Anda di halaman 1dari 30

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geomatika adalah sebuah istilah ilmiah modern yang berarti pendekatan

yang terpadu dalam mengukur, menganalisis, dan mengelola deskripsi dan lokasi

data-data kebumian, yang sering disebut sebagai data spasial. Data-data ini berasal

dari berbagai sumber, antara lain satelit-satelit yang mengorbit bumi, sensor-

sensor laut dan udara, dan peralatan ukur di daratan. Data tersebut diolah dengan

teknologi informasi mutakhir menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak

komputer.(ahmad muhajir, 2017).

Dalam ilmu kehutanan pengukuran luas kawasan hutan pada zaman

dahulu itu dilakukan dalam kurun waktu yang terbilang lama dikarenakan

beberapa faktor salah satunya luas dari lahan hutan tersebut yang menjadi kendala

terbesar dan masalah besar pada saat itu, namun dengan adanya ilmu geomatika

atau biasanya disebut ilmu geodhesi dan kartografi menjadi pemecah persoalan

yang dihadapi dalam pengukuran kawasan hutan yang ada di Indonesia. Dengan

berdasar pada pengelolaan, analisis dan pengukuran data kebumian atau biasa

disebut dengan data spasial ini dijadikan sebagai acuan dalam pengukuran luas

wilayah kawasan hutan yang ada dibumi dengan menggunakan sistem kordinat

yang dimana aturan untuk menentukan posisi atau tempat dimuka bumi.(Rudianto

and Azwar, 2018).

Salah satu pengukuran dalam ilmu geomatika yaitu dengan menggunakan

alat yang disebut pesawat theodolit. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah
yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut

tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di

dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon/detik.

Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar

berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu

vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop

tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi

sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua

sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.(ahmad

saifudin, 2016).

Berdasar pada fungsi theodolit itu sendiri yang salah satunya yaitu pada

pengukuran polygon dan pemetaan dalam situasi mendetail.(teguh anggi, 2015).

Maka dari itu pengukuran menggunakan pesawat theodolit ini sangat perlu untuk

dipelajari dan dikembangan terkhususnya oleh mahasiswa kehutanan, selain untuk

menjawab tantangan kebutuhan dalam ilmu kehutanan tersebut diatas juga

menghemat biaya, waktu dan tenaga dalam pengukuran daerah kawasan hutan

ataupun pembuatan jalan di kawasan hutan.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Geomatika tersebut yaitu untuk mengetahui bagian

bagian serta cara penggunaan dari alat ukur pesawat theodolit sebagai alat bantu

dalam pengukuran dipermukaan bumi dalam hal ini pengukuran plot dengan

model polygon tertutup.


1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum geomatika ini dengan alat ukur pesawat theodolit

yaitu mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian alat ukur pesawat theodolit

serta mampu mempu mengaplikasikan pengukuran pada plot yang dibuat dengan

bentuk polygon tertutup.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geomatika

Geomatika adalah sains dan teknologi yang mempelajari tentang

pengukuran obyek-obyek di muka bumi yang melibatkan pemakaian komputer

dan teknologi komunikasi dan informasi dalam pengumpulan (survey),

pengolahan dan analisis, managemen dan distribusi informasi ruang permukaan

bumi untuk mendukung berbagai pengambilan keputusan. Secara istilah

geomatika (geomatics) dimunculkan tahun 1969 oleh B.Dubuisson yang pertama

kali digunakan di negara Kanada.(pandu restu, 2015)

Secara umum geomatika diartikan sebagai "Hunter and Gatherer" atau

"mengumpulkan dan menggabungkan" termasuk alat dan teknik yang digunakan

dalam pengukuran tanah (land surveying), pengunderaan jauh GIS, GPS, dan hal

lain yang terkait dengan pemetaan permukaan bumi.

Geomatika mempunyai aplikasi dalam semua disiplin yang berhubungan dengan

data spasial, misalnya studi lingkungan, perencanaan wilayah dan kota,

kerekayasaan, navigasi, geologi & geofisika, dan pengelolaan pertanahan. Oleh

karena itu geomatika sangat fundamental terhadap semua disiplin ilmu kebumian

yang menggunakan data spasial, seperti ilmu ukur tanah, penginderaan jauh (foto

udara atau dengan gelombang elektromagnetik), kartografi, sistem informasi

geografik (SIG), dan global positioning system (GPS).(pandu restu, 2015)


2.2 Theodolit

Theodolit merupakan alat yang digunakan untuk menentukan tinggi dan

azimuth suatu benda langit. Alat ini mempunyai dua sumbu vertikal, untuk

melihat skala ketinggian benda langit, dan sumbu horizontal untuk melihat skala

azimuthnya sehingga teropong yang digunakan untuk mengincar benda langit

dapat bebas bergerak kesemua arah.(nabila afadah, 2017). Beberapa referensi

tentang pengertian theodolit dengan definisi berbeda-beda menjadi dasar

pembelajaran tentang theodolit pada praktikum ini salah satunya pengertian

theodolit yang menyatakan bahwa theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang

digunakan untuk menentukan tinggi tanah denga sudut mendatar dan sudut tegak.

Berbeda denagan wterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Didalam

theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai satuan sekon/detik.(fitri herdiyanty,

2017).

Dimana pada dasarnya theodolit merupakan alat bantu ukur tanah yang

terkhusus untuk mengukur sudut dan arah baik itu secara vertikal maupun secara

horizontal dengan mengandalkan kemampuan teropong yang bisa bergerak ke

arah vertikal dan horizontal.

2.2.2 Fungsi Theodolit

Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787

dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang

terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain

sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,


theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,

maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi

seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya

teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam

pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut

siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan

untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.(ahmad saifudin, 2016).

Dari gambaran sederhana tersebut beberapa fungsi dan kegunaan dari alat ukur

theodolit.

2.2.3 Bagian-Bagian Theodolit

Theodolit memiliki beberapa bagian serta beberapa bagian tersebut

memiliki fungsi masing-masing. Berikut bagian-bagian dari theodolit yaitu :

1. Teropong lensa okuler, berfungsi sebagai pengatur fokus sumbu benang.

2. Teropong lensa objektif, berfungsi untuk melihat atau mengamati benda

yang akan diukur dari posisi bayangannya dapat disesuaikan denagn

pengaturan posisi diafragma sehingga tititk ukur (objek) terlihat jelas.

3. Visir, berfungsi sebagai garis penghubung titik tengah lensa objektif atau

sebagai pengarah teropong agar objek yang akan diamati akan terletak

paada posisi yang terlihat oleh teropong.

4. Baterai, berfungsi sebagai sumber energi theodolit.

5. Penggerak halus vertikal, berfungsi sebagai penggerak teropong yang

mempunyai arah gerak keatas dan kebawah.


6. Penggerak halus horizontal, berfungsi sebagai penggerak teropong yang

memepunyai arah gerak kekanan dan kekiri.

7. Skrup centring, berfungsi sebagai pendatar alat.

8. Nivo, berfungsi sebagai pengatur kedudukan theodolit menjadi rata air

centring.

9. Layar pembacaan digital, Berfumgsi sebagai output data.(muhammad

daffa shidqi, 2018)

2.3 Sudut Horizontal

Secara definisi sudut Horizontal adalah sudut yang dibentuk oleh selisih

dari dua arah. Besaran sudut dapat ditentukan dari selisih pembacaan skala

lingkaran yang terdapat pada arah yang berbeda tersebut, baik secara Horizontal

ataupun Vertikal.(oktavia, 2016). Sudut Horizontal dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑀𝑢𝑘𝑎 (𝑆𝑀) + 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 (𝑆𝐵)

dengan catatan ; apabila nilainya >3600 dikurang 3600 , sedangkan apabila

nilainya negatif, maka ditambah 3600 .

2.4 Koreksi Sudut

Menghitung koreksi sudut maka dapat menggunakan pesamaan rumus

sebagai berikut :

𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖


𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
2.5 Sudut Terkoreksi

Menghitung sudut terkoreksi maka dapat menggunakan pesamaan rumus

sebagai berikut :

𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 + 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡

2.6 Sudut Asimuth (α)

Sudut azimuth merupakan sudut yang dimulai dari arah kutub bumi

berputar searah jarum jam dan diakhiri pada ujung objektif titik bidik. Dengan alat

dititik A dan dititik B maka dapat diukur Azimuth AB.(Teknik Sipil Indonesia,

2015). Sudut asimuth (α), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐴𝑠𝑖𝑚𝑢𝑡ℎ (𝛼) = 𝛼 𝐴𝑤𝑎𝑙 + 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖

dengan catatan ; apabila nilainya >3600 dikurang 3600 , sedangkan apabila

nilainya negatif, maka ditambah 3600 .

2.7 Jarak Optis (D)

Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran tidak langsung, jarak

dsini dapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat

ukur theodolit, BTM, sipat datar dan lainnya karena pada alat tersebut dilengkapi

dengan benang-benang stadia pada diafragma.(ambara, 2018). Jarak optis dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑟 𝑂𝑝𝑡𝑖𝑠 = (𝐵𝑎 − 𝐵𝑏) 100 𝑠𝑖𝑛2 900


2.8 Selisih Kordinat

Menghitung selisih kordinat maka dapat menggunakan pesamaan rumus

sebagai berikut : Σ∆X =


Σ I ∆X I =
∆X = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 + sin 𝛼
Σ∆Y =
∆Y = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 + cos 𝛼 Σ I ∆Y I =

2.9 Koreksi kordinat X dan Y

Menghitung koreksi kordinat x dan y maka dapat menggunakan pesamaan

rumus sebagai berikut :

𝛴∆𝑋 𝛴∆𝑌
𝛿𝑥𝑛 = 𝑥 ∆𝑋 dan, 𝛿𝑦𝑛 = 𝑥 ∆𝑌
Σ I ∆X I Σ I ∆Y I

2.10 Selisih kordinat Terkoreksi X dan Y

Menghitung Selisih kordinat Terkoreksi x dan y maka dapat menggunakan

pesamaan rumus sebagai berikut :

(∆X) = ∆𝑋 + 𝛿𝑋, Σ(∆X) = 0

(∆Y) = ∆𝑌 + 𝛿𝑌, Σ(∆Y) = 0

2.11 Kordinat Poligon

Menghitung kordinat poligon maka dapat menggunakan pesamaan rumus

sebagai berikut :

∆𝑋 = 𝑋𝑜 + 𝐾𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑋

∆𝑌 = 𝑌𝑜 + 𝐾𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑌
2.11 Luas Poligon

Menghitung luas poligon maka dapat menggunakan pesamaan rumus

sebagai berikut :

𝛴𝑋𝑛 ∗ 𝑌𝑛+1− 𝛴𝑋𝑛∗ 𝑌𝑛


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑜𝑙𝑖𝑔𝑜𝑛 =
2
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum geomatika ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 november 2019,

pukul 08.00 wita – selesai.

Sedangkan tempat pelaksanaan praktikum ini di Fakultas Kehutanan

Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Theodolit

2. Mistar ukur

3. Meteran roll

4. Kalkulator

5. Payung

6. Alat tulis menulis.

3.3 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Tali rafia

2. Tallysheet
3. Patok kayu.

3.4 Prosedur Kerja

1. Melakukan pengukuran poligon dengan titik ikat tepat berada diatas areal.

2. Menentukan patok/titik ikat (statik).

3. Mengenal bagian-bagian pesawat Theodolit.

4. Memperhatikan dengan seksama dari bagian bagian pesawat tersebut dan

sesuikan denagn spesifikasinya untuk mengingat nama-nama dari bagian

tersebut.

5. Memperhatikan dan mengikuti penjelasan dari asisten perihal bagian-

bagian pesawat theodolit.

6. Menyetel pesawat theodolit, memeriksa sumbu dan garis bidik sumbu.

7. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A dan B, kemudian

dengan dua sekup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan ditengah-

tengah.

8. Putar nivo 180𝑜 dengan sumbi I sebagai sumbu putar.

9. Putar nivo 90𝑜 dengan sumbi I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo

ditengahkan dan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus

pada dua garis jurusan yang mendatar akan letak vertikal.


10. Putar nivo 90𝑜 dengan sumbi I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo

ditengahkan.

11. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo diputar kesemua jurusan gelembung

tetap ditengah.

12. Tempatkan dan stel pesawat 5 m dimuka suatu dinding (Tembok) yang

terang. Sumbu I dianggap sudah baik.

13. Dengan menggunakan unting pada dinding dibuat titik p vertikal diatas T

yang tingginya dua kali tinggi titik.

14. Pada titik P dan Q dipasang kertas millimeter atau kertas skala mendatar

sedemikian rupa sehingga titik 0 berimpit dengan titi P dan Q.

15. Bidik teropong ke titik T dan putar teropong keatas denagn sumbu II

sebagai sumbu putar.

16. Pembacaan skala lingkaran.

17. tempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A). Dan steel hingga

siap untuk melakukan pengukuran.

18. Arahkan teropong pada titik yang sudah ditentukan, benang silang tepat

pada paku titik B.

19. Jika paku titik tidak kelihatan, dirikan yalon diatas paku tititk B, benang

silang tepatkan diatas yalon.


20. Dengan pesawat theodolit yang dilengkapi kompas, buka kunci atau

sekrup kompas hingga skala lingkaran bergerak, dan biarkan sampai diam

kembali. Kemudian tutup kunci/sekrup kompas, maka skala lingkaran

menunjukkan arah utara magnetis.

21. Baca sudut ukuran yang telah ditentukan misalnya B ( α AB ), = 15𝑜 04’,

lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik-titik yang lain (N) dan tentukan

sudut-sudutnya.

3.5 Gambar Theodolit


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pengukuran

Ptk Target Sudut Sudut Vertikal Rambu


Ba-
Horizontal Jarak
Bb
o ‘ ‘’ o ‘ ‘’ ba bt bb
200-
P0 292 09 45 90 00 00 200 178 22
178
P1
104-
P2 131 43 20 90 00 00 104 82 22
82
173-
P1 182 58 15 90 00 00 173 151 22
151
P2
182-
P3 61 00 20 90 00 00 182 160 22
160
119-
P2 353 37 25 90 00 00 119 97 22
97
P3
216-
P4 183 01 55 90 00 00 216 194 22
194
79-
P3 165 14 00 90 00 00 79 57 22
57
P4
241-
P5 30 06 30 90 00 00 241 219 22
219
40-
P4 7 37 25 90 00 00 40 18 22
18
P5
185-
P6 266 30 40 90 00 00 185 163 22
163
91-
P5 86 26 15 90 00 00 91 69 22
69
P6
172-
P7 266 35 25 90 00 00 172 150 22
150
147-
P6 21 08 30 90 00 00 147 125 22
125
P7
32-
P8 259 51 25 90 00 00 32 10 22
10
291-
P7 354 14 50 90 00 00 291 269 22
269
P8
96-
P0 185 24 40 90 00 00 96 74 22
74
224-
P8 4 21 05 90 00 00 224 202 22
202
P0
100-
P1 261 25 30 90 00 00 100 78 22
78
4.1.2 Perhitungan

4.1.2.1 Menghitung Sudut horizontal

5.1.1 Menghitung Sudut Terkoreksi

Sudut Terkoreksi = Sudut Horizontal + Koreksi Sudut

P1 = 1990 33’ 35” + 00 46’ 53,37”

= 1990 46’ 28,37”

P2 = 2380 2’ 5” + 00 15’ 22,47’’

= 2380 17’ 27,37”

P3 = 1890 24’ 30” + 00 12’ 14,03”

= 1890 36’ 44,03’’

P4 = 2240 52’ 30” + 00 7’ 31,48”

= 2250 7’ 1,48”

P5 = 2580 53’ 15” + 00 16’ 43,29”

= 2590 20’ 58,29”

P6 = 1800 9’ 10” + 00 11’ 38,16”

= 1800 20’ 48,16”

P7 = 2380 42’ 55” + 00 15’ 25,11”

= 2380 58’ 20,11”

P8 = 1910 9’ 50” + 00 12’ 20,83”

= 1910 22’ 10,83”

P0 = 2570 4’ 25” + 00 16’ 36,26”

= 2570 21’ 1,26”


+
19800 0’ 0”
5.1.2 Menghitung Sudut Asimut (α),

Asimuth (α) = α awal + sudut terkoreksi

Jika ; nilainya > 3600, di kurang 3600 ,

nilainya negatif, di tambah 3600

(α) awal = 190 13’ 26’’

P1 = 190 13’ 26” + 1990 46’ 28 ,37” - 1800

= 380 59’ 54, 37”

P2 = 380 59” 45,37” + 2380 17’ 27,47” - 1800

= 970 17’ 21,84”

P3 = 970 17’ 21,84” + 1890 17’ 44,03” - 1800

= 1060 59’ 5,87”

P4 = 1060 54’ 5,87” + 2250 7’ 1,48” - 1800

= 1520 1’ 7,35”

P5 = 1520 1’ 3,73” + 2590 9’ 58,29” - 1800

= 2310 11’ 5,64”

P6 = 2310 11’ 5,64” + 1800 20’ 48,76” - 1800

= 2310 31’ 53,80”

P7 = 2310 31’ 53,80” + 2380 58’ 1,26” - 1800

= 2900 30’ 13,91”

P8 = 2900 30’ 13,91” + 1910 22’10,83” - 1800


= 3010 52’ 24,74”

P0 = 3010 52’ 24,74” + 2570 21’ 1,26 - 1800

= 3790 13’ 26” – 3600

= 190 13’ 26”

(α) akhir = 190 13’ 26’’

(α) awal = (α) akhir

5.1.3 Menghitung Jarak Optis ( D ).

Jarak Datar Optis = ( Ba - Bb) 100 (Sin 900)2

P1 = (104-82) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

P2 = (182-160) 100 (Sin 900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

P3 = (216-194) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

P4 = (241-219) 100 (Sin 900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22 m

P5 = (185-163) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m


P6 = (172-150) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

P7 = (32-10) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

P8 = (96-74) 100 (Sin900)2 = (22) 100 (1) = 2200 cm = 22m

5.1.4 Menghitung Selisih Koordinat X dan Y.

a. Selisih Koordinat ∆X

∆X = Jarak Datar + Sin α

P1 = 22 x Sin 380 59’54,37”


= 13,8445

P2 = 22 x Sin 970 17’ 21,84”

= 21,8221

P3 = 24 x Sin 1060 54’ 5,84”

= 21,0497

P4 = 22 x Sin1520 1’ 7,35”

= 10,3220

P5 = 20 x Sin 2310 11’ 5,64”


= -17,1418

P6 = 20 x Sin 2310 31’ 53,80”


= -17,2249
P7 = 20 x Sin 2900 30’ 13,91”
= -20,6062
P8 = 20 x Sin 3010 52’ 24,74”
= -18,6827

P0 = 20 x Sin 3790 13’ 26”


= 7,2437

∆X = 0,6264

∑│∆X│ = 147,9376

b. Selisih Koordinat ∆Y

∆Y = Jarak Datar optis + Cos α

P1 = 22 x Cos 380 59’ 54,37”


= 17,0975

P2 = 22 x Cos 970 17’ 21,84”

= -2,7913

P3 = 24 x Cos 1060 54’ 5,84”

= -6,3960

P4 = 22 x Cos 1520 1’ 7,35”

= -19,4282
P5 = 20 x Cos 2310 11’ 5,64”
= -13,7897
P6 = 20 x Cos 2310 31’ 53,80”
= -13,6858
P7 = 20 x Cos 2900 30’ 13,91”
= 7,7060

P8 = 20 x Cos 2900 52’ 24,74”


= 11,6170

P0 = 20 x Cos 3790 13’ 26”


= 20,7732

∆Y = 1,1027

∑│∆Y│ = 113,2847

5.1.5 Menghitung Koreksi Koordinat X dan Y.

a. Koreksi koordinat X

∑∆𝑋
𝛿Xn = - x ∆X
∑|∆𝑋|

P1 = -0,004234217 x 13,8445 = -0,0586

P2 = -0,004234217 x 21,8221 = -0,0924

P3 = -0,004234217 x 21,0497 = -0,0891


P4 = -0,004234217 x 10,3220 = -0,0437

P5 = -0,004234217 x 17,1418 = -0,0726

P6 = -0,004234217 x 17,2249 = -0,0729

P7 = -0,004234217 x 20,6062 = -0,0873

P8 = -0,004234217 x 18,6827 = -0,0791

P0 = -0,004234217 x 7,2437 = -0,0307

∑𝜹Xn = -0,6264

b. Koreksi koordinat Y.

∑∆𝑌
𝛿yn = - x ∆Y
∑|∆𝑌|

P1 = -0,009733900 x 17,0975 = -0,1664

P2 = -0,009733900 x 2,7913 = -0,0272


P3 = -0,009733900 x 6,3960 = -0,0623
P4 = -0,009733900 x 19,4282 = -0,1891
P5 = -0,009733900 x 13,7897 = -0,1342
P6 = -0,009733900 x 13,6858 = -0,1332
P7 = -0,009733900 x 7,7060 = -0,0750
P8 = -0,009733900 x 11,6170 = -0,1131
P0 = -0,009733900 x 20,7732 = -0,2022

∑ 𝜹Yn = -1,1027

5.1.6 Menghitung Selisih koordinat terkoreksi X dan Y.

a. Absis terkoreksi (∆x)

(∆x) = ∆x + ðx

P1 = 13,8445 + -0,0586 = 13,7859

P2 = 21,8221 + -0,0924 = 21,7297

P3 = 21,0497 + -0,0891 = 20,9606

P4 = 10,3220 + -0,0437 = 10,2783

P5 = -17,1418 + -0,0726 = -17,2144

P6 = -17,2249 + -0,0729 = -17,2978

P7 = -20,6062 + -0,0873 = -20,6935

P8 = -18,6827 + -0,0791 = -18,7618

P0 = 7,2437 + 0,0307 = 7,2130

Jumlah (∆x ) = 0
b. Absis terkoreksi (∆Y)

(∆Y) = ∆Y + ðY

P1 = 17,0975 + -0,1664 = 16,9311

P2 = -2,7913 + -0,0272 = -2,8185

P3 = -6,3960 + -0,0623 = -6,4583

P4 = -19,4282 + -0,1891 = - 19,6173

P5 = -13,7897 + -0,1342 = -13,9239

P6 = -13,6858 + -0,1332 = -13,8190

P7 = 7,7060 + -0,0750 = 7,6310

P8 = 11,6170 + -0,1131 = 11,5039

P0 = 20,7732 + -0,20220 = 20,5710

Jumlah (∆Y) = 0

5.1.7 Menghitung Koordinat Poligon

a. Koordinat Poligon X

X = Xb + koordinat terkoreksi X

P1 = 86 + 13,785 = 99,7859

P2 = 99,7859 + 21,7297 = 121,5156


P3 = 121,5156 + 20,9606 = 142,4762

P4 = 142,4762 + 10,2783 = 152,7545

P5 = 152,7545 + (-17,2144) = 135,5401

P6 = 135,5401 + (-17,2978) = 118,2423

P7 = 118,2423 + (-20,6935) = 97,5488

P8 = 97,5488 + (-18,7618) = 78,7870

P0 = 78,7870 + 7,2130 = 86

b. Koordinat Poligon Y

Y = Yb + koordinat terkoreksi Y

P1 = 86 + 16,9311 = 102,9311

P2 = 102,9311 + (-2,8185) = 100,1126

P3 = 100,1126 + (-6,4583) = 93,6543

P4 = 93,6543 + (-19,6183) = 74,0370

P5 = 74,0370 + (-13,9239) = 60,1131

P6 = 60,1131 + (-13,8190) = 46,2941

P7 = 46,2941 + 7,6310 = 53,9251

P8 = 53,9251 + 11,5039 = 65,4290

P0 = 65,4290 + 20,5710 = 86

5.1.8 Menghitung Luas Poligon


2 Luas = ∑xn*Yn+1 - ∑xn+1*Yn

Luas = ∑xn*Yn+1 - ∑xn+1*Yn

2
Tabel 3. Tabel Hasil poligon X dan Y

PATOK X Y

P0 86 86

P1 99,7859 102,9311

P2 121,5156 100,1126

P3 142,4762 93,6543

P4 152,7545 74,0370

P5 135,5401 60,1131

P6 118,2423 46,2941

P7 97,5488 53,9251

P8 78,7870 65,4290

P0 86 86

Tabel 4. Tabel Menghitung Luas Polygon

PATOK X Y Xn * Yn + 1 Xn +1 * Yn

P0 86 86

8852,0746 8581,5874

P1 99,7859 102,9311
9989,8258 12507,7374

P2 121,5156 100,1126

11380,4584 14263,6628

P3 142,4762 93,6543

10548,5104 14306,1157

P4 152,7545 74,0370

9182,5465 10034,9823

P5 135,5401 60,1131

6274,7069 7107,9112

P6 118,2423 46,2941

6376,2278 4515,9339

P7 97,5488 53,9251

6382,5243 4248,5968

P8 78,7870 65,4290

6775,6820 5626,8940

P0 86 86

∑ 75762,5567 81193,4215

2 Luas = ∑xn*Yn+1 - ∑xn+1*Yn

Luas = ∑xn*Yn+1 - ∑xn+1*Yn

= 75762,5567 + 81193,4215

= -5430,8848
2

= -2715,4324 m
ahmad muhajir, 2017. GEOMATIKA. geomatika. URL

https://belajargeomatika.wordpress.com/2017/11/30/definisi-geomatika/ (accessed

11.27.19).

ahmad saifudin, 2016. pesawat theodolit. geoteknik. URL

https://www.belajarsipil.com/category/geoteknik/ (accessed 11.27.19).

ambara, ara, 2018. pengukuran jarak optis. Acad. Edu. URL

https://www.academia.edu/14725705/BAB_VII_PENGUKURAN_JARA

K_OPTIS (accessed 11.29.19).

fitri herdiyanty, 2017. theodolit. Fitriherdiyantys Blog. URL

https://fitriherdiyanti.wordpress.com/2017/02/25/theodolite/

muhammad daffa shidqi, 2018. laporan theodolit (laporan ilmiah No. 22), laporan

theodolit. universitas islam bandung, bandung.

nabila afadah, 2017. uji akurasi I-ZUN DIAL dalam penentuan arah kiblat dengan

parameter theodolit. universitas islam negeri maulana malik ibrahim

malang, malang.

oktavia, nur, 2016. pengukuran sudut Horizontal. Acad. Edu. URL

https://www.academia.edu/8825303/Mengukur_Sudut_Horisontal_dan_Jar

ak_Mendatar_dengan_Waterpass (accessed 11.29.19).

pandu restu, 2015. geomatika. Geomat. Surv. URL

http://geomaticsandsurveying.blogspot.com/2015/09/geomatika.html

Rudianto, B., Azwar, R.F., 2018. Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik

Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan

Skala Besar 01, 12.


teguh anggi, 2015. pengukuran theodolit. Teguh Anggi Sipil. URL

http://teguhanggi.my.id/2015/05/08/fungsi-theodolite/ (accessed 11.27.19).

Teknik Sipil Indonesia, 2015. pengukuran sudut asimuth. Ilmu Tek. Sipil Indones.

URL https://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2015/09/pengertian-

sudut-azimuth-jurusan-koordinat-poligon.html (accessed 11.29.19).

Anda mungkin juga menyukai