Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN MAKP DAN PENILAIAN

KINERJA PERAWAT

OLEH: NURSALAM
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan
anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Profesional.
Pemberian pelayanan keperawatan secara profesional perawat diharapkan mampu
menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
derajat pasien menuju ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2002). Pelaksanaan
asuhan keperawatan secara profesional berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad ke 21. Perubahan tersebut sebagai dampak
dari perubahan sosial politik, kependudukan serta perkembangan pengetahuan dan
teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap perubahan sistem
pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi tenaga keperawatan
Indonesia dalam proses profesionalisasi. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai
adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan data,
analisis SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara
operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dan melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2002).
Kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku dari praktisi, klien, keluarga dan dokter, dengan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), model pemberian asuhan keperawatan yang
saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan
Keperawatan Profesional dengan metode pemberian Primary Nursing. Salah satu kritik
yang dikemukakan mengenai model keperawatan ini adalah bentuk terlalu kompleks dan
teoritis, akan tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong perawat
untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya dalam
mendiskusikan masalah yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka
dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara professional
terhadap tindakannya (Salvage, 1985).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 08–09 September 2008 di
Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan bahwa Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah primer tingkat pemula dengan kepala
ruangan adalah seorang DIII Keperawatan yang berpengalaman, CCM (Clinical Care
Manager) dengan pendidikan S 1 Keperawatan, Perawat Primer adalah DIII
Keperawatan yang mempunyai pengalaman klinik minimal 4 tahun, dan Perawat
Associate adalah DIII Keperawatan. Dari 15 perawat Ruang X, hanya 5 orang yang
sudah mengikuti pelatihan MAKP. Berdasarkan hasil kuesioner, 62,5 % perawat
berpendapat bahwa Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan
di ruangan adalah model MAKP keperawatan primer pemula, sedangkan 12,5%
berpendapat bahwa model yang diterapkan di Ruang X adalah fungsional dan 25%
menggunakan model kasus.
Berdasar atas fenomena di atas, maka kami mencoba menerapkan Model Praktik
Keperawatan Profesional Primary Nursing. Dimana pelaksanaannnya melibatkan semua
pasien di ruang elektif kelas III Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan perawat
yang bertugas di ruang tersebut.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primary Nursing.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Praktik klinik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang X.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Timbang Terima, (2) Ronde
Keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge
planning, (6) Dokumentasi Keperawatan.
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Timbang Terima, (2)
Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi Obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5)
Discharge Planning (6) Dokumentasi Keperawatan.
6. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Timbang Terima,
(2) Ronde Keperawatan, (3) Sentralisasi Obat, (4) Supervisi Keperawatan, (5)
Discharge planning, (6) Dokumentasi Keperawatan.

1.3 Manfaat
a. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
b. Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
c. Bagi rumah sakit
1. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan X yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
2. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
3. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) secara
optimal.
2. PENERAPAN MAKP
CONTOH: PENERAPAN MAKP DI RUANG X RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

LANGKAH 1 PENGUMPULAN DATA


Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, analisis SWOT, dan identifikasi masalah.

2.1 Visi, Misi, dan Motto


2.1.1 Visi RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Menjadi rumah sakit yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di
kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dengan ciri keluaran AIEEMMM, yaitu aman,
informatif, efektif, efisien, mutu, manusiawi dan memuaskan.

2.1.2 Misi RSUD Dr.Soetomo Surabaya


1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif, efektif,
efisien dan manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek sosial.
2. Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan
tertinggi dengan menggunakan teknologi terkini.
3. Membangun sumber daya manusia (SDM) rumah sakit yang profesional,
akuntabel, yang berorientasi pada serta mempunyai integritas tinggi dalam
memberikan pelayanan.
4. Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan kesehatan prima
berdasarkan standar nasional dan internasional.
5. Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan
teknologi di bidang kedokteran dan dan pelayanan perumahsakitan.

2.1.3 Motto RSUD Dr.Soetomo Surabaya


Motto RSUD Dr.Soetomo adalah “Saya senantiasa mengutamakan kesehatan
penderita”.

2.1.4 Visi Instalasi Rawat Inap Bedah


Menjadi IRNA Bedah yang mampu dan handal dalam mendukung dan berperan aktif
pada pelayanan, pendidikan, dan penelitiandi Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo.

2.1.5 Misi Instalasi Rawat Inap Bedah


1. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi baik secara horizontal (antara staf,
pelaksana program, dokter, perawat, dan pelaksana kesehatan yang ada di
lingkungan IRNA Bedah dan lintas sektoral) maupun secara vertikal (corporate
dan pengendali program) dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan penelitian.
2. Optimalisasi sarana yang ada sehingga efektif dan efisien
3. Membangun Sumber Daya Manusia IRNA Bedah yang profesional,
akuntabel yang berorientasi pada customer serta mempunyai integritas yang
tinggi dalam memberikan pelayanan dan tetap berpegang pada etika.
4. Mendukung dan berperan aktif pada pelaksanaan proses pendidikan yang
menunjang pelayanan kesehatan prima berdasarkan standar nasional dan
internasional.
5. Mendukung dan berperan aktif pada pelaksanaan penelitian yang mengarah
pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran dan pelayanan
perumahsakitan.

2.1.6 Tujuan Khusus Unit Keperawatan: Ruang X


1. Menciptakan keluaran kerja:Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu, dan
Manusiawi
2. Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang berbentuk
pelayanan:bio, psiko, sosio, spiritual pada kasus-kasus medis antara lain:
a. Bedah thorak kardiovaskular
b. Bedah kepala dan leher
c. Bedah tumor
d. Bedah perut
e. Bedah perkemihan
f. Bedah plastik
g. Bedah saraf
h. Bedah tulang
3. Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
4. Mencegah komplikasi
5. Menjamin kecukupan nutrisi
6. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
7. Mengurangi morbiditas dan mortalitas
8. Menciptakan kerjasama yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga
9. Memberikan rasa aman dan nyaman

2.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan tanggal 08 – 09 September 2008, meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran (marketing). Data yang
didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan
masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

2.2.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)


Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan, keunggulan dari Ruang X salah satunya adalah memiliki SOP dan SAK yang
menjadi acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, tenaga S1 Keperawatan 2 orang,
tenaga DIII Keperawatan sebanyak 12 orang (1 orang sedang melanjutkan S1
Keperawatan) serta SPK 1 orang (sedang melanjutkan pendidikan DIII Keperawatan).
1. Struktur Organisasi
KEPALA UNIT

Wakil Kepala
Unit Tata usaha

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pekarya Pekarya Pekarya Pekarya


Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan

Pekarya Rumah Tangga Pekarya Rumah Tangga

Gambar 2.1 Bagan struktur organisasi Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keterangan :
: Garis Komando : Garis Koordinasi

2. M1 - Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Masa
No Nama Jenis Pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti
kerja
1 SH PNS D3 Kep 30 tahun PPGD,UPI, Pra Tugas Keperawatan
Manajemen, GKM, Terminologi
Medis, Rehab Medis, Radiologi,
PPRA, Audit Keperawatan, LSH,
AIDS, PPORS, Laborat, Paliatif, CI,
AT, PKMRS, LKE, DALIN, Tranfusi,
Flu Burung
2 RRK PNS D3 Kep 28 tahun PPGD, AT, CI, DALIN, Transfusi,
UPI, PPORS, Pra Tugas, Keperawatan
Manajemen, PKMRS, LKE,
Terminologi Medis, Rehab medis,
Radiologi, Laborat, LSH, AIDS, Flu
Burung, Audit Keperawatan
3 AA PNS D3 Kep 19 tahun PPGD, ATLS, AT, CI, Transfusi, UPI,
PPORS, Pra Tugas, Keperawatan
Manajemen, PKMRS, LKE,
Radiologi, DALIN, LSH, AIDS, Flu
Burung, Audit Keperawatan, ISO,
Paliatif
4 SP PNS SPK 19 tahun PPGD, ATLS, AT, DALIN, Transfusi,
(Proses UPI, PPORS, Pra Tugas, PKMRS,
DIII LKE, AIDS
Kep.)
5 AS PNS S1 Kep 13 tahun PPGD, ATLS, AT, CI, DALIN, UPI,
PPORS, Pra Tugas, PKMRS, LKE,
GKM
dan seterusnya

3. Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya

No Kualifikasi Jumlah Jenis


1 Tata Usaha (Medical record) 1 orang PNS
2 Pekarya Kesehatan 10 orang PNS
3 Pekarya RT 3 orang PNS
4 Cleaning Service 2 orang Out Sourcing

Di ruang X tingkat pendidikan bervariasi mulai S1 Keperawatan 2 orang, DIII


Keperawatan 12 (1 orang sedang dalam proses pendidikan S1 keperawatan) dan SPK 1
orang (sedang melanjutkan proses pendidikan D III Keperawatan). Selain itu 3 orang
Pekarya Kesehatan sedang melanjutkan pendidikan D III Keperawatan dan 1 orang telah
menyelesaikan pendidikan D III Rekam Medis. Hampir seluruh perawat X sudah
mendapatkan berbagai pelatihan, pelatihan yang diberikan seperti: Askep, Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), Radiologi, Analisa Transaksional (AT),
Universal Precaution (UP), Clinical Instructure (CI), Basic Life Support (BLS),
Pengendalian Infeksi (Dalin), Tranfusi, Kemoterapi, Pelatihan Penatalaksanaan Obat
Rasional Rumah Sakit (PPORS), NLS, Paliatif, Keselamatan dan Kecelakaan Kerja Rumah
Sakit (K3RS), Rehabilitasi, Laboratorium, Narkoba, Advances Trauma Life Support
(ATLS), Komputer, Gugus Kendali Mutu (GKM), PKPT, Flu burung, Manajemen kepala
ruang bedah, training bedah plastik, manajemen keperawatan, Latihan Komunikasi Edukatif
(LKE), Problem Solving for Batter Hospital (PSBH), Layanan Sepenuh Hati (LSH), SPAIN,
TOT, AA, dan Askep Bedah.

4. Tenaga Medis
Tabel 2.3 Tenaga Medis di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter PPDS Urologi * 1
2 Dokter PPDS Digestif * 1
3 Dokter PPDS Onkologi * 1
4 Dokter PPDS Plastik * 1
5 Dokter PPDS TKV * 1
6 Dokter PPDS Kepala Leher * 1
7 Dokter Jaga di Ruang UPI ** 1

Keterangan :
* Dokter yang bertanggung jawab setiap hari
** Dokter yang dihubungi untuk kasus darurat

5. Rencana Pengembangan staf tahun 2008


Tabel 2.4 Rencana Pengembangan staf tahun 2008 di Ruang X RSUD
Dr. Soetomo Surabaya

6. Persentase Kasus Terbanyak Di Ruang X Bulan Agustus 2008


Tabel 2.5 Persentase Kasus Terbanyak di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya

No Klasifikasi Penyakit Jumlah Persentase


1 Onkologi 10 16,7 %
2 Urologi 6 10 %
3 Kepala Leher 13 21,7 %
4 Digestif 22 36,6 %
5 TKV 6 10 %
6 Bedah Plastik 3 5 %

7. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat :


Kebutuhan tenaga perawat di ruang X dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara
keseluruhan di ruang X perhari tanggal 08 September 2008
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,3 = 1,8 6 x 0,2 = 1,2
Partial care 1 1 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,10 = 0,10
Minimal care 17 17 x 0,17 = 2,89 17 x 0,14= 2,38 17 x 0,07 = 1,19
Total 24 5,32 4,33 2,49
Total tenaga perawat :
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang +
Total : 11 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
86 x 11 = 3,18 dibulatkan menjadi 3 orang
297
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 11 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas
dinas 3 orang = 17 orang. Jadi kebutuhan tenaga kurang 2 orang perawat.

b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di ruang X perhari tanggal 09 September 2008
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 8 8 x 0,36 = 2,88 8 x 0,3 = 2,4 8 x 0,2 = 1,6
Partial care - 0 x 0,27 = 0 0 x 0,15 = 0 0 x 0,10 = 0
Minimal care 13 13 x 0,17 = 2,21 13 x 0,14= 1,82 13 x 0,07 = 0,91
Total 21 5,09 4,22 2,51
Total tenaga perawat :
Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang +
Total : 12 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
86 x 12 = 3,47 dibulatkan menjadi 3 orang
297
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 12 orang
(belum termasuk kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan CI), ditambah tenaga lepas
dinas 3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga perawat 15 orang perawat.

c. Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga perawat di ruang X kelolaan


tanggal 08 September 2008
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,3 = 0 0 x 0,2 = 0
Partial care 1 1 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,10 = 0,1
Minimal care 9 9 x 0,17 = 1,53 9 x 0,14 = 1,26 9 x 0,07 = 0,63
Total 10 1,8 1,41 0,73

Total tenaga perawat :


Pagi : 2 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang +
Total : 4 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
86 x 4 = 1,16 dibulatkan menjadi 1 orang
297
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X kelolaan adalah 4
orang ( belum termasuk kepala ruangan) + 1 orang lepas dinas = 6 orang.
d. Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga perawat di ruang X kelolaan
tanggal 09 September 2008
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan
pasien pasien Pagi Sore Malam
Total care 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,3 = 0 0 x 0,2 = 0
Partial care 0 0 x 0,27 = 0 0 x 0,15 = 0 0 x 0,10 = 0
Minimal care 6 6 x 0,17 = 1,02 6 x 0,14 = 0,84 6 x 0,07 = 0,42
Total 6 1,02 0,84 0,42

Total tenaga perawat :


Pagi : 1 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang
Total : 3 orang +

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :


86 x 3 = 0,86 dibulatkan menjadi 1 orang
297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang X adalah 3
orang (belum termasuk kepala ruangan) + 1 orang lepas dinas = 5 orang.
8. Kepuasan Pasien terhadap Kinerja Perawat
Pelaksanaan evaluasi kami lakukan dengan mempersiapkan kuesioner yang berisi 20
soal pertanyaan berbentuk pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup:1) Pemberian penjelasan
orientasi ruangan, 2) Pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan, 3) Sikap perawat
selama memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri dari 3
jawaban yaitu jawaban “ya” dengan nilai skor 2, jawaban “kadang-kadang” dengan nilai
skor 1, jawaban “tidak” dengan nilai skor 0.
Hasil pengkajian kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat sejumlah 10
responden yang dilakukan pada tanggal 08 – 09 September 2008 menunjukkan sebanyak 20
% responden menyatakan sangat puas, 70 % menyatakan puas, dan 10 % menyatakan
kurang puas. Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan perawat terlihat dari 40 %
responden menyatakan perawat tidak memperkenalkan diri pada pasien dan 60 % tidak
menunjukkan kepada pasien siapa perawat penanggung jawab pasien.

2.2.2 M2 - Bangunan, Sarana dan Prasarana (Material)


Penerapan proses profesi manajemen keperawatan mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR, mengambil tempat di ruang X RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 08-09 September
2008. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Lokasi dan Denah Ruangan
Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang digunakan dalam
kegiatan profesi keperawatan mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga di ruang X RSUD Dr.Soetomo yang terletak dengan
uraian sebagai berikut:

1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang Syaraf A


2) Sebelah barat berbatasan dengan ruang Anastesi
3) Sebelah utara berbatasan dengan ruang IIU (Instalasi Invasive Urogenital)
4) Sebelah selatan berbatasan dengan ruang Bedah B

2. Data Tempat Tidur Pasien


Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 08-09 September 2008, didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur ruang X adalah 3 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
a. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang X
Kelas II : 8 bed (dua bed dalam satu kamar)
Kelas III : 12 bed (12 bed dalam satu bangsal)
UPI TKV : 8 bed
UPI : 10 bed
Total jumlah bed di Ruang X = 38 bed
b. Gambaran berdasarkan jumlah pasien
Tanggal : 08 September 2008
Kelas II : 8 bed (bed kosong 2)
Kelas III : 12 bed (bed kosong 2)
UPI TKV : 8 bed ( bed kosong 6)
UPI : 10 bed (bed kosong 4)
Dengan BOR : 24/38 x 100%= 63,15 %
Tanggal:09 Sepember 2008
Kelas II : 8 bed (kosong 2)
Kelas III : 12 bed (kosong 6 )
UPI TKV : 8 bed ( bed kosong 7)
UPI : 10 bed (bed kosong 2)
Dengan BOR : 21/38 x 100% = 55,26 %
Jadi BOR pada tanggal 08 – 09 September 2008 adalah menurun yaitu dari 63,15 %
menjadi 55,26 %.
c. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa Praktik manajemen
keperawatan sejumlah 12 bed kelolaan
Tanggal 08 September 2008
Kelas III : 12 bed
BOR : 10/12 x 100% = 83,3 %
Tanggal 09 September 2008
Kelas III : 6 bed
BOR : 6/12 x 100% = 50 %
Jadi BOR pasien kelolaan mahasiswa Praktik Profesi Manajemen tanggal 08-09
September 2008 adalah menurun yaitu dari 83,3 % menjadi 50 %

3. Peralatan dan Fasilitas


a. Peralatan
Tabel 2.8 Peralatan di ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No. Nama barang Jumlah Kondisi Keterangan
1 Tempat tidur dewasa 36 Bed Cukup baik
2 Tempat tidur dewasa 2 bed Rusak Sejak tanggal 30 Agustus
2008 dalam perbaikan di
3 Tempat tidur anak (boks) 1 Buah Baik bagian rumah tangga
4 Meja pasien 38 Buah Baik
5 Kipas angin 4 Buah Cukup baik
6 Kursi bertangan (kelas) 10 Buah Cukup baik
7 Kursi kayu 24 Buah Cukup baik
8 Branchart 2 Buah Baik
9 Jam dinding 4 Buah Cukup baik
10 Timbangan 1 Buah 1 Baik
11 Kamar mandi dan WC 7 Buah Cukup baik
12 Dapur pasien 1 Buah Cukup baik
13 Blower 5 Buah Cukup baik
14 Kursi lipat 8 Buah Cukup baik
15 Lemari kayu 5 Buah Cukup baik
16 Wastafel 3 Buah 3 Baik
17 Meja kayu 1 Buah Baik
18 AC 7 Buah Baik

b. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :


1) Ruang kepala ruangan terpisah dengan ruang pertemuan perawat
2) Kamar mandi dan WC bagian belakang ruangan
3) Ruang konsultasi dokter di bagian depan ruangan
4) Ruang ganti di belakang sebelah timur
5) Nurse station bagian tengah ruangan
6) Gudang di sebelah barat (depan ruangan)
7) Ruangan TU di bagian tengah ruangan.
8) Ruangan alat steril di bagian tengah ruangan

c. Fasilitas untuk pasien, meliputi:


1) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang UPI, ruang Bedah Toraks, kelas II dan
kelas III.
2) Kamar mandi, WC dan tempat cucian untuk kelas II dan kelas III ada di
belakang ruangan.
d. Fasilitas dan Sarana Kesehatan Yang Ada di X Menurut Depkes 2001 :
Tabel 2.9 Fasilitas dan Sarana di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Standar Kekurangan
No Nama Barang Jumlah Kondisi
/rasio
I. Alat Keperawatan
1. 1 Baik
Ambu Bag Anak Blue Cross 1 ruangan 1
2. Ambu Bag dewasa blue 1 Baik
1 ruangan 1
3. Bag and Mask dewasa rusch 1 ruangan 1 1 Baik
4. Bengkok 1:5 10 Baik
5. Dressing card 1 ruangan 1 1 Baik
6. Dryer Sterilyzer - 2 Baik
dst
Sumber : Standar kebutuhan alat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keterangan: rasio = alat : pasien
Khusus untuk masker/slang oksigen masing-masing pasien mendapat resep dari dokter

4. Administrasi Penunjang:
1) Buku injeksi
2) Lembar observasi
3) Buku observasi suhu dan nadi
4) Buku timbang terima
5) SOP
6) SAK
7) Buku visite
8) Buku Dalin
9) Buku makanan pasien
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di Ruang X
sudah memenuhi standar jumlah yang ditetapkan oleh RSUD Dr. Soetomo. Alat-alat
yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan secara optimal
sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada standar jumlahnya selama ini
untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria kecukupan penggunaan dalam
kegiatan sehari-hari. Berdasarkan angket yang disebarkan kepada 10 perawat di ruang X
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tetapi yang terkumpul hanya 8 angket, didapatkan 62,5%
perawat berpendapat bahwa penyediaan peralatan dan perlengkapan yang mendukung
pekerjaan perawat kurang, sedangkan 37,5 % menyatakan cukup. Selain itu 75%
perawat menyatakan bahwa kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi
udara, kebersihan, dan kebisingan baik, dan 25 % menyatakan cukup.

2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 / Methode)


1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
Dari hasil pengamatan mulai tanggal 08-09 September 2008 dapat ditulis bahwa
Model Asuhan Keperawatan Profesional yang dilakukan di X saat ini adalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) primer tingkat pemula dengan
kepala ruangan adalah seorang D III Keperawatan yang berpengalaman, CCM
(Clinical Care Manager) dengan pendidikan S 1 Keperawatan, Perawat Primer
adalah D III Keperawatan yang mempunyai pengalaman klinik minimal 4 tahun,
dan Perawat Associate adalah D III Keperawatan. Pelaksanaan MAKP belum
berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat pada pembagian tugas yang belum jelas
antara Perawat primer dengan perawat associate. Dari 15 perawat Ruang X,
hanya 5 orang yang sudah mengikuti pelatihan MAKP. Berdasarkan hasil
pengkajian pada tanggal 08–09 September 2008 didapatkan 62,5 % perawat
berpendapat bahwa MAKP yang digunakan di ruangan adalah model MAKP
primer tingkat pemula, sedangkan 12,5 % berpendapat bahwa model yang
diterapkan diruang X adalah fungsional dan 25 % menggunakan model kasus.
Berdasarkan kuesioner yang diajukan, didapatkan bahwa 100 % perawat
berpendapat bahwa komunikasi antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lain
sudah berjalan dengan baik.

2. Timbang Terima
Keterangan ................
Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 75 % perawat menyatakan
timbang terima dilakukan dengan fokus pada masalah medis dan 25 % dilakukan dengan
fokus pada masalah medis dan masalah keperawatan.

3. Ronde Keperawatan
Banyak perawat yang belum mengenal adanya ronde keperawatan. Berdasarkan hasil
kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 87,5 % perawat menyatakan belum pernah
mengikuti ronde keperawatan dan 12,5 % menyatakan sudah mengenal ronde
keperawatan tetapi belum pernah mengikuti ronde keperawatan. Salah satu kendala
pelaksanaan ronde keperawatan adalah jumlah ketenagaan dari perawat yang terbatas
dan perawat mempunyai tingkat pendidikan yang bervariasi. SDM di Ruang X banyak
memiliki pengalaman dalam bidang medikal bedah, akan tetapi ronde keperawatan
belum pernah dilaksanakan.

4. Supervisi Keperawatan
Keterangan
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 8 perawat ruang X, 62,5 % perawat
menyatakan supervisi keperawatan di ruang X sudah dilaksanakan secara rutin setiap
tahun namun belum efektif. Dan 37,5 % perawat menyatakan tidak tahu.

5. Discharge Planning
Keterangan
Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 25% perawat menyatakan
telah memberikan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu
discharge planning dan didokumentasikan, sedangkan 75% perawat menyatakan pernah
melakukan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu discharge
planning namun tidak didokumentasikan.
6. Pengelolaan Sentralisasi Obat
keterangan
Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 62,5 % perawat
menyatakan telah melakukan sentralisasi obat dan 37,5 % perawat menyatakan
melakukan sentralisasi obat sepenuhnya

7. Dokumentasi Keperawatan
Keterangan
Berdasarkan angket yang disebarkan kepada 8 perawat Ruang X 50% perawat
menyatakan tidak melakukan pendokumentasian segera setelah melakukan tindakan, 25 %
menyatakan melakukan pendokumentasian sebagian dan 25% menyatakan melakukan
pendokumentasian lengkap.

2.2.4 Pembiayaan (M4/ Money)


Keterangan
Tabel 2.10 Biaya Perawatan di Ruang X RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kelas Tarif ruangan HR Dokter HR Perawat Jumlah
II Rp. 45.000,- - - Disesuaikan
III Rp. 18.000,- - - Disesuaikan

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada 8 perawat Ruang X, 62,5% perawat


menyatakan tidak puas dengan jumlah gaji yang diterima dibandingkan dengan pekerjaan
yang dilakukan sedangkan 37,5 % menyatakan cukup puas. Selain itu 12,5 % menyatakan
sangat tidak puas dengan pemberian insentif tambahan yang diberikan, 62,5% perawat
menyatakan tidak puas, dan 25 % menyatakan cukup puas.

2.2.5 Pemasaran (M5/Marketing)


1. Jumlah Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Senin tanggal 08 September
2008 didapatkan BOR 63,15 % sedangkan data sesuai kapasitas tempat tidur pasien di ruang
X RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu :
Tabel 2.11 Jumlah Pasien Bulan Agustus 2008 di Ruang X RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya.

No Bulan Total Anak Dewasa


1 Agustus 2008 60 8 52

66,6% perawat menyatakan penghitungan BOR dilaksanakan tiap hari dan 44,4% perawat
menyatakan penyebarluasan informasi tentang pelayanan di Ruang X masih kurang.
2. Alur Pasien Masuk
Pasien
Ruang lain Praktik dokter IRD
IRJ ACC chief
dengan indikasi
alih rawat bedah
Seluruh ruangan di RSU Dr.Soetomo
Kamar Terima &
Tindakan Bedah
Rawat Inap Bedah A

KRS
Kontrol poli Kontrol pasien Kontrol kamar
bedah dokter Praktik periksa kelas I

Pulang sembuh Meninggal PP ( Pulang Paksa )

Keterangan:
Pasien setelah jam kerja (sore, malam, hari libur) bisa langsung masuk ke ruang X
dengan persetujuan dokter Chief.

2. Gambaran LOS perkasus di Ruang X :


1) Bulan Agustus 2008
Bedah Jumlah
No LOS Urologi Onkologi Digestive KL TKV
Plastik
1 1-3 hr - 1 4 - - - 5
2 4-7 hr 3 1 10 7 6 2 29
3 8-14 hr 3 3 6 6 - 1 19
4 >15 hr - 5 2 - - - 7
TOTAL 6 10 22 13 6 3 60

3. Produk
Ruang X sebagai ruang perawatan yang diperuntukkan bagi penderita post-operasi
yang memerlukan perawatan intensif, dilengkapi dengan fasilitas peralatan emergency dan
pemberian TPN (Total Parenteral Nutrition).
Ruang ini juga dipergunakan sebagai tempat praktik mahasiswa kesehatan seperti
Fakultas Keperawatan, Akper, FK, PPDS.
LANGKAH 2 ANALISIS DATA (SWOT)
Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisis SWOT.
Dari hasil pengkajian dilakukan analisis SWOT berdasarkan sub sistem dalam MAKP yang
meliputi : 1) Penerapan MAKP, 2) Sentralisasi obat, 3) Supervisi, 4) Timbang terima, 5)
Dokumentasi, 6) Discharge Planning
N ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
O M1 – M5
1 M1
2 M2
3. MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan 0,2 4 0,8 S –W
motto sebagai acuan 3,55 – 2,35
melaksanakan kegiatan = 1.2
pelayanan 0,1 3 0,3
2. Sudah ada Model MAKP
yang digunakan tim 0,1 3 0,3
3. Ada dokumentasi SOR 0,05 2 0,1
4. Supervisi sudah dilakukan 0,05 3 0,15
karu
5. Ada kemauan perawat untuk 0,15 4 0,6
berubah
6. Mempunyai Standar Asuhan 0,15 4 0,6
Keperawatan
7. Mempunyai Protap setiap 0,1 4 0,4
tindakan
8. Terlaksananya komunikasi
yang adekuat : Perawat dan tim 0,1 3 0,3
kesehatan lain
9. 100 % perawat mau 1 3,55
menerapkan MAKP
TOTAL 0,2 3 0,6
WEAKNESS
1. MAKP belum dilaksanakan 0,15 2 0,3
dengan optimal
2. Pelaksanaan model MAKP 0,2 2 0.4
belum sesuai harapan.
3. Pendokumentasian proses
keperawatan belum lengkap dan
hanya berfokus pada masalah 0,2 3 0,6
medis
4. Isi dan materi timbang terima
belum berfokuskan pada masalah 0,2 2 0,4
keperawatan
5. Ronde keperawatan belum 0,05 1 0,09
dilaksanakan secara optimal
6. Perbandingan pasien dan perawat
tidak sesuai. Untuk pagi 1 : 8 1 2,35
sedangkan sore dan malam 1 : 18
TOTAL

b. Ekternal Faktor (EFAS) 0,4 4 1,6 O–T


OPPORTUNITY 3,7 – 3,05 =
1. Adanya mahasiswa S1 0,65
keperawatan praktik manajemen 0,2 3 0,6
keperawatan
2. Ada kerjasama yang baik antara
mahasiswa PSIK dengan 0,3 4 1,2
perawat ruangan
3. Ada kerjasama antara institusi 0,1 3 0,3
PSIK dengan RS
4. Ada kebijakan pemerintah 1 3,7
tentang profesionalisasi perawat
TOTAL
THREATENED 0,1 0,2
1. Persaingan antar Rumah Sakit 2
swasta yang semakin ketat 0,3 1,2
2. Adanya tuntutan masyarakat 4
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih 0,1 0,3
profesional 3
3. Makin tinggi kesadaran 0,25 0,75
masyarakat akan hukum 3
4. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,1 0,3
kesehatan 3
5. Persaingan dengan masuknya 0,15 0,3
perawat asing 2
6. Bebasnya pers yang dapat
langsung menyebarkan informasi 1 3,05
dengan cepat.
TOTAL

4 Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor
(IFAS)
STRENGTH 0,4 4 1,6 S–W
1. Tersedianya sarana dan 3,8 - 1,6 =
prasaranan untuk pengeleloaan 2,2
sentralisasi obat 0,2 4 0,8
2. Kepala ruangan mendukung
kegiatan sentralisasi obat 0,2 4 0,8
3. Sudah dilaksanakan kegiatan
sentralisasi obat di ruangan X
4. Adanya kemauan perawat untuk 0,1 3 0,3
melakukan sentralisasi obat
5. Adanya buku injeksi dan obat 0,1 3 0,3
oral bekerja sama dengan depo
farmasi 1 3,8
TOTAL

WEAKNESS 0,6 2 1,2


1. Sentralisasi obat belum
sepenuhnya dilaksanakan 0,2 1 0,2
2. Kurangnya kepercayaan
pasien/keluarga terhadap petugas
dalam melaksanakan sentralisasi
obat 0,2 1 0,2
3. Informed Concent sentralisasi
obat belum ada 1 1,6
TOTAL

b. Ekternal Faktor
(EFAS) 0,55 4 2,2
OPPORTUNITY O–T
1. Adanya mahasiswa PSIK yang 0,45 3 1,35 3.55 – 1,4 =
Praktik managemen keperawatan 2.15
2. Kerjasama yang baik antara 1 3.55
perawat dan mahasiswa
TOTAL
0,6 1 0,6
TREATHENED
1. Adanya tuntutan pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang 0,4 2 0,8
profesional
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum 1 1,4

TOTAL
5. Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. RSUD Dr. Soetomo merupakan 0,25 2 0,5 S–W
RS Pendidikan tipe A yang 3,45 – 3,2 =
menjadi RS rujukan bagi wilayah 0,25
Indonesia bagian timur.
2. Adanya kemauan perawat untuk 0,4 3 1,2
berubah.
3. Kepala ruangan mendukung dan 0,35 3 1,75
melaksanakan supervisi

TOTAL 1 3,45
WEAKNESS
1. Belum mempunyai format yang 0,35 3 1,05
baku dalam pelaksanaan
supervisi.
2. Kurangnya program pelatihan 0,15 3 0,45
dan sosialisasi tentang supervisi
3. Supervisi belum struktur, belum 0,35 4 1,4
terdapat form penilaian yang
tetap, belum terdokumentasikan.
4. Belum adanya dokumentasi 0,15 2 0,3
supervisi yang jelas
TOTAL 1 3,2

b. Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa Fakultas 0,15 2 0,3 O–T
Keperawatan yang praktik 2,85-2= 0,85
manajemen keperawatan.
2. Adanya reward dalam bentuk 0,25 3 0,75
pelatihan, sekolah, maupun jasa
bagi yang melaksanakan
pekerjaan dengan baik
3. Adanya teguran dari kepala 0,25 3 0,75
ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik
4. Hasil supervisi dapat dilakukan 0,35 3 1,05
sebagai pedoman untuk DP3
TOTAL 1 2,85

THREATENED
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan 1 2 2
pelayanan yang profesional
TOT
AL 1 2
6. Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS)

STRENGHT
1. Kepala ruangan memimpin 0,25 4 1 S–W
kegiatan timbang terima setiap 2,65 – 2.9=
pagi -0,25
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 3 0,6
3. Timbang terima sudah 0,1 3 0,3
merupakan kegiatan rutin yang
telah dilaksanakan
4. Adanya kemauan perawat untuk 0,15 3 0,45
melakukan timbang terima
5. Adanya buku khusus untuk 0,3 4 1,2
pelaporan timbang terima
TOTAL 1 2,65
WEAKNESS
1. Isi timbang terima belum terfokus 0,3 2 06
pada masalah keperawatan
2. Belum adanya format timbang 0,1 3 0,3
terima

3. Tehnik timbang terima masih 0,2 4 0,8


belum optimal.
4. Isi timbang terima belum 0,3 3 0,9
terdokumentasikan secara baik
dan benar
5. Masih banyak timbang terima 0,1 3 0,3
tentang masalah medis.
1 2.9
TOTAL

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY 0,4 4 1,6 O-T
1. Adanya mahasiswa S I Keperawatan 3,4 – 2.4 = 1
yang praktik manajemen
keperawatan
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,3 3 0,9
mahasiswa PSIK yang praktik
dengan perawat ruangan
3.Sarana dan prasarana penunjang 0,3 3 0,9
cukup tersedia
TOTAL 1 3,4
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,6 2 1,2
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2. Meningkatnya kesadaran 0,4 3 1,2
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1 2,4

7. Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. Tersedianya standart discharge 0,2 2 0.4 S-W
planning di ruangan untuk pasien 2.55– 2.65 =
pulang -0.1
2. Adanya kemauan untuk 0,4 3 1,2
memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien/keluarga
3. Adanya surat kontrol obat 0.25 2 0.5
4. Memberikan penkes kepada 0,15 3 0,45
pasien /keluarga selama dirawat
atau pulang
TOTAL 1 2.55

WEAKNESS
1. Keterbatasan waktu dan tenaga 0,3 2 0,6
perawat dalam memberikan
penkes
2. Tidak tersedianya leaflet pasien 0,3 3 0,9
pulang
3. Pendidikan kesehatan secara 0,25 4 1
lisan kepada pasien /keluarga
4. Pendokumentasian discharge 0,15 1 0,15
planning belum dilaksanakan
secara berkesinambungan
TOTAL 1 2.65

OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa PSIK FK 0,5 4 2,0 O-T
UNAIR yang melakukan praktik 4 – 3,4 =
manajemen keperawatan 0,6
2. Adanya kerjasama yang baik 0,5 4 2,0
antara mahasiswa PSIK UNAIR
dengan perawat klinik
TOTAL 1 4

TREATHENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan 0,4 3 1,2
keperawatan yang profesional
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
3. Persaingan antar Rumah Sakit
swasta yang semakin ketat 0,4 4 1,6
TOTAL
1 3,4

8. Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Bidang perawatan dan ruangan 0,2 3 0,6 S–W
mendukung adanya kegiatan 2,35 – 2,7
ronde keperawatan = - 0,35
2. Adanya kemauan perawat untuk 0,15 3 0,45
berubah
3. Banyaknya kasus kasus bedah 0,25 2 0,5
yang memerlukan perhatian
khusus
4. SDM banyak mempunyai 0,2 2 0,4
pengalaman dalam bidang
keperawatan medikal bedah.
5. Sertifikasi perawat bedah sesuai 0,2 2 0,4
keahliannya.
TOTAL 1 2,35

WEAKNESS
1. Ronde keperawatan adalah 0,3 3 0,9
kegiatan yang belum
dilaksanakan di ruang X
2. Karakteristik tenaga yang 0,2 4 0,8
memenuhi kualifikasi belum
merata
3. Belum dilaksanakannya MAKP 0,3 2 0,6
tim secara optimal
4. Jumlah tenaga yang tidak 0,2 2 0,4
seimbang dengan jumlah tingkat
ketergantungan pasien

TOTAL 1 2,7

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya pelatihan dan seminar 0,6 4 2,4 O-T
tentang managemen keperawatan 4 – 2,4
2. Adanya kesempatan dari Karu 0,4 4 1,6 = 1,6
untuk mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan
mahasiswa Praktik
TOTAL 1 4

TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,4 3 1,2
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
lebih professional
2. Persaingan antar ruang bedah 0,6 2 1,2
semakin kuat dalam pemberian
pelayanan
TOTAL 1 2,4

9. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana 0,5 4 2 S-W
untuk tenaga kesehatan (saran 3.5 – 2,5 = 1
administrasi penunjang)
2. Sudah ada system 0,3 3 0,9
pendokumentasian SOR
3. Adanya kemauan perawat untuk 0,2 3 0,6
melaksanakan pendokumentasian
TOTAL 1 3.5

WEAKNESS
1. Perbandingan pasien dan perawat 0,3 2 0,6
tidak sesuai. Untuk pagi 1 : 5
sedangkan sore 1: 8 dan malam
1 : 12
2. Dari observasi status pasien, 0,2 3 0,6
pengisian dokumentasi tidak
lengkap:nama dan jam tidak
dicantumkan, respon pasien
kurang terpantau.
3. SAK dan SOP belum maksimal 0,3 3 0.9
digunakan
4. Pengawasan terhadap sistematika 0,2 2 0,4
pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal
TOTAL 1 2,5

b. Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya program pelatihan 0,2 3 0,6
2. Peluang perawat untuk 0,2 3 0,6 O-T
meningkatkan pendidikan 2.85– 3,0
(pengembangan SDM) = - 0,15
3. Mahasiswa S 1 Keperawatan 0,25 3 0,75
Praktik managemen untuk
mengembangkan system
dokumentasi PIE
4. Kerjasama yang baik antara 0,2 3 0,6
perawat dan mahasiswa
5. Sistem MAKP yang diterapkan 0,15 2 0,3
mahasiswa PSIK
TOTAL 1 2.85
TREATHENED
1. Tingkat kesadaran masyarakat 0,6 3 1.8
(pasien dan keluarga) akan
tanggung jawab dan tanggung
gugat
2. Persaingan RS dalam 0,4 3 1,2
memberikan pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 3.0
DIAGRAM LAYANG
ANALISIS SWOT PENGKAJIAN
TANGGAL 08 s/d 09 SEPTEMBER 2008
DI RUANG X RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Keterangan :
(TT) = Timbang Terima
(MAKP) = Model Asuhan Keperawatan Profesional
(SV) = Supervisi
(SO) = Sentralisasi Obat
(RK) = Ronde Keperawatan
(DK) = Dokumentasi Keperawatan
(SP) = Sarana dan Prasarana
(DP) = Discharge Planning
(SDM) = Sumber Daya Manusia

LANGKAH 3 IDENTIFIKASI MASALAH


Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Discharge planning sudah dilakukan tetapi belum optimal dan belum didokumentasikan.
2. Supervisi sudah berjalan tetapi belum terdokumentasi dan terlaksana secara optimal
serta belum ada format supervisi.
3. Belum terlaksananya MAKP secara optimal.
4. Ronde keperawatan perlu diagendakan secara berkala.
5. Sistem pendokumentasian sudah dilakukan memakai model SOR tetapi belum optimal
karena masih adanya duplikasi dalam penulisan, kesannya hanya menjawab advis dokter
dan hanya merupakan kegiatan rutinitas saja.
6. Jumlah sumber daya manusia tidak sesuai dengan jumlah pasien dan tingkat pendidikan
perawat mayoritas DIII keperawatan.
7. Sarana dan prasarana untuk tindakan perawatan sudah tersedia tapi kurang mecukupi.
8. Timbang terima sudah dilakukan tetapi belum optimal, materi timbang terima belum
terfokus pada masalah keperawatan.
9. Sentralisasi obat sudah dilaksanakan dengan baik.

2.5 Prioritas Masalah


Masalah Skor Analisis Swot Prioritas
IFAS EFAS
Ronde Keperawatan -0,35 1,6 1
Timbang terima -0,25 1 2
Discharge Planning -0,1 0,6 3
Dokumentasi keperawatan 1 -0,15 4
Supervisi 0,25 0,85 5
Sumber daya manusia 0,85 0,6 6
Sarana dan prasarana 1 0,4 7
MAKP 1,2 0,65 8
Sentralisasi obat 2,2 2,15 9
Berdasarkan rumusan masalah diatas 3 masalah teratas ; ronde keperawatan, timbang
terima dan discharge planning, maka kelompok mengangkat prioritas masalah yang akan
diselesaikan yaitu timbang terima dengan alasan:
1. Menurut observasi yang kami lakukan
di ruangan pelaksanaan timbang terima masih terdapat kekurangan antara lain laporan
timbang terima didokumentasikan dalam buku bukan form khusus. Isi dari buku
timbang terima hanya mencakup diagnosa medis dan penatalaksanaan medis, penulisan
masalah keperawatan, implementasi keperawatan yang sudah dilakukan serta
imlementasi yang belum dilakukan belum konsisten terkadang ditulis terkadang tidak,
data fokus yang menunjang masalah keperawatan belum tercantum. Pelaksanaan
timbang terima hanya mencakup penyampaian tentang kondisi pasien, terapi medis yang
sudah dilakukan sesuai instruksi dokter serta acara pasien pada hari itu. Tanda tangan
yang tercantum dalam buku hanya tanda tangan perawat yang bertugas, tidak ada tanda
tangan dari perawat jaga selanjutnya.
2. Berdasarkan hasil kuesioner dari 8
orang perawat didapatkan 75 % perawat menyatakan timbang terima dilakukan dengan
fokus pada masalah medis dan 25 % dilakukan dengan fokus pada masalah medis dan
masalah keperawatan.
LANGKAH 4 RENCANA STRATEGIS

3.3 Plan of Action


Penan
Indikator
No. Problem Tujuan Kegiatan ggung
Keberhasilan
Jawab
1. M1-Man Meningkatkan Mengusulkan : Kepala
Sumber kualitas dan 1. Penambahan 1. Rasio kecukupan antara Ruang
Daya kuantitas SDM pegawai baru. perawat dan pasien menurut an
Manusia 2. Peningkatan jenjang tingkat ketergantungan
pendidikan pegawai pasien terpenuhi minimal
lebih tinggi. 80%.
3. Penyegaran ilmu 2. Peningkatan jenjang
keperawatan oleh pendidikan dan skill
tenaga yang pegawai tercapai:
berkompeten secara a. Sarjana keperawatan
periodik. 10% pertahun.
4. Mengurangi beban b. Pelatihan dan atau
kerja perawat yang seminar keperawatan
bukan tugas perawat 20% pertahun.
(urusan
pengunjung).
3. Beban kerja perawat sesuai
dengan tugasnya.
2. M2-Material Sarana dan Mengusulkan : Kepala
Sarana dan prasarana 1. Perawatan 1. Adanya perawatan sarana Ruang
Pra sarana untuk tindakan sarana dan dan prasarana secara berkala an
perawatan prasarana secara (setiap 6 bulan).
sudah tersedia berkala dan lebih 2. Apabila ada kerusakan alat
tapi kurang intensif. segera ada gantinya,
mencukupi 2. Meningkatkan maksimal pergantian bisa
dan proses inventarisasi. terpenuhi dalam waktu 1
keadaannya 3. Melaporkan minggu atau sesuai alat yang
kurang jumlah dan keadaan dibutuhkan.
memadai inventaris saat 3. Mengetahui jumlah dan
(kurang baik) timbang terima keadaan inventaris pada
(dengan setiap timbang terima.
penanggung jawab
tersendiri/tidak
harus perawat).
3. M3–Methode Mampu 1. Mendiskusikan MAKP primary Nursing Kepala
MAKP meningkatkan setiap hambatan diterapkan secara baik dengan Ruang
penerapan yang dalam peningkatan kepuasan pasien an
MAKP penerapan model 100%, ALOS turun 30%.
primary primary nursing.
Nursing 2. Sosialisasi dan
pemula. mendiskusikan
hasil desiminasi.
3. Merencanakan
kebutuhan tenaga
perawat.
4. Melakukan
pembagian peran
perawat.
5. Menentukan
diskripsi tugas dan
tanggung jawab
perawat.
6. Melakukan
pembagian jadwal
serta pembagian
tenaga perawat.
7. Membantu
penerapan model
MAKP yang sudah
ada.
4. Supervisi Mampu 1. Memotivasi kepala 1. Supervisi dilakukan sesuai Kepala
menerapkan ruangan unuk dengan jadwal, minimal 2x Ruang
supervisi melaksanakan dalam 1 bulan. an
keperawatan supervisi mandiri 2. Supervisi dilaksanakan
dengan benar. secara rutin sesuai dengan tugas pokok
2. Melaksanakan dan fungsi.
supervisi
keperawatan
bersama-sama
perawat ruangan.
3. Mendokumentasika
n hasil pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
5. Discharge Discharge 1. Mengajukan Setiap klien mulai masuk Peraw
planning planning proposal sampai pulang sudah at
dilaksanakan pelaksanaan mendapatkan discharge Primer
secara optimal discharge planning. planning dengan menyertakan
dan 2. Menyusun materi kartu discharge planning.
terdokumen- discharge planning
tasi dengan 3. Menentukan jadwal
baik. pelaksanaan
discharge
planning.
4. Mensosialisa-sikan
pelaksanaan
discharge planning.
5. Meningkatkan
koordinasi antara
perawat pelaksana
dengan perawat
primer selaku
penanggung jawab
discharge planning

6. Ronde Ronde 1. Menyusun proposal Setiap kasus luar biasa dan Peraw
Keperawatan keperawatan kegiatan ronde kasus yang sudah dilakukan at
terlaksana keperawatan tindakan keperawatan tetapi Primer
dengan (strategi dan tidak ada kemajuan telah
optimal dan materi). dilakukan ronde keperawatan.
teratur. 2. Menyusun materi Ronde minimal dilakukan 1x
kegiatan ronde dalam 1 bulan.
keperawatan
3. Melaksanakan
ronde keperawatan.
4. Mensosialisasikan
kegiatan ronde
keperawatan
7. Timbang Timbang 1. Menentukan 1. Timbang terima dilakukan di Peraw
Terima terima penanggung jawab nurse station dan di pasien. at
dilakukan timbang terima 2. Isi timbang terima tentang Primer
secara optimal untuk tiap-tiap shift. masalah keperawatan yang
dan 2. Menyusun dan sudah dan belum teratasi.
terdokumen- membuat format 3. Timbang terima
tasi. timbang terima terdokumen-tasi dengan
pasien serta baik.
petunjuk teknis
pengisiannya.
3. Melaksanakan
timbang terima.
8. Sentralisasi Sentralisasi 1. Menentukan 1. Seluruh obat pasien sudah Peraw
Obat obat penanggung jawab tersentralisasi dengan baik. at
dilaksanakan Sentralisasi obat. 2. Ada format pemberian obat Primer
secara optimal. 2. Melaksanakan dan serah terima obat.
sentralisasi obat 3. Adanya informed consent.
klien bekerja sama
dengan perawat,
dokter dan bagian
farmasi.
3. Mendokumentasi-
kan hasil
pelaksanaaan
pengelolaan
sentralisasi obat.
4. Membuat format
pencatatan
sentralisasi obat.

9. M4-Money Keteraturan Mengusulkan untuk Pasien membayar sesuai Petuga


Pembiayaan administrasi menginformasikan dengan tarif yang telah s
(keuangan). pendanaan yang ditetapkan. admini
dibutuhkan pada strasi
perawatan pasien.

10 M5-Market - BOR ruangan Mengusulkan 1. Kepuasan pasien terpenuhi Kepala


Pemasaran meningkat peningkatan mutu dan meningkat 100%. Ruang
- ALOS pelayanan terus 2. BOR meningkat minimal an
ruangan menerus sehingga 40%.
menurun memberi kesan yang 3. ALOS menurun 30%.
- Post baik pada klien. 4. Infeksi luka operasi (ILO)
Operative 0%.
Infection Rate
menurun
- Angka Infeksi
Nosokomial
ruangan
menurun

LANGKAH 5 PELAKSANAAN
LANGKAH 6 EVALUASI DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar (1997). Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.
Makalah seminar. UI. Jakarta

Chitty, K.K (1997) Professional Nursing. Concepts and challenges. 2nd ed. W.B. Saunders Co.
Philadelphia.

Gillis, D.A., (1996). Nursing Manajement. 2nd ed. W.B. Saunders. New York

Nursalam, 2008. Manajemen Keperawatan. Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2006. Trends of Indonesian Nurse’s Role in The Future. Folia Medica Indonesiana. Vol.
41 (4: pp 259-260).

Nursalam (2001). Pendekatan Praktis Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan
Praktik. Buku Diktat PSIK FK UNAIR. Tidak Diterbitkan. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai