Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa, mungkin tidak dapat dilihat
langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam
gejala dan disebabkan berbagai hal.
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2009)
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat
berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Daerah Jawa Tengah sendiri menurut
direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan
penderita yang sudah terdiagnosa (medical record, 2010).

1.2 Tujuan Umum


Setelah proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu menyusun asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah perubahan isi pikir : waham.

1.3 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu melakukan hal berikut :

1) Menjelaskan konsep teori waham.


2) Menjelaskan konsep medis waham
3) Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan waham
4) Menyusun evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan waham

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep teori waham
2.1.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran.
Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia.
2.1.2 Etiologi Terjadinya Waham
1. Genetik
Bagi individu dari latar belakang genetik skizofrenia beresiko mengalami skizofrenia.
Sebagai contoh, keseluruhan risiko skizofrenia berkembang dalam seumur hidup adalah
sekitar 1%, seorang individu dengan dua orang tua penderita skizofrenia memiliki
kesempatan hampir 50% untuk menjadi penderita skizofrenia. Skizofrenia jelas
merupakan kelainan dengan vakum genetik utama. (gottesman, 1991; McKenna, 1994;
Reveley, 1994)
Pada abad ke 19, beberapa psikiater mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
penyebab organik. Ada sesuatu yang secara fisik dan struktural salah dengan otak
penderita skizofrenia. Untuk mengetahui penyebab organik tersebut, pada pertengahan
1970an telah dilakukan CT Scan untuk mengevalusi struktur otak. Dari hasil penelitian
telah di dapatkan bahwa laki-laki beresiko mengalami skizofrenia dibandingkan
perempuan karena memiliki ventrikel lateral lebih besar. Tetapi pernyataan ini masih
menimbulkan keraguan, apakah pembesaran ventrikel adalah penyebab atau konsekuensi
skizofrenia. Namun, ada beberapa bukti bahwa pembesaran ventrikel dapat berkembang
selama terjadi skizofrenia dan penyusutan substansi otak yang tidak rata (atrofi serebral).
Pengamatan tetap bersifat spekulatif namun menyarankan agar skizofrenia dapat dilihat
sebagai penyakit neurologis degeneratif progresif (DeLisi, 2000)
2. Hipotesis dopamin
Hipotesis ini menyatakan bahwa kelainan fungsional pada skizofrenia disebabkan oleh
aktivitas dopamin otak yang berlebihan. Dopamin biasanya diproduksi di otak dan server
sebagai molekul pensinyalan neurotransmiter. Dopamin tampaknya memiliki efek yang
paling penting pada ganglia basal otak. Penurunan dopamin dalam struktur ini menyebabkan
penyakit parkinson. Beberapa bukti menunjukkan dukungan untuk hipotesis bahwa dopamin

2
juga terlibat dalam penyebab skizofrenia. Pertama, obat yang efektif dalam mengendalikan
gejala positif skizofrenia semuanya nampaknya memiliki aktivitas reseptorprotoksin dopamin
yang signifikan; Artinya, obat ini nampaknya bekerja karena mengurangi efek dopamin
individu pada otaknya. Kedua, obat-obatan seperti amfetamin, yang memiliki kemampuan
untuk menyebabkan skizoprenia mencolok seperti psikosis dengan meningkatkan konsentrasi
dopamin otak (McKenna, 1994; Svenningsson et al., 2003).
3. Neurotransmitter lain
Meskipun ada bukti menarik yang mendukung temuan peningkatan reseptor dopamin
dan dopamin pada skizofrenia, ada juga beberapa bukti melawan hipotesis tersebut.
Sementara tingkat dopamin dan jumlah reseptor secara jelas tidak ada hubungannya dengan
gejala skizofrenia, mereka mungkin sendiri terpengaruh oleh proses otak lainnya, yang
mempraktikkannya di daerah prefrontal dan korteks yang tampak abnormal (Moore, West, &
Grace, 1999).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada skizofrenia, terjadi penurunan jumlah
neuron penghambat, terutama di mana GABA adalah neurotransmitter yang dominan.
Ekspresi neuropeptida pensinyalan cholecystokinin dan somatostatin juga menurun pada
skizofrenia. Hilangnya fungsi penghambatan dapat menyebabkan peningkatan aktivitas otak
yang terlihat di beberapa lokasi otak tertentu, terutama hippocampus dan bagian korteks
prefrontal (Freedman, 2003).
2.1.3 Klasifikasi Waham
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau
“Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik

3
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh”.

2.1.4 Tanda dan Gejala Waham


Tanda dan gejala waham dikelompokkan sebagai berikut:
Kategori Tanda dan gejala
Kognitif - Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
- Individu sangat percaya pada keyakinannya
- Sulit berpikir realita
- Tidak mampu mengambil keputusan
Afektif - Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
- Afek tumpul
Perilaku dan hubungan - Hipersensitif
sosial - Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
- Depresif
- Ragu
- Mengancam secara verbal
- Aktivitas tidak tepat
- Streotif
- Implusif
- Curiga
Fisik - Kebersihan kurang
- Muka pucat
- Sering menguap
- BB menurun
- Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

4
2.1.5 Proses Terjadinya Waham
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham dipengaruhi dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien secara fisik
maupun psikis. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal ini terjadi karena ada kesenjangan antara
kenyataan dengan ideal diri.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan yang terjadi mengakibatkan pasien menderita, malu dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and extrenal)
Fase ini pasien berusaha untuk berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini itu tidak
sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, menghadapi kenyataan bagi pasien merupakan
hal yang berat karena kebutuhannya perlu diakui, dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Lingkungan sekitar pasien yang mendukung mengakibatkan pasien menanggap
sesuatu yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Hal ini dapat merusak kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman akan keyakinannya karena pasien menganggap semua orang
sama, yaitu mempercayai dan mendukungnya. Pada fase ini, halusinasi dapat muncul
ketika pasien menyendiri dari lingkungannya. Lama-kelamaan pasien menarik diri
dari interaksi sosial.
2.1.6 Penatalaksanaan Waham
1. Perawatan Psikososial
a) Layanan dukungan klinis keluarga
Layanan dukungan klinis dan keluarga termasuk mendidik anggota keluarga
tentang sifat dan makna skizofrenia serta memberikan pelatihan keterampilan
khusus dalam manajemen stres dan penanganan fungsional untuk klien dan
keluarga. Keluarga dapat didukung melalui pendidikan, kegiatan kelompok, dan
keterlibatan / advokasi masyarakat. Selain itu, perawat dan orang lain dapat

5
membantu keluarga untuk lebih memahami tujuan dan efek samping pengobatan
dalam upaya memastikan kepatuhan terhadap pengobatan.
b) Rehabilitasi
Upaya rehabilitasi untuk penderita skizofrenia dapat diarahkan pada tujuan
kejuruan bagi beberapa individu, namun untuk sebagian besar, adanya gejala
negatif membuat setiap jenis fungsional sosial begitu bermasalah sehingga fokus
utamanya adalah pada peningkatan keterampilan sosial. Pelatihan dalam fungsi
sosial dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat keterampilan klien. Intervensi
semua itu dipengaruhi oleh seorang perawat, pekerja sosial, psikolog, atau tim
multidisipliner yang melibatkan ketiga profesi tersebut.
c) Bantuan kemanusiaan / Keamanan publik
Dalam beberapa tahun terakhir, petugas kesehatan mental telah menggunakan
istilah "perilaku menantang" untuk menggambarkan gejala skizofrenia yang
paling sulit, yaitu perilaku bizare, sosial yang mengganggu, dan mempunyai
potensi berbahaya.

2. Perawatan Farmakologis dan Fisik


Akar rauwolfia telah digunakan di India untuk menenangkan orang dengan gangguan
kejiwaan berat. Pada tahun 1952, bahan aktif rouwolfia, reserpin, ditemukan memiliki
khasiat yang berguna dalam pengelolaan skizofrenia, tetapi lama kelamaan penemuan
tersebut tidak digunakan lagi untuk pengobatan dan pada akhirnya ditemukan dua
obat antihistamin yaitu prometazin dan klorpromazin. Beberapa obat antipsikotik
telah tersedia selama 40 tahun. Secara keseluruhan obat-obat tersebut bernama
antipsikotik atau neuroleptik. Efek samping dari obat tersebut distonia adalah kondisi
medis yang dikarakteristikan dengan kontraksi otot secara tidak sadar yang
disebabkan postur abnormal dan gerakan yang berulang. Selain distnonia adalah
akathasia adalah efek samping yang agak umum yang mempengaruhi fungsi dan
perilaku motorik. Akathasia (kegelisahan motorik) adalah perasaan dan gerakan
gelisah akibat penggunaan antipsikotik efek samping

6
2.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Usia rata-rata 40 tahun dan berkisar antara 18-90 tahun, secara keseluruhan
gangguan waham terjadi sedikit lebih sering pada perempuan (B.K Puri, 2011).

II.ALASAN MASUK
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit,
umumnya klien yang mengalami waham di bwa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perliaku klien dan hal lain, gejala
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.

III. - FAKTOR PREDISPOSISI


Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realitis,kegagalan
atau frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social,
terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun
karier, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
- FAKTOR PRESPITASI
Stresor prespitasi umumnya mencangkup kejadian kehidapan yang penuh stress
seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois. Pada pasien waham tingkat
emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu yang
pantas untuk ditirukan diyakini akan menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupannya.
IV.FISIK
1. Tanda vital (TD, Nadi, Suhu, P) Biasanya normal
2. Ukur (TB dan BB) TB normal, BB menurun
3. Keluhan Fisik (muka pucat, berat bdan menurun, sulit tidur)

7
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, misalnya sebagai berikut:

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Biasanya klien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b. Identitas : Klien dengan waham mengalami ketidakpastian
memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
Ex: Pada klien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi
padahal kenyataan nya tidak benar.
c. Peran : pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
Ex : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
lama di RSJ.
e. Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan
kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3. Hubungan sosial:
Klien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham
yang dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain.

8
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : Biasanya pada klien dengan waham agama meyakini
agamanya secara berlebihan.
b. Kegiatan ibadah : Biasana pada klien dengan waham agama melakukan
ibadah secara berlebihan.
VI. STATUS MENTAL
1) Penampilan
Pada klien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia
rasakan. Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
2) Pembicaraan
Pada klien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan.
3) Aktivitas Motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh.
4) Afek dan Emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak sesuai
dengan keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau yang lainnya.
5) Interaksi Selama Wawancara
Pada klien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6) Proses pikir
a. Arus pikir dan betuk pikir
Derreistik : bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum.
b. Isi Pikir (waham)
Agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistik, dosa, dan bizar.
7) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
normal, bukan sdisosiasi, hal ini karena kemampuan untuk (relasi) dan
pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan
secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
8) Memori

9
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditadai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
9) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
10) Daya Tilik
Hal-hal di luar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan di luar dirinya yang
menyebabkan ia seperti ini.

VII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
- Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/tidak
suka/pantang), dan cara makan.
- Observasi kemampuan pasien dalam menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2. BAB/BAK
a. Observasi kemampuan pasien untuk BAB/BAK.
1) Pergi, menggunakan, dan membersihkan WC.
2) Membersihkan diri dan merapikan pakaian.
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, dan cukur (kumis, jenggot, dan rambut).
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang hal berikut.
a. Lama dan waktu tidur siang/malam.
b. Persiapan sebelum tidur seperti menyikat gigi, cuci kaki, dan berdoa.
5. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada pasien dan keluarga tentang hal berikut.
a. Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
b. Reaksi obat.1

10
VIII.MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Proses pikir Gangguan isi pikir : waham
Persepsi akurat Kadang ilusi PSP : halusinasi
Emosi konsisten Emosi +/- Perubahan proses emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1) Masalah dengan dukungan kelompok
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
3) Masalah dengan pendidikan
4) Masalah dengan pekerjaan
5) Masalah dengan perumahan
6) Masalah ekonomi
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
8) Masalah lainnya
Misalnya : Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan yang lain, karena
pasien lebih senang mengurung diri di dalam kamar.
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
1) Penyakit jiwa 2) Sistem pendukung 3) Faktor presipitasi
1) Penyakit fisik 5)Koping 6) Obat-obatan, dll.
Misalnya : Klien mengatakan orang gila itu ya orang yang mengalami penyakit
gangguan jiwa, saya tidak sakit jiwa tapi dibawa kesini.

XI. ASPEK MEDIK


1) Diagnosis medik
2) Terapi medic

XII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


B. Diagnosa
Perubahan isi pikir: waham
C. Intervensi
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi

11
a. Pasien:
SP I p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan orientasi relita ke dalam jadwal kegiatan
harian
Sp II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
Sp III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Mengajurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian

b. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala halusinasi dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien

E. Evaluasi
a. Pasien
1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2. Menyebutkan carra meemnuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi

12
3. Mempraktikkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham
2. Menyebutkan cara merawat pasien waham

DIAGNOSIS
Pohon Masalah

Resiko Kerusakan komunikasi


verbal

Perubahan proses pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah: kronis

Diagnosis Keperawatan
1. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah

Diagnosis Medis Waham

Waham menurut PPDGJ-III masuk kedalam aksis II yaitu gangguan mental psikotik.
Menurut PPDGJ-III waham di bagi menjadi beberapa diagnose medis yaitu

a) F22. Gangguan Waham Menetap


 Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental
organic, skizofrenik, atau gangguan afektif.
 Pentingnya factor genetic, cirri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam
pembentukan gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.
1) F.22.0 Gangguan Waham
13
Pedoman diagnostik

Waham-waham merupakan satu-satunya cirri khas klinis atau


gejala yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal
maupun sebagai suatu system waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan
lamanya, dan harus bersifat khas pribadi(personal) dan bukan budaya
setempat.

- Gejala-gelaja depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap


/ full-down (F.32-) mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat
bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat
gangguan afektif itu.
- Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
- Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja
ada dan bersifat sementara.
- Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb)
- Termasuk : paranoia; psikosis paranoid; keadaan paranoid.
2) F.22.8 Gangguan Waham Menetap Lainnya
- Kaategori sisa untuk gangguan-gangguan waham menetap yang tidak
memenuhi criteria untuk gangguan waham (F.22.0)
- Gangguan waham yang berlangsung kurang dari 3 bulan lamanya,
tidak memenuhi criteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode
F.23- (gangguan psikotik akut dan sementara), walaupun untuk
sementara.
3) F.22.9 Gangguan Waham Menetap Yang Tidak Tergolongkan

b) F.24 Gangguan Waham Induksi


Pedoman Diagnostik
 Diagnosis gangguan waham karena induksi harus dibuat hanya jiika :
a. Dua orang atau lebih mengalami waham atau sitem waham yang sama
dan saling mendukung dalam keyakinan waham itu.
b. Mereka mempunyai hubungan dekat yang tak lazim dalam bentuk
seperti yang diuraikan diatas.

14
c. Ada bukti dalam kaitan waktu atau konteks lainnya bahwa waham
tersebut di induksi pada anggota yang pasif dari suatu pasangan atau
kelompok melalui kontak dengan anggota yang aktif (hanya satu orang
yang aktif yang menderita gangguan psikotik yang sesungguhnya,
waham diinduksi pada anggota pasif, dan biasanya waham tersebut
menghilang bila mereka dipisahkan).

RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Bantu orientasi realitas
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak pernah terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memnuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

15
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut:
1) Cara merawat pasien di rumah
2) Follow up dan keteraturan pengobatan
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien
EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan pasien
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

16
BAB 3
KASUS
Tuan S berusia 45 tahun masuk Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang tanggal 8 Mei 2017.
Klien dimasukkan ke RSJ oleh istrinya karena, 1 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit
jiwa klien mengalami kebingungan, mudah tersinggung, dan klien sering mencurigai bahwa
orang-orang di sekitarnya berniat buruk dan tidak mendukungnya dalam pencalonan DPR
dan mencuri hartanya. Saat dilakukan pengkajian Tn. S mengatakan kalau dia orang terkaya
memiliki banyak industri dan dia mengganggap dirinya seorang keturunan raja. Tn. S banyak bicara
tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan perawat. Menurut keluarga, hal itu terjadi setelah Tn. S gagal pencalonan DPR
dan terlilit hutang yang sangat banyak dan selalu memikirkannya. Setelah itu, Tn. J tidak mau keluar
dari kamarnya dan selalu di rumah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD: 130/90
mmHg, nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,5°C BB: 60 kg TB: 170 cm. .

Pengkajian

RUANG RAWAT : Mawar TANGGAL DIRAWAT : 8 mei 2017

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. S (L) Tanggal Pengkajian : 8 Mei


2017

Umur : 45 tahun RM No. : 00FJGD

Informan : Istri Tn S dan Keluarga

II. ALASAN MASUK

1 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit jiwa klien mengalami kebingungan,
mudah tersinggung, dan klien sering mencurigai orang-orang di sekitarnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

Tn. S gagal pencalonan DPR dan terlilit hutang yang sangat banyak dan selalu
memikirkannya. Tn. S banyak bicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya,
sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.

IV. FISIK

17
1. Tanda vital : TD130/90mmHg N : 80x/menit S: 36,5°C

2. Ukur : TB : 160 cm BB : 60kg

3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

AYAH KLIEN IBU KLIEN

ADIK KLIEN
KAKAK KLIEN

KLIEN ISTRI KLIEN

ANAK KLIEN ANAK KLIEN ANAK KLIEN

Jelaskan:
Tn S anak kedua dari tiga bersaudara, setelah menikah memiliki 3 orang anak
yaitu, perempuan, laki-laki dan perempuan. Dalam riwayat kesehatan keluarga
tidak ada yang menderita gangguan jiwa. tn S mulai mengalami gangguan jiwa
setelah gagal mencalonkan diri sebagai anggota DPR dan terlilit hutang.

Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

2. Konsep diri :

a. Citra tubuh : Tidak ditemukan masalah

18
b. Identitas : Tidak ditemukan masalah
c. Peran : Klien tidak mampu menjalankan perannya sebagai kepala
keluarga
Masalah Keperawatan :

3. Hubungan Sosial :

a. Orang terdekat : tidak dapat menjalankan peran sebagai kepala keluarga

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : hubungan dengan


masyarakat semakin berkurang

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : hubungan dengan


masyarakat semakin berkurang

Masalah Keperawatan : isolasi sosial: menarik diri

4. Spiritual :

a. Nilai dan keyakinan : sebelum sakit klien rajin beribadah

b. Kegiatan ibadah : setelah sakit jarang beribadah

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian √ Cara berpakaian


tidak
tidak sesuai
seperti biasanya

Jelaskan: cara berpakaian klien sebagai mana biasanya seperti sebelum sakit

Masalah Keperawatan:

2. Pembicaraan

√ Cepat √ Keras Gagap Inkoheren

19
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai
pembicaraan

Jelaskan: cara berbicara klien cepat dan keras kepada orang lain

Masalah Keperawatan:

3. Aktivitas Motorik

Lesu √ Tegang Gelisah Agitasi

√ Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan: saat dengan orang lain klien selalu tegang dan tik

Masalah Keperawatan:

4. Alam Perasaan

Sedih Ketakutan √ Putus Khawatir Gembira


asa berlebihan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan

5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan: enosi klien berubag-ubah

Masalah Keperawatan

6. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata Defensif √ Curiga

20
kurang

Jelaskan: selalu curiga dengan lawan bicara

Masalah Keperawatan

7. Persepsi

Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan

Masalah Keperawatan:

PROSES PIKIR

8. Arus Pikir

Sirkumstansial √ Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan /


persevarasi

Jelaskan : pembicaraan klien berbelit-belit dan tidak memiliki tujuan

Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi √ Ide yang terkait Pikiran magis

21
Waham

Agama Somatik Kebesaran √ Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan

Masalah Keperawatan: gangguan proses pikir: waham

10. Memori

Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka


panjang pendek

Gangguan daya ingat saat ini √ Konfabulasi

Jelaskan: pembicaraan yang tidak sesuai engan kenyataan dengan memasukkan


cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya

Masalah Keperawatan

11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Mudah beralih √ Tidak mampu Tidak mampu


berkonsentrasi berhitung sederhana

Jelaskan konsentrasi klien mudah teralih

Masalah Keperawatan

12. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan √ Gangguan bermakna

Jelaskan tidak mampu mnegambil keputusan meskipun dibantu oleh orang lain

22
Masalah Keperawatan

13. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang √ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


diderita

Jelaskan menyalahkan orang lain dan lingkungan akibat kondisinya saat ini

Masalah Keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

√ Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB / BAK

√ Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi

√ Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian / berhias

√ Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

√ Tidur siang lama : 12.00 s/d 15.00

Tidur malam lama : 22.00 s/d 05.00

Aktivitas sebelum / sesudah tidur : 15.00 s/d 22.00

6. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan total

23
7. Pemeliharaan kesehatan

Ya Tidak

Perawatan Lanjutan √

Sistem Pendukung √

8. Aktivitas di dalam rumah

Ya Tidak

Mempersiapkan makanan √

Menjaga kerapihan rumah √

Mencuci pakaian √

Pengaturan keuangan √

9. Aktivitas di luar rumah

Ya Tidak

Belanja √

Transportasi √

Lain-lain √

Jelaskan

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

√ Bicara dengan orang lain Minum alcohol

24
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih

Teknik relokasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ Menghindar

√ Olah raga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Masalah Keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, karena gagal dalam pencalonan


anggota DPR sehingga mneyalahkan lingkungan sekitar

Masalah dengan pendidikan, uraikan

√ Masalah dengan pekerjaan, uraikan karena sering mencurigai orang lain


sehingga memiliki hubungan yang buruk dengan rekan kerjanya

Masalah dengan perumahan, uraikan

√ Masalah dengan ekonomi, karena terlilit hutang setelah gagal mennjadi anggota
DPR

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan

Masalah lainnya, uraikan

Masalah Keperawatan

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG

25
√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Masalah Keperawatan: kurang pengetahuan terkait gangguan jiwa

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik: Skinzofrenia paranoid

Terapi Medik:

1. CPZ 100 mg
2. Stelazine 5 mg
3. Hexymer 2
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN POHON MASALAH

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham


b. Perubahan proses pikir : waham berhubunngan dengan harga diri rendah

Analisa data
DATA MASALAH

Ds : Kerusakan komunikasi verbal

26
1. Saat ditanya klien mampu
menjawab pertanyaan dan kadang
bicara ngelantur bahwa dia
memiliki harta yang banyak dan
merupakan orang yang terkaya
memiliki banyak industry dan dia
mengganggap dirinya seorang
keturunan raja.
Do:
1. Klien bicara ngelantur sambil
menatap penuh curiga
2. Klien tampak bingung
Ds: Gangguan proses pikir : waham
1. Klien sering mengatakan bahwa curiga
dia mencurigai orang-orang di
sekitarnya berniat buruk dan tidak
mendukungnya dalam pencalonan
DPR dan mencuri hartanya.
Do:
1. Klien banyak tiduran dikamar
dan bermalas-mlasan di kamar
2. Klien menatap curiga dan
waspada kepada orang lain
yang mendekatinya
3. Klien terkadang tampak
bingung dan gelisah

27
Intervensi keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Intervensi


Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria

1. Perubahan TUM : 1. Ekspresi wajah Tindakan keperawatan untuk


proses pikir : bersahabat pasien :
waham b.d Klien dapat 2. Kebutuhan klien
harga diri berkomunikasi terpenuhi 1. Bina hubungan saling
rendah dengan baik dan 3. Klien dapat melakukan percaya
terarah. aktivitas secara terarah 2. Bantu orientasi realita
4. Klien mau 3. Berbicara dengan klien
TUK : dalam konteks realitas
mengutarakan isi
perasaannya (realitas diri, realitas
1. Pasien dapat
orang lain, waktu dan
berorientasi
tempat).
kepada realitas
4. Diskusikan kebutuhan
secara bertahap
psikologis/emosional yang
2. Pasien dapat
tidak terpenuhi sehingga
memenuhi
menimbulkan kecemasan,
kebutuhan dasar
rasa takut, dan marah
5. Tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan
emosional pasien
Tindakan keperawatan untuk
keluarga:
1. Diskusikan masalah
yang dialami keluarga
saat merawat pasien di
rumah
2. Diskusikan dengan
keluarga tentang waham
yang dialami pasien
3. Diskusikan dengan
keluarga tentang cara
merawat pasien waham
di rumah dan lingkungan
yang tepat untuk pasien
4. Latih cara merawat

28
TUK 2: 1. Klien dapat berbicara Tindakan keperawatan untuk
dengan realitas. pasien:
1. Pasien mampu 2. Klien mengikuti terapi
berinteraksi aktivitas kelompok. 1. Sertakan klien dalam
dengan orang 3. Klien dapat terapi aktivitas kelompok:
lain dan mendemonstrasikan orientasi realitas.
lingkungan penggunaan obat 2. Tingkatkan aktivitas yang
2. Pasien dengan benar. dapat memenuhi
menggunakan 4. Klien dapat kebutuhan fisik dan
obat dengan memahami akibat emosional pasien
teratur berhentinya 3. Bantu melakukan
mengkonsumsi obat kemampuan positif yang
dimiliki
4. Berdiskusi tentang obat
yang diminum
5. Melatih minum obat yang
benar
Tindakan keperawatan untuk
keluarga :
1. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian serta
selalu mendukungnya.
2. Diskusikan follow up
keteraturan pengobatan
3. Diskusi tentang obat
pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat)
4. Diskusi dengan keluarga
tentang kondisi pasien
yang membutuhkan
konsultasi segera
5. Latih perawatan lanjutan
pasien.
2. Risiko TUM : 1. Klien membina 5. Bina hubungan slaing
kerusakan hubungan saling percaya
komunikasi Klien tidak terjadi percaya dengan 6. Jangan membantah dan
verbal kerusakan perawat atau mendukung waham
berhubungan komunikasi verbal 2. Klien memiliki klien
dengan respon yang baik 7. Yakinkan klien berada
waham terhadap kegiatan dalam keadaan aman da
TUK 1: yang dilakukan terlindungi
3. Klien berkomunikasi 8. Observasi apakah
1. Klien dapat dengan realitas wahmnya mengganggu
membina 4. klien dapat aktivitas harian dan
hubungan menjalankan pearwatan diri
saling percaya kemampuan yang 9. Beri pujian pada
dengan dimiliki penampilan dan
perawat kemampuan klien yang
29
2. Klien dapat realistis
mengidentifika 10. Tanyakan apa yang bisa
si kemampuan dilakukan kemudian
yang dimiliki anjurkan untuk
melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan
perawatan diri)
11. Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya,
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada, perihatkan kepada
klien bahwa klien sangat
penting
TUK 2 : 1. Klien mampu 4. Observasii kebutuhan
bersosialisasi dengan klien sehari-hari
1. Klien dapat baik 5. Diskusikan kebutuhan
mengidentifikas 2. Keluarga mendukung klien yang tidak terpenuhi
ikan kebutuhan semua kegiatan klien baik selama di rumah
yangtidak yang positif maupun di rumah sakit
terpenuhi 3. Klien dapat 6. Hubungkan kebutuhan
2. Klien dapat menyebutkan yang tidak terpenuhi dan
berhungan kebutuhan yang tidak timbulnya waham
dengan realistas terpenuhi 7. Tingkatkan aktivitas dapat
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan
dukungan dari klien dan memerlukan
keluarga waktu dan tenga (buat
jadual jika mungkin)
8. Atur situasi agar klien
tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan
wahamnnya
9. Berbicara dengan klien
dalam konteks realistas
(diri, orang lain, tempat
dan waktu)
10. Sertakan klien dalam
terapi aktivitas kelompok :
orientasi realitas
11. Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien

30
Implementasi dan evaluasi

No Implementasi Evaluasi

Pasien

1 SPIp S:
1. Membina hubungan saling percaya Klien mengatakan “ jangan banyak
dengan klien
2. Membantu orientasi realita bicara, mbak”
3. Mendiskusikan kebutuhan tidak
Klien mengatakan “ saya males mbak”
terpenuhi
4. Membantu pasien memenuhi Klien mengatakan “ selama ini
kebutuhannya kenutuhan tidak ada masalah”
5. Menganjurkan pasien memasukkan
orientasi realita dalam jadwal kegiatan Klien mengatakan “ saya lagi males
harian mbak”
Klien mengatakan “ saya belum bisa
memasukkan dalam jadual mbak”
O: klien menatap tajam penuh curiga
klien tidak ingin menjawab hal yang
membuatnya gelisah
A: klien mampu BHSP , klien belum
mampu mengorientasikan realita, klien
belum mampu memasukkan jadual
kegiatan harian
P: Lanjutkan SP 1 membantu orientasi
realita

2 SPII p S: klien mengatakan “ iya mbak sudah


saya masukkan ke dalam jadwal”
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien O: klien menjawab semua pertanyaan
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dengan ekspresi wajah yang biasa aja
dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki A: klien mampu mengevaluasi jadwal
kegiatan harian.
Klien belum mampu berdiskusi tentang
kemampuan yang dimiliki
Klien belum mampu melatih
kemampuan yang dimiliki
P: SP 1 dan SP 2 dipertahankan

31
3 SP III p S: klien mengatakan “ iya mbak saya
masukkan ke dalam jadwal harian”
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien Klien mengatakan “ saya sudah
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengerti penggunaan obat ini”
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Saya Menganjurkan pasien Klien mengatakan “ saya ssudah
memasukkan waktu minum obat ke dalam minum obat tepat waktu mbak”
jadwal kegiatan harian
O: klien menjawab semua pertanyaan
dengan penuh semangat, wajah klien
tampak senang.
A: klien mampu mngevaluasi jadwal
kegiatan
Klien mampu minum obat tepat waktu
P: Sp 1 dan Sp 2 dipertahankan

Keluarga

1 SP I k
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham

2 SP II k
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien waham
Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien waham

3 SP III k
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
termasuk minum obat
Menjelaskan follow up pasien

32
BAB 4
Penutup

4.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keadaam dimana seseorang individu mengalami
sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif. Faktyor
predisposisi waham meliputi perkembangan social cultural, psikologis, genetic,
biokimia,. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Penatalaksanaan
dengan menentukan sesuai indikasi apakah perlu perawatan psikiatrik di rumah
sakit, mendesak atau elektif. Apabila tidak dirawat, siapkan tindak lanjut psikiatrik
dan untuk agitasi psikotik. Berikan haloperidol (haldol) 5 mg, atau klorpromazin
(thorazine) 50 mg, peroral atau intramuscular, ini boleh diulangi tiap jam sampai
pasien menjadi tenang. Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul adalah Resiko
tinggi perilaku kekerasan b.d. perubahan proses pikir: waham, Perubahan proses
pikir: waham b.d. isolasi sosial: menarik diri, Isolasi sosial: menarik diri b.d.
gangguan konsep diri: harga diri rendah: kronis

33
DAFTAR PUSTAKA

Noreen Cavan Fisch and Lawrence E. Frisch. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing.
United States of America
A. Y., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.

Keliat, Budi Ana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC

Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai