Anda di halaman 1dari 11

Ns Asriansyah S.

Kep

Senin, 23 Februari 2015

Laporan Pendahuluan Tonsilitis

KONSEP DASAR

TONSILITIS

1. Pengertian

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan,
terutama pada anak-anak atau inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi.

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus dan Tonsilitis
kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang (Mansjoer, A. 2000).

2. Etiologi

Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu
menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.

3. Patofisiologi

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan
reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini
secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus
disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakonaris.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan
jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.

4. Manifestasi Kinik

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama), gejala lain :

a. Demam, Sakit kepala


b. Muntah, Menurut Mans :

1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, Tenggorokan terasa kering

2. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus

3. Tidak nafsu makan, Mudah lelah, Nyeri abdomen, Pucat, Nyeri kepala, Disfagia (sakit saat
menelan), Mual dan muntah

5. Pemeriksaan Penunjang :

v Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan
demam jengkering.

v Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

v Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.

6. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik:

a. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari
setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group

b. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

c. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.

d. Laringitis, Sinusitis, Rhinitis

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

v Penatalaksanaan tonsilitis akut:

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.

c. Pemberian antipiretik.
v Penatalaksanaan tonsilitis kronik:

1. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

2. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil. Tonsilektomi menurut Firman S (2006).

v Perawatan Prabedah:

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari
infeksi pernafasan bagian atas.

v Teknik Pembedahan:

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan kepala
sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup
dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi
dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan
dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat
setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.

v Penatalaksaaan Keperawatan

ü Memantau tanda-tanda perdarahan

ü Memberikan cairan bila muntah telah reda

ü Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan
kecil).

ü Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).

ü Menawarkan makanan: Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.

ü Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah
perdarahan.

ü Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.

ü Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

ü Memberikan analgesik

ü Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

ü Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

ü Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Focus pengkajian:
v Wawancara

1. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)

2. Apakah pengobatan adekuat

3. Kapan gejala itu muncul

4. Apakah mempunyai kebiasaan merokok

5. Bagaimana pola makannya

6. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

v Pengkajian system : Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan
dasar manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :

a. Sistem Gastrointestinal

Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan sehingga klien
susah untuk makan dan sulit untuk tidur

b. Sistem Pulmoner

Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan faring, klien
sering batuk

c. Sistem Imun

Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah terserang
demam

d. Sistem Muskuloskeletal

Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien susah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari

e. Sistem Endokrin

Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid

f. Sistem Gastointestinal

1. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri

2. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil

3. Anoreksia : mual dan muntah

4. Mulut berbau

5. Bibir kering

6. Nafsu makan berkurang

g. Sistem Pernafasan

1. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil


2. Faring hiperimisis : terdapat detritus

3. Pernafasn bising

4. Edema faring

5. Batuk

h. Sistem Imun

1. Pembengkakan kelenjar limpah leher

2. Pembesaran tonsil

3. Tonsil

4. Hiperemia

5. Demam atau peningkatan seluruh tubuh

i. Sistem Muskuloskeletal

1. Kelemahan pada otot

2. Letargi

3. Nyeri pada otot

4. Malaise

b. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan usap tenggorok:

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan
memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan
obat yang masih sensitif terhadapnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.

c. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan obstruksi pada tuba eustaki

10. Nursing Care Planing (NCP)

NO DX KEP NOC NIC


1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri
keperawatan selama… Diharapkan
pembengkakan R/Mengetahui daerah nyeri,
nyeri berkurang atau hilang
jaringan tonsil factor pencetus, berat
INDIKATOR IR ER ringan nyeri yang dirasakan

· Mampu 2.Ajarkan teknik relaksasi


mengontrol nyeri
R/Mengajarkan apabila nyeri
· Melaporkan nyeri timbul
berkurang
3.Obs TTV
· Mampu mengenali
R/Untuk mengetahui KU
nyeri
klien
· Menyatakan rasa
4.Berikan analgetik sesuai
nyaman
program
· TTV DBN
R/Untuk mengurangi rasa
nyeri

Keterangan : 5. Jelaskan pada pasien


tentang sebab-sebab
1. Kuat timbulnya nyeri
2. Berat R/ Pemahaman pasien
3. Sedang tentang penyebab nyeri
yang terjadi akan
4. Ringan mengurangi ketegangan
5. Tidak ada 6. Atur posisi pasien
senyaman mungkin sesuai
keinginan pasien

R/ Posisi yang nyaman akan


membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin

7. Bantu pasien dalam


identifikasi faktor pencetus

R/ nyeri dipengaruhi oleh;


kecemasan, ketegangan,
suhu, distensi kandung
kemih dan berbaring lama

1. Kaji nutrisi klien

R/Untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi klien
2. Jelaskan pada klien
tentang pentingnya nutrisi
tubuh

R/Menembah pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan klien tantang nutrisi
keperawatan selama… Diharapkan
Ketidakseimbangan 3. Anjurkan makan sedikit
nutrisi terpenuhi
nutrisi kurang dari tapi sering
2
kebutuhan tubuh INDIKATOR IR ER R/Meningkatkan intake
b/d pembengkakan
· Intake makanan dan nutrisi klien
pada tonsil
cairan 4. Anjurkan makan selagi
· Energi hangat

· Berat badan R/Meningkatkan nafsu


makan klien
Keterangan :
5. Anjurkan hygiene mulut
1. Keluhan ekstrim
R/Meningkatkan nafsu
2. Keluhan berat makan klien
3. Keluhan sedang 6. Kolaborasi dengan ahli
gizi
4. Keluhan ringan
R/Untuk mengetahui gizi
5. Tidak ada keluhan
yang seimbang

1. Kaji factor penyebab


hipertermi

R/untuk mengetahui
penyebab

2. Obs. TTV

R/Dapat menentukan
perkembangan perawatan
Setelah dilakukan tindakan
Hipertermi 3. Pertahankan suhu tubuh
keperawatan selama… Diharapkan
berhubungan normal
suhu tubuh DBN
dengan proses R/Dapat dipengaruhi suhu
penyakit INDIKATOR IR ER
lingkungan, aktivitas
3
· Intake makanan dan 4. Beri kompres hangat
cairan
R/Perpindahan panas secara
· Energi konduktif
· Berat badan
· Suhu tubuh DBN 5. Berikan pakaian yang
tipis yang menyerap keringat
Keterangan :
R/Proses konveksi akan
1. Kuat terhalang pakaian yang
2. Berat ketat.

3. Sedang 6. Kolaboraso dalam


pemberian antipiretik
4. Ringan
R/Menurunkan panas pada
5. Tidak ada pusat hipotalamus

1. Monitor keterbatasan
aktivitas

R/Merencanakan intervensi
dengan tepat

2. Bantu klien dalam


aktivitas sendiri

R/Klien dapat memilih dan


merencanakan nya sendiri

3. Catat tanda vital

R/Mengkaji sejauh mana


Setelah dilakukan tindakan
perubahan selama aktivitas
keperawatan selama… Diharapkan
Intoleransi aktivitas
klien toleransi terhadap aktivitas 4. Menentukan penyebab
berhubungan
dengan kelemahan intoleransi aktivitas
INDIKATOR IR ER
fisik R/Menentukan intervensi
· TTV DBN
5. Monitor intake output
· Langkah berjalan
4 R/Sumber energy klien
· Jarak jalan
6. Kaji tingkat intoleransi
· Kuat
klien
Keterangan : R/ Untuk mengetahui tingkat
1. Keluhan ekstrim aktivitas klien guna
intervensi selanjutnya
2. Keluhan berat
7. Anjurkan klien untuk
3. Keluhan sedang melakukan aktivitas yang
4. Keluhan ringan ringan

5. Tidak ada keluhan R/Aktivitas yang ringan


dapat membantu
mengurangi energy yang
keluar

8. Ajurkan klien untuk


istirahat yang cukup

R/Istirahat yang cukup dapat


mebantu meminimalkan
pengeluaran energy

1. Orientasi dengan
kenyataan

R/Menimbulkan mental
klien yang positif

2. Memberikan dukungan
secara emosional

R/Meyakinkan klien bahwa


klien tidak sendiri dan ada
yang memperhatikan nya

3. Ajarkan klien perawatan


telinga sesuai indikasi

R/Agar tidak memperparah


penurunan pendengaran

4. Memperbaiki cara
komunikasi dengan biacar
pelan didekat klien dan tidak
berteriak
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan R/Kebisingan dapat
sensori : keperawatan selama… Diharapkan mempengaruhi
pendengaran b/d klien toleransi terhadap aktivitas pendengaran
obstruksi pada
INDIKATOR IR ER 5. Berikan posisi yang
tuba eustaki
nyaman dan tidak bising
· Tidak ada distorsi
pendengaran R/ Agar telinga klien tidak
tambah sakit karena
· Komunikasi yang kebisingan dapat menjadi
dilakukan dapat faktor pencetus nyeri telinga
5
diterima dan penurunan
Keterangan : pendengaran

1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat 6. Observasi ketajaman
pendengaran, catat apakah
3. Keluhan sedang
kedua telinga terlibat
4. Keluhan ringan
R/ Mengetahui tingkat
5. Tidak ada keluhan ketajaman pendengaran
pasien dan untuk
menentukan intervensi
selanjutnya

7. Anjurkan pasien dan


keluarganya untuk
mematuhi program terapi
yang diberikan

R/ Mematuhi program terapi


akan mempercepat proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

di akeses tanggal 26/10/2014

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Unknown di 10.18

Berbagi

1 komentar:

Slimming Capsule23 April 2015 23.11

Silahkan kunjungi artikel yang lainnya :

http://obatamandel.utamakansehat.com/
http://obatparuparubasah.utamakansehat.com/
http://obatflekparuparu.utamakansehat.com/
http://obatgondok.utamakansehat.com/
http://obattbc1.utamakansehat.com/
http://obatgulabasah.utamakansehat.com/

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai