LP Gagal Jantung
LP Gagal Jantung
Oleh:
NIM 152310101071
UNIVERSITAS JEMBER
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
(…………………………...) (....………………………….)
NIP NIP
BAB 1
A. PENGERTIAN
Heart Failure atau Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis
dimana jantung gagal mempertahankan kinerjanya untuk mensirkulasi
keadekuatan memompa jantung untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup.
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%
dari kematian “dini” tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah
penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang
disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti:Penyakit
Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan
Stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum
usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan
oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi
sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
D. KLASIFIKASI
Gagal jantung menurut New York Heart Association terbagi atas
atas 4 kelas fungsional , yaitu :
1) Functional Class I ( FC I ) : timbul gejala sesak pada aktivitas fisik
berat.
2) Functional Class II ( FC II ) : timbul gejala sesak pada aktivitas
sedang
3) Functional Class III ( FC III ) : timbul gejala sesak pada aktivitas
ringan
4) Functional Class IV ( FC IV ): timbul gejala sesak pada aktivitas
sangat ringan atau istirahat.
Menurut derajat sakitnya:
1) Derajat 1: Tanpa keluhan Anda masih bisa melakukan aktivitas
fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2) Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan
pun hilang
3) Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas
dihentikan
4) Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari,
bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat
jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan
Menurut lokasi terjadinya :
1) Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel
kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3,
kecemasan kegelisahan, anoreksia, keringat dingin, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea,ronki basah paru dibagian basal
2) Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera
dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga
tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak
meliputi : edema akstremitas bawah yang biasanya merupakan
pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah
E. PATOFISIOLOGI
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak
jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.
Sebagai contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan
ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang
berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi
dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi
jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah
kembali ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium
kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan
menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama
gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa
secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai
terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin
berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan
darah serta perburukan siklus gagal jantung.
F. MANIFESTASI KLINIS
Dari patofisiologi di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi klinis dari
gagal jantung tergantung dari etiologinya, tetapi secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :
1 Sesak nafas ( dyspneu) Peningkatan tekanan pengisian bilik kiri
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan paru.
2 Penurunan compliance ( regangan ) paru menambah kerja nafas.
Sensasi sesak nafas juga disebabkan penurunan aliran darah ke otot
pernafasan. Awalnya , sesak nafas timbul saat betraktivitas
(dyspneu on effort ) dan jika gagal jantung makin berat sesak juga
timbul saat beristirahat.
3 Ortopneu ( sesak saat berbaring ) Pada saat posisi berbaring, maka
terdapat penurunan aliran darah di perifer dan peningkatan volume
darah di sentral ( rongga dada ). Hal ini berakibat peningkatan
tekanan bilik kiri dan udema paru. Kapasitas vital juga menurun
saat posisi berbaring.
4 Paroxysmal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba-tiba pada
malam hari disertai batuk- batuk.
5 Takikardi dan berdebar- debar yaitu peningkatan denyut jantung
akibat peningkatan tonus simpatik.
6 Batuk- batuk
Terjadi akibat udema pada bronchus dan penekanan bronchus oleh
atrium kiri yang dilatasi.Batuk sering berupa batuk yang basah dan
berbusa , kadang disertai bercak darah.
7 Mudah lelah
Terjadi akibat curahjantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
akibat distres pernafasan dan batuk.
8 Sianosis Penurunan tekanan oksigen di jaringan perifer dan
peningkatan ekstraksi oksigen mengakibatkan peningkatan
methemoglobin kira-kira 5 g / 100 ml sehingga timbul sianosis
9 Adanya suara jantung P2 , S3, S4 menunjukkan insufisiensi mitral
akibat dilatasi bilik kiri atau disfungsi otot papilaris.
10 Edema ( biasanya pitting edema ) yang dimulai pada kaki dan tumit
dan secara bertahap bertambah ke atas disertai penambahan berat
badan.
11 Hepatomegali ( pembesaran hepar ) Terjadi akibat pembesaran
vena di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan pada
pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar
rongga abdomen yang disebut asites.
12 Anoreksia dan mual akibat pembesaran vena dan stasis vena di
dalam rongga abdomen
13 Nokturia ( rasa ingin kencing di malam hari ) Terjadi karena
perfusi ginjal dan curah jantung akan membaik saat istirahat.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Laboratorium : -
1) Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
2) Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
3) Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine
Lengkap, SGOT, SGPT.
4) Gula darah
5) Kolesterol
6) trigliserida
7) Analisa Gas Darah
2 Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
1) Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
2) Pembesaran jantung LVH : Left Ventricular Hypertrophy
3) Aritmia
4) Perikarditis
3 Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :
1) Edema alveolar
2) Edema interstitials
3) Efusi pleura
4) Pelebaran vena pulmonalis
5) Pembesaran jantung
4 Pemantauan Hemodinamika ( Kateterisasi Arteri Pulmonal
Multilumen ) bertujuan untuk :
1) Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
2) Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
3) Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
4) Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat
recurrent
5) Mengetahui beratnya lesi katup jantung
6) Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
7) Angiografi ventrikel kiri ( identifikasi hipokinetik,
aneurisma ventrikel, fungsi ventrikel kiri)
8) Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri
koroner)
H. PENATALAKSANAAN
1 Non Farmakologi Penatalaksanaan Gagal jantung:
1) Mengurangi beban jantung: bed rest atau aktifitas fisik.
2) Mengontrol retensi kelebihan air & garam
3) Meningkatkan fungsi jantung
2 Farmakologi Penatalaksanaan Gagal Jantung
1) Angiotensin Converting Ezyme Inhibitor (ACE Inhibitor)
ACE Inhibitor merupakan dilator vena dan arteri namun
bekerja terutama pada anyaman arteriol. Obat ini
menginterfensi pemecahan vasodilator bradikinin dan
menurunkan katekolamin dalam sirkulasi darah, sehingga
memberikan mekanisme vasodilator tambahan.
a Indikasi
ACE-inhibitor dipertimbangkan sebagai terapi agen
tunggal pada pasien yang datang dengan keluhan
dispnea ringan saat beraktivitas dan tidak
memperlihatkan gejala kelebihan beban volume.
Penghambat ACE berguna dalam menurunkan HF pada
pasien asimtomatik dengan fraksi ejeksi <35%
(disfungsi ventrikel kiri).
b Kontraindikasi
Riwayat edema angioneurotic, alergi dan stenosis arteri
ginjal bilateral merupakan kontraindikasi absolut untuk
pemberian terapi ACE Inhibitor.
c Farmakokinetik
Semuanya diabsorpsi secara adekuat, tetapi tidak
lengkap pada pemberian oral. Kebanyakan penghambat
ACE merupakan prodrug, kecuali captopril, yang harus
mengalami pengaktifan oleh enzim hepatik. Eliminasi
bentuk aktif melalui ginjal adalah yang terpenting,
kecuali untuk fosinopril. Waktu paruh dapat mencapai 2
– 12 jam, meskipun kadang menjadi lebih panjang.
d Farmakodinamik
Efek Hemodinamik : ACE Inhibitor menurunkan
jumlah resistensi pembuluh darah perifer, meningkatkan
natriuresis tapi menyebabkan sedikit perubahan dalam
Heart Rate. Efek Neurohormonal : Pengobatan jangka
pendek dengan ACE Inhibitor disertai dengan
menurunnya kadar angiotensin II dan aldosteron, serta
peningkatan pelepasan renin dan angiotensin I. Efek
antiproliferatif : ACE Inhibitor juga menunjukkan efek
antiproliferatif (pengurangan pembuluh darah dan
hipertrofi jantung dan proliferasi matriks ekstraseluler)
dan mengurangi remodeling ventrikel. Efek renal : ACE
Inhibitor menurunkan resistensi vaskuler ginjal dan
menaikkan renal blood flow dan mendorong ekskresi
Na+ dan air
e Efek Samping
Pada kebanyakan pasien, ACE Inhibitor dapat
ditoleransi dengan baik walaupun beberapa efek
samping dapat terjadi. Seperti hipotensi, batuk kering,
hiperkalemi, gagal ginjal akut, proteinuria, angioedema,
dan efek teratogenik
2) Penghambat-β (β-Blocker)
Penghambat-β direkomendasikan untuk semua pasien dengan
penyakit jantung, kecuali yang beresiko tinggi tetapi tidak
memiliki gejala atau yang mengalami HF akut. Agen dalam
golongan ini diberikan dari dosis rendah dan ditingkatkan
secara perlahan hingga dosis efektif yang dapat ditoleransi.
3) Diuretik
Diuretik mengurangi kongesti paru dan edema perifer. Obat-
obat ini berguna mengurangi gejala volume berlebihan,
termasuk ortopnea dan dispnea noktural proksismal. Diuretik
menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan
aliran balik vena (venous return) menuju jantung (preload). Hal
ini akan menurunkan beban kerja jantung dan kebutuhan
oksigen. Diuretik juga menurunkan afterload dengan
mengurangi volume plasma yang selanjutnya menurunkan
tekanan darah.
PATHWAY
GAGAL JANTUNG
Tekanan darah
Vena Pulmonalis Bendungan atrium kanan Hepar
Suplai darah Aldesteron
dan vena sistemik
jaringan turun meningkat
(NOC)
1 Pertahankanjalan nafas
paten
2 Monitor adanya tanda tanda
gagal nafas
3 Monitor pola respirasi
4 Lakukan terapi oksigen
5 Monitor status neurologi
6 Tingkatkan oral hygiene
2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DISCHARGE PLANING