Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GLAUKOMA

DI RUANG POLI MATA

RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh :

Nama : Eni Permatasari

NIM : P07120217056

Semester : V

Prodi : Diploma IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV

BANJARBARU

2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Eni Permatasari

NIM : P07120217056

JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN GLAUKOMA DI RUANG POLI MATA RSUD ULIN
BANJARMASIN

Banjarmasin, 22 November 2019

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Akhmad Rizani, S.Kep, M.Kes Efnita, Amk, SKM, MM


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN GLAUKOMA

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-
jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan

2. Klasifikasi Glaukoma
Klasifikasi glaukoma menurut Vaughan :
a. Glaukoma primer
 Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simplek)
 Glaukoma sudut tertutup
b. Glaukoma sekunder
 Karena perubahan lensa
 Kelainan uvea (uveitis anterior)
 Karena trauma mata
 Pemakaian kortikosteroid local dan lainnya
 Rubeosis iridis, sering terdapat pada DM dan oklusi vena centralis retina
 Akibat operasi, misalnya operasi katarak dengan prolaps retina
c. Glaukoma congenital
 Primer atau infantile
 Menyertai kelainan congenital lainnya, seperti aniridia, marfan sindrom, mikro
kornea / makro kornea
d. Glaukoma absolut, adalah fase akhir dari glaukoma tidak terkontrol (visus =
0, bola mata keras dan sering sakit kepala)

3. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.
Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

4. Manifetasi Klinis

1) Glaukoma primer
a) Glaukoma sudut terbuka

 Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas

 Perjalanan penyakit progresif lambat

b) Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya


 Pandangan kabur

 Sakit kepala

 Mual, muntah

 Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat

sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan

lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2) Glaukoma sekunder

 Pembesaran bola mata

 Gangguan lapang pandang

 Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongential

 Gangguan penglihatan

5. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos

humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat

keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi

didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.

Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh

peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera

occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang

seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia

menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan


biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus

dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen.

Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan

ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

6. Penatalaksanaan keperawatan

1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium
tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia
sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum
adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal


 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan
mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

7. Komplikasi
a. Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perajalanan progresif
dari glaukoma yang lebih parah
b. Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekianterior), sehingga menimbulkan sumbatan irreversibel sudut kamera anterior
dan menghambat aliran aqueous humor keluar
c. Katarak
Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan terjadi
gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.
d. Kerusakan saraf optik
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan
dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10 – 20 mmHg
sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan
terkadang dapat mencapai 50 – 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi
akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi.
e. Kebutaan
Kontrol tekanan intarokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya
nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.
8. Pathways

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Kurang


Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Kebutaan
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
c. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan
d. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
peningkatan tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
TIO keperawatan selama menentukan terapi
1 x 24 jam b. Pantau derajat nyeri b. Untuk
diharapakan nyeri mata setiap 30 mentit mengidentifikasi
hilang/ berkurang selama masa akut kemajuan atau
dengan Kriteria c. Pertahankan istirahat penyimpanan dari
Hasil: di tempat tidur dalam hasil yang
 Klien dapat ruangan yang tenang diharapkan.
mengidentifikasi dan gelap dengan c. Mengurangi
penyebab nyeri kepala ditinggikan rangsangan terhadap
 Klien 30° atau dalam posisi syaraf sensori dan
menyebutkan nyaman mengurangi TIO
faktor-faktor d. Berikan lingkungan d. Stress dan sinar
yang dapat yang nyaman menimbulkan TIO
meningkatkan e. Anjurkan tehnik yang mencetuskan
nyeri relaksasi. nyeri
 Klien mampu f. Kolaborasi tentang e. Keadaan rileks dapat
melakukan pemberian analgesic mengurangi nyeri.
tindakan untuk f. untuk mengurangi
mengurangi nyeri
nyeri.

2. Penurunan Setelah dilakukan a. Kaji dan catat a. Menentukan


persepsi tindakan ketajaman penglihatan kemampuan visual
sensori visual keperawatan selama b. Kaji tingkat deskripsi b. Memberikan
/ penglihatan 1 x 24 jam fugnsional terhadap keakuratan terhadap
b.d serabut diharapakan penglihatan dan penglihatan dan
saraf oleh peningkatan perwatan perawatan
karena persepsi sensori c. Sesuaikan lingkungan c. Meningkatkan self
peningkatan dapat berkurang dengan kemampuan care dan mengurangi
TIO dengan Kriteria penglihatan ketergantungan
Hasil: d. Kaji jumlah dan tipe d. Meningkatkan
 Klien dapat rangsangan yang dpat rangsangan pada
meneteskan obat diterima klien waktu kemampuan
mata dengan e. Observasi TTV penglihatabn menurun
benar f. Kolaborasi dengan tim e. Mengetahui kondisi
 Kooperatif medis dalam dan perkembangan
dalam tindakan pemberian terapi klien secara dini
 Menyadari f. Untuk mempercepat
hilangnya proses penyembuhan
pengelihatan
secara permanen
 Tidak terjadi
penurunan visus
lebih lanjut
3. Cemas b.d Setelah dilakukan a. Hati-hati penyampaian a. Jika klien belum siap
Penurunan tindakan hilangnya penglihtan akan menambah
ketajaman keperawatan selama secara permanen kecemasan
penglihatan, 1 x 24 jam b. Berikan kesempatan b. Mengekspresikan
Kurang diharapakan Cemas klien perasaan membantu
pengetahuan klien dapat mengekspresikan Kx mengidentifikasi
tentang berkurang dengan tentang kondisinya sumber cemas
prosedur Kriteria Hasil: c. Pertahankan kondisi c. Rileks dapat
pembedahan  Berkurangnya yang rileks menurunkan cemas
perasaan gugup d. Observasi TTV d. Untuk mengetahui
 Posisi tubuh TTV dan
rileks perkembangannya
 Mengungkapkan e. Dengan memberikan
pemahaman e. Siapkan bel ditempat perhatian akan
tentang rencana tidur dan instruksikan menambah
tindakan klien memberikan kepercayaan klien
tanda bila mohon
bantuan
f. Diharapkan dapat
f. Kolaborasi dengan tim
mempercepat proses
medis dalam
penyembuhan
pemberian terapi
4. Resiko cedera Setelah dilakukan a. Orietasikan klien a. Mengurangi
b/d penurunan tindakan terhadap lingkungan kecelakaan atau cidera
lapang keperawatan selama ketika tiba.
pandang 1 x 24 jam b. Lakukan modifikasi b. Menimalkan tingkat
diharapakan Klien lingkungan untuk cidera yang berasal
tidak mengalami meindahkan semua dari gangguan ini
cedera dengan bahaya: c. Mengurangi resiko
Kriteria Hasil:  Singkirkan terjatuh
rintangan pada
 Klien mampu
tempar lalu lalang d. Mempertahankan yang
mendemontrasi  Sungkirkan aman setelah pulang.
kan tentang gulungan dari kaki
kewaspadaan  Singkirkan
kecemasan barang-barang
 Klien meminta yang mungkin
bantuan petugas dapat mencederai
saat memenuhi klien.
kebutuhan. c. Serahkan benda-
benda termasuk bel
pemanggil, alat
bantu ambulasi
kepada klien
d. Bantu klien dan
keluarga
mengevaluasi
lingkungan rumah
terhadap bahaya
yang mungkin
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby


Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Intervention Classification (NIC).Missouri : Mosby
Nurarif, Amin Huda. 2017. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai