordpress.co
m
(diakses pada 7 Februari 2014)
Universitas Brawijaya.2013.Metode AHP(Modul
Kuliah).Malang : Universitas
Brawijaya
Widayani, Prima.2004.Pemodelan Spasial
Epidemiologi Demam Berdarah
Dengue Menggunakan Sistem
Informasi Geografi Di Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman
Yogyakarta.Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada
Widiyanto, Teguh.2007. Kajian Manajemen
Lingkungan Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kota Purwokerto Jawa –
Tengah.Semarang: Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang
Yuwinda, Syefrina. 2012. SAP Demam Berdarah
Dengue (DBD).

Anda mungkin juga menyukai