Wahammm
Wahammm
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep teori waham
2.1.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran.
Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia.
2.1.2 Etiologi Terjadinya Waham
1. Genetik
Bagi individu dari latar belakang genetik skizofrenia beresiko mengalami skizofrenia.
Sebagai contoh, keseluruhan risiko skizofrenia berkembang dalam seumur hidup adalah
sekitar 1%, seorang individu dengan dua orang tua penderita skizofrenia memiliki
kesempatan hampir 50% untuk menjadi penderita skizofrenia. Skizofrenia jelas
merupakan kelainan dengan vakum genetik utama. (gottesman, 1991; McKenna, 1994;
Reveley, 1994)
Pada abad ke 19, beberapa psikiater mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
penyebab organik. Ada sesuatu yang secara fisik dan struktural salah dengan otak
penderita skizofrenia. Untuk mengetahui penyebab organik tersebut, pada pertengahan
1970an telah dilakukan CT Scan untuk mengevalusi struktur otak. Dari hasil penelitian
telah di dapatkan bahwa laki-laki beresiko mengalami skizofrenia dibandingkan
perempuan karena memiliki ventrikel lateral lebih besar. Tetapi pernyataan ini masih
menimbulkan keraguan, apakah pembesaran ventrikel adalah penyebab atau konsekuensi
skizofrenia. Namun, ada beberapa bukti bahwa pembesaran ventrikel dapat berkembang
selama terjadi skizofrenia dan penyusutan substansi otak yang tidak rata (atrofi serebral).
Pengamatan tetap bersifat spekulatif namun menyarankan agar skizofrenia dapat dilihat
sebagai penyakit neurologis degeneratif progresif (DeLisi, 2000)
2. Hipotesis dopamin
Hipotesis ini menyatakan bahwa kelainan fungsional pada skizofrenia disebabkan oleh
aktivitas dopamin otak yang berlebihan. Dopamin biasanya diproduksi di otak dan server
sebagai molekul pensinyalan neurotransmiter. Dopamin tampaknya memiliki efek yang
paling penting pada ganglia basal otak. Penurunan dopamin dalam struktur ini menyebabkan
penyakit parkinson. Beberapa bukti menunjukkan dukungan untuk hipotesis bahwa dopamin
2
juga terlibat dalam penyebab skizofrenia. Pertama, obat yang efektif dalam mengendalikan
gejala positif skizofrenia semuanya nampaknya memiliki aktivitas reseptorprotoksin dopamin
yang signifikan; Artinya, obat ini nampaknya bekerja karena mengurangi efek dopamin
individu pada otaknya. Kedua, obat-obatan seperti amfetamin, yang memiliki kemampuan
untuk menyebabkan skizoprenia mencolok seperti psikosis dengan meningkatkan konsentrasi
dopamin otak (McKenna, 1994; Svenningsson et al., 2003).
3. Neurotransmitter lain
Meskipun ada bukti menarik yang mendukung temuan peningkatan reseptor dopamin
dan dopamin pada skizofrenia, ada juga beberapa bukti melawan hipotesis tersebut.
Sementara tingkat dopamin dan jumlah reseptor secara jelas tidak ada hubungannya dengan
gejala skizofrenia, mereka mungkin sendiri terpengaruh oleh proses otak lainnya, yang
mempraktikkannya di daerah prefrontal dan korteks yang tampak abnormal (Moore, West, &
Grace, 1999).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada skizofrenia, terjadi penurunan jumlah
neuron penghambat, terutama di mana GABA adalah neurotransmitter yang dominan.
Ekspresi neuropeptida pensinyalan cholecystokinin dan somatostatin juga menurun pada
skizofrenia. Hilangnya fungsi penghambatan dapat menyebabkan peningkatan aktivitas otak
yang terlihat di beberapa lokasi otak tertentu, terutama hippocampus dan bagian korteks
prefrontal (Freedman, 2003).
2.1.3 Klasifikasi Waham
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau
“Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
3
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini
adalah roh-roh”.
4
2.1.5 Proses Terjadinya Waham
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham dipengaruhi dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien secara fisik
maupun psikis. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal ini terjadi karena ada kesenjangan antara
kenyataan dengan ideal diri.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan yang terjadi mengakibatkan pasien menderita, malu dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and extrenal)
Fase ini pasien berusaha untuk berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini itu tidak
sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, menghadapi kenyataan bagi pasien merupakan
hal yang berat karena kebutuhannya perlu diakui, dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Lingkungan sekitar pasien yang mendukung mengakibatkan pasien menanggap
sesuatu yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Hal ini dapat merusak kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman akan keyakinannya karena pasien menganggap semua orang
sama, yaitu mempercayai dan mendukungnya. Pada fase ini, halusinasi dapat muncul
ketika pasien menyendiri dari lingkungannya. Lama-kelamaan pasien menarik diri
dari interaksi sosial.
2.1.6 Penatalaksanaan Waham
1. Perawatan Psikososial
a) Layanan dukungan klinis keluarga
Layanan dukungan klinis dan keluarga termasuk mendidik anggota keluarga
tentang sifat dan makna skizofrenia serta memberikan pelatihan keterampilan
khusus dalam manajemen stres dan penanganan fungsional untuk klien dan
keluarga. Keluarga dapat didukung melalui pendidikan, kegiatan kelompok, dan
keterlibatan / advokasi masyarakat. Selain itu, perawat dan orang lain dapat
5
membantu keluarga untuk lebih memahami tujuan dan efek samping pengobatan
dalam upaya memastikan kepatuhan terhadap pengobatan.
b) Rehabilitasi
Upaya rehabilitasi untuk penderita skizofrenia dapat diarahkan pada tujuan
kejuruan bagi beberapa individu, namun untuk sebagian besar, adanya gejala
negatif membuat setiap jenis fungsional sosial begitu bermasalah sehingga fokus
utamanya adalah pada peningkatan keterampilan sosial. Pelatihan dalam fungsi
sosial dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat keterampilan klien. Intervensi
semua itu dipengaruhi oleh seorang perawat, pekerja sosial, psikolog, atau tim
multidisipliner yang melibatkan ketiga profesi tersebut.
c) Bantuan kemanusiaan / Keamanan publik
Dalam beberapa tahun terakhir, petugas kesehatan mental telah menggunakan
istilah "perilaku menantang" untuk menggambarkan gejala skizofrenia yang
paling sulit, yaitu perilaku bizare, sosial yang mengganggu, dan mempunyai
potensi berbahaya.
6
2.2 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Usia rata-rata 40 tahun dan berkisar antara 18-90 tahun, secara keseluruhan
gangguan waham terjadi sedikit lebih sering pada perempuan (B.K Puri, 2011).
II.ALASAN MASUK
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit,
umumnya klien yang mengalami waham di bwa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perliaku klien dan hal lain, gejala
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
7
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, misalnya sebagai berikut:
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Biasanya klien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b. Identitas : Klien dengan waham mengalami ketidakpastian
memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
Ex: Pada klien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi
padahal kenyataan nya tidak benar.
c. Peran : pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
Ex : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
lama di RSJ.
e. Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan
kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3. Hubungan sosial:
Klien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham
yang dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain.
8
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : Biasanya pada klien dengan waham agama meyakini
agamanya secara berlebihan.
b. Kegiatan ibadah : Biasana pada klien dengan waham agama melakukan
ibadah secara berlebihan.
VI. STATUS MENTAL
1) Penampilan
Pada klien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia
rasakan. Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
2) Pembicaraan
Pada klien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai
dengan kenyataan.
3) Aktivitas Motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh.
4) Afek dan Emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak sesuai
dengan keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau yang lainnya.
5) Interaksi Selama Wawancara
Pada klien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6) Proses pikir
a. Arus pikir dan betuk pikir
Derreistik : bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum.
b. Isi Pikir (waham)
Agama, somatik, kebesaran, curiga, nihilistik, dosa, dan bizar.
7) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
normal, bukan sdisosiasi, hal ini karena kemampuan untuk (relasi) dan
pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan
secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
8) Memori
9
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditadai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
9) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
10) Daya Tilik
Hal-hal di luar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan di luar dirinya yang
menyebabkan ia seperti ini.
10
VIII.MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Proses pikir Gangguan isi pikir : waham
Persepsi akurat Kadang ilusi PSP : halusinasi
Emosi konsisten Emosi +/- Perubahan proses emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
11
a. Pasien:
SP I p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan orientasi relita ke dalam jadwal kegiatan
harian
Sp II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
Sp III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Mengajurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian
b. Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala halusinasi dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
E. Evaluasi
a. Pasien
1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2. Menyebutkan carra meemnuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
12
3. Mempraktikkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham
2. Menyebutkan cara merawat pasien waham
DIAGNOSIS
Pohon Masalah
Diagnosis Keperawatan
1. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
Waham menurut PPDGJ-III masuk kedalam aksis II yaitu gangguan mental psikotik.
Menurut PPDGJ-III waham di bagi menjadi beberapa diagnose medis yaitu
14
c. Ada bukti dalam kaitan waktu atau konteks lainnya bahwa waham
tersebut di induksi pada anggota yang pasif dari suatu pasangan atau
kelompok melalui kontak dengan anggota yang aktif (hanya satu orang
yang aktif yang menderita gangguan psikotik yang sesungguhnya,
waham diinduksi pada anggota pasif, dan biasanya waham tersebut
menghilang bila mereka dipisahkan).
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Bantu orientasi realitas
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak pernah terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memnuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
15
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut:
1) Cara merawat pasien di rumah
2) Follow up dan keteraturan pengobatan
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien
EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan pasien
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.
16
BAB 3
KASUS
Tuan S berusia 45 tahun masuk Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang tanggal 8 Mei 2017.
Klien dimasukkan ke RSJ oleh istrinya karena, 1 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit
jiwa klien mengalami kebingungan, mudah tersinggung, dan klien sering mencurigai bahwa
orang-orang di sekitarnya berniat buruk dan tidak mendukungnya dalam pencalonan DPR
dan mencuri hartanya. Saat dilakukan pengkajian Tn. S mengatakan kalau dia orang terkaya
memiliki banyak industri dan dia mengganggap dirinya seorang keturunan raja. Tn. S banyak bicara
tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai
dengan pertanyaan perawat. Menurut keluarga, hal itu terjadi setelah Tn. S gagal pencalonan DPR
dan terlilit hutang yang sangat banyak dan selalu memikirkannya. Setelah itu, Tn. J tidak mau keluar
dari kamarnya dan selalu di rumah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu TD: 130/90
mmHg, nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,5°C BB: 60 kg TB: 170 cm. .
Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
1 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit jiwa klien mengalami kebingungan,
mudah tersinggung, dan klien sering mencurigai orang-orang di sekitarnya.
Tn. S gagal pencalonan DPR dan terlilit hutang yang sangat banyak dan selalu
memikirkannya. Tn. S banyak bicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya,
sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.
IV. FISIK
17
1. Tanda vital : TD130/90mmHg N : 80x/menit S: 36,5°C
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
ADIK KLIEN
KAKAK KLIEN
Jelaskan:
Tn S anak kedua dari tiga bersaudara, setelah menikah memiliki 3 orang anak
yaitu, perempuan, laki-laki dan perempuan. Dalam riwayat kesehatan keluarga
tidak ada yang menderita gangguan jiwa. tn S mulai mengalami gangguan jiwa
setelah gagal mencalonkan diri sebagai anggota DPR dan terlilit hutang.
2. Konsep diri :
18
b. Identitas : Tidak ditemukan masalah
c. Peran : Klien tidak mampu menjalankan perannya sebagai kepala
keluarga
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan Sosial :
4. Spiritual :
1. Penampilan
Jelaskan: cara berpakaian klien sebagai mana biasanya seperti sebelum sakit
Masalah Keperawatan:
2. Pembicaraan
19
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan: cara berbicara klien cepat dan keras kepada orang lain
Masalah Keperawatan:
3. Aktivitas Motorik
Jelaskan: saat dengan orang lain klien selalu tegang dan tik
Masalah Keperawatan:
4. Alam Perasaan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan
5. Afek
Masalah Keperawatan
20
kurang
Masalah Keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan
Masalah Keperawatan:
PROSES PIKIR
8. Arus Pikir
9. Isi Pikir
21
Waham
Jelaskan
10. Memori
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Jelaskan tidak mampu mnegambil keputusan meskipun dibantu oleh orang lain
22
Masalah Keperawatan
Jelaskan menyalahkan orang lain dan lingkungan akibat kondisinya saat ini
Masalah Keperawatan
1. Makan
2. BAB / BAK
3. Mandi
4. Berpakaian / berhias
6. Penggunaan obat
23
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
Sistem Pendukung √
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Mencuci pakaian √
Pengaturan keuangan √
Ya Tidak
Belanja √
Transportasi √
Lain-lain √
Jelaskan
Adaptif Maladaptif
24
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Lainnya Lainnya
Masalah Keperawatan
√ Masalah dengan ekonomi, karena terlilit hutang setelah gagal mennjadi anggota
DPR
Masalah Keperawatan
25
√ Penyakit jiwa Sistem pendukung
Koping Obat-obatan
Terapi Medik:
1. CPZ 100 mg
2. Stelazine 5 mg
3. Hexymer 2
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN POHON MASALAH
Analisa data
DATA MASALAH
26
1. Saat ditanya klien mampu
menjawab pertanyaan dan kadang
bicara ngelantur bahwa dia
memiliki harta yang banyak dan
merupakan orang yang terkaya
memiliki banyak industry dan dia
mengganggap dirinya seorang
keturunan raja.
Do:
1. Klien bicara ngelantur sambil
menatap penuh curiga
2. Klien tampak bingung
Ds: Gangguan proses pikir : waham
1. Klien sering mengatakan bahwa curiga
dia mencurigai orang-orang di
sekitarnya berniat buruk dan tidak
mendukungnya dalam pencalonan
DPR dan mencuri hartanya.
Do:
1. Klien banyak tiduran dikamar
dan bermalas-mlasan di kamar
2. Klien menatap curiga dan
waspada kepada orang lain
yang mendekatinya
3. Klien terkadang tampak
bingung dan gelisah
27
Intervensi keperawatan
28
TUK 2: 1. Klien dapat berbicara Tindakan keperawatan untuk
dengan realitas. pasien:
1. Pasien mampu 2. Klien mengikuti terapi
berinteraksi aktivitas kelompok. 1. Sertakan klien dalam
dengan orang 3. Klien dapat terapi aktivitas kelompok:
lain dan mendemonstrasikan orientasi realitas.
lingkungan penggunaan obat 2. Tingkatkan aktivitas yang
2. Pasien dengan benar. dapat memenuhi
menggunakan 4. Klien dapat kebutuhan fisik dan
obat dengan memahami akibat emosional pasien
teratur berhentinya 3. Bantu melakukan
mengkonsumsi obat kemampuan positif yang
dimiliki
4. Berdiskusi tentang obat
yang diminum
5. Melatih minum obat yang
benar
Tindakan keperawatan untuk
keluarga :
1. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian serta
selalu mendukungnya.
2. Diskusikan follow up
keteraturan pengobatan
3. Diskusi tentang obat
pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat)
4. Diskusi dengan keluarga
tentang kondisi pasien
yang membutuhkan
konsultasi segera
5. Latih perawatan lanjutan
pasien.
2. Risiko TUM : 1. Klien membina 5. Bina hubungan slaing
kerusakan hubungan saling percaya
komunikasi Klien tidak terjadi percaya dengan 6. Jangan membantah dan
verbal kerusakan perawat atau mendukung waham
berhubungan komunikasi verbal 2. Klien memiliki klien
dengan respon yang baik 7. Yakinkan klien berada
waham terhadap kegiatan dalam keadaan aman da
TUK 1: yang dilakukan terlindungi
3. Klien berkomunikasi 8. Observasi apakah
1. Klien dapat dengan realitas wahmnya mengganggu
membina 4. klien dapat aktivitas harian dan
hubungan menjalankan pearwatan diri
saling percaya kemampuan yang 9. Beri pujian pada
dengan dimiliki penampilan dan
perawat kemampuan klien yang
29
2. Klien dapat realistis
mengidentifika 10. Tanyakan apa yang bisa
si kemampuan dilakukan kemudian
yang dimiliki anjurkan untuk
melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan
perawatan diri)
11. Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya,
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada, perihatkan kepada
klien bahwa klien sangat
penting
TUK 2 : 1. Klien mampu 4. Observasii kebutuhan
bersosialisasi dengan klien sehari-hari
1. Klien dapat baik 5. Diskusikan kebutuhan
mengidentifikas 2. Keluarga mendukung klien yang tidak terpenuhi
ikan kebutuhan semua kegiatan klien baik selama di rumah
yangtidak yang positif maupun di rumah sakit
terpenuhi 3. Klien dapat 6. Hubungkan kebutuhan
2. Klien dapat menyebutkan yang tidak terpenuhi dan
berhungan kebutuhan yang tidak timbulnya waham
dengan realistas terpenuhi 7. Tingkatkan aktivitas dapat
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan
dukungan dari klien dan memerlukan
keluarga waktu dan tenga (buat
jadual jika mungkin)
8. Atur situasi agar klien
tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan
wahamnnya
9. Berbicara dengan klien
dalam konteks realistas
(diri, orang lain, tempat
dan waktu)
10. Sertakan klien dalam
terapi aktivitas kelompok :
orientasi realitas
11. Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien
30
Implementasi dan evaluasi
No Implementasi Evaluasi
Pasien
1 SPIp S:
1. Membina hubungan saling percaya Klien mengatakan “ jangan banyak
dengan klien
2. Membantu orientasi realita bicara, mbak”
3. Mendiskusikan kebutuhan tidak
Klien mengatakan “ saya males mbak”
terpenuhi
4. Membantu pasien memenuhi Klien mengatakan “ selama ini
kebutuhannya kenutuhan tidak ada masalah”
5. Menganjurkan pasien memasukkan
orientasi realita dalam jadwal kegiatan Klien mengatakan “ saya lagi males
harian mbak”
Klien mengatakan “ saya belum bisa
memasukkan dalam jadual mbak”
O: klien menatap tajam penuh curiga
klien tidak ingin menjawab hal yang
membuatnya gelisah
A: klien mampu BHSP , klien belum
mampu mengorientasikan realita, klien
belum mampu memasukkan jadual
kegiatan harian
P: Lanjutkan SP 1 membantu orientasi
realita
31
3 SP III p S: klien mengatakan “ iya mbak saya
masukkan ke dalam jadwal harian”
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien Klien mengatakan “ saya sudah
2. Memberikan pendidikan kesehatan mengerti penggunaan obat ini”
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Saya Menganjurkan pasien Klien mengatakan “ saya ssudah
memasukkan waktu minum obat ke dalam minum obat tepat waktu mbak”
jadwal kegiatan harian
O: klien menjawab semua pertanyaan
dengan penuh semangat, wajah klien
tampak senang.
A: klien mampu mngevaluasi jadwal
kegiatan
Klien mampu minum obat tepat waktu
P: Sp 1 dan Sp 2 dipertahankan
Keluarga
1 SP I k
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
2 SP II k
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien waham
Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien waham
3 SP III k
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
termasuk minum obat
Menjelaskan follow up pasien
32
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keadaam dimana seseorang individu mengalami
sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif. Faktyor
predisposisi waham meliputi perkembangan social cultural, psikologis, genetic,
biokimia,. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu mengalami stress dan kecemasan. Penatalaksanaan
dengan menentukan sesuai indikasi apakah perlu perawatan psikiatrik di rumah
sakit, mendesak atau elektif. Apabila tidak dirawat, siapkan tindak lanjut psikiatrik
dan untuk agitasi psikotik. Berikan haloperidol (haldol) 5 mg, atau klorpromazin
(thorazine) 50 mg, peroral atau intramuscular, ini boleh diulangi tiap jam sampai
pasien menjadi tenang. Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul adalah Resiko
tinggi perilaku kekerasan b.d. perubahan proses pikir: waham, Perubahan proses
pikir: waham b.d. isolasi sosial: menarik diri, Isolasi sosial: menarik diri b.d.
gangguan konsep diri: harga diri rendah: kronis
33
DAFTAR PUSTAKA
Noreen Cavan Fisch and Lawrence E. Frisch. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing.
United States of America
A. Y., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Keliat, Budi Ana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC
Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
34