Anda di halaman 1dari 4

Ulasan Lengkap

Intisari:

Perbedaan antara Tindak Pidana Ringan (“Tipiring”) dengan Pelanggaran adalah Tipiring
sebagai Kejahatan diatur dalam Buku II KUHP dan Pelanggaran diatur dalam Buku III
KUHP.

Kejahatan disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam undang-
undang, sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan Pelanggaran sering
disebut sebagai delik undang-undang, dianggap sebagai delik ketika sudah diatur dalam
undang-undang.

Kemudian pada pelanggaran tidak pernah diancamkan pidana penjara sedangkan


pada Tipiring, ancaman hukumannya adalah pidana
penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan, atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 7.500 (dengan penyesuaian).

Apa perbedaan lainnya? Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah
ini.

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Kejahatan dan Pelanggaran


Agar mudah membedakan antara Tindak Pidana Ringan (“Tipiring”) dengan Pelanggaran,
sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu perbedaan antara Kejahatan dengan
Pelanggaran.

Andi Hamzah dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana (hal. 106) menyatakan bahwa
pembagian delik atas Kejahatan dan Pelanggaran di dalam WvS Belanda 1886 dan WvS
(KUHP) Indonesia 1918 itu menimbulkan perbedaan secara teoritis. Kejahatan sering
disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam undang-undang,
sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan Pelanggaran sering disebut
sebagai delik undang-undang, artinya dipandang sebagai delik karena tercantum dalam
undang-undang.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa mengenai jenis pidana, tidak ada perbedaaan
mendasar antara Kejahatan dan Pelanggaran. Hanya pada Pelanggaran tidak
pernah diancamkan pidana penjara. Untuk mengetahui mana delik Kejahatan dan
mana pula delik Pelanggaran, dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) lebih mudah, karena jelas Kejahatan pada Buku II, sedangkan
Pelanggaran pada Buku III.[1]

Hal yang sama juga diutarakan oleh Lamintang dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum
Pidana Indonesia (hal. 211). Ia menjelaskan bahwa pembagian dari tindak pidana
menjadi Kejahatan dan Pelanggaran itu bukan hanya merupakan dasar bagi pembagian
KUHP kita menjadi Buku II dan Buku III, melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh
sistem hukum pidana di dalam perundang-undangan pidana sebagai keseluruhan.

Berikut kami rangkum perbedaan antara Kejahatan dengan Pelanggaran:

Kejahatan Pelanggaran
Tindakan tersebut mengandung suatu Orang pada umumnya baru mengetahui
“onrecht” sehingga orang memandang bahwa tindakan tersebut merupakan
perilaku tersebut memang pantas dihukum pelanggaran yang bersifat melawan hukum
meskipun tidak dicantumkan dalam sehingga dapat dihukum yaitu setelah
undang-undang sebagai perbuatan tindakan tersebut dinyatakan dilarang
terlarang oleh pembuat undang- dalam undang-undang.[3]
undang.[2]
Dimuat dalam buku III KUHP Pasal 489
Dimuat didalam Buku II KUHP Pasal 104 sampai dengan Pasal 569.
sampai dengan Pasal 488.
Contoh: mabuk di tempat umum (Pasal
Contoh pencurian: (Pasal 362 KUHP), 492 KUHP/536 KUHP), penadahan ringan
Pembunuhan (Pasal 338 KUHP), Perkosaan (Pasal 482 KUHP)
(Pasal 285 KUHP).

Dalam kejahatan dikenal adanya Undang-undang tidak membuat perbedaan


perbedaan opzet (kesengajaan) dan culpa antara opzet (kesengajaan) dan culpa
(kealpaan).[4] (kealpaan).[5]

Keikutsertaan dan pembantuan dalam Keikutsertaan dan pembantuan dalam


kejahatan dihukum.[6] pelanggaran tidak dapat dihukum.[7]

Terdapat ketentuan bahwa adanya suatu Tidak terdapat ketentuan adanya suatu
pengaduan, karena itu merupakan suatu pengaduan sebagai syarat bagi
syarat bagi penuntutan.[8] penuntutan.[9]

Percobaan melakukan kejahatan dapat Percobaan melakukan pelanggaran tidak


dipidana.[10] dapat dipidana.[11]

Jangka waktu daluwarsa kewenangan Jangka waktu daluwarsa kewenangan


untuk melakukan penuntutan lebih lama untuk melakukan penuntutan lebih singkat
dari pelanggaran.[12] yaitu 1 tahun bagi semua pelanggaran.[13]

Kejahatan dikenal adanya pidana penjara. Pelanggaran tidak pernah diancamkan


pidana penjara.[14]

Tindak Pidana Ringan (“Tipiring”)


M. Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali menyatakan
antara lain bahwa Tipiring merupakan jenis tindak pidana yang dapat digolongkan ke
dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan (hal. 422).

Lebih lanjut Yahya menjelaskan bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981


tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) tidak menjelaskan mengenai tindak pidana
yang termasuk dalam pemeriksaan acara ringan. Namun, KUHAP menentukan patokan
dari segi “ancaman pidananya”.[15]

Berikut pengaturan mengenai Tipiring dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP:

Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara
yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga
bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah
dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini.
Kemudian dengan adanya penyesuaian denda dalam Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda Dalam KUHP, diterbitkanlah Nota Kesepakatan Bersama Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-
07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan
Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, Serta Penerapan Keadilan Restoratif
(Restorative Justice) (“Nota Kesepakatan 2012”).

Nota Kesepakatan 2012 tersebut menyebutkan bahwa Tipiring adalah tindak pidana

yang diatur dalam Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan 482 KUHP yang diancam
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda 10.000 kali lipat dari
denda.[16] Pasal-pasal yang merupakan Tipiring tersebut terdapat dalam Buku II KUHP.

Merujuk pada ketentuan-ketentuan di atas, jelas bahwa Tipiring adalah tindak pidana
dimana ancaman hukumannya adalah pidana penjara atau kurungan paling lama 3
(tiga) bulan, atau denda sebanyak-banyak Rp 7.500 (dengan penyesuaian), dan
penghinaan ringan.

Jadi Tipiring merupakan tindak pidana atau kejahatan (karena diatur di Buku II KUHP)
yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan, atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500.

Selengkapnya mengenai Tipiring dapat Anda simak dalam artikel Tindak Pidana
Ringan (Tipiring).

Analisis
Jadi jelaslah bahwa perbedaan antara Tipiring dengan Pelanggaran adalah Tipiring
sebagai Kejahatan diatur dalam Buku II KUHP dan Pelanggaran diatur dalam Buku III
KUHP.

Kemudian pada Pelanggaran tidak pernah diancamkan pidana penjara, sedangkan


pada Tipiring, ancaman hukumannya adalah pidana
penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan, atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 7.500 (dengan penyesuaian).

Selain itu, karena Tipiring merupakan kejahatan, maka perbedaan Tipiring dengan
Pelanggaran antara lain dapat Anda lihat pada tabel di atas.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ;


2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ;
3. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan
Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP;
4. Nota Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
131/KMA/SKB/X/2012, M.HH-07.HM.03.02, KEP-06/E/EJP/10/2012, B/39/X/2012
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Penerapan Penyesuaian Batasan Tindak Pidana
Ringan dan Jumlah Denda, Acara Pemeriksaan Cepat, Serta Penerapan Keadilan
Restoratif (Restorative Justice).
Referensi:
1. Andi Hamzah. 2014. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2. Harahap, Yahya. 2015. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali). Jakarta:
Sinar Grafika.
3. Lamintang. 2013. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

[1] Andi Hamzah, hal. 107


[2] Lamintang, hal. 210

[3] Lamintang, hal. 210

[4] Lamintang, hal. 211

[5] Lamintang, hal. 211

[6] Lamintang, hal. 211

[7] Pasal 60 KUHP dan Lamintang, hal. 211

[8] Lamintang, hal. 212

[9] Lamintang, hal. 212

[10] Pasal 53 KUHP

[11] Pasal 54 KUHP

[12] Pasal 78 KUHP

[13] Pasal 78 ayat (1) KUHP

[14] Andi Hamzah, hal. 107

[15] Yahya Harahap, hal. 422

[16] Pasal 1 angka 1 Nota Kesepakatan 2012

Anda mungkin juga menyukai