Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL TERHADAP KEHIDUPAN

SOSIAL EKONOMI PETANI DI


DESA BUGEL KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
CHARISMA UMMU FADLILAH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian
berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri
mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan,
hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun
yang bersifat mendaur, serta kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri
alami dan budaya (Notohadiprawiro, cit Yuwono, 2009). Namun tidak semua lahan
dapat dijadikan sebagai lahan pertanian, perlu adanya pengelolaan khusus pada
lahan-lahan yang memiliki keterbatasan tertentu atau dikenal dengan lahan marginal.
Lahan marginal adalah suatu lahan yang mempunyai karakteristik
keterbatasan dalam sesuatu hal, baik keterbatasan satu unsur / komponen maupun
lebih dari satu unsur / komponen (Gunadi, 2002). Di Indonesia lahan marginal
dijumpai baik pada lahan basah maupun lahan kering. Lahan basah berupa lahan
gambut, lahan sulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24 juta ha,sementara lahan
kering kering berupa tanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha (Suprapto, cit
Yuwono, 2009). Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 106.000 km
dengan potensi luas lahan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marginal.
Berjuta-juta hektar lahan marginal tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya
baik untuk pengembangan pertanian namun sekarang ini belum dikelola dengan baik.
Lahan-lahan tersebut kondisi kesuburannya rendah, sehingga diperlukan inovasi
teknologi untuk memperbaiki produktivitasnya (Yuwono, 2009).
Salah satu wilayah yang memiliki lahan marginal yang dapat dikembangkan
untuk aktivitas pertanian adalah di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Setyawan dalam Yuwono (2009) mengemukakan bahwa secara turun-
temurun dan dengan sentuhan teknologi baru, para petani lahan marjinal di kawasan
selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan tindakan konservasi
lahan dan biologi untuk menjamin kelangsungan usaha pertaniannya. Bentuk
teknologi yang dikembangkan sangat bervariasi tergantung lokasi dan permasalahan
pada masing-masing lahan, antara lain pembuatan sistem “tinggi-rendah” pada

1
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL EKONOMI PETANI DI
DESA BUGEL KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
CHARISMA UMMU FADLILAH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kawasan bekas rawa-rawa, sistem pertanian berteras pada kawasan perbukitan kapur,
dan pengubahan secara gradual lahan gumuk pasir menjadi lahan pertanian.
Teknologi lahan marjinal ini sangat penting perannya untuk peningkatan
produktivitas lahan.
Teknologi yang berkembang di suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pada kehidupan sosial masyarakat di daerah tersebut, karena dengan
adanya penemuan baru dapat berdampak bagi kehidupan sosial. Menurut Soekanto
(1990) suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar di masyarakat, dan
cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru tersebut sebagai sebab
terjadinya perubahan-perubahan pada masyarakat. Martono (2012) mengatakan
bahwa penemuan baru yang berupa teknologi dapat mengubah cara individu
berinteraksi dengan orang lain dan secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu
aspek yang turut memengaruhi setiap aktivitas, tindakan serta perilaku manusia.
Teknologi mampu mengubah pola hubungan dan pola interaksi antarmanusia.
Salah satu teknologi dibidang pertanian yang mulai berkembang adalah
teknologi pengelolaan lahan marginal, yaitu teknologi untuk mengelola lahan di
kawasan pesisir sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang telah
diterapkan oleh masyarakat di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten
Kulonprogo. Desa Bugel merupakan salah satu wilayah di pesisir pantai yang
awalnya lahannya tidak dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, karena tanahnya
yang berpasir memiliki suhu yang tinggi dan adanya angin laut yang kencang tanpa
adanya tanaman pelindung sehingga sangat sulit dikelola untuk kegiatan pertanian.
Namun seiring berkembangnya teknologi, masyarakat Desa Bugel yang diinisiasi
oleh beberapa tokoh petani lokal telah mencoba dengan berbagai cara agar lahan
pasir tersebut dapat ditanami dan dibantu oleh Tim peneliti dari Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, teknologi lahan marginal pasir pantai dapat dikembangkan
dan saat ini lahan tersebut dapat ditanami dan memberikan keuntungan yang cukup
besar bagi petani dan juga perubahan kehidupan sosial ekonomi petani di Desa
Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo.

2
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL EKONOMI PETANI DI
DESA BUGEL KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
CHARISMA UMMU FADLILAH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Adanya kondisi tersebut penting dilakukan kajian untuk mengetahui lebih


dalam sejauhmana penerapan teknologi pengelolaan lahan marginal berdampak bagi
kehidupan sosial dan ekonomi petani di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan,
Kabupaten Kulonprogo, dan dengan demikian dapat diketahui juga, apakah teknologi
lahan marginal memiliki dampak positif atau negatif, serta apakah teknologi tersebut
baik dan bermanfaat bagi petani di Desa Bugel.

2. Perumusan Masalah
Kegiatan budidaya pertanian awalnya hanya dilakukan pada lahan-lahan
yang subur dan produktif, namun seiring perkembangan dan bertambahnya jumlah
penduduk, lahan pertanian tersebut semakin berkurang. Berbagai cara dilakukan agar
produksi pertanian meningkat. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaatan
lahan-lahan marginal. Lahan marginal perlu pengelolaan khusus agar dapat dijadikan
sebagai lahan pertanian yang produktif. Saat ini teknologi pengelolaan lahan
marginal semakin berkembang, salah satunya adalah teknologi pengelolaan lahan
marginal pasir pantai seperti yang telah dikembangkan di Desa Bugel, Kecamatan
Panjatan, Kabupaten Kulonprogo.
Pengelolaan lahan pasir pantai telah dilakukan petani sejak tahun 1980an
lalu, dan semakin berkembang. Waktu yang tidak singkat untuk pengelolaan lahan
tersebut tentunya memberikan dampak bagi peningkatan produksi, pendapatan, dan
perbaikan kehidupan petani di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten
Kulonprogo.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
a. Bagaimana perkembangan teknologi pengelolaan lahan marginal pasir pantai
di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo?
b. Bagaimana dampak penerapan teknologi pengelolaan lahan marginal pasir
pantai terhadap kehidupan sosial ekonomi petani di Desa Bugel, Kecamatan
Panjatan, Kabupaten Kulonprogo?

3
DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL EKONOMI PETANI DI
DESA BUGEL KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO
CHARISMA UMMU FADLILAH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui perkembangan teknologi pengelolaan lahan marginal pasir
pantai di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.
b. Mengetahui dampak penerapan teknologi pengelolaan lahan marginal pasir
pantai terhadap kehidupan sosial ekonomi petani di Desa Bugel,
Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo.

4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
a. Bagi instansi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dan dasar
pengambilan keputusan dengan bijaksana dalam perencanaan dan
pembangunan pertanian khususnya terkait pengembangan teknologi bagi
petani di kawasan lahan pasir pantai.
b. Bagi pembaca sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian
lebih lanjut.
c. Bagi peneliti sebagai sarana belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh diperkuliahan, serta dapat lebih peka terhadap masalah-
masalah yang ada di lapangan, dan sebagai syarat dalam menyelesaikan
studi tingkat sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai