Anda di halaman 1dari 2

KESIMPULAN

Tn. Sekayawan, 42 tahun, menderita kanker nasofaring (KNF) akibat berbagai faktor. Salah
satunya adalah infeksi EBV dan faktor lingkungan yaitu kebiasaan mengkonsumsi terasi,
ikan asin, dan makanan awetan, dimana bahan-bahan makanan tersebut mengandung
nitrosamin. Nitrosamin merupakan zat karsinogenik yang dapat meningkatkan resiko terkena
kanker.

ANALISIS MASALAH

a. Bagaimana anatomi dan histologi nasofaring?

Jawab :

Nasofaring adalah suatu ruangan yang terletak di belakang cavum nasi yang
mempunyai atap, dinding posterior dan dinding lateral yang termasuk fosa
rosenmuller dan mukosa yang menutupi torus tubarius membentuk orifisium tuba
eustachius. Laring dibagi menjadi tiga regio yaitu supraglotik, glotik dan subglotik.
Hidung dan sinus paranasal terdiri dari cavum nasi mulai nares anterior hingga koana,
disertai juga sinus maksila, sinus etmoid, sinus frontal dan sinus sphenoid.

b. Bagaimana patologi anatomi dan patohistologi KNF?

Jawab :

Pada umumnya tumor ganas THT-KL ditemukan pada rongga mulut,


orofaring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Yang
termasuk rongga mulut adalah mukosa bukal, gusi, dasar mulut, palatum durum, dua
pertiga anterior lidah. Yang termasuk orofaring adalah dasar lidah, tonsil, palatum
mole, uvula, dinding posterior dan lateral faring (Forastiere & Marur, 2008).

Regio tumor ganas pada telinga dapat dijumpai pada daun telinga, liang
telinga luar dan telinga tengah serta tulang mastoid (Forastiere & Marur, 2008).
Davis & Welch (2006) dalam penelitiannya membagi lokasi tumor ganas THT-
KL menjadi 3 lokasi, yaitu lokasi pertama adalah tumor yang sulit terlihat yaitu
hidung dan sinus paranasal, laring, hipofaring, esophagus servikal; lokasi kedua
adalah tumor yang dapat terlihat yaitu orofaring dan rongga mulut; lokasi ketiga
adalah tumor yang dapat diraba yaitu tiroid, jaringan lunak, kelenjar getah bening,
tulang. Sedangkan Carvalvo et al (2002) dalam penelitiannya membagi lokasi tumor
ganas THT-KL menjadi 2 lokasi yaitu lokasi tumor yang dapat dilihat dengan
pemeriksaan THT biasa yaitu orofaring dan rongga mulut; lokasi kedua adalah lokasi
tumor yang hanya dapat dilihat dengan alat khusus yaitu laring dan hipofaring.

c. Bagaimana mekanisme mimisan dalam kasus?

Jawab :

Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh
sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau
mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan
seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah muda.

d. Bagaimana mekanisme hidung tersumbat dalam kasus?

Jawab :

Tumor juga dapat menyumbat muara tuba eustachius, sehingga pasien


mengeluhkan rasa penuh di telinga dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan.
Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi
kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran ( Roezin, Anida,
2007 dan National Cancer Institute, 2009), rasa berdenging kadang-kadang disertai
dengan gangguan pendengaran, radang telinga tengah sampai pecahnya gendang
telinga.

e. Bagaimana mekanisme sakit kepala dalam kasus?

Jawab :

Nyeri kepala hebat timbul karena peningkatan tekanan intrakranial, keluhan


ini dapat berupa sakit kepala hebat akibat penekanan tumor ke selaput otak

Anda mungkin juga menyukai