K
ebijakan legislasi pasca reformasi telah Ketiga, dominasi kepentingan politik melalui
membawa dampak ketidaktertiban hukum partai masing-masing di lembaga legislasi,
nasional, karena tiga hal. Pertama, menyebabkan sistem legislasi terabaikan dan
pergeseran kekuasaan eksekutif ke legislatif substansi perundng-undangan sebagai produk
sehingga DPR RI berubah menjadi lembaga super DPR RI tidak mendalam dan sering menimbulkan
body, bahkan dapat mencampuri kewenangan kekecewaan masyarakat.
eksekutif, melalui mekanisme yang dikenal Ketiga hal di atas menyebabkan dalam
dengan “fit and proper test”. Kedua, sistem sistem legislasi nasional, dan sekaligus
pemilihan umum langsung belum menemukan ketidaktertiban dalam sistem legislasi nasional
mekanisme ideal sebagai model Pemilu yang dimaksud. Oleh karena itu, Negara seharusnya
baku, sehingga menciptakan peluang bagi bakal memetakan permasalahan hukum dalam sebuah
calon maupun calon anggota legislatif untuk sistem hukum nasional sebagai cetak biru (blue
memenangkan pemilihan dengan bermodalkan print) yang menjadi dasar kebijakan legislasi
popularitas dan kekuatan finansial. Padahal nasional secara bertahap dan berkelanjutan
mereka yang menang akan mempunyai tugas serta menjamin terjadinya sinkronisasi antar
dan tanggung-jawab sebagai pembuat kebijakan perundang-undangan yang ada. Hal ini sekaligus
dalam bentuk Undang-Undang; sehingga akan mendorong secara substansial populis dan
anggota legislatif tidak menguasai dengan memenuhi rasa keadilan bagi rakyat karena
baik teori dan pengetahuan pembentukan materi muatan dari Undang-Undang adalah
undang-undang yang menjadi tugas utamanya. alat atau sarana kebijakan bagi negara untuk
Sementara pelaksanaan mekanisme masukan menjamin terwujudnya masyarakat yang adil
makmur dan sejahtera.
Kata kunci: sistem legislasi nasional,
1. Penulis adalah dosen pada STHM “AHM-PTHM”. peraturan perundang-undangan.
diri sebagai bakal calon maupun calon anggota rasa keadilan bagi masyarakat, karena Undang-
legislatif. Padahal para bakal calon dan calon Undang tersebut memang diharapkan dan
anggota legislatif inilah yang jika terpilih nantinya mampu menjawab serta memberikan solusi bagi
dan akan duduk dan menjalankan tugas dan masyarakat.
tanggungjawab sebagai pembuat Undang- Merujuk pada hal-hal di atas, saat ini telah
Undang. Oleh karena itu, timbulnya wacana berkembang pemikiran dan praktik untuk memuat
untuk melakukan perubahan pelaksanaan ketentuan pidana dalam peraturan perundang-
pemilu agar terjadi kesinambungan pemerintah undangan administratif. Tujuan diterapkannya
pusat dan daerah, efisiensi dan lain-lain, hal demikian adalah untuk menjamin efektivitas
merupakan respon langsung terhadap kondisi peraturan perundang-undangan administratif
tersebut. dimaksud. Namun demikian, sebagian besar
Anggota terpilih pada umumnya peraturan perundang-undangan administratif
mempunyai kelemahan mendasar yaitu tersebut mengandung kelemahan baik secara
l e m a h n y a p e n g e t a h u a n t e n t a n g a s as - substansial maupun material yang sekaligus
asas yang baik dalam pembuatan Undang- merupakan bukti yang sangat mencolok bahwa
Undang, teori dan pengetahuan perundang- ketertiban dalam asas pembentukan perundang-
undangan. Pengabaian terhadap kualifikasi undangan telah diabaikan. Ketentuan pidana
ini menyebabkan kelemahan pula dalam memang dapat diatur dalam sebuah Undang-
produk yang dihasilkannya. Sekalipun terdapat Undang Administratif, namun seharusnya
mekanisme adanya draft akademis, masukan menggunakan asas dan prinsip sistem hukum
dari para ahli dalam proses pembahasan pidana yang ada dan diatur melalui sistem
Rancangan Undang-Undang, dapat dipastikan kodifikasi yaitu dalam Kitab Undang-Undang
tidak terjadi proses transformasi pengetahuan Hukum Pidana (KUHP) sebagai sui generis atau
yang diharapkan; sementara tuntutan agar induk hukum pidana di Indonesia.
para anggota DPR memahami tujuan peraturan KUHP merupakan kodifikasi hukum
perundang-undangan agar bisa diterapkan pidana di Indonesia yang saat ini dirasakan
secara efektif nantinya. Hal ini diperparah mulai mengalami kekurangan dan/atau
dengan adanya fakta, dominasi kepentingan ketinggalan dari perkembangan jaman. Rasa
politik melalui partai masing-masing yang sangat keadilan masyarakat berkembang seiring
besar. dengan dinamika kehidupan, guna menjamin
Hal-hal di atas, memberi dampak pada terpeliharanya rasa keadilan, diperlukan langkah
sistem legislasi secara nasional. Berlanjutnya kebijakan kriminalisasi terhadap berbagai
kondisi di atas menyebabkan proses dan tindakan yang dirasakan sebagai tidak patut
pelaksanaan sistem legislasi terabaikan dan atau tidak layak dilakukan di tengah-tengah
substansi perundang-undangan sebagai masyarakat. Langkah yang paling strategis dan
produk DPR RI sebagai lembaga negara sering tepat untuk merespon perkembangan jaman
menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat dimaksud adalah dengan melakukan perbaikan,
bahkan menjauh dari rasa keadilan bagi perubahan, penyesuaian yang diperlukan dalam
rakyat yang diwakilinya. Negara seharusnya KUHP sebagai sui generis hukum pidana.
mampu memetakan permasalahan hukum Sistem kodifikasi yang dianut dalam keluarga
dalam sebuah sistem hukum nasional sebagai hukum (family law) mulai ditinggalkan dan para
cetak biru (blue print) yang menjadi dasar legislator lebih memilih mengatur berbagai
kebijakan legislasi nasional secara bertahap sanksi pidana serta melakukan berbagai
dan berkelanjutan serta menjamin terjadinya kriminalisasi dengan membuat delik baru dalam
sinkronisasi antar perundang-undangan yang berbagai perundang-undangan tersebar di
ada. Hal ini sekaligus akan mendorong secara luar KUHP. Dalam upaya untuk menelaah dan
sistematis, terwujudnya perundang-undangan memberikan solusi terhadap permasalahan di
yang secara substansial populis atau memenuhi atas, penulis mencoba memaparkan persoalan
proses legislasi nasional secara umum dari aspek keuntungan partai daripada
perspektif administrasi dan pidana. aspek yang lain seperti menempatkan
kapabilitas dan integritas pada nomor urut
B. PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK pertama. Keuntungan dimaksud, adalah
PASCA REFORMASI mengakomodir dan memenuhi kebutuhan
partai dalam perspektif membangun sebuah
Pada masa transisi seperti yang dialami partai yang kuat dalam arti mempunyai
oleh Indonesia sekarang ini, telah terjadi banyak konstituen. Sehingga apabila di
fenomena politik baru sebagai dampak masa kemudian hari terdapat kader partai yang
transisi dimaksud, yaitu pergeseran kekuasaan sekalipun kurang kapabel dan kurang
dari eksekutif kepada legislatif. Salah satu integritas, sepanjang mampu memberikan
dampak tersebut adalah fungsi partai politik konstribusi kepada partainya akan dipandang
sebagai salah satu pilar demokrasi belum sebagai menguntungkan partai.
maksimal; hal ini ditandai dengan proses Kelemahan lain yang dapat dicermati
rekrutmen anggota partai politik yang tidak dalam perspektif fungsi partai politik
dilakukan secara selektif, sehingga masalah adalah kewajiban partai untuk memberikan
teknis, administrasi, maupun legal bermunculan pendidikan politik baik kepada masyarakat
karenanya. Beberapa kasus ijazah palsu terutama kepada para kadernya. Kader
misalnya, menjadi pertanda kelemahan tersebut, partai yang pada saatnya akan menduduki
SDM partai politik yang kurang memadai, sampai jabatan dalam lingkungan lembaga negara
dengan kepentingan politik yang dominan. Hal DPR RI/DPRD, mempunyai tugas utama
ini menunjukkan pergeseran fungsi partai politik yaitu sebagai pembuat peraturan perundang-
dan fungsi legislasi pada akhirnya. undangan. Sebagai pembuat peraturan
perundang-undangan wajib memahami
1. Pergeseran Fungsi Partai Politik masalah-masalah terkait fungsi teknik
Berbagai pendapat tentang fungsi partai pembuat peraturan perundang-undangan.
politik di negara demokratis setidaknya Pengetahuan tentang ilmu dan teori
telah mendorong pamahaman bahwa peran perundang-undangan biasanya diperoleh
partai politik sebagai sebuah institusi sangat dalam jenjang pendidikan Strata 1 pada prodi
strategis. Almarhumah Miriam Budiardjo hukum, sementara syarat untuk menjadi
dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Politik” bakal /calon anggota partai adalah tamat
mengatakan ada 4 (empat) fungsi partai sekolah menengah atas atau yang sederajat,
politik yaitu antara lain berperan sebagai sehingga mutlak diperlukan pendidikan
rekrutmen politik. Partai politik sebagai tambahan pra pelaksanaan tugas dan
institusi hendaknya menyadari tentang tanggungjawabnya serta pendidikan politik
tugas dan tanggungjawabnya sebagai pilar secara umum.
demokrasi yaitu melakukan rekrutmen politik. Upaya melakukan pembekalan dan atau
Sebuah langkah rekrutmen seyogyanya pendidikan kepada para kader partai sebagai
adalah memilih sumber daya manusia yang solusi atas lemahnya rekrutmen di atas
mempunyai kapabilitas dan integritas sebagai merupakan sebuah keniscayaan yang masih
kader politik yang kelak merupakan kader terabaikan, sehingga secara umum fungsi
bangsa dan negara dalam melaksanakan partai politik khususnya sebagai rekrutmen
amanat penderitaan rakyat. politik masih belum dilaksanakan.
Pada praktiknya, proses rekrutmen
pasca reformasi mempunyai kecenderungan 2. Pergeseran Fungsi Legislasi
yang kurang mengakomodir seleksi kader Permasalahan lain yang dapat
yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. mengakibatkan ketidak-tertiban dalam
Partai politik sepertinya lebih memperhatikan proses legislasi nasional diakibatkan oleh
masyarakat, tetapi seluruh masukan dan Padahal dalam proses legislasilah letak
pendapat tersebut dapat saja diabaikan dan relasi antara asas hukum yang berkembang
ditinggalkannya manakalah mereka lebih baik yang sedang berlaku maupun yang
mendapatkan masukan dari partai politiknya dicita-citakan dengan langkah pendekatan
masing-masing pada saat mereka membawa politik dalam perspektif pembuatan kebijakan,
dalam bentuk daftar isian permasalahan sehingga hukum sebagai produk politik tidak
serta prioritas tertentu yang telah digariskan akan menjadi berkesan negatif.
oleh pimpinan partainya. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa
Substansi yang diyakini oleh pakar proses pembuatan perundang-undangan
sesuai bidang keahliannya dan hasil di tingkat nasional sangat didominasi
kajian lembaga akademis dalam bentuk kepentingan politik, sehingga asas dan
naskah akademis sebagai implementasi prinsip-prinsip pembuatan perundang-
ilmu pengetahuan hukum serta masukan undangan yang baik terabaikan. Draft
dari elemen masyarakat yang merupakan akademis dan pendapat para ahli hanya
wujud dari rasa keadilan dan nilai-nilai dijadikan pelengkap syarat formal yang
budaya yang berkembang ternyata kalah pada akhirnya juga dikalahkan dengan
dengan daftar isian permasalahan serta kepentingan politik (kepentingan kelompok
pesan yang berasal dari hasil institusi partai melalui parpol, biaya politik, dlsb); ditambah
politik. Sehingga substansi keadilan yang lagi oleh fakta lemahnya sumber daya
didasarkan dari hasil keahlian dan kajian manusia sebagai akibat fungsi parpol yang
empiris para akademisi serta rasa keadilan belum berjalan. Dengan segala aspek ini
masyarakat terabaikan dan yang disusun tidaklah mengejutkan jika produk hukum
dalam ketentuan perundang-undangan yang dihasilkan tidak memuaskan dan
merupakan kebijakan yang berasal dari mencerminkan rasa keadilan masyarakat.
pembahasan politik yang sebagian besar
meninggalkan kaidah dan norma yang diatur C. DAMPAK PERKEMBANGAN POLITIK
dalam asas hukum dan keadilan. PA S C A R E F O R M A S I T E R H A D A P
Berbagai kecaman terhadap lembaga LEGISLASI NASIONAL
legislatif mulai ramai disampaikan, bahkan
Jimly Assiddhiqie dalam bukunya Hukum Berbagai fenomena dan praktik politik
Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi, pasca reformasi sebagaimana dijelaskan
menyatakan : “…perlu dipertanyakan pada bagian B, berdampak pada produk
sejauhmana fungsi legislatif itu dapat legislasi nasional itu sendiri. Dampak yang
dipertahankan sebagai fungsi utama dirasakan secara substansial adalah berbagai
parlemen. Karena kehidupan berkembang penyimpangan baik terhadap substansi dan
sangat cepat, makin rumit dan kompleks, beberapa program legislasi nasional.
tugas-tugas hukum dan pemerintahan juga
terus berkembang makin kompleks”.5
dalam bukunya yang berjudul “Hukum dan peran serta masyarakat sebagai subyek
Hukum Pidana” sebagaimana disitir oleh hukum, dan lain-lain. Sedangkan alasan
Muladi dan Barda Nawawi Arief, mengatakan atau dasar permohonan yang berkaitan
bahwa untuk mempermasalahkan perbuatan dengan permohonan materiil lebih diarahkan
apa yang seharusnya dijadikan tindak pada potensi pelanggaran hak-hak sipil,
pidana harus memenuhi 4 (empat) hal pelanggaran hak asasi manusia, tidak pro
inti . Penyimpangan lain juga didapati rakyat bahkan tuduhan neo liberal.
dalam lapangan praktik penegakan hukum Berdasarkan fakta tersebut, para legislator
hukum pidana yang menimbulkan masalah sebagai wakil rakyat yang terlibat langsung
penegakan hukum (pidana) juga didapati dengan pembuatan kebijakan diharapkan
dalam masalah sinkronisasi beberapa hukum menyambut baik dan merespons dengan
fomal sebagai ketentuan pelaksanaan melakukan langkah-langkah perbaikan
penegakan hukum pidana materiil yang signifikan dan strategis yaitu dengan
terutama sehubungan dengan merespons merubah atau memperbaiki mekanisme
perkembangan kejahatan seiring dengan pengambilan keputusan politis secara lebih
era globalisasi yang memunculkan berbagai responsif dan populis, memperhatikan
delik baru sebagai akibat perkembangan substansi Undang-Undang agar memenuhi
teknologi, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, memperhatikan
bukti dan cara pembuktian. perlindungan terhadap kepentingan bangsa
Sementara itu pada sisi lain para dan negara, serta menciptakan peraturan
legislator semakin ketinggalan para hakim perundang-undangan yang menghor-mati
pada Mahkamah Kostitusi sebagai lembaga dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
yang berfungsi melaksanakan judicial review Undang-Undang yang pada dasarnya
terhadap berbagai peraturan perundang- merupakan kebijakan negara tertulis
undangan di bawah UUD. Mahkamah wajib memenuhi standar yang ditentukan
Konstitusi mempunyai kemampuan dalam menyusunnya yaitu setidak-
menafsirkan dan atau memaknai hukum tidaknya memenuhi asas-asas yang baik
yang diamanatkan konstitusi sebagai dalam peraturan perundan-undangan .
kesepakatan nasional atau frame work Sementara itu Solly Lubis dalam bukunya
berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan,
mengherankan jika kemudian terdapat kasus mengatakan ada 3 (tiga) paradigma dalam
yang akhir-akhir ini aktual yaitu sengketa penyusunan peraturan perundang-undangan
masa jabatan ketua KPK terpilih. yaitu landasan filosofis/paradigma filosofis,
landasan yuridis/paradigma yuridis dan
2. Politik Hukum Indonesia landasan politis/ paradigma politis .
Sebagaimana diketehui berbagai protes
dan kritik dari masyarakat, akademisi serta 3. Proses Program Legislasi Nasional
para pemerhati hukum dan perundang- Pada masa orde baru, eksekutif
undangan yang berujung pada permohonan memegang kekuasaan yang sangat kuat
pengujian perundang-undangan (Judicial bahkan memenuhi teori yang dikemukakan
review) melalui Mahkamah Konstitusi oleh seorang sejarahwan dari Inggris, Lord
sebagian besar disertai dengan permohonan Acton, yang mengatakan : “power tend to
uji formil yaitu permohonan yang berkaitan corrupt, but ubsoludly power corrup ubsoludly”.
dengan mekanisme atau proses pembuatan Dengan mengingat bahwa pemerintahan
perundang-undangan. Pemohon dalam dijalankan oleh manusia dan manusia
pengujian formil biasanya mendasarkan pada selalui dilengkapi dengan kelemahan,
alasan bahwa proses pembuatan Undang- demikianlah setiap pemegang kekuasaan
Undang tidak responsif, kurang menyertakan akan senantiasa cenderung menggunakan
memperhatikan nilai Ketuhanan, kebangsaan, saat itu. Ketika memasuki tahap proses
persatuan bangsa dan keselamatan bangsa dan pembuatan akan sangat diwarnai dengan
Negara, nilai kerakyatan dan keadilan. dinamika yang berkembang dan interes
yang ada serta melatarbelakangi proses
1. Hukum Sebagai Produk Politik itu sendiri, sehingga hukum yang lahir jauh
Kiranya tidak dapat dipungkiri bahwa dari rasa keadilan masyarakat. Hukum yang
hukum merupakan produk politik, hal senada lahir seolah mengabaikan berbagai asas
juga dibuktikan melalui desertasi Mahfud MD pembuatan hukum yang baik, asas serta
yang dikutip dari dalam bukunya yang berjudul prinsip hukum itu sendiri, tujuan pembuatan
“Politik hukum di Indonesia”, dikatakan hukum dibuat sebaik mungkin berupa
bahwa “...hubungan tolak tarik antara bungkus yang indah tetapi substansi yang
politik dan hukum, maka hukumlah yang dibuat belum memadai disebut sebagai
terpengaruh oleh politik, karena subsistem sebuah sistem kebijakan tertulis yang
politik mempunyai konsentrasi energi yang menampung amanat penderitaan rakyat
lebih besar daripada hukum”. Sehingga berdasarkan pada ideologi bangsa.
hukum memang sangat dipengaruhi oleh Hukum yang dibuat seharusnya
politik, namun hendaknya hukum tidak hanya memenuhi seluruh syarat pembuatan hukum
dipandang sebagai das sollen (keharusan) dan secara integral merupakan bagian
yaitu hukum harus merupakan pedoman membangun dan memperbaharui hukum
dalam segala tingkat hubungan antar secara nasional sehingga menuju tertib
anggota masyarakat termasuk dalam segala hukum nasional. Dalam perspektif hukum
kegiatan politik. Dengan membuat hukum pidana, khususnya perkembangan lahirnya
yang secara substansial memenuhi kriteria hukum pidana administrasi, seyogyanya
yang menguntungkan bagi kepentingan terdapat sinkronisasi antara asas hukum
tertentu maka harus dipatuhi dan dijadikan pidana administrasi sebagai lex specialis
landasan bertindak. Sudah selayaknya dengan hukum pidana umum sebagai
hukum juga dilihat dari perspektif das sein genusnya. Berbagai asas hukum pidana
(kenyataan) bahwa dalam kenyataannya terutama yang berkaitan dengan penerapan
memang hukum merupakan produk politik, sanksi pidana dalam perundang-undangan
tetapi dalam keputusan politik sebagai administrasi sudah selayaknya diambil
proses harus memperhatikan juga kenyataan langkah kebijakan penerapan sanksi pidana
realitas hukum dengan politik. Dalam dengan memedomani trend sanksi pidana
mengambil keputusan politik yang kelak yang sedang berlaku di Indonesia serta trend
akan melahirkan hukum dibatasi dengan sanksi pidana internasional.
berbagai ketentuan baik syarat hukum yang Seluruh kebijakan kriminal yang telah
populis, asas pembuatan hukum yang baik, dilakukan dalam proses pembuatan hukum
tujnuan hukum disandingkan dengan tujuan pidana administrasi, seyogyanya juga
bernegara dan sebagainya. diselaraskan dengan langkah kodifikasi
Demikianlah proses pembuatan hukum hukum, sebagai pilihan sistem yang berlaku
tertulis berupa perundang-undangan, dalam hukum pidana, yaitu dengan memilah
mulai dari proses perencanaan pembuatan berbagai delik yang telah lahir dalam
peraturan perundang-undangan didasarkan perundang-undangan administrasi untuk
pada bingkai pemikiran yang dituangkan ditarik dan dimasukkan dalam KUHP sebagai
dalam sebuah prolegnas. Prolegnas yang delik baru berdasarkan klasifikasi delik yang
dilaksanakan adalah prolegnas 5 (lima) telah diatur dalam KUHP.
tahunan dan dikerjakan dalam setiap Pembahasan pada bagian ini diarahkan
tahun anggaran, sebagai bagian program pada pandangan saya bahwa untuk
kerja masing-masing yang berkuasa pada mencapai sebuah tertib hukum nasional
diperlukan sebuah blue print pembangunan oleh Barda Nawawi Arief terdahulu, patut
hukum secara nasional yang dapat kita bersyukur bahwa ternyata Pancasila
diimplementasikan melalui proses legislasi sebagai ideologi bangsa Indon e s i a
nasional yang sistemik, konsisten dan mampu memberikan landasan dalam
berkelanjutan. Sistem pembangunan hukum menetapkan ideologi bangsa yang up to
nasional akan memuat berbagai asas-asas, date, yaitu menempatkan landasan filosofi
prinsip-prinsip hukum baik nasional (yaitu pembangunan hukum yang sampai dengan
menggali dari nilai-nilai keagamaan dan saat ini sejalan dengan perkembangan
budaya serta rasa keadilan rakyat bangsa hukum yang berlaku secara internasional.
Indonesia yang terkandung dalam Pancasila Pancasila mengamanatkan
sebagai dasar negara) tetapi sekaligus pembangunan hukum agar senantiasa
tetap secara selaras dilakukan sinkronisasi melandasi nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan
dengan berlakunya asas-asas dan prinsip (humanis), kebangsaan dan kerakyatan
hukum yang berlaku secara internasional serta keadilan. Dalam perspektif Ketuhanan,
dan universal. hukum wajib digali dan disesuaikan dengan
Pada saat ini yang terjadi adalah nilai spiritualitas dari setiap ajaran agama
pembangunan hukum yang belum bersifat yang pada dasarnya mengajarkan untuk
sistemik sehingga hukum dibangun berbuat baik dalam hubungan dengan
berdasarkan target legislasi yang masih manusia dan Tuhannya. Hukum juga
parsial, tidak konsistem serta terdapat mempunyai kewajiban untuk melindungi
kecenderungan menjauh dari asas-asas bangsa dan negara, oleh karena itu hukum
dan prinsip-prinsip hukum yang berlaku yang dibangun haruslah memenuhi kriteria
secara nasional dan internasional (sebagai perlindungan kepentingan bangsa dan
contohnya adalah berbagai perundang- sekaligus merupakan alat pemersatu bangsa.
undangan pidana administratif). Dengan Daniel S Lev dalam bukunya “Hukum
tanpa mengingkari fakta bahwa hukum dan politik di Indonesia, kesinambungan
merupakan produk politik, tetapi dengan dan perubahan”, mengatakan bahwa “...
segala keterbatasan yang saya miliki saya satu-satunya solusi yang paling tepat adalah
ingin mengajukan usulan agar dalam pengetahuan yang relevan, ideologi yang
membangun hukum, relasi hukum dan diartikulasikan secara jelas, dan kekuasaan
politik diarahkan pada menetapkan dan yang dikelola secara efektif ...”. Hukum yang
memprioritaskan terbentuknya sebuah meninggalkan kepentingan kebangsaan pada
sistem hukum nasional sebagai blue print dasarnya hukum yang bertentangan dengan
pembangunan hukum nasional (yang sampai hukum yang hidup dan berkembang dalam
dengan saat ini masih berupa wacana), berbangsa dan bernegara. Hukum harus pula
menciptakan sebuah sistem tata kelola partai memenuhi nilai perlindungan kepada rakyat,
politik yang mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan pada hak asasi manusia, hak
legislatif sebagai lembaga negara sehingga pribadi secara seimbang dengan bangsa
tercipta relasi anatara hukum dan politik yang atau masyarakat pada umumnya. Dan
ideal menuju tertib hukum nasional. yang paling penting adalah nilai keadilan
yang diharapkan oleh seluruh masyarakat
2. Revitalisasi Pancasila Sebagai Asas bangsa Indonesia wajib diusahakan dalam
Bernegara membentuk hukum. Sejalan dengan hal
Terkait dengan hukum yang berlaku tersebut maka sudah seharusnya seluruh
dan yang akan datang, sudah selayaknya pembuatan hukum harus dilandaskan pada
Pancasila sebagai idea bangsa menjadi Pancasila sebagai dasar negara yang
sumber hukum utama bagi pembangunan merupakan cita-cita bangsa dan negara yang
hukum. Sebagaimana telah dikemukakan mengandung nilai-nilai luhur.