Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ARFIANI PUSPA KANIA

NIM : P17110174088
PRODI : D-III GIZI/2B
MATERI MENYUSUI
Manfaat ASI bagi bayi :

1. Merupakan sumber gizi yang ideal dengan kualitas dan kuantitas zat gizi yang optimal
juga tepat untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi berdasarkan usianya.
2. Mengandung zat kekebalan tubuh dan menurunkan resiko diare juga penyakit infeksi
lainnya,
3. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi, terutama kolostrum.
4. Mudah dicerna, diserap, mengandung enzim pencernaan (amilase, lipase, protease,
lisozim, peroksidase).
5. Mengandung zat penangkal penyakit
6. Suhu ASI mengikuti suhu tubuh ibu (37°C-39°C)
7. Membantu pematangan “pelapis usus” dan menghalangi masuknya molekul pemicu
alergi.
8. Mencegah kerusakan gigi.
9. Mengoptimalkan perkembangan bayi
10. Membantu bayi tumbuh dewasa dan percaya diri.
11. Mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik di kemudian hari.

Manfaat Pemberian ASI bagi ibu :

1. Mencegah pendarahan pasca persalinan dan membantu pengerutan uterus.


2. Mengurangi anemia.
3. Mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara.
4. Memberikan rasa dibutuhkan.
5. Mempercepat kembali ke berat badan semula.
6. Sebagai metode Keluarga Berencana sementara.

Manfaat Pemberian ASI bagi keluarga :


1. Menghemat biaya
2. Anak sehat dan jarang sakit
3. Mudah pemberiannya

Selain itu keuntungan dari menyusui adalah:


1. Membantu ibu dan bayi untuk bonding – yaitu, mengembangkan hubungan yang dekat,
dan penuh kasih.
2. Membantu perkembangan bayi.
3. Dapat menunda kehamilan baru.
4. Melindungi kesehatan ibu dengan beberapa cara.
5. Membantu rahim kembali ke ukuran semula. Hal ini mengurangi perdarahan, dan dapat
membantu mencegah anemia.
6. Mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, dan diabetes tipe 2.
7. Menyusui lebih murah dibandingkan makanan buatan, termasuk lebih sedikit biaya
untuk perawatan kesehatan.
8. Tidak menghasilkan limbah, sehingga lebih baik bagi lingkungan.

Zat gizi yang terdapat di dalam ASI, susu sapi dan, dan susu formula. Semua susu mengandung
lemak, protein dan laktosa. Jumlah lemak sekitar setengah dari energi yang dibutuhkan bayi
manusia atau bayi hewan, namun terdapat perbedaan jumlah protein dan laktosa. Protein pada
susu sapi paling banyak, tetapi kandungan laktosanya paling rendah. Jumlah laktosa yang
banyak terdapat pada susu manusia dan susu formula. Laktosa yang dapat memberikan energi.
Susu sapi mengandung lebih banyak protein dibandingkan ASI. Protein merupakan zat gizi
yang penting, dan kita mungkin berpikir lebih banyak protein pasti lebih baik. Namun, sapi dan
hewan lain tumbuh lebih cepat daripada manusia, sehingga membutuhkan susu dengan
konsentrasi protein yang lebih tinggi. Akan sulit bagi ginjal bayi yang belum sempurna untuk
membuang kelebihan sisa protein dari susu hewan.
Susu formula mengandung lebih sedikit protein daripada susu sapi, namun sedikit lebih banyak
dibandingkan protein dalam ASI.
1. Susu formula bayi dapat dibuat dari susu hewan, atau kacang kedelai dan minyak
nabati. Jumlah protein dalam susu formula sudah disesuaikan, sehingga mendekati ASI.
2. Susu formula mengandung lebih sedikit protein daripada susu sapi, namun sedikit lebih
banyak dibandingkan protein dalam ASI Namun kualitasnya berbeda, dan jauh dari
sempurna untuk bayi.

ASI mengandung lebih banyak laktosa dibandingkan susu sapi. Bayi membutuhkan laktosa
untuk otaknya yang sedang tumbuh.
1. Untuk membuat susu formula agar menyerupai ASI, harus ditambahkan gula.
Terkadang ditambahkan gula lain seperti sukrosa bukan laktosa. Sukrosa kurang cocok
untuk bayi dan dapat menyebabkan karies gigi pada anak.
2. ASI juga mengandung oligosakarida, yang merupakan rantai pendek dari molekul gula.
Zat ini memiliki fungsi anti infeksi yang penting.
3. Protein berbagai jenis susu berbeda dalam kualitas, demikian juga kuantitasnya.
Sebagian besar susu sapi adalah kasein, yang di dalam perut bayi membentuk gumpalan
tebal dan sulit dicerna. ASI mengandung jenis kasein yang berbeda. Kasein tersebut
membentuk gumpalan yang lebih lembut dan mudah dicerna, dengan jumlah yang lebih
sedikit.
Protein yang mudah larut atau protein whey juga berbeda. ASI mengandung alpha -
lactalbumin, dan susu sapi mengandung beta-lactoglobulin. Dalam ASI, banyak protein
whey yang mengandung anti-infektif, seperti immunoglobulin A, atau (IgA), dan
lactoferrin, yang membantu melindungi bayi dari infeksi. Susu sapi dan susu formula
tidak mengandung jenis protein anti-infektif yang melindungi bayi. Bayi yang
diberikan susu sapi atau susu formula mungkin akan mengalami intolerasi pada protein
yang ada di dalam susu, seperti beta-lactoglobulin. Bayi mungkin akan mengalami
diare, nyeri perut, ruam dan gejala lainnya. Diare mungkin akan menetap, yang dapat
berkontribusi pada kurang gizi. Bayi yang diberikan makanan buatan juga lebih
mungkin mengalami alergi yang dapat menyebabkan eksim dan asma bila
dibandingkan bayi yang diberi ASI. Bayi mungkin mengalami intoleransi atau alergi
setelah diberikan sedikit saja makanan buatan pada hari-hari pertama hidupnya.
4. Jumlah lemak pada susu sapi dan ASI hampir sama, namun ada perbedaan penting pada
kualitas lemak dalam susu yang berbeda. ASI mengandung asam lemak esensial yang
tidak terdapat di dalam susu sapi. Asam lemak esensial ini dibutuhkan untuk
pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Asam lemak
esensial kadang ditambahkan ke dalam susu formula, namun tidak pasti apakah tubuh
bayi dapat menggunakannya seperti pada asam lemak esensial dalam ASI. ASI juga
mengandung enzim lipase yang membantu mencerna lemak. Enzim ini tidak terdapat
di dalam susu hewan atau susu formula. Jadi, lemak yang terdapat di dalam ASI dicerna
lebih sempurna dan digunakan lebih efisien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan
lemak yang terdapat di dalam susu sapi atau susu formula. Tinja bayi yang diberikan
makanan buatan lebih keras dan kental dibandingkan bayi yang diberi ASI. Hal ini
antara lain disebabkan karena tinja bayi yang diberi susu formula lebih banyak
mengandung lemak dan sisa makanan yang tidak dapat digunakan oleh tubuh bayi.
5. ASI mengandung lebih banyak vitamin penting dari pada susu sapi. ASI mengandung
banyak vitamin A dan C, jika ibu mengkonsumsi makanan yang cukup. ASI dapat
memenuhi kebutuhan vitamin A bagi bayi bahkan sampai di tahun kedua usia bayi.
Susu sapi banyak mengandung vitamin B, tetapi tidak mengandung vitamin A dan
vitamin C sebanyak dalam ASI. Susu formula bayi memiliki vitamin yang cukup untuk
kebutuhan bayi karena sudah ditambahkan ke dalamnya.
6. Zat besi penting untuk mencegah anemia. Beberapa jenis susu mengandung zat besi
dalam jumlah yang sangat sedikit (50-70 μg/100 ml, atau 0.5-0.7 mg/l). Namun ada
perbedaan yang penting.
7. Hanya sekitar 10% zat besi pada susu sapi yang bisa diserap, namun sekitar 25 - 50%
zat besi dari ASI dapat diserap.
8. Bayi yang diberi susu sapi mungkin tidak mendapat cukup zat besi, sehingga bayi
sering menderita anemia. Dengan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi
kecukupan zat besi akan terpenuhi dan bayi dapat terlindungi dari anemia sampai
sekurangnya bayi berumur 6 bulan atau lebih.
9. ASI tidak hanya sekedar makanan untuk bayi. ASI adalah “cairan hidup” yang
melindungi bayi dari infeksi. Pada tahun pertama kehidupan bayi, sistem kekebalan
bayi belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi seperti halnya pada
anak yang lebih besar atau orang dewasa. Maka bayi memerlukan perlindungan dari
ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih, dan sejumlah faktor anti-infeksi yang
dapat melindungi bayi terhadap infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap
berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya dan terhadap bakteri yang ada di
lingkungannya. Perlindungan ini sangat penting segera setelah bayi lahir dan sepanjang
periode tersebut.
10. ASI dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi baru yang mungkin diderita ibu atau
dari lingkungan keluarganya saat ini. Apabila ibu terserang penyakit terinfeksi sel darah
putih yang terdapat dalam tubuh ibu menjadi aktif dan menciptakan antibodi terhadap
infeksi tersebut untuk melindungi ibu. Sebagian sel darah putih tersebut mengalir ke
payudara ibu dan membentuk antibodi yang kemudian dikeluarkan bersama ASI untuk
melindungi bayi.
11. Oleh karena itu sebaiknya bayi tidak dipisahkan dari ibunya pada saat ibu terserang
infeksi karena ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi. Susu formula adalah “zat
mati”. Makanan tersebut tidak mengandung sel darah putih yang hidup atau antibodi
dan beberapa faktor anti-infeksi lainnya. Dengan demikian susu formula sangat kurang
memiliki fungsi perlindungan terhadap infeksi. Immunoglobulin utama dalam ASI
adalah IgA – sering disebut secretory immunoglobulin A (SigA) yang dialirkan ke ASI
sebagai respons terhadap infeksi pada ibu. IgA berbeda dengan imunoglobulin lain
seperti IgG yang dialirkan dalam darah. ASI juga mengandung banyak faktor infeksi
lainnya.
12. Kita dapat melihat bahwa setiap zat gizi terdapat dalam ASI dengan jumlah yang tepat,
dan dengan kualitas optimal.
13. Pada susu sapi dan susu hewan lainnya, beberapa zat gizi yang ada jumlahnya tidak
tepat bahkan tidak ada sama sekali, begitu pula dengan kualitasnya yang tidak tepat.
14. Pada susu formula, jumlah dari beberapa zat gizi telah disesuaikan sehingga lebih cocok
daripada susu hewan, tetapi secara kualitas tetap tidak tepat. Tidak mungkin untuk
menambahkan anti infeksi atau faktor pertumbuhan.
15. Komposisi ASI tidak selalu sama. Hal ini bervariasi sesuai dengan usia bayi, dan
bervariasi dari awal sampai akhir kegiatan menyusui. Komposisi ASI juga bervariasi
antar waktu menyusui, dan mungkin berbeda pada waktu yang berbeda dalam hari itu.
Grafik ini menunjukkan beberapa variasi utama.
16. 16. Kolostrum adalah ASI khusus yang dihasilkan pada beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Beberapa ibu menghasilkan kolostrum sebelum persalinan. Jumlahnya
sedikit, kental dan berwarna kekuningan atau jernih.
17. Setelah 2-3 hari, payudara mulai mengeluarkan ASI dalam jumlah yang lebih banyak,
dan payudara terasa penuh, keras dan berat. Sebagian orang menyebut kondisi ini ASI
„keluar”. Awalnya ASI ini disebut ASI peralihan, dan setelah 2 minggu itu disebut ASI
matang.
18. Kolostrum mengandung protein lebih banyak dari susu matang. Sebagian besar dari
protein tambahan ini adalah imunoglobulin. ASI juga berubah dari awal sampai akhir
dalam satu kali kegiatan penyusuan. ASI yang keluar pertama kali disebut ASI awal
(foremilk). ASI yang keluar belakangan disebut ASI akhir (hindmilk).
19. ASI akhir mengandung lebih banyak lemak daripada ASI awal. Bayi mendapatkan
lebih banyak energi di akhir sati kegiatan menyusui.

ASI awal diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak daripada ASI akhir, dan
mengandung banyak protein, laktosa, dan zat gizi lain, serta banyak air. Karena bayi
mendapat ASI awal dalam jumlah yang banyak, maka semua kebutuhan airnya terpenuhi,
sekalipun tinggal di iklim panas. Bayi tidak perlu diberikan minuman lain sebelum berusia
6 bulan. Jika rasa haus bayi dipuaskan dengan air tambahan, maka bayi akan menyusu lebih
sedikit, dan mendapatkan sedikit energi, protein dan zat gizi lainnya.

ASI akhir diproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit tapi tapi mengandung banyak
lemak yang menghasilkan energi. Karena itu, penting untuk tidak menghentikan bayi yang
sedang menyusu terlalu cepat. Bayi sebaiknya dibiarkan melanjutkan menyusu sampai
mendapat semua yang diinginkan, dan melepaskan payudara sendiri, sehingga ia mendapat
ASI akhir yang kaya lemak.

Kadang ibu kuatir ASInya `terlalu encer'. Ini karena mereka melihat ASI awal.
a. Kolostrum lebih banyak mengandung antibodi dan protein anti-infeksi lainnya
dibandingkan ASI matang.
b. Kolostrum lebih banyak mengandung sel darah putih dibandingkan dengan ASI
Matag/matur.

Protein anti-infeksi dan sel darah putih merupakan imunisasi pertama yang diperoleh
bayi setelah dilahirkan dan dapat melindungi bayi dari berbagai serangan penyakit. Kolostrum
membantu mencegah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan sepsis dan kematian. Bayi yang
segera menyusu setelah lahir, dan tidak diberikan makanan lain, lebih kecil risiko kematiannya
dibandingkan bayi yang menyusu pertamanya ditunda, atau yang diberikan makanan lain.

Kolostrum memiliki efek pencahar ringan, yang membantu untuk membersihkan usus
bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang berwarna kehitaman). Juga membersihkan
bilirubin dari usus, dan membantu untuk mencegah bayi kuning (jaundice). Kolostrum
mengandung faktor pertumbuhan, yang membantu perkembangan usus bayi yang belum
matang setelah lahir. Ini membantu untuk mencegah bayi dari infeksi, alergi dan intoleransi
terhadap jenis makanan lainnya. Kolostrum lebih kaya vitamin dari ASI matang dalam
beberapa vitamin - terutama vitamin A. Vitamin A membantu mengurangi tingkat keparahan
dari infeksi yang mungkin dialami bayi. Karena itu sangat penting bagi bayi untuk memperoleh
kolostrum sebagai makanan pertama. Kolostrum sudah tersedia dalam payudara ibu ketika bayi
dilahirkan. Kolostrum mengandung semua zat yang dibutuhkan bayi baru lahir sebelum ASI
peralihan dihasilkan.

Bayi sebaiknya tidak diberikan makanan atau minuman lain sebelum mulai menyusu.

1. Menyusui memberi manfaat psikologis yang penting untuk ibu dan bayinya. Menyusui
membantu ibu dan bayi membentuk hubungan yang erat dan penuh kasih sayang yang
membuat ibu merasa sangat puas secara emosional. Kontak kulit antara ibu dan bayi
segera setelah persalinan membantu mengembangkan hubungan tersebut. Proses ini
disebut bonding.
2. Bayi jarang menangis dan akan tumbuh dan berkembang lebih cepat jika bayi selalu
dekat dengan ibunya dan disusui segera setelah dilahirkan.
3. Ibu yang menyusui merespons bayinya dengan cara yang lebih penuh kasih sayang.
Ibu jarang mengeluh tentang kebutuhan bayi untuk diperhatikan dan menyusui di malam
hari. Dengan cara ini maka sedikit kemungkinan ibu mengabaikan atau menyakiti bayinya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan membantu proses perkembangan


intelektual anak. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang diberi ASI di minggu-minggu
pertama kehidupan menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes kecerdasan di akhir masa
kanak-kanaknya dibandingkan anak yang diberi makanan buatan. Penelitian terbaru juga
menunjukkan bahwa anak yang disusui memiliki lebih sedikit permasalahan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Sukraniti, D. P., Taufiqurrahman, & S, S. I. (2018). Konseling Gizi. In P. P. Kesehatan, Bahan Ajar Gizi
(pp. 184-200). Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Susilowati, & Kuspriyanto. (2016). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai