Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

Di Susun Oleh :

JUHAINI

0433131490119026

PROGRAM STUDI PROPESI NERS STIKes


KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal perjuangan KM. 1 By pass Karawang 41316
KARAWANG 2019
BAB I
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dari epilepsy. Epilepsy menerangkan
suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang rekuren non metebolic yang
disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya.

Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan
hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP.

Kejang demam (kejang tonik-klonik demam) adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38˚C). Kejang demam terjadi pada 2-
4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23
bulan.

Klasifikasi internasional terhadap kejang:


1. Kejang parsial (kejang yang dimulai setempat)
 Kejang parsial sederhana (gejala-gejala dasar, umumnya tanpa gangguan
kesaran)
 Kejang parsial kompelks (dengan gejala komplek, umumnya dengan
gangguan kesaran)
 Kejang parsial sekunder menyeluruh
2. Kejang umum/generalisata (simetrik bilateral, tanpa awitan local)
 Kejang tonik-klonik
 Absence
 Kejang mioklonik (epilepsy bilateral yang luas
 Kejang atonik
 Kejang klonik
 Kejang tonik
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
 Kejang berlangsung singkat
 Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 10 menit
 Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
 Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum di dahului kejang
parsial
 Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam menurut proses tejadinya:


1. Intrakranial:
 Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler.
 Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
 Kongenital: disgenesis, kelainan serebri.
2. Ekstranial:
 Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare
sebelumnya.
 Toksik: intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat.
 Kongenital gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan piridoksin.

B. ETIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari yang sangat
mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga dapat terjadi
karena kesimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu sendiri
dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan.
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umunya berlangsung singkat, dan
mungkin terdapat predisposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang dapat
berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non
demam pada kehidupan selanjutnya.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
 Riwayat kejang dalam kejang
 Usia kurang dari 18 bulan
 Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
 Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
media lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan,
karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
Patway

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum:
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung
10 s/d 15 menit, bisa juga lebih.
2. Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
3. Pulpasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung.
4. Gejala bendungan system vena:
 Hepatomegali
 Peningkatan tekanan vena jugularis
Gejala sesuai klasifikasinya:

Kejang Karakteristik
Parsial Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah,
fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar
kebagian lain
1. Parsial sederhana  Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal
unilateral), sensorik (merasakan, membaui,
mendengar sesuatu yang abnormal), automik
(takikardia, bardikardia, takipneu, kemerahan
rasa tidak enak diepigastrium), psikis (disfagia,
gangguan daya ingat)
 Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit
2. Parsial kompleks Dimulai sebagai kejang parsial sederhana,
berkembang menjadi perubahan kesadaran yang
disertai oleh
 Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme
(mengecap-ngecapkan bibir, menguyah,
menarik narik baju)
 Beberapa kejang parsial kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata
 Biasanya berlangsung 1-3 menit

Generalisata Hilangnya kesadran, tidak ada awitan fokal,


bilateral dan simetrik; tidak ada aura
1. Tonik-klonik Spasme tonik-klonik otot, inkontinensia urin dan
alvi, mengigit lidah, fase pascaiktus
2. Absence sering salah didiagnosis sebagai melamun
 Menatap kosong. Kepala sedikit lunglai,
kelopak mata bergetar, atau berkedip
secara cepat, tonus postural tidak hilang
 Berlangsung beberapa detik
Kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas
dibeberapa otot atau tungkai, cenderung singkat
3. Mioklonik Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai
lenyapnya postur tubuh (drop attacks)
Gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan
4. Atonik tunggal atau multipel dilengan, tungkai, atau torso
Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku,
5. Klonik kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas, fleksi
lengan dan ekstensi tungkai
 Mata kepala mungkin berputar ke satu sisi
6. Tonik  Dapat menyebabkan henti nafas

Fisiologi kejang

Awali (kurang dari 15 Lanjut (15-30 manit) Berkepanjangan (lebih dari 1


menit) jam)
 Meningkatnya kecepatan  Menurunnya  Hipotensi disertai
denyut jantung tekanan darah berkurngnya aliran darah
 Meningkatnya tekanan  Menurunnya gula serebrum sehingga terjadi
darah darah hipotensi serebrum
 Meningkatnya kadar  Disritmia  Gangguan sawar darah otak
glukosa  Edema paru non yang menyebabkan edema
 Meningkatnya suhu jantung serebrum
pusat tubuh
 Meningkatnya sel darah
putih

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis
dan fokus dari kejang.
2. CT - SCAN: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magnetic resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau aliran darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Darah lengkap : (Hb, hematokrit, leukosit, dan trombosit). Untuk
mengetahui ada komplikasi dan penyakit kejang demam
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) Kadar kalsium darah
f) Kadar natrium darah
g) Kadar magnesium darah

F. PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan
kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan
kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan
ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi
melalui IM, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka.
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,
bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumah
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipiretik. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
- Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
- Kejang demam yang mempunyai ciri :
 Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral
palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefal Bila
kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal
atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau
menetap.
 Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik.
 Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1
bulan.
 Mencari dan mengobati penyebab

G. KOMPLIKASI
1. Kejang berulang
2. Epilepsi
3. Hemiparese
4. Gangguan mental dan belajar
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
a) Biodata/Identitas: Biodata anak mencakup nama, umur, jenis
kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status
sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat.
b) Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
apakah betul ada kejang? Diharapkan ibu atau keluarga yang
mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak. Apakah
disertai demam? Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang
menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi memegang peranan
dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang
dengan demam. Lama serangan seorang ibu yang anaknya
mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama
bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon
terhadap prognosa dan pengobatan. Pola serangan perlu diusahakan
agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah
bersifat umum, fokal, tonik, klonik? Apakah serangan berupa
kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik? Apakah serangan dengan kepala
dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang
kepala. Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan
berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik
apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan
kejang sering timbul. Keadaan sebelum, selama dan sesudah
serangan sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau
rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya
lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang
dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu
ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
c) Riwayat penyakit sekarang
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA,
OMA, Morbili dan lain-lain.
d) Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?Apakah ada riwayat
trauma kepala, radang selaput otak, OMA dan lain-lain.
e) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma,
perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan
ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
f) Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada
umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah
panas yang dapat menimbulkan kejang.
g) Riwayat perkembang
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi: Personal sosial
(kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain. Gerakan motorik kasar :
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
h) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya? Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang
demam.
i) Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yanh mengasuh anak? Bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya?
j) Pola aktivitas
 Pola nutris
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang
dikonsumsi oleh anak? Makanan apa saja yang disukai dan
yang tidak? Bagaimana selera makan anak? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari?
 Pola eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya ditanyakan
bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak?
Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir?
 Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman
sebayanya? Berkumpul dengan keluarga sehari berapa
jam?Aktivitas apa yang disukai?
 Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa?
Bangun tidur jam berapa? Kebiasaan sebelum tidur,
bagaimana dengan tidur siang?
2. Data obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam
sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah
kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan
neurologi.
b) Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah
dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan
tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung,
bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
 Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain
rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai
rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
 Muka/ wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga
wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus,
opistotonus, trimus? Apakah ada gangguan nervus cranial.
 Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa
pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva?
 Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
 Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang
menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya
 Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh?
Apakah ada caries gigi?
 Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda
infeksi faring, cairan eksudat?
 Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid?
Adakah pembesaran vena jugulans?
 Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
 Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau
tachycardia?
 Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?
Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan
hepar?
 Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma?
Bagaimana keadaan turgor kulit?
 Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah
terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral?

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan aliran darah
keotak akibat kerusakan sel neuron otak, hipoksia dan edema serebral
ditandai dengan TIK meningkat, sakit kepala, kejang.
2. Risiko cedera b.d ketidakefektifan orientasi (kesadaran umum), kejang.
3. Risiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran, penurunan refleks
menelan.
4. Resiko keterlambatan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan aliran darah keotak
akibat kerusakan sel neuron otak, hipoksia dan edema serebral ditandai dengan
TIK meningkat, sakit kepala, kejang.

Diagnosa
Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
Keperawatan

Resiko NOC NIC


ketidakefektifan  Ciculation Status Peripheral Sensation
perfusi jaringan otak  Tissue Prefussion: Management
Definisi:resiko Cerebral (managemn sensasi
mengalami penurunan Kriteria Hasil: perifer)
sirkulasi jaringan otak  Mendemonstrasikan 1. Monitor adanya
yang dapat mengganggu status sirkulasi yang daerah tertentu
kesehatan . ditandai dengan: yang hanya peka
Batasan Karakteristik:  Tekanan sistole terhadap
1. Masa tromboplastin diastole dalam rentan panas/dingin/tajam/
parsial abnormal yang diharapkan tumpul
2. Masa protrombin  Tidak ada ortostatik 2. Monitor adanya
abnormal hipertensi paretese
3. Sekmen ventrikel  Tidak ada tanda-tanda 3. Intruksikan
kiri akinetik peningkatan tekanan keluarga untuk
4. Ateroklerosis aerotik intrakranial (tidak mengobservasi kulit
5. Diseksi arteri lebih dari 15mmHg) jika ada lesi atau
6. Fibrilasi atrium  Mendemonstrasikan laserasi
7. Miksoma atrium kemampuan kognitif 4. Gunakan sarung
8. Tumor otak yang ditandai dengan: tangan untuk
9. Stenosis karotid berkomunikasi dengan proteksi
10. Anurisme serebri jelas, dan sesuai 5. Batasi gerakan pada
11. Koagulopati (mis: dengan kemampuan kepala, leher, dan
anemia sel sabit)  Menunjukkan punggung
12. Kardimiopati dilatasi perhatian, konsentrasi 6. Monitor
13. Koagulasi dan orientasi kemampuan BAB
intravaskuler 7. Kolaborasi
 Memproses informasi
diseminata pemberian analgetik
 Membuat keputusan
14. Embolisme 8. Monitor adanya
dengan benar
15. Trauma kepala tromboplebitis
 Menunjukkan funsi
16. Hierkolesterolemia 9. Diskusikan
sensori motori kranial
17. Hipertensi mengenai penyebab
yang utuh: tingkat
18. Endokarditis infeksi perubahan sensasi
kesadaran membaik,
19. Katup prostetik
tidak ada gerakan-
mekanis
gerakan involunter
20. Stenosis mitral
21. Neoplasma otak
22. Baru terjadi infark
miokardium
23. Sindrom sick sinus
24. Penyalahgunaan zat
25. Terapi trombolitik
26. Efek samping terkait
terapi (bypass,
kardiopulmunal,
obat)

2. Risiko cedera b.d ketidakefektifan orientasi (kesadaran umum), kejang.


Diagnosa Keperawatan Tujuan&KriteriaHasil Intervensi

Resiko Cidera NOC NIC


Definisi : beresiko  Risk kontrol Environment
mengalami cedera sebagai Kriteria hasil : Management (
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas dari Manajemen lingkungan)
yang berinteraksi dengan cedera - Sediakan
sumber adaftif dan sumber  Klien mampu lingkungan yang
defensif individu. menjelaskan aman untuk pasien
Faktor resiko : cara/metode untuk - Indentifikasi
 Eksternal mencegah injury kebutuhan
- Biologis (mis : tingkat  Klien mampu keamanan pasien,
imunisasi komunitas, menjelaskan faktor sesuai dengan
mikroorganisme) resiko dari kondisi fisik dan
- Zat kimia (mis : lingkungan/perilak fungsi kognitif
racun, polutan, obat, u personal pasien dan riwayat
agenens farmasi,  Mampu penyakit terdahulu
alkohol, nikotin, memodifikasi gaya pasien
pengawet, kosmetik, hidup untuk - Menghindarkan
pewarna) mencegah injury lingkungan yang
- Manusia (mis: agens  Menggunakan berbahaya
nosokomial, pola fasilitas kesehatan (misalnya
ketegangan atau yang ada memindahkan
faktor kognitif,  Mampu mengenali perabotan)
afektif, dan perubahan status - Memasang side rail
psikomotor) kesehatan tempat tidur
- Cara pemindahan/ - Menyediakan
transpor tempat tidur yang
- Nutrisi (mis: desain, nyaman dan bersih
struktur dan - Menempatkan
pengaturan saklar lampu
komunitas, bangunan ditempat yang
dan peralatan mudah dijangkau
pasien
 Internal - Membatasi
- Profil darah yang pengunjung
abnormal (mis : - Menganjurkan
leukositosis/leukopeni keluarga untuk
a, gangguan faktor menemani pasien
koagulasi, - Mengontrol
trombositopenia, sel lingkungan dari
sabit, talasemia, kebisingan
penurunan - Memindahkan
hemoglobin) barang-barang
- Disfungsi biokimia yang dapat
- Usia perkembangan membahayakan
(fisiologis, - Berikan penjelasan
psikososial) pada pasien dan
- Disfungsi efektor keluarga atau
- Disfungsi imun- pengunjung adanya
autoimun perubahan status
- Disfungsi integratif kesehatan dan
- Malnutrisi penyebab peyakit.
- Fisik (mis: intergritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
- Psikologis (orientasi
afektif)
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan

3. Risiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran, penurunan refleks menelan

Diagnosa Keperawatan Tujuan&KriteriaHasil Intervensi

NOC
Resiko aspirasi NIC
 Respiratory status
Definisi: resiko masuknya Aspiration precaution
ventilation
sekresi gastrointestinal,  Monitor tingkat
 Aspiration control
sekresi orofaring, kesadaran, reflek
 Swallowing status
kotoran/debu, atau cairan batul dan
Kriteriahasil
kedalam saluran kemampuan
 Kliendapatbernafasden
trakeobronkial. menelan
ganmudah, tidak
Faktorresiko  Monitor status
irama,
 Penurunanmobilitas paru pelihara jalan
frekuensipernafasan
gastrointestinal nafas
normal
 Pengosonganlambu  Lakukan suction
 Pasienmampumenelan,
ng yang lambat jikadiperlukan
mengunyah,
 Penurunanrefleksm  Ceknasogastrikseb
tanpaterjadiaspirasi,
untah elummakan
danmampumelakukan
 Penurunanrefleksba  Hindarimakankala
oral hygine
tuk u residu
 Jalannafas paten,
 Pembedahanwajah masihbanyak
mudahbernafas,
 Peningkatanresidula  Potongmakananke
tidakmerasatercekik,
mbung dantidakadasuaranafas cil-kecil
 Peningkatantekanan abnormal.  Haluskanobatsebel
intragastrik umpemberian
 Gangguanmenelan  Posisitegak 90
 Pemberianmedikasi derajat atau
 Pembedahanleher sejauhmungkin
 Trauma leher  Jauhkanmansettrak
 Pembedahanmulut eameningkat

 Trauma mulut  Jauhkanpengaturan

 Adanyaselangendot yang tersedia

rakeal  Periksapenempata

 Penurunantingkatke ntabung NG

sadaran ataugastrotomyseb

 Pemberianmakanm elummenyusul

elaluiselang  Periksatabung NG

 Rahangkaku ataugastrotomysisa
sebelummakan
 Hindarimakanjikar
esidutinggi tempat
”pewarnadalamtab
ungpengisi NG”
 Hindaricairanatau
menggunakanzatpe
ngental
 Penawaranmakana
nataucairan yang
dapatdibentuk
menjadi bolus
sebelummenelan
 Potongmakananme
njadipotongan-
potongankecil
 Istirahatataumengh
ancurkanpilsebelu
mpemberian
 Sarankanpidato/
berbicarapatologib
erkonsultasi,
sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, H., & Amin, H. N. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan nanda nic-noc. Ed. 2. Yogyakarta: Mediaction.
Wahab, S. 2000. Nelson ilmu kesehatan anak. Ed. 15. Jakarta: EGC.
Nooraini, L. 2014. Makalah kejang demam. Diakses, 26 september 2017. Dari,
http://www.medical-academia.com/2014/08/makalah-kejang-demam.htm

Putra, S. 2013.Laporan pendahuluan asuhan keperawatan anak. Diakses, 26 september


2017. Dari,https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2013/06/09/laporan-
pendahuluan-asuhan-keperawatan-anak-dengan-kejang-demam/

Anda mungkin juga menyukai