Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR BAJA

A. PENGERTIAN BAJA

Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja
berkisar antara 0,2 % hingga 2,1 % berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam
baja adalah sebagai unsur pengerasan pada kisi kristal atom besi. Baja karbon
adalah baja yang mengandung karbon lebih kecil 1,7 %, sedangkan besi
mempunyai kadar karbon lebih besar dari 1.7 %. Baja mempunyai unsur-unsur
lain sebagai pemadu yang dapat mempengaruhi.

Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan
daktilitasnya. Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi
bangunan (jembatan atau gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu
saja volumenya tidak harus mendominasi. Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan
dan daktilitas sangat cocok dipakai mengevaluasi struktur yang diberi
pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain kondisi tadi akan ada pengaruh
lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup struktur bangunannya. Jadi
pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan bahkan dapat mengalami kerusakan
meskipun tanpa diberikan beban sekalipun (belum berfungsi). Jadi ketahanan
bahan material konstruksi terhadap lingkungan sekitarnya adalah penting untuk
diketahui agar dapat diantisipasi baik.

Kelebihan material baja dibandingkan material beton atau kayu adalah


karena buatan pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol mutu yang baik. Oleh
karena itu dapat dipahami bahwa kualitas material baja yang dihasilkannya relatif
homogen dan konsisten dibanding material lain, yang berarti juga lebih dapat
diandalkan mutunya.

Di sisi lain karena merupakan hasil produk industri, agar prosesnya


menguntungkan harus diusahakan mencapai kondisi optimum. Untuk itu
diperlukan suatu kuantitas tertentu yang terkesan relatif monoton serta tidak
mudah dibuat variasinya. Itulah pentingnya dibuat standarisasi bentuk profil. Dari
tabel profil baja yang ada terlihat banyak sekali profil yang tersedia, tetapi dalam
kenyataannya jika peminatnya relatif sedikit maka profil yang jarang dipakai
tentunya tidak diproduksi banyak. Jadi akhirnya tidak semua profil pada tabel
dapat dipilih. Hanya profil-profil tertentu yang memang umum (banyak)
digunakan. Hal ini perlu diketahui insinyur perencana konstruksi baja, jangan
hanya berpedoman teoritis hitungan, karena kalau sampai mengubah profil
rencana dengan profil tersedia, kemungkinan berubah pula detail sambungan yang
dibuat. Jika ini tidak dipikirkan waktu dapat terbuang sia-sia.

Tidak ada jaminan bahwa lokasi pabrik baja akan berdekatan dengan
proyek atau bengkel fabrikasi, sehingga panjang profil baja ditentukan oleh
kemampuan kendaraan transportasi pengangkut (truk atau kapal) dan jalur
transportasi (darat atau air) yang akan dilaluinya.

I. Kelebihan Baja Sebagai Material Struktur

Jika kita menyimak bangunan sekitar kita baik berupa jembatan, gedung,
pemancar, papan iklan, dan lainnya akan sependapat bahwa baja merupakan
material struktur yang baik. Kelebihan dari baja terlihat dari kekuatan, relatif
ringan, kemudahan pemasangan, dan sifat baja lainnya. Kelebihan material baja
akan dibahas dalam paragraf berikut.

1. Kekuatan Tinggi

Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi bahwa
beban mati akan kecil. Hal ini sangat penting untuk jembatan bentang panjang,
bangunan tinggi, dan bangunan dengan kondisi tanah yang buruk.
2. Keseragaman

Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada struktur
beton bertulang.

3. Elastisitas

Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan


material lain karena baja mengikuti hukum Hooke hingga mencapai tegangan
yang cukup tinggi. Momen inersia untuk penampang baja dapat ditentukan dengan
pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.

4. Permanen

Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang, bahkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan
perawatan pengecatan sama sekali.

5. Daktilitas

Daktilitas didefinisikan sebagai sifat material untuk menahan deformasi yang


besar tanpa keruntuhan terhadap beban tarik. Suatu elemen baja yang diuji
terhadap tarik akan mengalami pengurangan luas penampang dan akan terjadi
perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan. Sebaliknya pada material keras dan
getas (brittle) akan hancur terhadap beban kejut. SNI 03-1729-2002
mendefinisikan daktilitas sebagai kemampuan struktur atau komponennya untuk
melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang (siklis) di luar batas titik leleh
pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya dukung
bebannya. Beban normal yang bekerja pada suatu elemen struktur akan
mengakibatkan konsentrasi tegangan yang tinggi pada beberapa titik. Sifat daktil
baja memungkinkan terjadinya leleh lokal pada titik-titik tersebut sehingga dapat
mencegah keruntuhan prematur. Keuntungan lain dari material daktil adalah jika
elemen struktur baja mendapat beban cukup maka akan terjadi defleksi yang
cukup jelas sehingga dapat digunakan sebagai tanda keruntuhan.

6. Liat (Toughness)

Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan dan
daktilitas. Suatu elemen baja masih dapat terus memikul beban dengan deformasi
yang cukup besar. Ini merupakan sifat material yang penting karena dengan sifat
ini elemen baja bisa menerima deformasi yang besar selama pabrikasi,
pengangkutan, dan pelaksanaan tanpa menimbulkan kehancuran. Dengan
demikian pada baja struktur dapat diberikan lenturan, diberikan beban kejut,
geser, dan dilubangi tanpa memperlihatkan kerusakan. Kemampuan material
untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup besar disebut toughness.

7. Tambahan pada Struktur yang Telah Ada

Struktur baja sangat sesuai untuk penambahan struktur. Baik sebagian bentang
baru maupun seluruh sayap dapat ditambahkan pada portal yang telah ada, bahkan
jembatan baja seringkali diperlebar, dll.

Kelebihan lain dari materia baja struktur adalah:

kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keling maupun las,

cepat dalam pemasangan,

dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan,

kekuatan terhadap fatik,

kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran,

masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen struktur,

adaptif terhadap prefabrikasi.


II.Kelemahan Baja Sebagai Material Struktur

Secara umum baja mempunyai kekurangan seperti dijelaskan pada paragraf


dibawah ini.

1. Biaya Pemeliharaan

Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi jika dibiarkan terjadi
kontak dengan udara dan air sehingga perlu dicat secara periodik.

2. Biaya Perlindungan Terhadap Kebakaran

Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi kekuatannya menurun drastis jika
terjadi kebakaran. Selain itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik
sehingga dapat menjadi pemicu kebakaran pada komponen lain. Akibatnya, portal
dengan kemungkinan kebakaran tinggi perlu diberi pelindung. Ketahanan material
baja terhadap api dipersyaratkan dalam Pasal 14 SNI 03-1729-2002.

3. Rentan Terhadap Buckling

Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula bahaya terhadap
buckling (tekuk). Sebagaimana telah disebutkan bahwa baja mempunyai kekuatan
yang tinggi per satuan berat dan jika digunakan sebagai kolom seringkali tidak
ekonomis karena banyak material yang perlu digunakan untuk memperkuat kolom
terhadap buckling.

4. Fatik

Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan
perlu dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi
beban siklis.
5. Keruntuhan Getas

Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan keruntuhan getas
dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis beban fatik
dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan keruntuhan
getas (ini yang terjadi pada kapal Titanic).

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian baja, serta kelebihan dan


kekurangan baja sebagai material struktur semoga dapat berguna dan dapat
membantu Anda dalam memahami tentang baja serta lebih mengetahui tentang
kekuatan material baja sebagai struktur bangunan.
B. Proses Pembuatan Baja

Baja merupakan salah satu bahan yang sangat banyak dipakai di seluruh dunia
untuk keperluan kehidupan manusia, khususnya di dunia industri. Ditemukan buat
pertama kali oleh orang Mesir lebih dari 4000 tahun yang lalu untuk perhiasan dan
alat rumah tangga yang kemudian berkembang menjadi bahan berharga dan
dimanfaatkan orang setiap hari saat ini.

Untuk menjadikan baja, banyak proses yang dilakukan, sehingga


membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat dipakai dalam berbagai
keperluan.

A. Pembuatan Besi Kasar

Besi kasar adalah hasil pengolahan dari bijih besi dengan melalui beberapa
proses. Proses awal adalah dengan mengurangi senyawa-senyawa dan zat-zat lain
yang terkandung dalam bijih besi dengan tahap sebagai berikut :

· Dibersihkan.

· Dipecah-pecah dan digiling sampai menjadi halus, sehingga partikel besi


dapat dipisahkan dari bahan yang tidak diperlukan dengan menggunakan magnit.

· Dibentuk menjadi “pellet” (bulatan-bulatan kecil) dengan diameter + 14


mm.

Untuk memudahkan dalam pembentukan “pellet” maka ditambahkan tanah


liat, sehingga dapat dirol menjadi bentuk bulat. Setelah proses awal dilakukan,
maka bijih besi diproses pada dapur tinggi. Dapur tinggi mempunyai konstruksi
yang cukup besar dengan ketinggian mencapai 100 meter. Dinding luar terbuat
dari baja dan bagian dalam dilapisi batu tahan api yang mampu menahan
temperatur tinggi.

Pada bagian atas dapur tinggi terdapat corong untuk memasukkan bahan baku,
yaitu bijih besi, kokas dan batu kapur. Kokas adalah batu bara yang telah diproses
(disuling kering) sehingga dapat menghasilkan panas yang tinggi. Batu kapur
berfungsi untuk mengikat bahan-bahan yang tidak diperlukan.

Proses pada dapur tinggi adalah dengan meniupkan udara panas ke dalam
dapur tinggi untuk membakar kokas dengan temperatur + 2000oC. Cairan besi
dan terak akan turun ke dasar dapur tinggi secara perlahan-lahan dan selanjutnya
dituang ke kereta khusus. Hasil ini disebut besi kasar, yang kemudian dapat
diproses lebih lanjut menjadi baja.

B. Proses Pembuatan Baja

Besi kasar dari hasil proses dapur tinggi, kemudian diproses lanjut untuk
dijadikan berbagai jenis baja.

Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar menjadi baja :

1. Dapur Baja Oksigen (Proses Bassemer)

Pada dapur baja oksigen dilakukan proses lanjutan dari besi kasar menjadi
baja, yakni dengan membuang sebagian besar karbon dan kotoran-kotoran
(menghilangkan bahan-bahan yang tidak diperlukan) yang masih ada pada besi
kasar. Ke dalam dapur dimasukkan besi bekas, kemudian baru besi kasar, tapi
sebagian fabrik baja banyak yang langsung dari dapur tinggi, sehingga masih
dalam keadaan cair langsung disalurkan ke dapur Oksigen.

Kemudian, udara (oksigen) yang didinginkan dengan air dan kecepatan tinggi
ditiupkan ke cairan logam. Ini akan bereaksi dengan cepat antara karbon dan
kotoran-kotoran lain yang akan membentuk terak yang mengapung pada
permukaan cairan. Dapur dimiringkan, maka cairan logam akan keluar melalui
saluran yang kemudian ditampung dalam kereta-kereta tuang.

Untuk mendapatkan spesifikasi baja tertentu, maka ditambahkan campuran lain


sebagai bahan paduan. Hasil penuangan ini dapat langsung dilanjutkan dengan
proses pengerolan untuk mendapatkan bentuk/profil yang diinginkan.
2. Dapur Baja Terbuka (Siemens Martin)

Sama halnya dengan Dapur Baja Oksigen, maka dapur baja terbuka (Siemens
Martin) juga merupakan dapur yang digunakan untuk memproses besi kasar
menjadi baja. Dapur ini dapat menampung baja cair lebih dari 100 ton dengan
proses mencapai temperatur + 1600oC; wadah besar serta berdinding yang sangat
kuat dan landai.

Proses pembuatan dengan dapur ini adalah proses oksidasi kotoran yang
terdapat pada bijih besi sehingga menjadi terak yang mengapung pada permukaan
baja cair. Oksigen langsung disalurkan kedalam cairan logam melalui tutup atas.
Apabila selesai tiap proses, maka tutup atas dibuka dan cairan baja disalurkan
untuk proses selanjutnya untuk dijadikan bermacam-macam jenis baja.

3. Dapur Baja Listrik

Panas yang dibutuhkan untuk pencairan baja adalah berasal arus listrik yang
disalurkan dengan tiga buah elektroda karbon dan dimasukkan/diturunkan
mendekati dasar dapur. Penggunaan arus listrik untuk pemanasan tidak akan
mempengaruhi atau mengkontaminasi cairan logam, sehingga proses dengan
dapur baja listrik merupakan salah satu proses yang terbaik untuk menghasilkan
baja berkualitas tinggi dan baja tahan karat (stainless steel).

Dalam proses pembuatan, bahan-bahan yang dimasukkan adalah bahan-bahan


yang benar-benar diperlukan dan besi bekas. Setelah bahan-bahan dimasukkan,
maka elektroda-elektroda listrik akan memanaskan bahan dengan panas yang
sangat tinggi (+ 7000oC), sehingga besi bekas dan bahan-bahan lain yang
dimasukkan dengan cepat dapat mencair.

Adapun campuran-campuran lain (misalnya untuk membuat baja tahan karat)


dimasukkan setelah bahan-bahan menjadi cair dan siap untuk dituang.
C. Proses Pembentukan dan Bentuk-bentuk Produk Baja

Pembentukan baja adalah tahap lanjutan dari proses pengolahan baja dengan
berbagai jenis dapur baja.

Baja yang telah cair dan ditambah dengan campuran lain (sesuai dengan
kebutuhan/sifat-sifat baja yang diinginkan) dituang ke dalam cetakan yang
berlubang dan didinginkan sehingga menjadi padat. Batangan baja yang masih
panas dan berwarna merah dikeluarkan dari cetakan untuk disimpan sementara
dalam dapur bentuk kotak serta dijaga panasnya dengan temperatur 1100oC -
1300oC menggunakan bahan bakar gas atau minyak. Penyimpanan tersebut
adalah untuk meratakan suhu sebelum dilakukan proses pembentukan atau
pengerolan.

Proses pembentukan produk baja dilakukan dengan beberapa tahapan:

1. Proses Pengerolan Awal

Proses ini adalah dengan cara melewatkan baja batangan diantara rol-rol yang
berputar sehingga baja batangan tersebut menjadi lebih tipis dan memanjang.

Proses pengerolan awal ini dimaksudkan agar struktur logam (baja) menjadi
merata, lebih kuat dan liat, disamping membentuk sesuai ukuran yang diinginkan,
seperti pelat tebal (bloom), batangan (billet) atau pelat (slab).

2. Proses Pengerolan Lanjut

Proses ini adalah untuk merubah bentuk dasar pelat tebal, batangan menjadi
bentuk lembaran, besi konstruksi (profil), kanal ataupun rel.

Ada tiga jenis pengerolan lanjut :

• Pengerolan bentuk struktur/konstruksi

• Pengerolan bentuk besi beton, strip dan profil

• Pengerolan bentuk (pelat).


a. Bentuk Struktur

Pengerolan bentuk struktur/profiil adalah lanjutan pengerjaan dari pelat


lembaran tebal (hasil pengerolan awal) yang kemudian secara paksa melewati
beberapa tingkat pengerolan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang
diperlukan.

b. Bentuk Strip, Besi Beton dan Profil

Proses pembentukan ini tidak dilakukan langsung dari pelat tebal, tetapi harus
dibentuk dulu menjadi batangan, kemudian dirol secara terus menerus dengan
beberapa tingkatan rol dalam satu arah. Adapun hasil pengerolan adalah berbagai
bentuk, yaitu : penampang bulat, bujur sangkar, segi-6, strip atau siku dan lain-
lain sebagainya sesuai dengan disain rolnya.

c. Bentuk Lembaran (Pelat)

Pengerolan bentuk pelat akan menghasilkan baja lembaran tipis dengan cara
memanaskan terlebih dahulu baja batangan kemudian didorong untuk melewati
beberapa tingkat rol sampai ukuran yang diinginkan tercapai.

2. Paduan Baja

Baja paduan adalah baja paduan dengan berbagai elemen dalam jumlah total
antara 1,0% dan 50% berat untuk meningkatkan sifat mekanik. Baja Paduan
dipecah menjadi dua kelompok:

1. Baja paduan rendah (low alloy steel)

Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability lebih baik,
yang pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya. Mereka juga
digunakan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi lingkungan
tertentu. Dengan menengah ke tingkat karbon tinggi, baja paduan rendah sulit
untuk las. Menurunkan kandungan karbon pada kisaran 0,10% menjadi 0,30%,
bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan, meningkatkan weldability
dan sifat mampu bentuk baja dengan tetap menjaga kekuatannya. Seperti logam
digolongkan sebagai baja paduan rendah kekuatan tinggi.

Baja paduan rendah dikelompokan menjadi 3 yaitu:

a. Baja Karbon Rendah (low carbon steel)

Baja ini dengan komposisi karbon kurang dari 2%. Fasa dan struktur
mikronya adalah ferrit dan perlit. Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan cara
perlakuan panas (martensit) hanya bisa dengan pengerjaan dingin. Sifat
mekaniknya lunak, lemah dan memiliki keuletan dan ketangguhan yang baik.
Serta mampu mesin (machinability) dan mampu las nya (weldability) baik.

b. Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel)

Baja Mil memiliki komposisi karbon antara 0,2%-0,5% C (berat). Dapat


dikeraskan dengan perlakuan panas dengan cara memanaskan hingga fasa austenit
dan setelah ditahan beberapa saat didinginkan dengan cepat ke dalam air atau
sering disebut quenching untuk memperoleh fasa ang keras yaitu martensit. Baja
ini terdiri dari baja karbon sedang biasa (plain) dan baja mampu keras. Kandungan
karbon yang relatif tinggi itu dapat meningkatkan kekerasannya. Namun tidak
cocok untuk di las, dengan kata lain mampu las nya rendah. Dengan penambahan
unsur lain seperti Cr, Ni, dan Mo lebih meningkatkan mampu kerasnya. Baja ini
lebih kuat dari baja karbon rendah dan cocok untuk komponen mesin, roda kereta
api, roda gigi (gear), poros engkol (crankshaft) serta komponen struktur yang
memerlukan kekuatan tinggi, ketahanan aus, dan tangguh.

c. Baja Karbon Tinggi (high carbon steel)

Baja karbon tinggi memiliki komposisi antara 0,6- 1,4% C (berat). Kekerasan dan
kekuatannya sangat tinggi, namun keuletannya kurang. baja ini cocok untuk baja
perkakas, dies (cetakan), pegas, kawat kekuatan tinggi dan alat potong yang dapat
dikeraskan dan ditemper dengan baik. Baja ini terdiri dari baja karbon tinggi biasa
dan baja perkakas. Khusus untuk baja perkakas biasanya mengandung Cr, V, W,
dan Mo. Dalam pemaduannya unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan karbon
menjadi senyawa yang sangat keras sehingga ketahanan aus sangat baik.

2. Baja Paduan Tinggi (high alloy steel)

Baja paduan tinggi terdiri dari baja tahan karat atau disebut dengan stainless steel
dan baja tahan panas. Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama
pada kondisi atmosfer. Unsur utama yang meningkatkan korosi adalah Cr dengan
komposisi paling sedikit 11%(berat). Ketahanan korosi dapat juga ditingkatkan
dengan penambahan unsur Ni dan Mo. Baja tahan karat dibagi menjadi tiga kelas
utama yaitu jenis martensitik, feritik, dan austenitik. jenis martensitik dapat
dikeraskan dengan menghasilkan fasa martensit. baja tahan karat austenitik
memiliki fasa y (austenit) FCC baik pada temperatur tinggi hingga temperatur
kamar. Sedangkan jenis feritik terdiri dari fasa ferrit (a) BCC. Untuk jenis
austenitik dan feritik dapat dikeraskan dengan pengerjaan dingin (cold working).
Jenis Feritik dan Martensitik bersifat magnetis sedangkan jenis austenitik tidak
magnetis.
C. KEKUATAN TARIK BAJA

Tensile Strength adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh bahan
ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Tensile Strength
adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda-beda. Beberapa
bahan bisa patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda
tersebut bersifat rapuh. Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi
sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis.

Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan
mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-
regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength).
Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis
bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti keberadaan zat pengotor
dalam bahan yaitu temperatur, kelembaban lingkungan pengujian, dan juga
penyiapan spesimen.

Kekuatan tarik utama dari material dihitung dengan membagi wilayah dari
bahan yang diuji (penampang) ditempatkan pada materi, umumnya dinyatakan
dalam pound atau ton per inci persegi bahan. Tensile Strength merupakan ukuran
penting dari kemampuan bahan untuk tampil di aplikasi, dan pengukuran secara
luas digunakan saat menjelaskan sifat-sifat logam.

Dengan menggunakan alat Tensile Strength suatu industri dapat mengetahui


bahan dan material yang baik dan kuat. Tensile Strength ini juga merupakan alat
yang digunakan pada industri yang menggunakan bahan dasar karet, yang dimana
mesin ini digunakan untuk mengetes bahan untuk melihat bagaimana
ketahanannya terhadap tenaga tarikan.

Tensile Strength ini mudah dan sangat cocok digunakan untuk perindustrian
yang membutuhkan keakuratan dalam pengujian terhadap bahan dan material
yang ada. Pengujian tarik ini pada umumnya digunakan pada material karet padat,
logam berat, fiber, dan lainnya. Banyak bahan yang memiliki bobot dan rupa yang
sama namun mereka memiliki daya tahan terhadap tarikan yang berbeda.
Tentunya pada dunia industri kita harus menentukan bahan mana yang memang
condong lebih baik dalam penggunaannya.

Anda mungkin juga menyukai