Anda di halaman 1dari 4

Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat

Seperti ibadah-ibadah lainnya, shalat Jumat memiliki beberapa ketentuan atau syarat keabsahan yang
harus dipenuhi. Sekiranya tidak terpenuhi, maka shalat Jumat dihukumi tidak sah. Berikut ini adalah
syarat-syarat sah pelaksanaan shalat Jumat: Pertama, shalat Jumat dan kedua kutbahnya dilakukan di
waktu zhuhur. Hal ini berdasarkan hadits:

‫صلليِّ الليجيمأعةأ بحليأن تأبملييل النشلم ي‬


‫س‬ ‫“ أأنن الننببينأكاَأن يي أ‬

Sesungguhnya Nabi Saw melakukan shalat Jumat saat matahari condong ke barat (waktu zhuhur)”.
(HR.al-Bukhari dari sahabat Anas).

TRENDING NOW: Nasihat Imam Bakr al-Muzani untuk Orang yang Suka Berburuk SangkaKhutbah Akhir
Tahun: Muhasabah 6 Sifat yang Dibenci Allah JUMAT Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat Sabtu
11 November 2017 16:00 WIB Share: Ilustrasi (© ibtimes.co.uk) Seperti ibadah-ibadah lainnya, shalat
Jumat memiliki beberapa ketentuan atau syarat keabsahan yang harus dipenuhi. Sekiranya tidak
terpenuhi, maka shalat Jumat dihukumi tidak sah. Berikut ini adalah syarat-syarat sah pelaksanaan shalat
Jumat: Pertama, shalat Jumat dan kedua kutbahnya dilakukan di waktu zhuhur. Hal ini berdasarkan
hadits:

‫صلليِّ الليجيمأعةأ بحليأن تأبملييل النشلم ي‬


‫س‬ ‫“ أأنن الننببينأكاَأن يي أ‬

Sesungguhnya Nabi Saw melakukan shalat Jumat saat matahari condong ke barat (waktu zhuhur)”.
(HR.al-Bukhari dari sahabat Anas). Maka tidak sah melakukan shalat Jumat atau khutbahnya di luar
waktu zhuhur. Bila waktu Ashar telah tiba dan jamaah belum bertakbiratul ihram, maka mereka wajib
bertakbiratul ihram dengan niat zhuhur. Apabila di tengah-tengah melakukan shalat Jumat, waktu zhuhur
habis, maka wajib menyempurnakan Jumat menjadi zhuhur tanpa perlu memperbaharui niat. Syekh
Habib Muhammad bin Ahmad al-Syathiri mengatakan:

‫ت أوهيلم فبليأهاَ أأتأظملوا ظيلهراا يويجلوباَ ا ببأل تألجبدليبد نبينةة‬


‫ظلهبر أولألو أخأرأج اللأولق ي‬
‫ت أألحأريملوا بباَل ظ‬
‫ق اللأولق ي‬ ‫“ فألألو أ‬
‫ضاَ أ‬

Apabila waktu zhuhur menyempit, maka wajib melakukan takbiratul ihram dengan niat zhuhur. Apabila
waktu zhuhur keluar sementara jamaah berada di dalam ritual shalat Jumat, maka mereka wajib
menyempurnakannya menjadi shalat zhuhur tanpa mengulangi niat”. (Syekh Habib Muhammad bin
Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, hal.236)

Kedua, dilaksanakan di area pemukiman warga. Shalat Jumat wajib dilakukan di tempat pemukiman
warga, sekiranya tidak diperbolehkan melakukan rukhsah shalat jama’ qashar di dalamnya bagi musafir.
Tempat pelaksanaan Jumat tidak disyaratkan berupa bangunan, atau masjid. Boleh dilakukan di lapangan
dengan catatan masih dalam batas pemukiman wargawarga.
Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali mengatakan:

‫ص الليمأساَفبير‬
‫ث يأتأأرنخ ي‬ ‫صلحأرابء إبأذا كاَ أأن أملعيدلودْاا بملن بخطنبة اللبألأبد فأإ بلن بأيعأد أعبن اللبألأبد ببأحلي ي‬
‫أوأل ييلشتأأرطي أألن ييلعقأأد الليجيمأعةي بفيِّ يرلكةن أألو أملسبجةد بألل يأيجلويز بفيِّ ال ن‬
َ‫“ إبأذا النتأأهىَ إبلأليبه لألم تألنأعقبلد األليجيمأعةيفبليأها‬

Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau masjid, bahkan boleh di tanah lapang apabila masih
tergolong bagian daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah pemukiman warga, sekira musafir
dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka Jumat tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut”.
(al-Ghazali, al-Wasith, juz.2, hal.263, [Kairo: Dar al-Salam], cetakan ketiga tahun 2012).

Ketiga, rakaat pertama Jumat harus dilasanakan secaraberjamaah. Minimal pelaksanaan jamaah shalat
Jumat adalah dalam rakaat pertama, sehingga apabila dalam rakaat kedua jamaah Jumat niat mufaraqah
(berpisah dari Imam) dan menyempurnakan Jumatnya sendiri-sendiri, maka shalat Jumat dinyatakan sah.
Keempat, jamaah shalat Jumat adalah orang-orang yang wajib menjalankan Jumat. Jamaah Jumat yang
mengesahkan Jumat adalah penduduk yang bermukim di daerah tempat pelaksanaan Jumat. Sementara
jumlah standart jamaah Jumat adalah 40 orang menghitung Imam menurut pendapat kuat dalam
madzhab Syafi’i. Menurut pendapat lain cukup dilakukan 12 orang, versi lain ada yang mencukupkan 4
orang.

TRENDING NOW: Khutbah Akhir Tahun: Muhasabah 6 Sifat yang Dibenci AllahTak Sempat Shalat
Gerhana, Bolehkah Diqadha? JUMAT Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat Sabtu 11 November
2017 16:00 WIB Share: Ilustrasi (© ibtimes.co.uk) Seperti ibadah-ibadah lainnya, shalat Jumat memiliki
beberapa ketentuan atau syarat keabsahan yang harus dipenuhi. Sekiranya tidak terpenuhi, maka shalat
Jumat dihukumi tidak sah. Berikut ini adalah syarat-syarat sah pelaksanaan shalat Jumat: Pertama, shalat
Jumat dan kedua kutbahnya dilakukan di waktu zhuhur. Hal ini berdasarkan hadits: ‫صلليِّ الليجيمأعةأ‬ ‫أأنن الننببينأكاَأن يي أ‬
‫“ بحليأن تأبملييل النشلم ي‬Sesungguhnya Nabi Saw melakukan shalat Jumat saat matahari condong ke barat (waktu
‫س‬
zhuhur)”. (HR.al-Bukhari dari sahabat Anas). Maka tidak sah melakukan shalat Jumat atau khutbahnya di
luar waktu zhuhur. Bila waktu Ashar telah tiba dan jamaah belum bertakbiratul ihram, maka mereka
wajib bertakbiratul ihram dengan niat zhuhur. Apabila di tengah-tengah melakukan shalat Jumat, waktu
zhuhur habis, maka wajib menyempurnakan Jumat menjadi zhuhur tanpa perlu memperbaharui niat.
Syekh Habib Muhammad bin Ahmad al-Syathiri mengatakan: َ‫ت أوهيلم فبليأها‬ ‫ظلهبر أولألو أخأرأج اللأولق ي‬
‫ت أألحأريملوا بباَل ظ‬
‫ق اللأولق ي‬ ‫فألألو أ‬
‫ضاَ أ‬
‫“ أأتأظملوا ظيلهراا يويجلوباَ ا ببأل تألجبدليبد نبينةة‬Apabila waktu zhuhur menyempit, maka wajib melakukan takbiratul ihram
dengan niat zhuhur. Apabila waktu zhuhur keluar sementara jamaah berada di dalam ritual shalat Jumat,
maka mereka wajib menyempurnakannya menjadi shalat zhuhur tanpa mengulangi niat”. (Syekh Habib
Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, hal.236) Kedua, dilaksanakan di area
pemukiman warga. Shalat Jumat wajib dilakukan di tempat pemukiman warga, sekiranya tidak
diperbolehkan melakukan rukhsah shalat jama’ qashar di dalamnya bagi musafir. Tempat pelaksanaan
Jumat tidak disyaratkan berupa bangunan, atau masjid. Boleh dilakukan di lapangan dengan catatan
masih dalam batas pemukiman warga. Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
mengatakan:

‫ص الليمأساَفبير‬
‫ث يأتأأرنخ ي‬ ‫صلحأرابء إبأذا كاَ أأن أملعيدلودْاا بملن بخطنبة اللبألأبد فأإ بلن بأيعأد أعبن اللبألأبد ببأحلي ي‬
‫أوأل ييلشتأأرطي أألن ييلعقأأد الليجيمأعةي بفيِّ يرلكةن أألو أملسبجةد بألل يأيجلويز بفيِّ ال ن‬
َ‫“ إبأذا النتأأهىَ إبلأليبه لألم تألنأعقبلد األليجيمأعةيفبليأها‬
Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau masjid, bahkan boleh di tanah lapang apabila masih
tergolong bagian daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah pemukiman warga, sekira musafir
dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka Jumat tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut”.
(al-Ghazali, al-Wasith, juz.2, hal.263, [Kairo: Dar al-Salam], cetakan ketiga tahun 2012). (Baca juga: Shalat
Jumat di Perkantoran) Ketiga, rakaat pertama Jumat harus dilasanakan secaraberjamaah. Minimal
pelaksanaan jamaah shalat Jumat adalah dalam rakaat pertama, sehingga apabila dalam rakaat kedua
jamaah Jumat niat mufaraqah (berpisah dari Imam) dan menyempurnakan Jumatnya sendiri-sendiri,
maka shalat Jumat dinyatakan sah. Keempat, jamaah shalat Jumat adalah orang-orang yang wajib
menjalankan Jumat. Jamaah Jumat yang mengesahkan Jumat adalah penduduk yang bermukim di
daerah tempat pelaksanaan Jumat. Sementara jumlah standart jamaah Jumat adalah 40 orang
menghitung Imam menurut pendapat kuat dalam madzhab Syafi’i. Menurut pendapat lain cukup
dilakukan 12 orang, versi lain ada yang mencukupkan 4 orang. Al-Jamal al-Habsyi sebagaimana dikutip
Syekh Abu Bakr bin Syatha mengatakan:

‫ك إبلذ أل يعلسأر فبليبه‬ ‫ب النشاَفببعليِّ ببإ بأقاَأمتبأهاَ ببأ ألربأأعةة أألو بباَلثنأليِّ أعأشأر فأأل بأأل أ‬
‫س ببأذلب أ‬ ‫“ أقاَأل اللأجأميل اللأحلببشظيِّ فأاَ بأذا أعلبأم اللأعاَبمظيِّ أألن ييقأللأد ببقأللبببه أملن يأقيلويل بملن أأ ل‬
‫صأحاَ ب‬

Berkata Syekh al-Jamal al-Habsyi; Bila orang awam mengetahui di dalam hatinya bertaklid kepada ulama
dari ashab Syafi’i yang mencukupkan pelaksanaan Jumat dengan 4 atau 12 orang, maka hal tersebut
tidak masalah, karena tidak ada kesulitan dalam hal tersebut”. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-
Risalatain, hal.18). Tidak termasuk jamaah yang mengesahkan Jumat yaitu orang yang tidak bermukim di
daerah pelaksanaan Jumat, musafir dan perempuan, meskipun mereka sah melakukan Jumat. Kelima,
tidak didahului atau berbarengan dengan Jumat lain dalam satu desa Dalam satu daerah, shalat Jumat
hanya boleh dilakukan satu kali. Oleh karenanya, bila terdapat dua Jumatan dalam satu desa, maka yang
sah adalah Jumatan yang pertama kali melakukan takbiratul ihram, sedangkan Jumatan kedua tidak sah.
Dan apabila takbiratul ihramnya bersamaan, maka kedua Jumatan tersebut tidak sah. Hal ini bila tidak
ada kebutuhan yang menuntut untuk dilaksanakan dua kali. Bila terdapat hajat, seperti kedua tempat
pelaksanaan terlampau jauh, sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat dalam satu tempat karena kapasitas
tempat tidak memadai, ketegangan antar kelompok dan lain sebagainya, maka kedua Jumatan tersebut
sah, baik yang pertama maupun yang terakhir. Syekh Abu Bakr bin Syatha’ mengatakan:

َ‫ق اللأمأكاَبن األو لبقبأتا‬ ‫صيل أأنن يعلسأر الجتبأماَبعبهلم األليمأجلوأز بللتنأعظدبدْ إبنماَ لب أ‬
‫ضلي ب‬ ‫أواللأحاَ ب‬

‫ف اللأمأحلل بباَلنشلربط‬ ‫“ بألينأهيلم األو لببيلعبد أأ ل‬


‫طأرا ب‬

Kesimpulannya, sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat yang memperbolehkan berbilangannya


pelaksanaan Jumat adakalanya karena faktor sempitnya tempat, pertikaian di antara penduduk daerah
atau jauhnya tempat sesuai dengan syaratnya”. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, hal.4).

Keenam, didahului kedua khutbah. Sebelum shalat Jumat dilakukan, terlebih dahulu harus dilaksanakan
dua khutbah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi: ‫ب‬ ‫س ثينم يأيقويم فأيألخطي ي‬ ‫صنلىَ اي أعلأليبه أوأسلنأم أكاَأن يألخطي ي‬
‫ب أقاَئباماَ ثينم يألجلب ي‬ ‫أأنن أريسوأل ن‬
‫اب أ‬
َ‫“ أقاَئباما‬Rasulullah Saw berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk, kemudian berdiri lagi melanjutkan
khutbahnya”. (HR. Muslim).
Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menjalankan shalat Jumat. Semoga bermanfaat.
(M. Mubasysyarum Bih)

Anda mungkin juga menyukai