Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum
dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi
oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 ).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis). (Oswari, 2012 : 216). Hernia inguinalis adalah kondisi
prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau
bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang masuk
lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak
atau omentum (Erickson K, M. 2009). Hernia inguinalis adalah prolaps
sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan
oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L.
Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh
melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internusatau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut
melalui anulusinguinalis externa atau medialisis. (Kapita Selekta Kedokteraan
Edisi 3, Marilynn E. Donges).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah
penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek kongenital
maupun karena adanya faktor yang didapat.

1
B. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis


internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian
terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah
aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum
inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada
perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis,
karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

2
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan (Mansjoer, 2002).

C. Klasifikasi
Klasifikasi hernia inguinalis menurut (Mansjoer, Dalam Amrizal, 2015). yaitu:
1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
diduga mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa
prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol
keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis inguinalis.
Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis inguinalis melalui
anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria dan vena epigastrika
inferior.5 Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan. Hernia inguinalis
indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat
kongenital.
2) Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia
inguinalis direk.
3) Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
4) Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan.
5) Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
6) Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus
inguinalis profundus dan lateral terhadap arteria dan vena epigastrika
inferior.

3
7) Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis superficialis,
terletak di atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum.
8) Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong skrotum
atau labium majus.
2. Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis.
Hernia ini melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk
jarang pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini
merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan otot
dinding abdomen (Snell R, S. 2006).

Menurut (Sjamsuhidajat, R. 2011), Berdasarkan tempat terjadinya Hernia


dibedakan menjadi :
1. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak
adanya fasia umbilikalis.
3. Hernia Paraumbilikus
Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan tindakan operasi untuk
dikoreksi.
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.

4
5. Hernia Ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan hernia
sikatriks.
6. Hernia Lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua trigonum masing-
masing trigonum kostolumbalis superior (ruang Grijinfelt/lesshaft)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau
trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
7. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia littre
dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
8. Hernia Spiegheli
Hernia spieghell ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di linea
semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
9. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.
10. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot
dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada
perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi
pelvis. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator
anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua
daerah dasar panggul.
11. Hernia Pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satu sisi.

5
Menurut (Sjamsuhidajat, R. 2011) berdasarkan sifatnya hernia terbagi atas :
1. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika
berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan pasase,
sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel
yang disertai gangguan vaskularisasi.
4. Hernia Richter
Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi perforasi
usus.
5. Hernia Interparietalis
Hernia yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding
perut.
6. Hernia Eksterna
Hernia eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
7. Hernia Interna
Hernia interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis
atau defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus.

6
D. Etiologi
1. Strain :
a. Kerja otot yang sangat kuat
Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia inguinalis
ialah pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat
meningkatan tekanan intraabdominal dan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis (Sjamsuhidajat, R. 2011).
Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen memberikan predisposisi besar terjadinya hernia
inguinalis pada pria (Ruhl CE dan Everhart JE. 2007). Dan apabila terjadi
pengejanan pada aktivitas fisik maka proses pernapasan terhenti
sementara menyebabkan diafragma berkontraksi sehingga meningkatkan
kedalaman rongga torak, pada saat bersamaan juga diafragma dan otot-
otot dinding perut dapat
b. Batuk kronik
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis,
peningkatan tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan
secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada
saluran respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume
udara sebanyak-banyaknya sehingga terjadi peningkatan intratorakal.
Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan mempertahankan
volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi
kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga
selain tekanan intratorakal yang meninggi, intraabdomen pun ikut
tinggi. Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadilah peningkatan
tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka kembali
kanalis inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis
sehingga timbulnya hernia (Widdicombe, J. 2003.)
c. Mengejan sewaktu miksi (seperti pada pembesaran prostate yang jinak)
d. Mengejan sewaktu defekasi
2. Peregangan otot abdomen karena meningkatnya tekanan intra abdomen.

7
3. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan
akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa
kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi
lemak di seluruh tubuh. Pada orang yang obesitas terjadi kelemahan pada
dinding abdomen yang disebabkan dorongan dari lemak pada jaringan
adiposa di dinding rongga perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan
rongga dinding perut dan terjadi defek pada kanalis inguinalis (WHO,2011).

E. Tanda Dan Gejala


Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan
mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa
mengecil atau menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada
waktu defekasi atau miksi, mengangkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa
nyeri pada benjolan atau gejala mual dan muntah ada komplikasi.

F. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis

8
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada
saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau
spinal sehingga akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang
berpengaruh pada tingkat kesadaran, depresi pada SSP juga mengakibatkan
reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga mengakibatkan
produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas terganggu,
serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan
muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena
kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru
dan kulit. Insisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat
(kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka
bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme patogen sehingga
sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi
torehan, tarikan, manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena
kompresi / stimulasi ujung syaraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat
operasiatau karena ischemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah satu
bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma. (Mansjoer, 2000,
hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996 hal 55 –

9
Pathway Keperawatan

Batuk kronis, mengangkat benda berat,


mengejan pada saat defekasi,

peningkatan tekanan intra abdomen

defek pada dinding otot ligament


inguinal melemah

penonjolan isi perut di lateral pembuluh


epigastrika inferior fenikulus spermatikus

Hernia inguinalis

Herniorafi/ herniotomi
Resiko infeksi
masuknya
Perdarahan Insisi bedah mikroorganism
e
Proses
Gangguan Inflamasi
volume Spasme otot takut gerak
cairan Nyeri
Hambatan

Gangguan rasa mobilitas fisik

nyaman : nyeri

10
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
2. EKG
3. USG
4. Keadaan umum penderita biasanya baik bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri.
Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan itu dapat
dimasukkan kembali. Penderita dalam posisi tidur, bernafas dengan mulut
untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu angkat scrotum perlahan-
lahan. Bila benjolan itu dapat masuk, maka diagnosis hernia dapat
ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga dapat ditegakkan bila terdengar
bising usus pada benjolan tersebut.
5. Keadaan cincin hernia perlu pula diperiksa. Caranya adalah dengan
mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis interna. Pada
keadaan normal, maka jari tangan tidak dapat masuk, maka penderita
disuruh mengejan dan rasakan apakah ada massa yang menekan. Bila
massa itu menekan ujung jari, maka itu adalah hernia inguinalis lateralis.
Sedang bila menekan sisi jari, maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis
medialis.

H. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.

11
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis

I. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong..
b. Istirahat baring
c. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
d. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniatomy
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan
memotong kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak
dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus
vaginalis tidak menutup (Sjamsuhidajat, R. 2011). pembebasan kantong
hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau

12
ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong.
b. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang (Muttaqin A dan Sari K. 2011).
c. Herniorraphy
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya
kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen (Muttaqin A dan Sari
K. 2011). mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus
internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
 Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi
bila menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
 Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
b. Data objektif
 Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
 Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa
mulut kering, anak bayi rewel.
c. Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 –18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
d. Data pemeriksaan diagnostik : X ray
e. Potensial komplikasi :
 Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia

13
 Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyak ususyang
naik.
 Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang menekan pembuluh darahdan
kemudian timbul nekrosis.
 Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,muntah
dan okstipasi.
 Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam asidosis metabolik danakses.

2. Diagnosa Keperawatan, KH dan Intervensi


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
b. Kurang pengetahuan berhubungan tidak informasi dengan sumber
informasi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat.
d. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

3. Intervensi
NO. Diagnosa Kep NOC NIC
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Pain Management (1400)
agen injuri tindakan keperawatan 1. Kaji tipe dan sumber
biologis, fisik. selama 3 x 24 jam, nyeri untuk
diharapkan nyeri hilang menentukan
dengan KH : intervensi.
Pain Control (1605) 2. Observasi reaksi non
a. Mengenal verbal dan ketidak
permulaan sakit nyamanan.
b. Melaporkan kontrol 3. Ajarkan tentang
nyeri teknik non
c. Mengenali faktor farmakologi.
penyebab

14
4. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan.
5. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
2. Kurang Setelah dilakukan Health Education (5510)
pengetahuan b/d tindakan keperawatan 1. Observasi tingkat
tidak informasi selama 3 x 24 jam, pengetahuan klien.
dengan sumber diharapkan kurang 2. Diskusikan
informasi pengetahuan teratasi perubahan gaya
dengan KH : hidup yang bisa
Knowledge : Diet (1802) untuk mencegah
a. Mengetahui diet komplikasi atau
yang disarankan mengontrol proses
b. Dapat menjelaskan penyakit.
alasan diet 3. Jelaskan secara
rasional tentang
pengelolaan terapi
atau perawatan yang
dianjurkan.
4. Anjurkan pada
pasien untuk
mencegah atau
meminimalkan efek
samping dari
penyakitnya

15
3 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan Infection Protection
pertahanan primer tindakan keperawatan (6550)
tidak adekuat, selama 3 x 24 jam, 1. Monitor tanda dan
prosedur invasif, diharapkan tidak terjadi gejala infeksi
pertahanan resiko infeksi dengan KH 2. Lakukan tindakan
sekunder tidak : asepsis perawatan
adekuat. Imune Status (0702) luka
a. Integritas kulit baik 3. Tingkatkan intake
tidak kemerahan cairan
b. Tidak ada bengkak 4. Ajarkan pada pasien
c. Jumlah leukosit dan keluarga tentang
dalam batas normal tanda dan gejala
infeksi
5. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
4 Hipertermia b/d Setelah dilakukan Fever Treatment (3740)
penyakit tindakan keperawatan 1. Monitor TTV
selama 3 x 24 jam, 2. Monitor warna dan
diharapkan hipertermia suhu kulit
teratasi dengan KH : 3. Berikan kompres
Thermoregulation (0800) hangat
a. Suhu tubuh dalam 4. Ajarkan pada
batas normal (36,4- keluarga cara
37,9°C) mengompres hangat
b. Tidak ada yang benar
kemerahan pada 5. Kolaborasi dalam
kulit pemberian
c. Kulit tidak teraba antipiretik
panas

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria. M. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC).


Amerika: Mosby.
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice. 2000. Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Erickson K, M. 2009. Abdominal Hernias. Emedicine Speciaties General
Surgery Abdomen.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius.
Jakarta. Indonesia.
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Amerika:
Mosby.
Muttaqin A dan Sari K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika.
Jakarta. Indonesia.
Santosa, Budi. 2004-2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta:
Prima Medika.
Sjamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia.

Snell R, S. 2006. Anatomi Klinik. EGC. Jakarta. Indonesia

UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva

17

Anda mungkin juga menyukai