Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HOME VISITE

PADA KELUARGA Nn. SK GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:


HALUSINASI PENDENGARAN DAN KETIDAKPATUHAN
MINUM OBAT DI BATANGGEDE TAMBAKREJO,
TEMPEL, SLEMAN, YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Inge Velysta Resly (1820206004)
Susilowati Sagiyo (1820206018)
Umi Salam Ade (1820206025)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN HASIL TERAPI KELUARGA

A. Latar belakang
Terapi keluarga adalah suatu cabang ilmu konseling yang relatif baru. Muncul
sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan
oleh Sigmund Freud.Suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar
manusia (Stuart & Sudden).
Pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa dapat
dipandang dari berbagai segi. Pertama keluarga merupakan tempat dimana individu
memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan
institusi pendidikan pertama dan utama bagi individu untuk belajar dan
mengembangkan keyakinan, sikap, nilai dan perilaku.
Kedua, jika keluarga dipandang sebagai satu sistem, maka gangguan yang
terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem. Sebaliknya,
disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan
psikologis pada anggota keluarga.
Ketiga, berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan merupakan tempat klien
seumur hidup, namun hanya fasilitas yang membantu klien dan keluarga dalam
mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi
berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif.
Keempat, dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor
penyebab kekambuhan gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara
menangani perilau klien dirumah, dan kurang faham dengan penanganan yang harus
dilakukan ketika pasien mengalami gejala atau tanda tanda kekambuhan.
Dari keempat pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan
penting dalam peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian/
penyembuahan kembali setiap klien. Seorang psikoterapi dari Amerika Serikat yaitu
Virginia Satir, mencoba menghadirkan anggota keluarga yang lain, bahwa klien yang
sedang dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota lain. Jadi didalam
terapi anggota, yang hadir tidak hanya individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga
anggota keluarga lainnya (yang mungkin menganggap dirinya tidak bermasalah).
Dalam Family Systems Therapy oleh Murray Bowen. Bowen percaya bahwa
keluarga mempunyai pengaruh sangat besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap
hidup kita. Setiap kali kita masuk dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang ada
dalam keluarga kita mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished
business dalam hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi
Bowen adalah peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh
Salvador Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur
keluarga. Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki. Model ini
sangat populer di tahun 1970-an.
B. Kondisi klien
Klien bernama Nn. SK umur 50 tahun, klien masuk RS Grhasia tanggal 27
Agustus 2019 dengan alasan klien mengamuk dan marah-marah karena mendengar
suara-suara dan pasien merasa jengkel, klien juga mengalami putus obat ± 1 tahun
terakhir. Saat dilakukan pengkajian tanggal 2 September 2019 klien mengatakan
kadang mendengar suara orang mengobrol saat malam hari. Kondisi klien saat ini
sangat baik dan sehat secara fisik, kooperatif serta koheren. Diagnosa yang diperoleh
adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan ketidakpatuhan
minum obat
C. Keluarga
Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Klien tinggal bersama
ibunya. Dari keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Dulu klien pernah
bekerja di sebuah perusahaan boneka bagian menjahit. Mereka dituntut bekerja untuk
mencapai target lebih dari 100 buah baju boneka dalam 1 jam, jika tidak mencukupi
target maka diharuskan lembur. Diduga karena tekanan pekerjaan klien menjadi stress
dan mulai muncul halusinasi sehingga keluarga memutuskan untuk menjemput klien
dan berhenti dari pekerjaannya. Klien pernah di rawat d Magelang dan RSJ Grhasia.
Klien terakhir di rawat di Ghrasia ± 3 tahun yang lalu dan riwayat putus obat ± 1
tahun yang lalu
D. Diagnosa keperawatan keluarga.
1. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan gangguan presepsi sensori:
halusinasi pendengaran
DS: kakak klien mengatakan Nn. SK marah-marah dan melempar barang-barang
karena mendengar suara-suara yang membuatnya jengkel.
DO: awal pasien mengalamai gangguan kakak klien Dn istrina terlihat bingung,
dan tidak tahu harus bagaimana dalam menangani klien.
2. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakpatuhan minum obat
DS: kakak klien mengatakan dirumah klien tidak mau minum obat sama sekali
DO: ini adalah alasan awal klien dibawa ke RSJ Ghrasia untuk rawat inap karena
dirumah tidak mau minum obat ± 1 tahun sehingga muncul halusinasi.
E. Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai
tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit, persiapan
pulang dan perawatan waktu dirumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik,
kualitas dan efektivitas peran serta keluarga dalam upaya peningkatan peran serta
dalam perawatan klien dengan gangguan jiwa dalam hal ini Nn. SK dan keluarga
bertujuan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan khusus
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan jiwa pada Nn. SK
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat Nn. SK dengan gangguan
jiwa
c. Keluarga dapat merawat dan memberikan asuhan kepada klien Nn. SK dengan
gangguan jiwa sesuai kebutuhan klien selama dirumah
d. Keluarga dapat memahami keadaan atau permasalahan yang dimiliki klien Nn.
SK
e. Keluarga dapat memotivasi klien Nn. SK untuk hidup nyaman dan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan
f. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat klien Nn. SK
g. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada seperti
puskesmas, dan RSJ untuk merawat klien Nn. SK
F. Sasaran
Keluarga Nn. SK
G. Manfaat
1. Bagi keluarga
a. Terjalin kerjasama yang baik antar perawat/ petugas dengan keluarga.
b. Keluarga mampu untuk mengungkapkan perasaan sehubungan dengan kondisi
klien.
c. Keluarga mampu memberi dukungan moral yang tepat bagi klien.
d. Keluarga memahami, mengetahui keadaan klien dan mengetahui bagaimana
cara merawat klien dirumah.
e. Keluarga mampu membimbing klien untuk mentaati aturan berobat secara
teratur dan minum obat secara teratur.
2. Bagi perawat
a. Terbina hubungan saling percaya antara keluarga dan tenaga kesehatan
b. Perawat mampu mengamati sikap keluarga terhadap klien
c. Terbina komunikasi terapeutik untuk mencapai kesembuhan klien
d. Perawat mampu memberikan dorongan dan motivsi kepada keluarga
H. Metode
Wawancara dan tanya jawab
I. Alat bantu
Leaflet tentang halusinasi dan peran keluarga untuk mencegah kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa
J. Kontrak waktu
Hari : Rabu, 04 September 2019
Waktu : 16.00-17.00 WIB
Tempat : Batanggede 01/11, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta
K. Strategi pelaksanaan
1. Fase Pra interaksi
a. Perawat mempersiapkan pengkajian pada keluarga klien
b. Perawat menggunakan teknik komunikasi pada keluarga klien
c. Perawat menyiapkan mental dan fisik
d. Perawat menyiapkan diri untuk melakukan terapi keluarga dan berkunjung
kerumah klien Nn. SK
e. Membuat janji untuk pertemuan kepada keluarga.
2. Fase orientasi
a. Datang kerumah klien
b. Menemui anggota keluarga klien
c. Memberi salam terapeutik
d. Memperkenalkan diri
e. Menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan keluarga
f. Menyampaikan kontrak waktu dan menanyakan kesediaan keluarga
3. Fase kerja
a. Menanyakan kepada keluarga keadaan klien sebelum dirawat dirumah sakit
b. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
terhadap apa yang dialami klien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang apa yang dialami klien
d. Menjelaskan tentang konsep gangguan yang dialami klien
e. Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur bagi klien
f. Memberikan reinforcement positif bila keluarga telah merawat klien dengan
benar.
g. Menyampaikan perkembangan klien selama dirawat.
h. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
i. Menjelaskan pentingnya dukungan keluarga untuk merawat klien.
4. Fase terminasi
a. Mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan dengan keluarga.
b. Memberikan reinforcement positif bila keluarga berhasil menjelaskan dengan
benar.
c. Menanyakan kebutuhan tindak lanjut.
d. Salam terapeutik.
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
A. Identitas Keluarga.
Ibu Kakak
Nama : Ny. J Nama: Bp. J
Umur : 70 thn Umur : 54 thn
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Agama : Islam Agama : Islam
Pekrjaan : tidak bekerja Pekrjaan : PNS
Penyakit diderita : tidak ada Penyakit yg diderita : -

B. Kondisi keluarga
1. Keadaan geografis.
Klien tinggal bersama ibu kandungnya. Kedaan rumah sederhana, lantai
semen, dinding rumah permanen, penerangan cukup. Keadaan ekonomi cukup.
2. Kondisi Bio-Psikososial-Spiritual.
Ny. J adalah seorang lansia, secara fisik dalam keadaan sehat, namun
secara psikologis merasa sangat sedih dengan keadaan anaknya dan Tn. J
hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesembuhan adiknya harapan yang ada
pada Tn. J adalah adiknya sembuh dan dapat kembali seperti manusia normal
kembali. Secara spiritual Tn. J melaksanakan ibadah sesuai tuntunan islam
dengan solat lima waktu dan Tn. J merasa tidak ada masalah hubungan
tetangganya dan merasa bahwa semua tetangganya baik kepadanya dengan
memberikan dukungan.
Ny. J secara fisik juga dalam keadaan sehat, namun secara psikologis juga
sangat memikirkan keadaan anaknya. Ny. J Juga hanya bisa pasrah agar Nn.
SK dapat segera sembuh dan bisa hidup normal. Ny. T juga melaksanakan
ibadah sesuai tuntunan agama islam. Ny. T hanya menginginkan Nn. SK
dapat patuh minum obat dan teratur control.
3. Interaksi Antar Angota Keluarga.
Nn. SK tinggal bersama ibunya, sementara rumah Tn. J dan istrinya
berada tepat di samping rumah klien. Ny. J merasa sangat sayang dengan Nn.
SK, sewaktu dirumah Ny. J, Tn. J dan istrinya selalu berusaha memperhatikan
dan memenuhi kebutuhannya.
4. Terapi Keluarga.
Terapi yang dilakukan adalah:
Mengenalkan masalah yang dialami oleh Nn. SK ”Bahwa Nn. SK
mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran ”
Memberikan penjelasan bagaimana seharusnya pencegahan dan penangan
yang dilakukan ”Membantu mengontrol halusinasi dengan memberikan
aktifitas (memberikan jadwal kegiatan untuk aktifitas), berusaha untuk
menjadi teman agar ada teman berbicara untuk Nn. SK (bersosialisasi) dan
menegaskan dalam pendampingan minum obat pasien untuk meminimalkan
kekambuhan.
5. Respon Keluarga Tehadap Pengenalan Masalah dan Terapi.
Ibu dari Nn. SK merasa sedih dan khawatir namun hanya bisa pasrah
terhadap kehendak-Nya. Tn, J mengatakan sudah mengerti dengan apa yang
dialami oleh Nn. SK yaitu halusinasi dan tidak patuh minum obat, keluarga
akan mencoba untuk memberi perhatian, memberikan aktifitas/ kesibukan agar
Nn. SK mau berkerja dirumah membantu keluarga dan melakukan
pengawasan dan pemberian obat dalam penyembuhan adiknya dan melakukan
kontrol sesuai jadwal yang diberikan.
C. Diagnosa
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran pada Nn. SK yang ditandai dengan proses minum obat
tidak teratur
D. Tujuan khusus
1. Keluarga mampu mengenal jenis gangguan jiwa pasien
2. Keluarga mampu menjelaskan gejala yang menyertai serta masalah/efek yang
dapat terjadi
3. Keluarga mampu merawat klien dirumah dengan perilaku klien selama
dirumah
E. Waktu pelaksanaan kunjungan rumah
Hari : Rabu, 04 September 2019
Waktu : 16.00-17.00 WIB
Tempat : Batanggede 01/11, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta
F. Fase orientasi
Mahasiswa : Assalamualaikum. Selamat sore pak.....
Keluarga : Waalaikumsalam. Iya sore mba.....ada apa ya?
Mahasiswa : Begini bapak, perkenalkan kami dari mahasiswa profesi
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH Yogyakarta yang praktek di RS
Grhasia Yogyakarta
Keluarga : Oh..begitu, mari duduk”.
Mahasiswa : Maksud kedatangan kita kemari adalah untuk mengetahui
sebab Nn. SK dibawa kerumah sakit Grhasia dan
menyampaikan perkembangannya di RS Grhasia, kita
membutuhkan waktu 60 menit, apakah bapak dan ibu bersedia?
Keluarga : Ya mbak saya bersedia sekali, saya senang sekali atas
kehadiran mbak
G. Fase kerja
Mahasiswa : Maaf pak.....kalau boleh tahu sebenarnya keadaan Nn. SK
sebelum dibawa ke RS Grhasia gimana ya?
Keluarga : Begini mas, keadaan klien sebelum dibawa ke RS Grhasia
klien suka marah-marah dan membanting barang karena
mendengar suara yang membuatnya jengkel. Klien juga tidak
mau minum obat, setelah tidak teratur minum obat pasien
menjadi sering mendengar suara-suara. Sebelum semua terjadi
seperti ini, dulu Nn. SK bekerja di perusahan boneka dan
mereka dituntut untuk mencapai target dalam waktu yang
singkat, serta hasil kerja mereka dinikmati perusahaan sehingga
klien mungkin stress dan mulai menunjukkan gejala gangguan
jiwa seperti halusinasi.
Mahasiswa : Oh seperti itu Pak ceritanya.
Mahasiswa : Sekarang keadaan klien sudah cukup bagus, halusinasinya
sudah berkurang dan tidak marah-marah lagi. Klien sudah mau
bekerja seperti mencuci piring, merapikan tempat tidur. Klien
juga menitip salam rindu untuk keluarga dan minta dijenguk.
Keluarga : Ya Alhamdulilah kalau Nn. SK sudah lebih baik dan kami
juga berencana untuk menjenguknya karena dari rumah sakit
kan memang belum bisa di jenguk Selma 1 minggu
Mahasiswa : Alhamdulilah pak Nn. SK di Rumah Sakit sudah baik dan
menunjukkan perilaku yang positif. Mau minum obat sendiri,
dan sudah menyadari bahwa obat sangat penting bagi
kesembuhannya pak/ bu.
Mahasiswa : Baik bapak/ibu, akan tetapi kedatangan kesini untuk
memberikan informasi terlebih dahulu, bukan berarti memaksa
mendeskiminasi sdr. MD
Keluarga : Oh ya bu kalau begitu, , , ,!
Mahasiswa : Oh ya pak/bu , saya mau menanyakan sedikit bagaimana
Selama ini respon bapak dan keluarga kalau sdr. MD lebih suka
berbicara sendiri dan melamun?
Keluarga : Selama ini kami selalu mengajaknya ngobrol, mengajaknya
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya mbak. Kadang
nurut kadang juga tidak mau melakukan apa-apa, kami diamkan
dulu terus nanti kita ajak bicara lagi. Dan untuk masalah minum
obat keluarga juga selalu mengingatkan, selalu menunggui sdr.
MD waktu minum obatnya, kalau tidak ya cuman diberitahu
disuruh minum obat aja.
Mahasiswa : “Baik sudah bagus bapak dan keluarga mengajak sdr. MD
untuk ngobrol karena jika sdr. MD dibiarkan sendiri maka nanti
akan semakin larut dalam masalahnya dan hubungan interaksi
sosialnya dengan orang lain juga kurang. Terus lakukan
interaksi dengan sdr. MD, saya mohon untuk minum obat sekali
lagi agar tetap selalu diawasi dan dipastikan sdr. MD patuh
minum. Jika obat yang diberikan tidak diminum dengan teratur
maka kemungkinan terburuknya adalah terjadi kekambuhan
yang berulang pak. Dan sdr. MD selalu dimotivasi untuk
beberapa kegiatan dan selalu diberikan support secara mental
juga spiritual untuk memantapkan keyakinannya dalam
kehidupan. Dan jangan lupa keluarga harus selalu
memperhatikan keadaan sdr. MD apabila sdr. MD menunjukkan
salah satu perilaku yang merupakan tanda tanda kekambuhan
maka saya sarankan keluarga melakukan pendekatan yang
intensif dan segera dibawa kepelayanan kesehatan setempat
seperti ke puskesmas terdekat. Agar permasalahan yang terjadi
segera dapat ditangani dengan cepat dan tepat. dan tidak terjadi
sesuatu yang tidak kita inginkan ataupun kembali masuk ke
Rumah Sakit Jiwa lagi.
Keluarga :Iya mbak nanti saya coba terapkan
Mahasiswa : Oh iya Pak/bu , saya menekankan kembali ya untuk minum
obatnya jangan lupa diminumkan secara teratur, karena kalau
putus obat biasanya pengobatannya harus dari awal lagi, begitu
ya, pak bu...
Keluarga : Iya mbak. . .’. Kami sekeluarga akan selalu mengingat pesan
yang mbak dan ibu sampaikan. Saya ucapkan terima kasih ya. .
. .!
H. Fase terminasi
Mahasiswa :Baiklah bu/pak....,saya rasa saya cukupkan sekian tapi
sebelumnya saya ingatkan kembali kalau klien pulang jangan
lupa minum obat teratur dan kontrol rutin sebelum obatnya
habis. Satu lagi yang penting diskusikan jadwal klien untuk
beraktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam. Dan juga
selalu damping sdr. MD untuk beberapa kegiatan dan di rumah,
juga selalu berikan motivasi secara mental maupun spiritual,
juga jadikan keluarga sebagai teman yang paling dekat untuk
berbagi dan memotivasi disaat sdr. MD
Keluarga : Iya bu, mbk… saya akan coba lakukan demi kebaikan sdr.
MD saya nantinya.
Mahasiswa : Apabila kami dalam berkunjung banyak kesalahan dalam kata
dan sikap kami mohon maaf pada keluarga.
Keluarga : Iya mbak kami sekeluarga juga bila ada salah mohon
dimaafkan juga mbak, bu
Mahasiswa : Kalau begitu kami permisi dulu nggih pak/bu.
Assalamualaikum..
Keluarga : Waalaikumsalam, terima kasih sudah memberikan informasi
tentang anak saya dan berkenan berkunjung jauh jauh kerumah
kami.
Mahasiswa : nggih pak sama sama. Mari!
I. Implementasi hasil kunjungan rumah
Tanggal/jam Implementasi Evaluasi
Sabtu, 17 a. Membina hubungan saling Sabtu, 17 agustus 2019
agustus percaya Jam 17.00 wib
2019  Mengucapkan salam S:
Jam 16.00  Memperkenalkan diri dengan
 Keluarga mengatakan
sopan mengerti penyebab, tanda dan
 Menanyakan nama keluarga gejala serta cara merawat
 Membuat klien saat di rumah.
kontrak/persetujuan 
pertemuan O:
 Menerapkan teknik  Keluarga dapat
komunikasi terapeutik menerima mahasiswa
b. Mengenal pada keluarga dengan baik
masalah gangguan proses pikir :  Keluarga mampu
waham mengetahui masalah dan
 Pengertian,penyebab, tanda cara merawat Sdr. MD
dan gejala dan jenis waham
serta proses terjadinya. A:
c. Membantu keluarga  Koping keluarga tidak
memutuskan tindakan efektif teratasi sebagian
 Menganjurkan keluarga
untuk berdiskusi dengan P:
klien dalam pembuatan  Lakukan kerja sama
jadwal dengan keluarga
 Jangan membiarkan klien untuk mengatasi
sendirian masalah klien
d. Menjelaskan pada keluarga efek  Menekankan
samping/akibat berhenti minum pengawasan minum
obat. obat untuk klien.
e. Menekankan agar pasien dapat  Menekankan dan
tetap minum obat secara teratur mengevaluasi
dan keluarga menjadi PMO. keefektifan keluarga
f. Menjelaskan pada keluarga dalam menjadi
untuk kontrol sebelum obat pengawas minum obat
habis. klien.
g. Mengevaluasi kemampuan
keluarga selama interaksi.
h. Rencana tindak lanjut
 Mengingatkan keluarga
dalam merawat klien jika
pulang
 Mengingatkan keluarga untuk
melakukan kontrol rutin
i. Melakukan terminasi
 Mengakhiri pertemuan
 Berpamitan
 Mengucapkan salam

Kesimpulan :
Keluarga Sdr. MD adalah keluarga secara ekonomi berkecukupan dan penghasilan
didapatkan kelurga dari bekerja sebagai PNS dan bekerja wiraswasta.
Keluarga Sdr. MD telah mengerti terhadap apa yang dialami Sdr. MD dan terapi yang
diberikan dan akan mencoba untuk melakukannya.
Keluarga Sdr. MD telah mengerti terhadap apa yang dialami Sdr. MD dan akan
menekankan pada kepatuhan minum obat agar tidak kambuh lagi.
RTL : Menganjurkan kepada keluarga serta Memberikan bimbingan dan jadwal
kegiatan sesuai kemampuan Sdr. MD, seperti: Merekomendasikan untuk melibatkan
Sdr. MD untuk melakukan kegiatan rumah misal menyapu halaman untuk kesibukan
dirumah atau menjaga tokoh. Atau dengan berolahraga, jika sudah pulang nanti. Dan
menekankan agar Sdr. MD agar tetap patuh dalam mengkonsumsi obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Handout Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II. Stikes ‘Aisyiyah :
Yogyakarta
Keliat, Budi Ana. 2005. MODUL Basic Course Community Mental Health Nursing.
Jakarta : FKIK UI dan WHO
Nurjannah, Intansari. 2004. Aplikasi Proses Keperawatan. MocoMedika: Yogyakarta
Suliswati, dkk. 2005. Kosep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suryani,dkk. 2010. Buku panduan praktikum keperawatan jiwa 2. Stikes ‘Aisyiyah :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai