Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KELUARGA DAN PERKESMAS

DI PUSKESMAS KLAKAH

PERIODE TANGGAL 25 NOVEMBER 2019 – 14 DESEMBER 2019

DI SUSUN OLEH :

1) Siti Rohania A.S 172303101001


2) Chrisinta Yuli Rahmawati 172303101003
3) Yoga Jordan Marcelino 172303101013
4) Rina Yulia Ayu Andari 172303101030
5) Suci Nur Ramadhani 172303101043
6) Ridha Nilna S 172303101044
7) Findi Pradana 172303101057
8) Nyai Roro Liot 172303101081
9) Nur Holifah 162303101068

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
Jalan Brigjend Katamso Telp (0334) 882262 Lumajang 67311
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA

TANGGAL .......................... 2019

PEBIMBING KLINIK PEBIMBING AKADEMIK

Budi Warsono A.M.K R. Endro Sulistyono S.Kep,Ners., M.Kep


NIP. NIP. 198901312008011 007

Koordinator Prodi D3 Keperawatan KEPALA PUSKESMAS KLAKAH


Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Lumajang

Nurul Hayati S.Kep, Ners, M.M Drg. Tutut Prihantini


NIP. NIP. 197305032005012009
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga
“Laporan Program Puskesmas: Praktik Keperawatan Keluarga dan Perkesmas
klakah Lumajang Periode 25 November 2019 – 14 Desember 2019 ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Laporan Program Puskesmas ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik
Keperawatan Keluarga Mahasiswa Semester V Program Studi D3 Keperawatan
Universitas Jember Kampus Lumajang Tahun Akademik 2019/2020. Dalam
peyusunan Laporan Program Puskesmas ini tidak lepas dari segala bimbingan
dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih, kepada yang terhormat :
1. Ibu Nurul Hayati, S.Kep.,Ners., MM selaku Koordinator Program studi d3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberikan
dukungan dan izin untuk melaksanakan Praktik Keperawatan Keluarga.
2. Drg. Tutut Prihantini selaku Kepala Puskesmas Klakah Lumajang yang telah
memfasilitasi pelaksanaan Praktik Keperawatan Keluarga.
3. Bapak Budi Warsono, A.M.K selaku Pembimbing Klinik dalam kompetensi
Program Puskesmas di Puskesmas Klakah Lumajang.
4. Staf dan karyawan Puskesmas Klakah Lumajang yang telah membantu dalam
penyelesaian Laporan Program Puskesmas.
5. Ns. R.Endro Sulistyono, M. Kep selaku Pembimbing Akademik dalam
kompetensi Program Puskesmas di Prodi D3 Keperawatan Universitas
Jember Kampus Lumajang yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga Laporan Program Puskesmas ini dapat tersusun dengan baik.
6. Rekan-rekan kelompok Praktik Keperawatan Terpadu Prodi D3 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang di Puskesmas
Jatiroto Lumajang
yang telah memberikan dan meluangkan segala hal untuk dapat
menyelesaikan tugas Laporan Program Puskesmas ini.
7. Keluarga yang telah mendoakan dan memberikan dukungan, baik moril
maupun materil kepada penulis untuk menyelesakan karya tulis ilmiah ini
sehingga dapat tersusun dengan baik.
8. Segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
Laporan Program Puskesmas ini. Kami menyadari dalam penyusunan
Laporan Program Puskemas ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Demikian, kami berharap semoga Laporan Program Puskemas ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Lumajang, 09 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................................................................5

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................7

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................8

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................8

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................9

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................9

1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................................9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................10

2.1 Pengertian Puskesmas ..................................................................................10

2.2 Tujuan Puskesmas ........................................................................................12

2.3 Fungsi Puskesmas.........................................................................................13

2.4 Visi dan Misi Puskesmas ..............................................................................15

2.5 Sejarah Puskesmas .......................................................................................16

2.6 Organisasi Puskesmas ..................................................................................17

BAB 3. KEGIATAN 3 MINGGU .........................................................................19

3.1 Promosi Kesehatan / Penyuluhan .................................................................19

3.2 Posyandu Lansia ...........................................................................................21

3.3 Posyandu KIA/KB ........................................................................................23

3.4 Imunisasi Campak ........................................................................................24

3.5 Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Air ......................................................25

3.6 Kesehatan Jiwa (KESWA) ...........................................................................26

3.7 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) ................................................................33


3.8 Kesehatan Remaja ........................................................................................34

3.9 Kesehatan Olahraga (KESORGA) ...............................................................35

BAB 4. PEMBAHASAN .......................................................................................38

4.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial ........................................................38

4.2 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan .............................................38

4.3 Program Inovasi ...........................................................................................39

BAB 5. PENUTUP ................................................................................................40

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................40

5.2 Saran .............................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................42

LAMPIRAN DOKUMENTASI............................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Senam Lansia ....................................... Error! Bookmark not defined.


Gambar 2. Imunisasi Campak ................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Sanitasi Lingkungan ............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Kesehatan Olahraga.............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. UKS ...................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Kesehatan Remaja ................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Kesehatan Jiwa ..................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Promosi Kesehatan ............................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Inovasi Puskesmas (Polisi TB) dan P2MError! Bookmark not
defined.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). Setiap
masyarakat berhak mendapatkan layanan kesehatan. Untuk itu, diperlukan sumber
daya di bidang kesehatan agar dapat melaksanakan layanan kesehatan secara
menyeluruh. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat (Undang-Undang RI Nomor 36, 2009).
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 75, 2014).
Puskesmas Klakah merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Lumajang yang memiliki wilayah kerja yang meliputi satu Kecamatan Klakah
yang terdiri dari 12 desa. Upaya untuk meningkatkan akses masyarakat Klakah
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, diantaranya adalah dengan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Peran Puskesmas
Klakah dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi
sangat penting. Puskesmas Klakah bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk meningkatkan kinerja
Puskesmas Klakah, diperlukan informasi yang lengkap tentang Puskesmas Klakah
sebagai masukan pengambilan keputusan dalam proses manajemen pembangunan
Puskesmas Klakah di setiap jenjang administrasi kesehatan.
Dengan adanya uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
laporan dengan judul “Laporan Program Puskesmas Praktik Klinik Keperawatan
Keluarga di Puskesmas Klakah Tanggal 25 November – 14 Desember 2019”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana proses pelaksanaan program pokok, program pengembangan, dan
program unggulan/inovasi Puskesmas Klakah?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah mengeksplorasi program pokok, program
pengembangan, dan program unggulan/inovasi Puskesmas Klakah.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Perawat Puskesmas Klakah
Dapat memberikan masukan bagi perawat Puskesmas Klakah dalam rangka
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada masyarakat Klakah terutama yang
berkaitan dengan penyelenggaraan program pokok, program pengembangan, dan
program unggulan/inovasi Puskesmas Klakah.
1.4.2 Bagi Penulis
Sebagai panduan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dalam dunia
kerja khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada masyarakat terutama
yang berkaitan dengan penyelenggaraan program pokok, program pengembangan,
dan program unggulan/inovasi Puskesmas setempat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Pengertian puskesmas yang akan diketengahkan disini menunjukkan adanya
perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan
kesehatan dewasa ini, diantaranya:
a. Sulistyono & Suhari (2018)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatandi suatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan
sebagian tugas teknis dinas kesehatan. Pembangunan kesehatan maksudnya
adalah penyelenggaraan upaya kesehatan. Pertanggung jawaban secara
keseluruhan ada di Dinkes dan sebagian ada di Puskesmas. Wilayah kerja
adapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil.
b. Dr. Azrul Azwar, MPH (1980)
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi
fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok.
c. Departemen Kesehatan RI (1981)
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam
usaha-usaha kesehatan pokok
d. Departemen Kesehatan RI (1987)
Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu
diwilayah kerjanya.
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara porfesional melakukan
upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat
secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyrakat di wilayah kerjanya.
e. Departemen Kesehatan RI (1991)
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Unit Pelaksana Teknis sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/ kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kebupaten/ kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kebupaten/ kota adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota,
sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan/ kota sesuai
dengan kemampuannya.
Wilayah Kerja secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka pertanggungawaban wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21
kecamatan dan memiliki 25 puskesmas (kecamatan Pasirian, Candipuro, Tempeh,
dan Randuagung memiliki 2 puskesmas) (Sulistyono & Suhari, 2018).
Unit Pelaksana Teknis sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/ kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kebupaten/ kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kebupaten/ kota adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota,
sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan/ kota sesuai
dengan kemampuannya.
Wilayah Kerja secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka pertanggungawaban wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21
kecamatan dan memiliki 25 puskesmas (kecamatan Pasirian, Candipuro, Tempeh,
dan Randuagung memiliki 2 puskesmas) (Sulistyono & Suhari, 2018).

2.2 Tujuan Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan “Indonesia sehat
2010”
2.3 Fungsi Puskesmas
Ada 3 fungsi puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh ,
terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :
a. Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan penegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
public dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan
dengan cara :
 Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri
 Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
 Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
 Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
 Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanankan program puskesmas
Penyelenggaraan Upaya Keseahatan Masyarakat (UKM) tingkat
pertama di wilayah kerjanya Pelayanan yang bersifat public (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah :
a. UKM Esensial
1) Promosi Kesehatan
2) Kesehatan lingkungan
3) Pelayanan KIA dan KB
4) Gizi Masyarakat
5) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
6) Perawatan kesehatan masyarakat
b. UKM Pengembangan
1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Kesehatan Jiwa
3) Kesehatan Gigi dan Mulut
4) Kesehatan Tradisional
5) Kesehatan Olahraga
6) Usaha Kesehatan Kerja
7) Kesehatan Indra
8) Kesehatan Lanjut Usia
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat
pertama di wilayah kerjanya. Pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah :
a. Loket/ Tempat pendaftaran
b. Pelayanan Umum
c. esehatan gigi dan Mulut
d. Unit Gawat Darurat (UGD)
e. Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana (KIA/KB)
f. Rawat Inap
g. Pelayanan Kefarmasian dan pelayanan laboratorium

2.4 Visi dan Misi Puskesmas


a. Visi dan Misi Puskesmas
Visi :
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat 2010.
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
b. Visi dan Misi Puskesmas Jatiroto
Visi :
Terwujudnya masyarakat jatiroto yang sehat dan bermartabat
Misi :
1. Wujudkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terpadu,
professional, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan berwawasan
kesehatan.
4. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada seluruh
lapisan masyarakat.
2.5 Sejarah Puskesmas
Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan
Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 1 di Jakarta. Melalui Rakerkesnas
tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama ke
dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Dan pada waktu itu dibedakan dalam 4 macam, yaitu
Puskesmas tingkat Desa, Puskesmas tingkat Kecamatan, Puskesmas tingkat
Kawedanan, Puskesmas tingkat Kabupaten. Pada Rakerkenas ke II tahun 1968,
Puskesmas dibagi menjadi 3 katagori, yaitu Puskesmas A, dipimpin oleh dokter
penuh; Puskesmas B, dipimpin oleh dokter tidak penuh; Puskesmas C, dipimpin
oleh tenaga paramedic. Dan sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan
Puskesmas, di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau Desa yang memiliki jumlah
penduduk sekitar 30.000 jiwa. Puskesmas dibagi dalam 2 kategori, yaitu
Puskesmas Kecamatan (Puskesmas Pembina) dan Puskesmas Kelurahan / Desa
(Puskesmas Pembantu). Puskesmas Jatiroto sebelumnya berada di Desa Kaliboto
Lor di depan stasiun lama.Puskesmas Jatiroto pertama kali didirikan pada tahun
1965,yangmana sekarang menjadi pustu kaliboto Lor.
Pada tahun 1979 Agustus 17, pemda Lumajang membangun gedung di
tanah PJKA dan PG dipergunakan sebagai Puskesmas Jatiroto, di tahun 1979
Puskesmas Jatiroto menempati gedung baru yang berada di Jatiroto selatan Polsek
Jatiroto. Pada tahun 2007 Puskesmas Jatiroto mendapatkan Dana pembangunan
gedung baru dari Pusat yang selanjutnya membangun Gedung Puskesmas di
Tanah aset Daerah yang dulunya dipakai sebagai perumahan camat dan sekcam,
Puskesmas yang lama sekarang dipakai perumahan camat dan kantor lain bagian
dari kecamatan. Pada tahun 2008 Puskesmas Jatiroto pindah di gedung baru yang
beralamatkan di Jln dr. Soetomo Nomor 1, 300 M ke arah barat dari puskesmas
lama. Pindahnya Puskesmas tidak mempengaruhi system administrasi maupun
wilayah kerja. Wilayah binaan tetap meliputi 6 desa. Puskesmas jatiroto pada
awalnya sebagai puskesmas rawat jalan, namun pada tahun 2005 setatus
puskesmas jatiroto meningkat menjadi puskesmas rawat inap dengan 7 tempat
tidur, yang mana sampai saat ini ada 17 tempat tidur.
Di lokasi baru ini puskesmas bisa berkembang baik sarana,prasarana
maupun kunjungan pasien meningkat. Tanah yang cukup luas sangat
mempengarui pengembangan dalam pembangunan fisik puskesmas, hanya
sajadisayangkan dalam pembangunan gedung baru ini tata bangunan dan luas
ruang masih belum memenuhi standart Puskesmas yang diatur pada PMK 75
tahun 2014 (Profil Puskesmas Jatiroto tahun 2017). Semenjak bedirinya,
Puskesmas Jatiroto telah dipimpin oleh beberapa pimpinan/kepala Puskesmas
yaitu:
1. dr. Ratih anggraeni ( Th 1981 – Th 1987)
2. dr.Buntaran Suprianto ( Th 1987 – Th 1995)
3. dr. Najib (Th 1995 ) 3 Bln.
4. dr. Hartatik ( Th 1995 – Th 1996)
5. dr. Desi Tanaylathe ( Th 1996 – Th 1999)
6. dr. Agung ( Th 1999 – Th 2002)
7. dr. Tanti Umiyati ( Th 2002 – Th 2004 )
8. drg. Heni trilistiani ( Th 2004 – Th 2007)
9. dr.halimi Maksum ( Th 2007 – Th 2008)
10. dr. Zahrotul ilmi ( Th 2008 – Th 2010)
11. dr. Trilia Kurniati ( Th 2010 – Th 2011)
12. drg. Heni Trilistiani ( Th 2011 – Th 2018)

2.6 Organisasi Puskesmas


Berikut adalah kedudukan dan organisasi dari puskesmas menurut (PMK no 75
tahun 2014, 2014) :
a. Kedudukan
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Organisasi
Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
1. Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud merupakan seorang tenaga
Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut:
a) Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b) Masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c) telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
3. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas.
4. Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud, Kepala
Puskesmas merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya
Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
5. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak
tersedia seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud, maka Kepala
Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling
rendah diploma tiga.
6. Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas:
a) kepala Puskesmas;
b) kepala sub bagian tata usaha;
c) penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d) penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e) penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
BAB 3. KEGIATAN 3 MINGGU

3.1 Promosi Kesehatan / Penyuluhan


a. Pengertian
Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)
b. Tujuan
Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga
tingkatan yaitu:
1. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa
yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang,
contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 %
setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
2. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan.
Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan
angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi
kesehatan berjalan tiga tahun.
3. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.
Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan,
sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentangtanda-tanda
bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan
6 bulan.
c. Prinsip-prinsip
Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan,
antara lain :
1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan
tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif
dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil
yang di dapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi
terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan
promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakkan.
d. Sasaran
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui
anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah
untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh
masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula
agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

3.2 Posyandu Lansia


a. Pengertian
posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu, yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat
di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga
merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan
bagi lanjut usia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan
melibatkan peran serta lanjut usia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial (Kementerian Kesehatan, 2010).
Peserta posyandu lansia termasuk kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun),
kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan
risiko tinggi (70 tahun ke atas).
b. Tujuan
Tujuan umum dari posyandu lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
lansia, baik fisik maupun psikologis, melalui kegiatan posyandu lanjut usia
yang mandiri dalam masyarakat.
Tujuan khususnya meliputi:
1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya, baik kesehatan fisik dan psikologis.
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat
dalam mengatasi kesehatan usia lanjut.
3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Manfaat Posyandu Lansia
Beberapa manfaat yang didapat dari posyandu lansia, antara lain:
1. Mempertahankan kesehatan fisik para lansia agar selalu bugar. Di
posyandu ini para lansia akan diperiksa kesehatannya oleh petugas
kesehatan, baik keluhan saat ini, tekanan darah, pemeriksaan kimia darah
(kolesterol, gula darah asam urat), dsb. Posyandu lansia biasanya rutin
mengadakan olahraga ringan yang sesuai untuk usia mereka, sehingga
memenuhi kebutuhan aktivitas fisik mereka. Selain itu, banyak terdapat
penyuluhan mengenai pola hidup sehat bagi lansia.
2. Mempertahankan kesehatan psikologis lansia. Saat menghadiri posyandu,
para lansia akan bertemu dengan sebayanya, mereka akan saling
berkomunikasi dan berinteraksi. Hal tersebut akan menjadi obat kesepian
dan kesedihan mereka. Di posyandu lansia, mereka juga diajak untuk
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan, sehingga mereka akan
lebih kuat dalam menjalani kehidupan.
d. Masalah Yang Sering Dialami Lansia
Masalah fisiologis. Setiap orang akan mengalami penuaan. Seiring
bertambahnya usia, maka fungsi normal tubuh akan menurun. Fisik akan
menjadi lemah bahkan beberapa organ telah dinyatakan rusak oleh dokter. Ini
akan berdampak pada aktivitas harian seseorang. Daya tahan tubuh yang
rendah pada lansia, juga membuat mereka menjadi lebih rentan untuk terkena
berbagai penyakit.
Masalah psikososial. Banyak orang tidak memahami bahwa lansia sangat
rentan terhadap masalah psikologis, sehingga mereka mudah untuk menderita
depresi. Masalah psikologis lansia yang paling sering dirasakan ialah
kesepian. Kesepian timbul akibat ditinggalkan oleh pasangan hidup, sebaya
dan keluarga yang juga telah banyak berpulang, serta anak-anak yang mulai
hidup masing-masing. Kesepian ini akan menimbulkan kedukaan dan
kesedihan hingga berujung kepada depresi.
e. Prosedur Kegiatan
1. Mendaftarkan diri terlebih dahulu
2. Melakukan senam lansia
3. Menunggu panggilan untuk dilakukan pemeriksaan
4. Tanyakan identitas klien
5. Cek tekanan darah
6. Cek GDA
7. Pengobatan
8. Dokumentasi hasil
9. Pemberian nutrisi dari posyandu, seperti nasi bungkus atau kue.

3.3 Posyandu KIA/KB


a. Pengertian
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari
dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan
anak balita.
b. Tujuan
Tujuan posyandu antara lain:
 Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil),
melahirkan dan nifas.
 Membudayakan NKBS
 Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
 Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
c. Prosedur Kegiatan
1. Mendaftarkan diri terlebih dahulu
2. Menunggu panggilan untuk dilakukan pemeriksaan
3. Tanyakan identitas klien kepada ibu
4. Timbang BB bayi/anak
5. Pengobatan
6. Dokumentasi hasil
7. Pemberian nutrisi dari posyandu, seperti kolek kacang hijau.
d. Dokumentasi

3.4 Imunisasi Campak


a. Pengertian
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek).
Terdapat 3 jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah campal, yakni :
1. Vaksin campak, yang hanya berfungsi untuk mencegah campak
2. Vaksin MR, untuk mecegah penyakit campak dan rubella.
3. Vaksin MMR, untuk mencegah penyakit campak. Rubella, gondongan.
b. Bentuk Vaksin
Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang dilemahkan. Freeze died
adalah sediaan dalam bentuk serbuk kering yang kemudian dilarutkan dalam 5
cc pelarut (aqua bidest).
c. Waktu dan Cara Pemberian
Imunisasi campak diberikan 1 kali dosis pada saat anak berumur 9 bulan. Pada
kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara subcutan dalam dosis 0,5 ml.
d. Usia dan Jumlah Pemberian
Sebanyak 2x; 1x di usia 9-11 bulan dan ulangan (booster) 1x di usia 6-7 tahun.
Dianjurkan pemberian vaksin campak ke-1 sesuai jadwal.
e. Efek Samping
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan
diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu.
Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
f. Prosedur Kegiatan
Sebelum disuntikkan vaksin campak, terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Suntikan
diberikan pada lengan kiri atas secara subcutan dengan dosis 0,5 ml.
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan/handschoen
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan handschoen
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan program/anjuran
5. Atur posisi anak dengan memegang tangan kiri anak
6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan atas
7. Anjurkan anak untuk melemaskan tangan yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum dengan sudut 45°
9. Lakukan aspirasi, jika berat (benar)
10. Lalu masukkan vaksin sampai habis
11. Tarik cepat spuit dan menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
12. Rapikan alat
13. Lepas handschoen
14. Cuci tangan
15. Catat reaksi yang terjadi

3.5 Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Air


a. Pengertian
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.
b. Persyaratan Air Bersih
Air selain merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, juga dapat menjadi
sarana penyebaran penyakit atau keracunan. Air bersih yang sehat harus
memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. :
416/MENKES/PER/IX/1990. Adapun persyaratan air bersih adalah :
1. Syarat Fisik
a. Jernih
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
e. Temperatur tidak melebihi suhu udara.
2. Syarat Kimia
a. Tidak mengandung unsur kimia yang bersifat racun.
b. Tidak mengandung zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Syarat Bakteriologis :
Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E. coli.
Ketentuan: Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri
E.Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
4. Syarat Radio aktif :
Tidak mengandung sinar alfa dan sinar gamma.

3.6 Kesehatan Jiwa (KESWA)


a. Pengertian
 WHO
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan
kepribadiannya
 Rosdahi, 1999
Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang
dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas
dari stress yang serius.
 UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966
Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan
ini berjalan selaras dengan orang lain.
 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
220/MENKES/SK/III/1992 tentang pedoman umum Tim Pembina,
Pengarah, Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat. Kesehatan jiwa
masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa
masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
b. Tujuan
Tujuan dari diadakannya KESWAMAS adalah untuk meningkatkan kerjasama
lintas sektoral dan kemitraan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat,
kelompok profesi dan organisasi masyarakat secara terpadu dan
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa sehingga
akan terbentu perilaku sehat sebagai individu, keluarga dan masyarakat yang
memungkinkan setiap individu hidup lebih produktif secara sosial dan
ekonomi.
c. Prinsip-prinsip
Pelayanan Keperawatan yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan
pada:
1. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat.
2. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial & gangguan jiwa.
3. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan
4. Pelayanan keperawatan yang holistic yaitu pelayanan yang difokuskan
pada aspek bio-psiko-sosio-kultural & spiritual. Perawatan mandiri
Individu dan keluarga :
5. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara
mandiri memelihara kesehatan jiwanya.
6. Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga
7. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat
dalam masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah
psikososial, masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.
d. Peran Perawat
Adapun peran perawat kesehatan jiwa masyarakat ini adalah sebagai berikut:
 Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan
kesehata6n jiwa. Perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah & meningkatkan fungsi kehidupannya.
 Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif penemuan
kasus dini, skiring dan tindakan yang cepat. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan jiwa individu dan keluarga untuk mengembangkan
kemampuan menyelesaikan masalah. Perawat mengembangkan
kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan keluarga
 Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”.
Memberikan asuhan secara langsun, peran ini dilakukan dengan
menggunakan konsep proses keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengelolaan kasus, tindakan keperawatan individu keluarga,
kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan pemeriksaan langsung dari
keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan masyarakat serta TOMA
tokoh masyarakat.
e. Masalah Kesehatan Jiwa
Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa
masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan di
perkotaan (urban mental health) meliputi: kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), kasus perceraian, anak remaja putus sekolah, kasus kriminalitas anak
remaja, masalah anak jalanan, promiskuitas, penyalahgunaan Napza dan
dampak nya (hepatitis C,HIV/AIDS dll), gelandangan psikotik serta kasus
bunuh diri.
1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga adalah tiap perbuatan terhadap seseorang
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual,
psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (definisi dalam UU No.23
tahun 2004 tentang penghapusan KDRT). Lingkup rumah tangga adalah
suami, istri dan anak, termasuk juga orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan, pengasuhan,
perwalian dengan suami maupun istri yang menetap bersama dalam rumah
tangga.
2. Anak Putus Sekolah
Berdasarkan data direktorat pendidikan kesetaraan depdiknas tahun 2005
lalu di Indonesia tercatat jumlah pelajar SLTP yang putus sekolah adalah
sebanyak 1.000.746 siswa/siswi, sedangkan pelajar SLTA yang putus
sekolah adalah sebanyak 151.976. jumlah lulusan SLTA yang tidak
melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun tersebut tercatat
sebanyak 691.361 siswa/ siswi. Laporan Organisai Buruh Internasional
(ILO) tahun 2005 menyatakan bahwa sebanyak 4,18 juta anak usia sekolah
di Indonesia tidak bersekolah dan sebagainya menjadi “pekerja anak”
perwakilan ILO di Indonesia menyatakan bahwa banyaknya anak putus
sekolah dan menjadi pekerja anak disebabkan karena biaya pendidikan di
Indonesia masih dianggap terlalu mahal dan tak terjangkau oleh sebagian
kalangan masyarakat. Angka partisipasi kasar (APK) program wajib
belajar 9 tahun yang dirilis Depdiknas menunjukan baru mencapai 88,68%
dari target 95% partisipasi anak usia sekolah yang diharapkan.
3. Masalah Anak Jalanan
Masalah anak jalan di Indonesia seperti kekerasan pada anak, masalah
anak jalanan, penelantaran anak dan sebagainya masih cukup tinggi.
Berdasarkan data dari Departemen Sosial tahun 2005, jumlah anak jalanan
di Indonesia adalah sekitar 30.000 anak dan sebagian besarnya berada di
jalan-jalan di DKI Jakarta. Selain itu baru terdapat 12 daerah di Indonesia
yang memiliki perda tentang anak jalanan. Padahal para anak-anak jalanan
tersebut jelas rentan terhadap berbagai tindak kekerasan, penyimpangan
perlakuan, pelecehan seksual bahkan dilibatkan dalam berbagai tindak
kriminal oleh orang dewasa yang menguasainya.
4. Kasus Kriminalitas Anak Remaja
Data Direktorat Jenderal Kemasyarakatan Dephukham dan komnas
pelindungan anak (PA) menujukan bahwa pada tahun 2005 di Indonesia
terdapat 2.179 tahanan anak dan 802 narapidana anak, 7 diantaranya anak
perempuan. Tahun 2006 angkanya menjadi 4.130 tahanan anak serta 1.325
narapidana anak, dimana 34 diantaranya adalah anak perempuan. Menurut
survey Komnas PA penyebab anak masuk LP Anak adalah 40% karena
terlibat kasus Narkoba (Napza), 20% karena perjudian sedangkan sisanya
karena kasus lain-lain. Kira-kira 20% tindak kekerasan seksual pada tahun
2006 pelakunya adalah anak remaja, 72% anak remaja pelaku kekerasan
seksual mengaku terinspirasi Tayangan TV, setelah membaca media cetak
porno dan nonton film porno. Laporan Komnas PA menyatakan bahwa 50-
70% anak terlibat dalam tindak pidana kriminalitas lalu di vonis penjara
dan masuk LP Anak justru perilakunya menjadi lebih jelek dan menjadi
residivis dikemudian hari.
5. Masalah Narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza)
serta dampaknya (Hepatitis C, HIV/AIDS, dll).
a) Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza)
tergolong dalam zat psikoaktif yang bekerja mempengaruhi kerja
sistem penghantar sinyal saraf (neuro-transmiter) sel-sel susunan saraf
pusat (otak) sehingga meyebabkan terganggunya fungsi kognitif
(pikiran), persepsi, daya nilai (judgment) dan perilaku serta dapat
menyebabakan efek ketergantungan, baik fisik maupun psikis.
Penyalahgunaan Napza di Indonesia sekarang sudah merupakan
ancaman yang serius bagi kehidupan bangsa dan negara.
Pengungkapan kasusnya di Indonesia meningkat rata-rata 28,9 % per
tahun. Tahun 2005 pabrik extasi terbesar ke 3 di dunia terbongkar di
Tangerang, Banten. Di Indonesia diprediksi terdapat sekitar 1.365.000
penyalahgunaan Napza aktif dan data perkiraan estimasi terakhir
menyebutkan bahwa pengguna Napza di Indonesia mencapai
5.000.000 jiwa. Mengikuti laju perkembangan kasus tersebut dijumpai
pula peningkatan epidemi penyakit hati lever hepatitis tipe-c dan kasus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) AIDS (Acquired Immune-
Deficiency Syndrome) yang modus penularan melalui penggunaan
jarum yang tidak steril secara bergantian pada “pengguna Napza suntik
(Penasus/injecting drug user/ IDU).
b) Pola epidemik HIV/AIDS di Indonesia tak jauh berbeda dengan
negara-negara lain, pada fase awal penyebarannya melalui kelompok
homoseksual, kemudian tersebar melalui perilaku seksual berisiko
tinggi seperti pada pekerja seks komersial, namun beberapa tahun
belakangan ini dijumpai kecenderungan peningkatan secara cepat
penyebaran penyakit ini diantara para pengguna Napza suntik.
Berbagai sember memperkirakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Indonesia telah mencapai kurang lebih 120.000 orang dan sekitar 80%
dari jumlah tersebut terinfeksi karena pengunaan jarum yang tidak
steril secara bergantian pada para pengguna Napza suntik, jumlah
penderita HIV/AIDS dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat dengan
cepat menjadi 4 kali lipat atau 40%. Data pada akhir tahun 2005
menyatakan bahwa prevalensi penularan HIV AIDS pada “penasun”
adalah 80- 90% artinya , mencapai 90% dari total penasun dipastikan
terinfeksi HIV/AIDS.
6. Gangguan Psikotik Dan Gangguan Jiwa Skizofrenia
Ganguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam
pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai
antara lain oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham) gangguan
persepsi berupa halusinasi atau ilusi serta dijumpai daya nilai realitas yan
terganggu yang ditunjukan dengan perilaku-perilaku aneh (bizzare).
Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah seluruh penduduk di
suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul (onset) nya
pada usia 15-35 tahun. Bila angkanya 1 dari 1.000 penduduk saja yang
menderita gangguan tersebut, di Indonesia bisa mencapai 200-250 ribu
orang penderita dari jumlah tersebut bila 10% nya memerlukan rawat inap
di rumah sakit jiwa berarti dibutuhkan setidaknya 20-25 ribu tempat tidur
(hospital bed) Rumah sakit jiwa yang ada saat ini hanya cukup merawat
penderita gangguan jiwa tidak lebih dari 8.000 orang. Jadi perlu dilakukan
upaya diantaranya porgram intervensi dan terapi yang implentasinya
bukan di rumah sakit tetapi dilingkungan masyarakat (community based
psyciatric services) penambahan jumlah rumah sakit jwa bukan lagi
merupakan prioritas utama karena paradigma saat ini adalah
pengembangan program kesehatan jiwa masyarakat
(deinstitutionalization). Terlebih saat ini telah banyak ditemukan obat-
obatan psikofarmaka yang efektif yang mampu mengendalikan gejala
ganggun penderitanya. Artinya dengan pemberian obat yang tepat dan
memadai penderita gangguan jiwa berat cukup berobat jalan.
Sebenarnya kondisi di banyak negara berkembang termasuk Indonesia
lebih menguntungkan dibandingkan negara maju, karena dukungan
keluarga (primary support groups) yang diperlukan dalam penggobatan
gangguan jiwa berat ini lebih baik dibandingkan di negara maju. Stigma
terhadap gangguan jiwa berat ini tidak hanya menimbulkan konsekuensi
negatif terhadap penderitanya tetapi bagi juga anggota keluarga, meliputi
sikap-sikap penolakan, penyangkalan, disisihkan, dan diisolasi. Penderita
gangguan jiwa mempunyai risiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi
manusia.
7. Kasus Bunuh Diri
Data WHO menunjukkan bahwa rata-rata sekitar 800.000 orang di seluruh
dunia melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Laporan di India
dan Sri Langka menunjukkan angka sebesar 11-37 per 100 ribu orang,
mungkin di Indonesia angkanya tidak jauh dari itu. Menurut Dr. Benedetto
Saraceno dari departemen kesehatan jiwa WHO, lebih dari 90% kasus
bunuh diri berhubungan dengan masalah gangguan jiwa seperti depresi,
psikotik dan akibat ketergantungan zat (Napza). Yang mengkhawatirkan
adalah dijumpainya pergeseran usia orang yang melakukan tindak bunuh
diri. Kalau dahulu sangat jarang anak yang usianya kurang dari 12 tahun
melakukan tindak bunuh diri, tetapi sekarang bunuh diri pada anak usia
kurang dari 12 tahun semakin sering ditemukan. Ini menunjukkan
kegagalan orang tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh panutan di
asyarakat membekali keterampilan hidup (life skill) untuk mengatasi
tantangan maupun kesulitan hidupnya. Kasus bunuh diri sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius terutama bila dikaitkan dengan
dampak kehidupan moderen. Oleh karena itu WHO memandang bunuh
diri sebagai peyebab utama kematian dini yang dapat dicegah. Kondisi lain
yang perlu mendapat perhatian adalah altruistic suicide atau bunuh diri
karena loyalitas berlebihan yang antara lain bentuk “bom bunuh diri”.
Banyak ahli mengaitkan hal tersebut sebagi manifestasi dari akumulasi
kekecewaan, perlakuan tidak adil atau tersisihkan. Mengatasi altruistic
suicide tidak mudah dan memerlukan pendekatan multi disiplin antara
berbagai pihak terkait seperti aspek kesehatan jiwa, pendekatan agama,
penegakan hukum dan social.

3.7 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)


a. Pengertian
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang
dilakukan secara lengkap (terpadu) dan terintegrasi (integratif) melalui
program pendidikan dan penyuluhan kesehatan. UKS adalah bagian dari usaha
kesehatan yang berkaitan dengan tugas puskesmas yang di tujukan untuk
sekolah-sekolah. Untuk program optimalisasi, UKS perlu menarik peserta
serta peserta didik sebagai peserta dan bukan hanya obyek. Dengan UKS ini
diharapkan mampu menanamkan sikap dan hidup sehat pada dirinya sendiri
dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula
dengan program anak ke anak. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak
untuk menciptakan anak yang berkualitas.
b. Ruang Distribusi
Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah yang disebut dengan trias uks, yang
terdiri dari:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinanan Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
Dengan demikian trias uks perpaduan antara pendidikan dengan upaya
pelayanan kesahatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan
kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan
kesehatan merupakan upaya peningkatan kesehatan peserta didik agar dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas belajar dan berprestasi belajar. Sementara
pembinaan Lingkungan sekolah merupakan gabungan antara pendidikan dan
upaya kesehatan yang dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan
kehidupan sehari-hari peserta didik.
c. Tujuan
Secara umum, UKS meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan peserta didik. Selain itu juga menciptakan
lingkungan yang sehat, memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pengembangan manusia berkualitas.
Sedangkan tujuan khusus UKS adalah menciptakan lingkungan sekolah yang
sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk
masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga
meningkatkan peran serta peserta dalam upaya meningkatkan kesehatan di
sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan
keteramplan hidup sehat agar mampu menyelamatkan diri dari peningkatan
lingkungan.
d. Sasaran
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1. Sekolah taman kanak-kanak
2. Pendidikan dasar
3. Pendidikan Menengah
4. Pendidikan agama
5. Pendidikan kejuruan
6. Pendidikan khusus (sekolah luar biasa)

3.8 Kesehatan Remaja


a. Pengertian
Kesehatan remaja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan bagi remaja.
b. Tujuan
• Tujuan Umum
Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan
remaja lainnya, yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta
kebutuhan remaja sebagai individu, dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi remaja
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
• Tujuan Khusus
1. Tersedianya panduan penyelenggaraan bagi fasilitas dan petugas
pelaksana PKPR.
2. Tersedianya instrumen pemantauan praktis pemenuhan Standar
Nasional PKPR dengan menggunakan beberapa kriteria terpilih.
3. Terselenggaranya PKPR dengan kualitas yang baik, ajeg dan merata di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
c. Sasaran
Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok remaja,
antara lain:
1. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar
biasa.
2. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang merah
remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar mengajar,
organisasi remaja, rumah singgah, kelompok keagamaan.
3. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan.
4. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah
terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja
yang menjadi yatim/piatu karena AIDS

3.9 Kesehatan Olahraga (KESORGA)


a. Pengertian
Kesehatan Olahraga adalah Olahraga untuk memelihara dan/ atau untuk
meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat
dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan
gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya sehari-
hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan rekreasi dan/
atau mengatasi keadaan gawat-darurat. Kesehatan Olahraga meningkatkan
derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat Statis (Sehat
dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga dapat mencegah
penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas berolahraga dapat mengundang
penyakit. Tidak berolahraga hanya menelantarkan diri.
Kesibukan, keasyikan dan kehausan dalam kehidupan Duniawi, sering
menyebabkan orang menjadi kurang gerak, disertai stress yang dapat
mengundang berbagai penyakit non-infeksi (penyakit bukan oleh karena
infeksi), di antaranya yang terpenting adalah penyakit jantung-pembuluh darah
(penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan stroke). Hal ini banyak dijumpai
pada kelompok usia madya, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan
Olahraga dan/ atau tidak menjalankan pola hidup sehat. Olahraga adalah
kebutuhan hidup bagi orang yang mau berpikir. Bukan Allah menganiaya
manusia, tetapi manusia menganiaya dirinya sendiri, Bila olahraga sudah
menjadi kebutuhan, maka mereka akan merasa rugi manakala tidak dapat
melakukan Olahraga, misalnya karena hujan.
b. Ciri Umum
Berikut adalah ciri umum kesehatan olahraga secara teknis-fisiologik yaitu :
1. Gerakan mudah, sehingga dapat diikuti oleh orang kebanyakan dan
seluruh peserta pada umumnya (missal)
2. Intensitasnya sub maksimal dan homogen (faktor keamanan), bukan
gerakan-gerakan maksimal atau gerakan ekplosip maksimal.
3. Terdiri dari satuan-satuan gerak yang dapat(secara sengaja) dibuat untuk
menjangkau seluruh seluruh sendi dan otot, serta dapat dirangkai untuk
menjadi gerakan kontinyu (tanpa henti). Adanya satuan gerakan
merupakan faktor penting untuk dapat mengatur dosis dan intensitas
olahraga kesehatan secara bertahap.
4. Bebas stress (non kompetitif = tidak untuk dipertandingkan)
5. Diselenggarakan 2-5x/ minggu (minimal 2x/minggu).
Dapat mencapai intensitas antara 65-80 % denyut nadi maksimal (DMN)
sesuai umur. DNM sesuai umur = 220 – umur dalam tahun. Sebaiknya tiap
peserta mengetahui cara menetapkan dan menghitung denyut nadi latihan
masing-masing.
c. Sasaran
Memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada.
Misalnya orang yang terikat dengan kursi roda sekalipun, harus memelihara
dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada pada semua
persendiannya, serta memelihara fleksibilitas dan kemampuan koordinasi,
melalui gerakan gerakan.
Meningkatkan kemampuan otot untuk dapat meningkatkan kemampuan
geraknya lebih lanjut. Latihan dilakukan dengan mengisi gerakan gerakan
yang dilakukan dengan cepat dan antagonis, sehingga terjadi tambahan bebang
yang ditimbulkan oleh adanya gaya kinetik (gaya sentakan) yang harus diatasi.
Memelihara kemampuan aerobik yang telah memadai atau meningkatkan
untuk mencapai kategori sedang.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial


UKM esensial merupakan upaya kesehatan masyarakat yang telah ditentukan
program dan cakupannya diseluruh puskesmas di Indonesia. Upaya-upaya ini
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat pada 5 aspek yang mendasar
dari kesehatan yanmg salinbg berkaitan satu dengan yang lain. UKM ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
a. Promosi Kesehatan
b. KIA/KB
c. Gizi
d. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan Penyakit Tidak Menular (PTM)
e. Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi

4.2 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


UKM Pengembangan merupakan kegiatan yang memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan
potensi sumber daya yang tersedia dimasing-masing puskesmas. Berkomitmen
untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
a. Kesehatan Jiwa (KESWA)
b. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) dan Saka Bhakti Husada (SBH)
c. Kesehatan Usia Lanjut
d. Kesehatan Remaja
e. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
f. Kesehatan Olahraga (KESORGA)
g. Kesehatan Gigi dan Mulut
h. Perawatan Kesehatan Masyarakat
i. Kesehatan Mata
j. Poskestren
4.3 Program Inovasi
POLISI TB (Pos Peduli Pasien TB) merupakan suatu program yang bertujuan
untuk menemukan dan menangani pasien TB, program ini merupakan program
prioritas nasional yang harus ditangani dan memerlukan program pengobatan
yang teratur.
Tujuan Umum : seluruh pasien TB ditemukan dan ditangani.
Tujuan Khusus :
1) Membudidayakanhidup bersih dan sehat
2) Membudidayakan perilaku etika berbatuk
3) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai standeart rumah sehat
4) Peningkatan daya tahan tubuh penderita TB
5) Penanganan Penyakit Penyerta TB
6) Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) sangat berperan penting dalam
meningkatkan akses peningkatan pelayanan kesehatan yang merata, seperti pusat
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi; pelayanan
kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat
(public goods).
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
menyeluruh yang meliputi Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
a. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
• Program puskesmas Klakah dalam upaya kesehatan esensial puskesmas
pada mahasiswa Praktk Klinik Terpadu adalah sebagai berikut: Promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan gizi, kesehatan ibu dan anak
termasuk kb, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
dan perawatan kesehatan masyarakat.
• Upaya kesehatan pengembangan atau program puskesmas pada
mahasiswa Praktk Klinik Terpadu adalah sebagai berikut: Upaya
kesehatan Sekolah, upaya kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan kerja,
dan upaya kesehatan jiwa
• Program inovasi pada mahasiswa Praktk Klinik Terpadu adalah: GERDU
MASASI ( Gerakan Terpadu Masyarakat Sadar Imunisasi ) dan GERDU
KOPIHATI (Gerakan Terpadu Komunitas Ibu Hamil Resiko Tinggi )
b. UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
Upaya kesehatan perorangan pada mahasiswa Praktk Klinik Terpadu adalah:
pelayanan umum, ugd , kia kb, rawat inap, pelayanan laboratorium.
5.2 Saran
a. Bagi Puskesmas
Diharapkan dari pihak puskesmas agar lebih mengembangkan dan
mengoptimalisasikan lagi dalam penyelenggaraan program yang ada dan yang
sudah di jalankan. Agar tidak kalah saing dengan puskesmas lain di wilayah
Lumajang.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan laporan ini bisa membantu mahasiswa dalam melakukan kegiatan
atau program yang ada di puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyono, R. E., & Suhari. 2018. Buku Ajar Keperawatan Masyarakat. Lumajang: KSU Mulia Husada
Depkes. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/II/2004.
Retrieved Mei 2018, from
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20170210134843.keputusan_
menteri_kesehatan_nomor_128_menkes_sk_ii_2004_tentang_kebijak
ann_dasar_pusat_kesehatan_masyarakat.pdf
PMK No 75 tahun 2014. (2014). PMK no 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Retrieved Mei 10, 2018, from
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141210110659.PMK_No_7
5_Th_2014_ttg_Puskesmas.pdf
Profil Puskesmas Klakah 2017. (2017). Profil Puskesmas Klakah tahun 2017. Lumajang: Puskesmas
Klakah
Data PKP Puskesmas Klakah 2018. (2018). Data PKP Puskesmas Klakah tahun 2018. Lumajang:
Puskesmas Klakah

LAMPIRAN 1
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KELUARGA DAN PERKESMAS

DI PUSKESMAS KLAKAH

PERIODE TANGGAL 25 NOVEMBER 2019 – 14 DESEMBER 2019

DI SUSUN OLEH :

1) Siti Rohania A.S 172303101001


2) Chrisinta Yuli Rahmawati 172303101003
3) Yoga Jordan Marcelino 172303101013
4) Rina Yulia Ayu Andari 172303101030
5) Suci Nur Ramadhani 172303101043
6) Ridha Nilna S 172303101044
7) Findi Pradana 172303101057
8) Nyai Roro Liot 172303101081
9) Nur Holifah 162303101068

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Jalan Brigjend Katamso Telp (0334) 882262 Lumajang 67311

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA

TANGGAL .......................... 2019


PEBIMBING KLINIK PEBIMBING AKADEMIK

Budi Warsono A.M.K R. Endro Sulistyono S.Kep,Ners., M.Kep


NIP. NIP. 198901312008011 007

Koordinator Prodi D3 Keperawatan KEPALA PUSKESMAS KLAKAH


Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Kampus Lumajang

Nurul Hayati S.Kep, Ners, M.M Drg. Tutut Prihantini


NIP. NIP. 197305032005012009
KONSEP KEPERAWATAN

KELUARGA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan saling
menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan
saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang
ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama. (Friedman, 1998)
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Keluarga adalah
unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan ikatan perkawinan,
kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan

2. Ciri-ciri Keluarga
a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) rumah tangga.
b. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangaT
gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.

3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
1) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
senganja dibentuk atau dipelihara.
2) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.
3) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. Keluarga
merupakan tempat tingggal bersama.
4) Pola dan proses komunikasi
5) Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a) bersifat terbuka dan jujur.
b) selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c) berfikiran positif.
d) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
6) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan
berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima
Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi.
7) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain, sedangkan orang
tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

B. struktur kekuatan
kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif ada beberapa macam tipe
struktur kekuatan :
1) Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu
orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain.
2) Referent power
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif
terhadap mereka,seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (role mode).
3) Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seseorang
dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak
terhadap orang tua.
4) Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan,ancaman, atau
kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5) Affectif power
kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan
afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suami istri.

C. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah perilaku yang baik, menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

1. Tipe Keluarga
Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri
(marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an
tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan
satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:


a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain.
Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada
akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan hubungan dengan
orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak- anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena
fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu,
dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonom
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang
antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

3. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar
perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan
orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat
dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
4. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,
yaitu:

a. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argument.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.


c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun) Tugas


perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas.

2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan


anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).

2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari perdebatan,


kecurigaan dan permusuhan.

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk


memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerim,a
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman.

3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.

6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.

2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.

3) Keakrapan dengan pasangan.

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.

5) Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
Jl. Brigjend Katamso Lumajang 67312 Telp (0334) 882262

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :

Nama : Tn. A Pendidikan : tamat SD

Umur : 51 tahun Pekerjaan : petani

Agama : islam Alamat : gunung lawang 001/005

Suku : jawa Nomor Telp : 085233232647

b. Komposisi Keluarga :
No Nama L/P Umur Hub. Kel Pekerjaan Pendidikan
1. tn.A L 51 tahun Ayah Petani SD

2. Ny.k P 47 tahun Ibu IRT SD

3. Ny.S P 21 tahun Anak IRT SMA

4. An.L P 12 tahun Anak Pelajar Belum tamat


SD

5. Tn.R L 70 tahun Kakek Tidak bekerja SD

6. Tn. F L 23 tahun menantu Swasta SMA

7. An.G P 4 bulan Cucu Tidak bekerja Belum tamat


SD
c. Genogram :
d. Type Keluarga :

a) Jenis type keluarga : extented family

b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : Ny.S mengatakan tidak ada masalah dalam
keluarganya

e. Suku Bangsa :

a) Asal Suku Bangsa : jawa (indonesia)

b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : t i d a k a d a y a a n g b e r t e n t a n g a n d e n g a n


kesehatan

f. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan :


seluruh anggota keluarga beragama islam, dan tidak ada kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

a) Anggota Keluarga yang mencari nafkah : Tn.F (menantu)

b) Penghasilan : ±3.000.000 / bulan

c) Upaya Lain : tidak ada


d) Harta Benda yang dimiliki : sapi 4 ekor

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : 1.500.000/bulan

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :


Ny.S mengatakan jarang melakukan rekreasi keluarga,hanya bersantai dengan keluarga

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua) :


tahap 2 ( the early child bearing family)

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :


tidak ada masalah dalam taahap keluarga saat ini
c. Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. S mengatakan bahwa dirinyaa menderita TB dan sedang menjalani pengobatan selama 4 bulan
b) Riwayat penyakit keturunan :

Ny. S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,DM dan lain lain
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

Imunisasi Tindakan
Keadaan (BCG
Masalah
No Nama Umur BB yang telah
Kesehatan /Polio/DPT/HB/ Kesehatan
Campak) dilakukan
1. Tn. A 51 thn Sehat Kurang tahu Tidak ada Tidak ada
2. Ny. k 47 thn Sehat Kurang tahu Tidak ada Tidak ada
3. Ny. S 21 thn Sehat Lengkap TB Pengobatan
selama 4 bln
4. An.L 12 thn Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
5. Tn. A 70 thn Sehat Kutang tau Tidak ada Tidak ada
6. Tn.F 23 thn Sehat Kurang tahu Tidak ada Tidak ada
7. An. G 4 bln Sehat Bcg + polio Tidak ada Tidak ada

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :

Bidan desa, pokesdes,puskesmas,dan rumah sakit


e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Ny.S mengatakan ayahnya dan adiknya pernah mengalami sakit TB

III.
PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah :
a) Luas Rumah : ± 8x 15 m
b) Type Rumah : p e r m a n e n
c) Kepemilikan : pribadi
d) Jumlah dan ratio kamar / ruangan : 4 kamar tidur, 1 ruang tamu,1 ruaang keluarga, 1 dapur
e) Ventilasi / Cendela : Terdapat ± 4 jendela, sirkulasi udara cukup, jendela ada yang jarang di buka ,
pencahayaan cukup
f) Pemanfaatan Ruangan : Pemanfaatan ruangan kurang sesuai, dibuktikan dengan kamar tidur dijadikan
satu dengan penyimpanan barang-barang rumah tangga.

g) Septic tank : ada (letak belakang rumah ) letak >10 m dari sumber air

h) Sumber Air minum : S u m u r

i) Kamar Mandi / WC : ada , bersih

j) Sampah : Dibakar , Limbah RT : Dibakar

k) Kebersihan Lingkungan : Lingkungan bersih, cendela dibuka


Denah rumah:

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :

a) Kebiasaan : N y . S mengatakan setiap malam jumat mereka mengadakan pengajian keliling


rumah (laki-laki)

b) Aturan / kesepakatan : Ny.S mengatkan tidak ada aturan dan kesepakatan di daerahnya
c) Budaya : Disekitar rumah mereka mengadakan gotong royong setiap bulannya

c. Mobilitas Geografis Keluarga :

Sejak menikah Ny.S tetap tinggal dirumah orang tuanya dan suaminya tinggal dirumah yang sama

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :


Ny.S mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat

e. System Pendukung Keluarga :

Ny.S mengatakan yang menjadi sistem pendukungnya adalah keluarga dan suaminya

IV.STRUKTUR KELUARGA
a . Pola / cara Komunikasi Keluarga :
Komunikasi yang biasa digunakan secara verbal dengan menggunakan bahasaa madura
dan jawa

b. Struktur Kekuatan Keluarga :


Dalam keluarga ini saling menghargai dan mendukung dalam mengambil keputusan
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
Tn.A berperan sebagai orang tua dan suami, kakek
Ny.K berperan sebagai orang tua dan istri, nenek
Ny.S berperan sebagai anak, istri, kakak , dan ibu
An.L berperan sebagai anak, adik
Tn.R berperan sebagai ayah, kakek, uyut
Tn.F berperan sebagai menantu,suami, dan ayah
An.G berperan sebagai cucu, cicit, anak

d. Nilai dan Norma Keluarga :


Menurut Ny.S di dalam keluarganya tidak ada nilai khusus yang harus dipatuhi, tetapi harus menghormati yang
dipatuhi

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :

Hubungan keluarga baik dan saling mendukung

b. Fungsi Sosialisasi :
a) Kerukunan Hidup dalam RT :

Hidup rukun tidak ada masalah

b) Interaksi dan Hubungan dalam keluarga :

Hubungan dalam keluarga baik

c) Anggota yang dominan dalam pengambilan keputusan :

Tn.A lebih dominan dalam mengambil keputusan

d) Kegiatan keluarga pada saat senggang :

Pada saat waktu senggang keluarga hanya duduk-duduk di depan rumah atau main ke rumah saudaranya yang di
sebelah

e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :


Tn.A turut serta dalam kegiatan sosial seperti goton g royong
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :

a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit / masalah kesehatan

keluarganya : Keluarga mengetahui kalau anggota keluarganya yang

mengalami penyakit TBC dan sudah mengetahu bahwa Ny.S mengalaminya

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :


Keluarga sudah mampu mengambil keputusan tindaakan kesehatan yang tepat dibuktikan Ny. S sudah menjalani
pengobatan selama 4 bulan

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :

Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :

Keluarga belum mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat dibuktikan dengan banyak sarang laba-laba di
ventilasi, dan ventilasi serta jendela ada yang tidak pernah dibuka

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :

Keluarga sudah mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dibuktikan dengan keluaarga pasien selalu
membawa pasien ke Puskesmas Klakah untuk pemeriksaan daan mengambil obat.

d. Fungsi Reproduksi :

a) Perencanaan jumlah anak :

Ny. S mengatakan ingin memiliki 2 anak.


b) Akseptor : YA , yang digunakan Suntik Lamanya 3 bulan

alasan karena lebih mudah

c) Keterangan Lain :
Tidak ada

e. Fungsi Ekonomi :

a) Upaya pemenuhan sandang pangan :

Dari penghasilan keluarga -/+ Rp3.000.000 / bulan

b) Pemanfaatan sumber di masyarakat :

Tidak ada

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

a. Stressor jangka pendek : Ny. S takut penyakitnya menular ke anggota keluarganya khususnya kepada
anaknya

b. Stressor jangka panjang : Tidak ada

c. Respon keluarga terhadap respon : Keluarga menerima kondisi Ny. S

d. Strategi koping : Ny. S menerima keadaanya dan begitu juga keluarganya siap untuk melakukan
pengobatan demi kesembuhannya

e. Strategi adaptasi disfungsional : Bila ada masalah, Ny. S tidak melakukan hal yang merugikan dirinya dan
keluaarganya

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA

Pemenuhan gizi : membeli di pedagang keliling di daerahnya seperti lauk dan sayur

Upaya Lain : menanam dan mengambil hasil kebun di rumahnya

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Identitas

Nama : Ny. S

Umur : 21 taahun L / P : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


a. Keluhan / Riwayat Penyakit saat ini :
Ny. S mengatakan tidak ada keluhan.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Ny. S mengatakan pernah sakit tifus dan DBD

c. Tanda-tanda Vital :

TD: 1100/70 mmHg


RR : 20x/menit
HR: 90 bpm
S: 36,3 ºC
d. Head to Toe :

No Pemeriksaan Tn. A Ny. K Ny. S An. L Tn. A Tn. F An. G

1 Kepala Rambut Rambut ikal


lurus hitam dan
peendek bersih
hitam ada
sadikit
uban
2 Leher Tidak ada Tidak ada
pembesara pembesaran
n kelenjar kelenjar
tyroid dan tyroid dan
limfe limfe
3 BB, TB, PB TB : TB : 154 cm
160cm BB : 33 kg
BB : 54 kg
4 Mata Pupil Pupil
isokor, isokor,
fungsi fungsi
penglihata penglihatan
n baik baik
5 Hidung Tidak ada Tidak ada
secret, secret,
penciuman penciuman
baik baik
6 Mulut Kebersiha Kebersihan
n cukup, cukup,
mukosa mukosa
bibir bibir kering
kering
7 Leher Tidak ada Tidak ada
pembesara pembesaran
n kelenjar kelenjar
tyroid tyroid
8 Dada Pergeraka Pergerakan
n dinding dinding
dada dada
simetris simetris

9 Perut Tidak ada Tidak ada


nyeri nyeri tekan
tekan Bayangan
Bayangan vena tidak
vena tidak terlihat
terlihat

10 Tangan Berfungsi Berfungsi


dengan dengan
baik, baik,
rentang rentang
gerak gerak bebas
bebas

11 Kaki Rentang Rentang


gerak gerak bebas
bebas
IX. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatan :
Ny. S mengatakan ingin segera sembuh dan tidak ada yang tertular lagi, termasuk pada anaknya yang masih balita

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :


Ny. S mengatakan agar senantiasa membaantu saya dalam penyembuhan
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa :
Tanggal Analisa :

No Tanggal Data Diagnosa Keperawatan


1. 02 Desember 2019 DS : Kurang pengetahuan
Klien mengatakan awalnya btuk berhubungan dengan
berdahak selama 5 bulan baaru ketidaktahuan keluarga dalam
periksa mengenali penularan TB

DO:
- klien tidak bisa
menjawab pertanyaan
tentang pencegahan dan
perawatan penyakitnya
- klien tampak bingung
saat ditanya – tanya

2. DS : Resiko penyebaran berhubungan


- klien mengatakan tidak dengan ketidakmampuan keluarga
ada tempat khusus merawat lingkungan yang sehat
pembuangan ludah
- keluarga mengatakan
tidak mengerti cara
,encegaah penularan TB

DO :
- tidak ada tempat khusus
untuk membuang dahak
- kurangnya ventilasi
FORMAT SCORING / PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan : kurang pengetahuaan

No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran


1 Sifat Masalah 3 1 3/3 x 1 =1
(aaktual)

2 Kemungkinan masalah untuk 1 2 ½ x 2 =1


diubah
(sedang)

3 Potensial untuk dicegah 2 1 2/3 x 1 =


(Cukup) 2/3

4 Menonjolnya masalah 2 11 2/2 x 1 = 1


(masalah berat, harus ditangani)

3 2/3

Diagnosa Keperawatan : resiko penularan penyakit


No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1 Sifat Masalah 2 1 2/3 x 1 =
(resiko) 2/3

2 Kemungkinan masalah untuk 2 2 2/2 x 2 = 2


diubah
(mudah)

3 Potensial untuk dicegah 3 1 3/3 x 1 =


(tinggi) 11

4 Menonjolnya masalah 1 1 ½ x 1 = 1/2


(Ada masalah, tapi merasa bukan
sebagai bahaya)

4 1/6
Diagnosa Keperawatan : .........................................................................

No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran


1 Sifat Masalah

2 Kemungkinan masalah untuk


diubah

3 Potensial untuk dicegah

4 Menonjolnya masalah

Diagnosa keperawatan Sesuai Prioritas :

1. resiko penularan penyaakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat lingkungan yang
sehat

2. kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam mengenali penularan tb

3. ................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

4. ................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

5. ................................................................................................................................................

................................................................................................................................................
FORMAT INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa :
Tanggal Analisa :

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standart
Resiko penularan penyakit Setelah dilakukan Setelah dilakukan Kognitif Keluarga dapat menyebutkaan cara penulaaran 1. jelaskan tentang cara penularan TBC
berhubungan dengan asuhan keperawatan asuhan keperawatan TB 2. kaji cara keluaarga dalam mengambil
ketidakmampuan keluarga 1-3 kali kunjungan 1x 30 menit keputusan untuk mencegah terjadinya
merawat lingkungan yang diharapkan klien diharapkan keluarga penularan penyakit TBC
sehat mampu mampu memahami Afektif Keluarga mau melakukan pencegahan 3. anjurkan keluarga untuk menjaga agar
terhindarnya tentang penularan terhadap penularan TB tetap bersih
penyebaran kuman penyakit TBC 4. jelaskan cara menghindari penyakit TBC
TBC ke orang-orang Kriteria hasil: 5. motivasi keluarga untuk melakukan usaha
terdekat maupun 1) mampu Psikomotor Keluarga mampu melakukan pencegahan pencegahan
masyarakat sekitar mengenaal terhadap penularan TB 6. jelaskan dan demonstrasikan cara hidup
penularaan TB sehat: pada saat batuk, bersin dan
2) mengambil menguap mulut dan hidung ditutup
keputusan mengenai 7. jelaskan dan demonstrasikan tentang
pengobatan pada rumah yang mendukung tidak
klien terjadinyaa penularan TBC
3)maampu merawat 8. jelaskan bahwa pengobatan TBC perlu
anggota keluarga kesabaran karena haarus rajin berobat
yang sakit dan paling sedikit 6 bulan
9. motivasi keluarga untuk selalu
mengingatkan klien minum obat
FORMAT INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa :
Tanggal Analisa :

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standart
Resiko penularan penyakit Setelah dilakukan Setelah dilakukan Kognitif Keluarga dapat menyebutkaan cara penulaaran 1. jelaskan tentang cara penularan TBC
berhubungan dengan asuhan keperawatan asuhan keperawatan TB 2. kaji cara keluaarga dalam mengambil
ketidakmampuan keluarga 1-3 kali kunjungan 1x 30 menit keputusan untuk mencegah terjadinya
merawat lingkungan yang diharapkan klien diharapkan keluarga penularan penyakit TBC
sehat mampu mampu memahami Afektif Keluarga mau melakukan pencegahan 3. anjurkan keluarga untuk menjaga agar
terhindarnya tentang penularan terhadap penularan TB tetap bersih
penyebaran kuman penyakit TBC 4. jelaskan cara menghindari penyakit TBC
TBC ke orang-orang Kriteria hasil: 5. motivasi keluarga untuk melakukan usaha
terdekat maupun 1) mampu Psikomotor Keluarga mampu melakukan pencegahan pencegahan
masyarakat sekitar mengenaal terhadap penularan TB 6. jelaskan dan demonstrasikan cara hidup
penularaan TB sehat: pada saat batuk, bersin dan
2) mengambil menguap mulut dan hidung ditutup
keputusan mengenai 7. jelaskan dan demonstrasikan tentang
pengobatan pada rumah yang mendukung tidak
klien terjadinyaa penularan TBC
3)maampu merawat 8. jelaskan bahwa pengobatan TBC perlu
anggota keluarga kesabaran karena haarus rajin berobat
yang sakit dan paling sedikit 6 bulan
9. motivasi keluarga untuk selalu
mengingatkan klien minum obat
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa :
Tanggal Analisa :
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
EVALUASI SUMATIF
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa :
Tanggal :
Diagnosis Kep. Klg :

No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan

Anda mungkin juga menyukai