dil] | عاديل
Adil menurut bahasa adalah tidak berat sebelah, tidak memihak atau manyamakan yang satu dengan
yang lain.
Adil menurut istilah adalah seimbang atau tidak memihak dan memberikan hak kepada orang yang
berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang
sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali
terhadap Allah swt saja.
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth (moderat/seimbang)
dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.
adil berarti tidak berat sebelah , atau meletakkan sesuatu sesuai dengan kadarnya , tidak memihak
pada salah satu , memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang telah diperbuat
pengertian adil menurut para ahli :
1) menurut al-ghazali
adil adalah keseimbangan antara sesuatu yang lebih dan yang kurang
adil adalah adalah Memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap
sesuatu itu.
Pengertian Adil Dan Hikmah Bersifat Adil – Pengertian Adil menurut bahasa artinya tidak
berat sebelah dan tidak memihak. Adil menurut istilah adalah menetapkan hak dan kewajiban
pada proporsinya dan seimbang, ditempatkan secara tepat dan objektif. Pengertian adil
menurut syariat Islam adalah melaksanakan suatu perintah Allah atau amanah Allah, dengan
menempatkan sesuatu pada kedudukan yang sebenarnya tanpa melebihi atau mengurangi.
Supaya bisa bersifat adil dalam mempertahankan hak dan kewajiban secara seimbang, maka
harus menekan hawa nafsu yang ingin menyimpang dari kebenaran. Sebagaimana firman
Allah Swt dalam surat An Nisa ayat 135, berikut ini :
Berperilaku adil tidak hanya kepada orang lain tetapi dianjurkan juga berperilaku adil kepada
diri sendiri, keluarga dan kerabat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat An Nahl ayat
90:
Baca juga : Pengertian Egois Dan 5 Akibat Sifat Egois Dalam Islam
4 Hikmah Bersifat Adil Dalam Islam
Berikut ini beberapa hikmah bersifat adil, diantaranya yaitu:
1. Orang yang bersifat adil berarti telah melaksanakan perintah Allah Swt, dan sifat adil akan
mendekatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman:
2. Berperilaku adil dapat mencegah perpecahan dan perselisihan antara individu, kelompok
dan masyarakat. Karena segala sesuatunya sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan-Nya.
3. Permohonannya kepada Allah tidak ditolak. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang
menjelaskan bahwa pemimpin yang adil itu doanya akan dikabulkan.
1. meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. Dengan demikian seseorang akan sadar
bahwa hak itu harus dipenuhi dan kewajiban harus dilaksanakan.
2. Melatih hawa nafsu agar tidak hanya mementingkan kepentingan diri sendiri,
sehingga orang lain pun akan diberikan haknya.
Demikianlah mengenai pengertian adil dan hikmah berperilaku adil dalam Islam. Semoga
bisa bermanfaat dan bisa membantu kita untuk bersifat adil kepada orang lain, keluarga dan
terutama bersifat adil untuk diri sendiri.
Allah SWT menyuruh kaum mukminin, supaya senantiasa berlaku adil dan menegakkan keadilan
sesuai dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya Allah menyuruh karnu supaya berlaku adil dan berbuat kebaikan. … “ (QS an-Nahi,
16:90)
Selain itu, Allah SWT juga memerintahkan kepada kaum mukminin supaya senantiasa menjauhi
perbuatan zalim dan memberantas kezaliman itu sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan
masing-masing.
Secara garis besar keadilan yang wajib ditegakkan oleh setiap muslim itu ada empat macam, yaitu
adil terhadap Allah SWT, terhadap sesame manusia, terhadap din sendiri, dan terhadap lingkungan
alam sekitar.
Bersikap adil terhadap Allah SWT dan rasul-Nya adalah dengan menaati segala peraturan yang
terdapat pada keduanya, serta menjauhi segala larangan yang terdapat pada keduanya.
“Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu sekalian kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya,
dan janganlah kamu berpaIing dariada-Nya, padahal kamu sekalian mendengar. “(QS al-Anfâl, 8:20)
Seseorang yang telah berbuat baik kepada Allah SWT, mengerjakan segala perintah-perintah-Nya,
menjauhi segala larangan-Nya, dan berterima kasih kepada-Nya, berarti ia telah berbuat adil kepada-
Nya. Apabila seseorang telah kufur kepada-Nya, berarti ia telah berbuat zalim kepada-Nya.
...Dan apabila kamu menetapkan suatu hukum di antara man usia hendaklah dengan hukuman yang
adil “ (QS an-Nisâ’, 4 : 58)
Berbuat adil terhadap sesarna manusia itu ruang lingkupnya sangat luas, meliputi berbagai aspek
kehidupan, antara lain adil dalam berbicara, dalam memberi upah, terhadap pemimpin, terhadap
yang dipimpin, terhadap ibu dan bapak, terhadap anak, terhadap suami dan istri, terhadap murid,
dan adil terhadap guru.
Adil dalam pengertian menempatkan sesuatu pada tempatnya, jika tidak pada tempatnya termasuk
perbuatan zalim, misalnya, batas kemampuan seseorang dalam memikul suatu benda umumnya tiga
puluh kilogram, kemudjan ia memikul benda tidak melebihi berat benda tersebut, maka ia telah
bersikap adil. Namun, apabila ia memikul sesuatu di luar batas kemampuannya atau dipaksakan dan
mengakibatkan kerusakan pada dirinya sendiri, maka perbuatan tersebut termasuk zalim terhadap
din sendiri. Allah SWT melarang manusia untuk membinasakan dirinya sendiri.
…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dengan tanganmu kepada kecelakaan…” (QS al-
Baqarah, 2: 195)
Adil terhadap din sendiri dalam hubungannya dengan membina diri sendiri supaya terhindar dan
malapetaka, diperintah oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu, keluargamu, dan api neraka…. “(QS at-Tahrim,
66 : 6)
Memelihara din sendiri supaya tidak terjerumus kepada malapetaka, yaitu dengan jalan beribadah
kepada-NIya, antara lain mendirikan salat, berpuasa, dan bersedekah. Selain itu, menjauhi segala
perbuatan yang dilarang Allah SWT dan rasul-Nya, seperti berdusta, mencuri, membunuh, berjudi,
dan meminum atau meriakan makanan yang diharamkan.
Allah SWT Mahaadil terhadap segala perbuatan makhluk-Nya juga dalam menentukan ganjaran dan
siksaan terhadap makhluk-Nya. Orang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, dan
sebaliknya, orang yang berbuat zalim akan dibalas dengan siksa neraka. Orang yang beriman itu juga
akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan dan hanya diri sendiri yang bertanggung jawab,
orang itu tidak akan mempertanggung jawabkan dosa orang lain.
“(Yaitu) bahwasannya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bah wasannya
seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya
usahanya itu kelak akan diperiihatkan kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan
baiasan yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).”
(QS an-Najm, 53 : 38-42)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi berikut isinya
untuk umat manusia. Oleh karena itu,manusia berkewajiban mengolah dan memakmurkan alam
semesta ini untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Adil terhadap lingkungan alam sekitar, mengandung pengertian bahwa manusia dalam mengolah
alam untuk diambil manfaatnya itu, tidak merusak lingkungan. Apabila seseorang atau kelompok
masyarakat telah memelihara lingkungan dengan baik, seperti memelihara hutan supaya tidak
gundul dan tidak menimbulkan banjir, memelihara air laut dan sungai dan pencemaran sampah,
serta memelihara udara dan pencemaran udara, sikap dan perbuatan tersebut termasuk salah satu
dan perbuatan adil terhadap lingkungan alam sekitar. Seandainya seseorang atau kelompok
masyarakat berbuat sebaliknya, hal itu termasuk salah satu dan perbuatan zalim.
“.. dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kerusakan dimuka bumi ini dengan membuat kerusakan.”(QS Hüd, 11:85)