Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PENILAIAN

EVALUASI KINERJA
PROFESIONAL STAF MEDIS
BERKELANJUTAN

RUMAH SAKIT UMUM NUR’AINI


BLOKSONGO, KECAMATAN
KOTAPINANG KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TELP (0624) 495883 – FAX (0624) 495983
TAHUN 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENILAIAN EVALUASI KINERJA PROFESIONAL STAF MEDIS


BERKELANJUTAN
Bahwa dalam mewujudkan visi Rumah Sakit Umum Nur’Aini menjadi
rumah sakit mewujudkan rumah sakit umum yang memberikan pelayanan prima
dan terjangkau bagi masyarakat, diperlukan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia di lingkungan Rumah Sakit Umum Nur’Aini. Bahwa untuk maksud
tersebut diperlukan evaluasi terus menerus terhadap kualitas dan keamanan asuhan
klinis yang diberikan oleh setiap kelompok staf medis.
Penilaian evaluasi kinerja profesional staf medis berkelanjutan (On-going
Professional Practice Evaluation) secara berkelanjutan adalah:
1. Suatu proses evaluasi mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang
bekelanjutan yang bersifat obyektif dan berbasis bukti
2. Suatu proses berkelanjutan terstandarisir (on-going) untuk mengevaluasi sesuai
kualitas dan keamanan pelayanan pasien yang diberikan oleh setiap staf medis
Proses terstandar yang direview setiap 3 bulan dan dievaluasi setiap tahun,
pada penugasan ulang setiap dua tahun, terhadap praktek profesional staf medis,
rumah sakit menggunakan informasi tentang area kompetensi umum dari praktisi
klinis sesuai, meliputi indikator :
a. Patient Care
b. Medical/Clinical Knowledge
c. Practice – Based Learning and Improvement
d. Interpersonal and Comunication Skill
e. Profesionalism
f. System-based practice
Dan memperoleh Informasi melalui hal-hal berikut:
a. Grafik review berkala
b. Observasi langsung
c. Monitoring terhadap teknik diagnostik dan pengobatan
d. Monitoring kualitas klinis

2
e. Diskusi dengan sejawat seprofesi dan staf lainnya

Proses evaluasi yang terus menerus terhadap praktisi profesional dilakukan


secara obyektif dan berbasis bukti. Rekomendasi hasil proses evaluasi berupa:
a. Tidak adanya perubahan dalam tanggung jawab
b. Perluasan tanggung jawab
c. Pembatasan tanggung jawab
d. Masa konseling dan pengawasan

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PENILAIAN EVALUASI KINERJA PROFESIONAL STAF MEDIS


BERKELANJUTAN
1. Kegiatan Utama
a) KSM menyiapkan format penilaian evaluasi kinerja staf medis
b) Staf medis mengisi logbook setiap bulan dan direkap setiap 3 bulan,dan
untuk laporan review kinerja staf medis
c) Ketua KSM melakukan penilaian anggota KSM nya setiap 3 bulan dan
melakukan analisa serta memberikan rekomendasi.
d) Komite Medik melakukan penilaian terhadap Ka KSM setiap 3 bulan dan
melakukan analisa serta memberikan rekomendasi.
e) Ketua KSM mengumpulkan laporan review setiap 3 bulan.
f) Komite Medik, melakukan analisa hasil penilaian dan mengevaluasi setiap
tahun, serta memberikan rekomendasi.
g) Komite Medik menyampaikan rekomendasi kepada Direktur.
h) Direktur memberikan keputusan atas dasar rekomendasi Komite Medik
dalam proses penugasan ulang setiap dua tahun, pada praktek para staf
medis
i) Direktur memerintahkan Komite medik untuk melakukan pembinaan
konseling dan pengawasan bagi staf medis dengan rekomendasi kinerja
buruk.
j) Ketua Komite Medik memerintahkan Ketua Mutu Profesi, memberikan
pembinaan konseling dan pengawasan, bagi staf medis dengan rekomendasi
kinerja buruk.

2. Peran dan fungsi penilaian evaluasi kinerja staf medis


a. Mengidentifikasi kecenderungan praktek profesional yang memberi dampak
pada kualitas asuhan dan keselamatan pasien.
b. Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme staf medis di Rumah
Sakit Umum Nur’Aini
4
c. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien Rumah Sakit Umum
Nur’Aini
BAB III
TATA LAKSANA PENILAIAN

A. MENGAPA PRAKTIK PROFESIONAL PERLU DIEVALUASI

UU RS Pasal 29 KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


 Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
 Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
UU RS Pasal 46
 Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah
Sakit.
UU RS Pasal 13
 Ayat (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan : Standar profesi, Standar pelayanan rumah sakit, Standar
prosedur operasional yang berlaku, Etika profesi, Menghormati hak pasien
dan, Mengutamakan keselamatan pasien
UU PK Pasal 44
Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
Direktur RS harus tahu kemampuan dokter yang bekerja di RS:  mengeluarkan
clinical appointment dan delineation of clinical priviledge (SPK dan RKK).

Informasi bisa didapat dari :


 Observasi langsung
 Monitoring terhadap teknik diagnostik dan pengobatan
 Monitoring kualitas klinis
 Diskusi/survei dg sejawat/staf lainnya.

5
Informasi bisa didapat dari :
 Jumlah pasien rawat inap/rawat jalan
 Jumlah operasi/prosedur
 Observasi langsung: kepatuhan terhadap kebijakan/SPO contoh di SKP, output
asuhan medis.
 Monitoring terhadap teknik diagnostik dan pengobatan: sesuai dengan
CPG/PPK
 Monitoring kualitas klinis: outcome dan komplikasi
Diskusi/survei dengan sejawat/staf lainnya:
Menetapkan Kerangka Kinerja Staf Medis
 Evaluasi kinerja staf medis yang komprehensif VS traditional peer review
 Membangun kompetensi dokter melalui data
 Membantu menciptakan pendekatan yang konsisten dan adil untuk
mengevaluasi dokter
 Membantu menciptakan pendekatan yang fair dan konsisten untuk
mengevaluasi staf medis, menetapkan harapan dan pengukuran kinerja
 Membantu staf medis terus bertanggung jawab atas kinerja mereka

B. REVIEW STAF MEDIS


1. Penilaian aktifitas staf medis senior dan para kepala unit kerja dilakukan oleh
otoritas internal atau eksternal yang layak.
2. Proses evaluasi yang terus menerus terhadap praktisi profesional dilakukan
secara objektif dan berbasis bukti.
3. Hasil proses review:
 tidak adanya perubahan dalam tanggung jawab para staf medis,
 perluasan tanggung jawab,
 pembatasan tanggung jawab,
 masa konseling dan pengawasan, atau kegiatan yang semestinya.
4. Setiap waktu sepanjang tahun, bila muncul fakta atas kinerja yang diragukan
atau yang buruk, dilakukan review serta mengambil tindakan yang tepat.

6
5. Hasil review, tindakan yang diambil dan setiap dampak atas kewenangan
didokumentasikan dalam kredensial staf medis atau file lainnya

C. EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE


EVALUATION)
1. Evaluasi Praktik Professional Berkelanjutan (On-going Professional Practice
Evaluation/OPPE).
2. Evaluasi Praktik Professional Terfokus (Focused Professional Practice
Evaluation/FPPE)
D. FPPE DAN OPPE HARUS DITETAPKAN DENGAN JELAS:
1. Alat Ukur Yg Dipakai
2. Siapa Yang Melakukan Review
3. Indikators/Triggers/Isu
4. Proses Penilaiannya
5. Hasil Digunakan Untuk Kredensialing
6. Penerapan FPPE/OPPE Untuk Seluruh Kewenangan Klinis
E. FPPE and OPPE Membutuhkan kolaborasi dari
1. Direktur
2. Komite Medis:
 Sub komite etik dan disiplin
 Sub komite mutu profesi
 Sub komite kredensial
3. Ketua Kelompok staf medis
4. Staf Medis/staf klinis terkait
5. Staf IT
F. METODOLOGI EVALUASI
1. Melakukan Review Grafik
2. Memonitor Pola Praktik Klinis
3. Simulasi
4. Proctoring (prospective, concurrent, retrospective)
5. External peer review
6. Diskusi dengan peers group atau individu yan terlibat dalam pelayanan pasien
7. Wawancara
8. Pengisian kuesionair
7
G. SIAPA PENANGGUNG JAWAB EVALUASI :
1. Direktur
2. Komite medik/sub komite mutu profesi
3. Ketua KSM
4. Kepala Instalasi
H. Evaluasi Praktik Professional Berkelanjutan (On-going Professional Practice
Evaluation/OPPE).
Maksud dan tujuan OPPE adalah sebagai sarana mengevaluasi kinerja
professional secara berkelanjutan untuk tiga alasan:
1) sebagai bagian dari upaya untuk memantau kompetensi profesional
2) untuk mengidentifikasi area guna kemungkinan peningkatan kinerja
3) untuk menggunakan data obyektif dalam keputusan mengenai kelanjutan
kewenangan klinik
I. Evaluasi Praktik Professional Berkelanjutan
Pengukuran data kinerja staf medis untuk menjadi dasar rekredensialing dan
peningkatan kinerja staf medis
1. Patient care
2. Medical/Clinical knowledge
3. Practice-based learning and improvement
4. Interpersonal and communication skills
5. Professionalism
6. Systems-based practice
Area Kompetensi (OPPE)
1. Asuhan pasien---praktisi memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat dan
efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit
dan pelayanan sampai akhir hayat.
2. Pengetahuan medis/klinis---dalam ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta
penerapan pengetahuan ke dalam asuhan pasien dan pendidikan orang-orang
lainnya.

8
3. Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek. menggunakan bukti dan
metode ilmiah untuk investigasi, evaluasi dan meningkatkan praktek asuhan
pasien
4. Ketrampilan hubungan antar manusia/interpersonal dan komunikasi----yang
akan memampukan dan menjaga hubungan profesional dengan pasien, keluarga
dan anggota tim kesehatan lain.
5. Profesionalisme----terpancar dalam komitmen untuk secara terus menerus
mengembangkan professionalitas, praktek-praktek etika, pemahaman dan
kepekaan terhadap keragaman dan sikap tanggungjawab terhadap pasien,
profesinya dan masyarakat.
6. Praktek berbasis sistem---melalui pemahaman terhadap konteks dan sistem
dimana pelayanan kesehatan diberikan.

J. TIPE DATA UNTUK FPPE/OPPE


 KEPATUHAN TERHADAP SPOPPK (Panduan Praktik Klinis)/CPG
(Clinical Practice Guideline)
 Pola penggunaan darah/obat
 Pola Permintaan test/prosedur/tindakan
 LOS: Data Morbiditas dan Mortalitas
 Jumlah kasus dirujuk

Fokus Evaluasi Praktek Profesional (FPPE)


 Melibatkan pemantauan lebih spesifik dan waktu terbatas
 Evaluasi praktek profesional dilakukan dalam tiga situasi:

1) Saat awal dokter diberikan RKK


2) Ketika ada tambahan kompetensi baru diminta
3) adanya terdentifikasi adanya ketidak sesuaian kinerja dokter (triger)

JANGKA WAKTU FPPE


 Jangka waktu FPPE tdak ditentukan. RS dapat memilih periode waktu untuk
setiap episode FPPE. Sebaiknya menawarkan pilihan untuk data
 Data setiap bulan, setiap tiga bulan, atau setiap enam bulan

9
Proses FPPE harus:
 1) secara jelas didefinisikan dan didokumentasikan dengan kriteria tertentu dan
rencana pemantauan,
 2) Jangka waktu yang tetap
 3) Memiliki langkah-langkah yang telah ditentukan atau kondisi untuk kinerja
yang dapat diterima.
RS dapat mengatur FPPE untuk sesi pemantauan untuk periode tiga sampai enam
bulan. Untuk layanan jarang dilakukan, waktu pemantauan dapat lebih lama

PENENTUAN TRIGER: PENENTUAN LEVEL KINERJA YANG TIDAK


DAPAT DITERIMA DIBANDINGKAN DENGAN LEVEL KINERJA YANG
TELAH MAPAN/DITETAPKAN
Contoh :
• Meningkatnya infection rate
• Terjadi Sentinel events
• Meningkatanya LOS dibanding yg lain
• Meningkatnya Operasi ulang
• Pola Tes/Terapi yg tidak dibutuhkan
• Gagal/tidak patuh terhadap PPK/CP
• dll.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Petunjuk Penilaian
2. Format dan lampiran penilaian evaluasi kinerja staf medis
3. Log book staf medis

11
12
BAB V
PENUTUP

Demikian uraian tentang Buku Pedoman OPPE dan FPPE yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Pedoman ini dilengkapi dengan
lampiran evaluasi Staff Medis.
Mudah – mudahan pedoman ini dapat dipakai secara maksial dan berguna bagi Dokter
dan Staff Medis Rumah Sakit Umum Nur’Aini.

13

Anda mungkin juga menyukai