Modul 4
Modul 4
EKSRESI URIN
I. Tujuan Percobaan
a. Volume distribusi adalah volume hipotetik dalam tubuh tempat obat terlarut.
Vd merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan
jumlah obat dalam tubuh, berguna untuk menilai jumlah relatif obat diluar
kompartemen sentral atau dalam jaringan (Shargel dan Yu, 2005).
b. Klirens merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang
dibersihkan dari kompartemen tubuh setiap waktu tertentu yang
menggambarkan eliminasi obat. Secara umum eliminasi obat terjadi pada
ginjal dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan
jumlah dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik) (Mutschler, 1999).
c. Tetapan kecepatan absorpsi (Ka) menggambarkan kecepatan absorpsi, yaitu
masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik. Nilai ini merupakan resultan dari
kecepatan disolusi obat, bentuk sediaan, pelarutannya dalam lingkungan
tempat absorpsi, proses absorpsi, distribusi dan eliminasi (Neal, 2006).
a. Waktu paruh eliminasi adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk tereliminasi
menjadi separuh dari harga awal. Besar kecilnya waktu paruh eliminasi sangat
menentukan durasi obat dan menjadi acuan untuk menentukan dosis pada
pemakaian berulang dalam terapi jangka panjang (Mutschler, 1999).
b. Kecepatan eliminasi adalah fraksi obat yang ada pada suatu waktu yang akan
tereliminasi dalam satu satuan waktu. Tetapan kecepatan eliminasi
menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai
keseimbangan (Neal, 2006).
2.1.3 Parameter turunan
a. tmaks adalah nilai yang menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik
mencapai puncak (Shargel dan Yu, 2005).
b. Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau
plasma.
c. AUC adalah permukaan dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik
turunnya kadar plasma sebagai fungsi waktu. AUC dapat digunakan untuk
membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan
eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay dan Rahardja, 2007).
2.4 Siprofloksasin
2.4.1 Sifat Fisikokimia
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah baker glass 250 mL,
HPLC, labu takar 10 mL dan 1 L, micropipet 1 mL, dan vial.
3.2 Bahan
y = 4656137,749 + 1595275,136 x
a = 4656137,749
b = 1595275,136
r = 0,9863
5.1.2. Pengumpulan urin
rentang waktu
pengambilan volume
pengumpulan
data ke - urin
urin
sampel waktu
AUC c (µg /ml) c x F (10) cp (mg/ml)
uji retensi
Ln Du* -
t (jam) Du (mg) Du* Du* - Du
Du
y = 3,855 – 0,180 x
a = 3,855
b = - 0,180
r = - 0,985
5.2 Perhitungan
25
Asetonitril: 100 × 500 𝑚𝐿 = 166,67 mL
0,1
TEA 0,1%: 100 × 500mL = 0,5 mL
1000ppm= 1000µg/mL
= 10.000µg
= 10 mg = di ad 10 mL dapar
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 1000ppm = 10 mL × 100ppm
V1 = 1 mL = ad 10 mL dapar
- 0,1ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 0,1ppm
V1 = 0,01 mL
- 0,5ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 0,5ppm
V1 = 0,05 mL
- 1 ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 1ppm
V1 = 0,1 mL
- 5 ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 = 0,5 mL
- 10 ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 10ppm
V1 = 1 mL
- 20ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 20ppm
V1 = 2 mL
- 50ppm, 10 mL
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 100ppm = 10 mL × 50ppm
V1 = 5 mL
y= a + bx
y = 4656137,749 + 1595275,136 x
y = AUC ; x = C ; F = 10
x = 3,950 µg / ml
cp = C x F
cp = 3,950 x 10
342265,251
x= 1595275,136
x = 2,146 µg / ml
cp = C x F
cp = 2,146 x 10
𝐶𝑠 𝑥 𝐴𝑈𝐶 𝑈𝑗𝑖
C uji = 𝐴𝑈𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
0,5 𝑥3941189
=
1828015
= 1,078 µg / ml
cp = C x F
cp = 1,078 x 10
x = 0,923 µg / ml
cp = C x F
cp = 0,923 x 10
𝐶𝑠 𝑥 𝐴𝑈𝐶 𝑈𝑗𝑖
C uji = 𝐴𝑈𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
0,5 𝑥 1865372
= 1828015
= 0,510 µg / ml
cp =CxF
cp = 0,510 x 10
𝐶𝑠 𝑥 𝐴𝑈𝐶 𝑈𝑗𝑖
C uji =
𝐴𝑈𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
0,5 𝑥 699609
=
1828015
= 0,191 µg / ml
cp =CxF
cp = 0,191 x 10
y = 2,229 – 0,159 x
k = 0,159/jam
a = Ln Ke. Db0
Ke = 9,291/500 = 0,019/jam
K = Ke + Km
Km = K- Ke
= 0,159 – 0,019
= 0,14/jam
y = 3,855 – 0,180 x
k = 0,180
VI. Pembahasan
pada percobaan ini yaitu metode laju eksresi dan metode sigma minus.
Pada percobaan ini sampel yang di gunakan adalah urin, urin merupakan
cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksresi urin diperlukan untuk membuang sisa atau
molekul-molekul dalam darah yang disaring oleh ginjal termasuk jumlah obat
yang tereliminasi (Sylvia, 2012). Urin yang digunakan diperoleh dari relawan
praktikan, kriteria relawan yang dipilih adalah relawan yang sehat dan bukan
berfungsi dengan baik, terutama organ ginjal karena ginjal merupakan tempat obat
kadar obat siprofloksasin yang dieksresikan melalui urin. Relawan perokok tidak
dipilih karena rokok mengandung zat nikotin yang bersifat asam, nikotin tersebut
pertama kali ditampung adalah urin blanko dimana urin tersebut belum
Siprofloksasin dengan dosis 500 mg, dengan tujuan untuk memaksimalkan proses
perjalanan obat di dalam tubuh, mulai dari fase absorpsi, distribusi, metabolisme
dan eksresi melalui urin. Selanjutnya dilakukan pengumpulan urin dengan rentang
waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan supaya jumlah obat yang
diekskresikan memiliki kecepatan eliminasi yang tetap sehingga data urin yang
volume yang terukur dicatat setiap rentang waktu, hal ini bertujuan untuk
Kemudian urin yang telah di tamping ke dalam matkan di masukkan ke dalam vial.
Selanjutnya sampel urin yang berada dalam vial disimpan di dalam freezer yang
dengan dapar ammonium asetat yang berfungsi sebagai pelarut untuk senyawa
siprofloksasin dan juga untuk membuat konsentrasi urin lebih encer. Kemudian
setiap sampel urin disaring dengan membran filter PTFE 0,45 µm yang bertujuan
yang diperoleh hanya sampel yang diinginkan saja tanpa adanya pengotor.
dalam fase diam dan fase gerak. Penggunaan HPLC memiliki sensitivitas yang
tinggi karena dapat menganalisis sampel dengan volume yang sangat sedikit
(Veronika dkk, 1999). Fase diam yang digunakan adalah oktadesil silane yang
bersifat non polar sehingga dapat menarik senyawa non polar sedangkan fase
geraknya adalah campuran antara asetonitril dengan air (25:75) sehingga bisa
dikatakan cenderung polar karena senyawa siprofloksasin bersifat polar dan dapat
terelusi oleh fase gerak. Kemudian pH disesuaikan dijaga pada 2,5 supaya tidak
merusak kolom fase balik. Detektor yang digunakan adalah detektor UV karena
ada dua yaitu metode kurva kalibrasi (multi point method) dan one point method.
sampel yang digunakan maka luas area juga semakin meningkat. Luas area
menunjukkan data kuantitatif sampel. Semakin besar nilai luas area menunjukkan
dihasilkan menurun seiring dengan waktu pengumpulan urin. Dari data AUC
yaitu sebesar 4,358 jam dan dengan metode sigma minus sebesar 3,85 jam.
Meskipun berbeda, tetapi hasil yang didapat ini sesuai dengan literatur yang
yang lebih kecil dari K menunjukkan bahwa ada sebagian obat yang mengalami
metabolisme dalam tubuh sehingga tidak diekskresikan dalam bentuk utuh. Nilai
Km yang diperoleh adalah sebesar 0,14/jam. Serta dapat dilihat dari jumlah Du
kumulatif yaitu sebesar 56,072. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa tidak
semua bagian dari siprofloksasin diekskresikan dalam bentuk utuh karena adanya
proses metabolisme.
VII. Kesimpulan
Ke<K menunjukkan bahwa ada obat yang diekskresikan tidak dalam bentuk utuh
Tjay T.H. and Rahardja K., (2010). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek - Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Veronika, Meyer; John Wiley dan Sons. (1999). Practical High Performance
Liquid Chromatography 3rd Edition. London: Pharmaceutical
Association
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASI - FARMAKOKINETIK
EKSRESI URIN
Disusun Oleh:
Kelompok 1/B
Resi Yulianti (10060316046)
Alvin Fauzan Fadilah (10060316047)
Fitriyani Sari (10060316048)
Moch Irval Vanca Buana (10060316049)
Asmiralda Amalia (10060316050)
Feisal Muhayat (10060316051)