TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
II. Epidemiologi
TOF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling umum terjadi.
Secara umum, tetralogi Fallot dijumpai pada tiga dari sepuluh ribu bayi baru lahir
hidup dan merupakan lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit jantung
bawaan.3,7 Insidensi 3,26% tiap 10.000 kelahiran hidup, atau sekitar 1.300 kasus
baru setiap tahunnya di Amerika Serikat. Data dari Rumah Sakit Umum Daerah
Fallot berusia diatas 5 tahun, serta prevalensinya menurun setelah umur 10 tahun.4
III. Etiologi
(gabungan dari kedua faktor tersebut). Para ahli cenderung berpendapat bahwa
3
4
IV. Patogenesis
Embriologi jantung bermulai dari adanya tuba. Terdapat dua bagian tuba,
yaitu trunkus arteriosus dan bulbus kordis yang berkembang menuju satu sama
bawah, menuju bulbus kordis. Perputaran ini akan memisahkan aorta dengan arteri
disertai dengan pembentukan jaringan fibrosa pada septum yang gagal mengalami
subpulmonal, seperti pada defek septum ventrikel Eisenmenger. Oleh karena itu,
pada pasien dengan tetralogi Fallot, perlu dipastikan adanya morfologi abnormal
pada lubang septum juga menyebabkan adanya defek septum ventrikel dengan
V. Patofisiologi
stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai sangat berat, bahkan
dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif. Tekanan
(yang berasal dari vena) keluar dari ventrikel kanan menuju ventrikel kiri melalui
defek septum ventrikel dan ke sirkulasi sistemik melalui aorta. Hal tersebut
berat, maka semakin banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Pada
stenosis pulmonal yang ringan, darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan
hanya pada aktivitas fisik akan terjadi pirau dari kanan ke kiri. Semakin
akan semakin sianotik. Obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan ini
maka tekanan sistolik puncak (peak systolic pressure) ventrikel kanan menjadi
7
sama dengan tekanan sistolik puncak ventrikel kiri. Karena tekanan ventrikel kiri
berada dalam pengawasan baroreseptor, maka tekanan sistolik ventrikel kanan tidak
akan melampaui tekanan sistemik. Hal inilah yang menerangkan mengapa pada
tetralogi Fallot tidak atau jarang terjadi gagal jantung, karena tidak ada beban
ventrikel kanan.5
waktu baru lahir biasanya bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh.
Manifestasi klinis tetralogi Fallot mula – mula dapat mirip dengan defek septum
ventrikel dengan pirau dari kiri ke kanan dengan stenosis pulmonal ringan, sehingga
anak masih kemerahan. Apabila derajat stenosis bertambah, akan timbul sianosis.5
Salah satu manifestasi yang penting pada tetralogi Fallot adalah terjadinya
ditandai oleh timbulnya sesak napas mendadak, napas cepat dan dalam, sianosis
bertambah, lemas, bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop. Serangan tersebut
dapat berlangsung selama beberapa menit hingga jam, sehingga hipoksemia dapat
berujung pada kerusakan sel – sel otak. Frekuensi serangan sianotik bertambah pada
Anak dengan tetralogi Fallot biasanya belajar untuk meringankan gejala yang
setelah berjalan beberapa lama, anak akan berjongkok untuk beberapa waktu
Pada bayi bentuk dada normal, namun pada anak yang lebih besar dapat
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Jari tabuh (clubbing fingers)
dapat mulai terlihat setelah pasien berusia 6 bulan. Anak dapat menjadi iritatif
dalam keadaan kadar oksigen berkurang, atau memerlukan asupan oksigen yang
lebih banyak, anak dapat menjadi mudah lelah, mengantuk, atau bahkan tidak
pertumbuhan, tinggi dan berat badan dan ukuran tubuh kurus yang tidak sesuai
dengan usia anak.5 Dalam perjalanan penyakit tetralogi Fallot, hal – hal berikut
dapat terjadi:5,7
• Abses otak dan kejadian serebrovaskular akibat gangguan peredaran darah otak.
• Endokarditis infektif.
• Regurgitasi aorta pada tetralogi Fallot berat dengan aorta yang dilatasi hebat.
9
VII. Diagnosis
Tetralogi Fallot dapat didiagnosis sebelum bayi lahir saat gambaran anatomi
jantung mulaiterlihat jelas pada ekokardiografi fetus, biasanya pada usia gestasi 12
kembali arah arteri paru utama dan aliran duktal dan untuk mengevaluasi, jika ada,
dari tetralogi Fallot, tetapi juga riwayat kehamilan, kelahiran, keluarga, serta
neonatus, harus dibedakan apakah sianosis sentral atau perifer. Sianosis sentral
menunjukkan sianosis perifer pada tangan dan kaki yang kadang cukup hebat
terutama bila udara luar sangat dingin, biasanya menghilang dalam 48 jam dan
jarang nampak setelah 72 jam. Sianosis sentral yang terjadi segera pascalahir adalah
Fallot seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Getaran bising jantung jarang
teraba. Suara jantung 1 (S1) normal, sedangkan suara jantung 2 (S2) biasanya
tunggal (yakni A2). Terdengar bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal, yang
stenosis pulmonal murni). Bising ini adalah bising stenosis pulmonal, bukan bising
defek septum ventrikel; darah dari ventrikel kanan yang melintas ke ventrikel kiri
dan aorta tidak mengalami turbulensi oleh karena tekanan sistolik antara ventrikel
eritrosit dan hematokrit yang sesuai dengan derajat desaturasi dan stenosis. Pasien
tetralogi Fallot dengan kadar hemoglobin dan hematokrit yang rendah atau normal
gambaran vaskular paru, dan mungkin arkus aorta terletak di sebelah kanan. Apeks
jantung nampak kecil dan terangkat, dan konus pulmonalis cekung. Gambaran ini
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin
gelombang T positif di V1, disertai deviasi axis ke kanan dan hipertrofi ventrikel
dapat terlihat pada anak dengan tetralogi Fallot yang tidak menunjukkan sianosis.
untuk:
arteri pulmonalis normal atau rendah. Dimensi serta kontraktilitas ventrikel kiri,
morfologi dan ukuran arteri pulmonalis, terdapatnya kolateral, serta anatomi arteri
Fallot, kateterisasi dilakukan untuk jantung kanan dan kiri, serta dilakukan pula
VIII. Tatalaksana
bedah. Tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk persiapan prabedah dan
perawatan pascabedah.5
Tatalaksana medis:5
intramuscular).
Diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin <15 g/dl, jumlah darah rata
meningkat.
Orang tua perlu diedukasi atau diajarkan untuk mengenali serangan sianotik
dan penanganannya.
menambah aliran darah baru, dan bedah korektif. Bedah paliatif bertujuan
berat.
13
hipoplastik.
o Bayi tetralogi Fallot dengan usia < 3-4 bulan dengan spell berulang
Kirklin).
ventrikel kanan.
IX. Komplikasi
Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien tetralogi Fallot
berumur kurang dari 5 tahun, biasanya terjadi setelah serangan sianotik, pasca
Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia pada pasien yang berusia lebih
dari 5 tahun, dengan gejala sakit kepala, muntah – muntah, disertai gejala
neurologis.
seperti manipulasi gigi, tonsilektomi, dan lain – lain. Infeksi lokal di kulit, tonsil,
endokarditis.
14
dan anisositosis.
Trombosis paru. Trombosis lokal pada pumbuluh darah paru kecil, ini akan
menambah sianosis.
dapat terjadi ptekie, perdarahan gusi. Hemoptisis terjadi pada pasien yang lebih
X. Prognosis
Pada pasien tetralogi Fallot, apabila tidak dilakukan operasi, dapat terjadi
salah satu atau lebih kemungkinan berikut: 1) pasien meninggal akibat serangan
sianotik, 2) stenosis infundibular makin hebat, sehingga pasien makin sianotik, atau
3) terjadi abses otak atau komplikasi lain.3 Secara alamiah, 50% pasien tetralogi
Fallot yang tidak dikoreksi akan meninggal pada umur sekitar 5 tahun, 25% pada
usia sekitar 10 tahun, dan hanya 11% saja yang bisa bertahan hidup sampai umur
25 tahun, 6% sampai umur 30 tahun, dan hanya 3% yang mencapai usia 40 tahun.5
Prognosis pasien yang lahir pada era saat ini diharapkan akan jauh lebih
dengan adanya kemajuan teknologi dan penanganan medis dan operatif pada
dekade – decade terakhir. Dari seluruh pasien dengan malformasi kongenital pada
jantung, penanganan pasien tetralogi Fallot tidak berhenti pada saat setelah
perbaikan penuh, tetapi berlanjut seumur hidup dengan pemantauan atau kontrol
I. Definisi
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan/syok.8
II. Etiologi
RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul
lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus
nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif
terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC
4,7. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.8
Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri,
terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus
dengue dikatakan menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Vektor
utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes
albopictus betina.
16
III. Patofisiologi
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik
maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah
maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan
kematian.7
Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi sekunder
Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami
infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog
mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi
heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan
berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh
karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga
akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai
infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan
heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 4 yang dirumuskan oleh Suvatte,
tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan
pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus
dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya
virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan
berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya,
dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara
adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi dengan
19
baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hagemen
(akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.
interaksi antara kondisi imunologik dan umur seseorang. Oleh karena itu infeksi
klinis ringan yaitu demam tanpa penyebab yang jelas, demam dengue (DD) dan
bermanifestasi berat dengan demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok atau
sindrom syok dengue (SSD). Namun, untuk alasan praktis, infeksi dengue yang
20
Masa tunas atau inkubasi selama 3-15 hari sejak seseorang terserang virus
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
pada persendian.
10) Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
V. Diagnosis
Kriteria untuk mendiagnosis dengue (dengan atau tanpa warning sign) dan
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur
a) Pemeriksaan Laboratorium8,9
selain itu untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus,
- Darah lengkap :
- Uji serologi
test)
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak
sekali dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM
dalam serum pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac
elisa adalah :
c. Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu
diulang.
negatif.
dilakukan uji terhadap IgG. Untuk itu uji IgM tidak boleh
kasus.
3. IgG Elisa
Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji
HI, hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk
25
infeksi dengue IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG
elisa, yang telah beredar di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi
titer antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan atau lebih).
b) Pemeriksaan Radiologi
2. Efusi pleura
4. Hepatomegali
VI. Tatalaksana12
Pasien anak bukanlah pasien dewasa yang berukuran kecil. Ada banyak
aspek yang harus diperhatikan ketika merawat pasien anak. Pasien anak memiliki
sistem organ yang sedang tumbuh, tidak sematang pasien dewasa. Terapi cairan
yang terlalu agresif atau tidak adekuat akan berbahaya bagi pasien anak. Terapi
cairan yang proporsional diharapkan akan memberikan outcome klinis yang baik.
Jenis cairan yang dapat dipilih adalah cairan kristaloid atau koloid. Jumlah
cairan yang diberikan bergantung fase penyakit dan berat badan pasien. Pada pasien
DBD yang memasuki fase kritis, jumlah cairan yang harus diberikan adalah jumlah
cairan rumatan ditambah deficit 5-8%. Jumlah tersebut setara dengan jumlah cairan
yang dibutuhkan pada kondisi dehidrasi sedang. Pada pasien dengan berat badan
lebih dari 40 kg, total cairan intravena yang diberikan setara dengan 2 kali jumlah
cairan rumatan. Pada pasien obesitas, perhitungan cairan intravena berdasar atas
Pada kasus DBD non syok, pasien dengan berat badan 15-40 kg diawali
dengan tetesan 5 mL/kgBB/jam. Sedangkan pada anak dengan berat badan lebih
dari 40 kg, mulai dengan 3-4 mL/kgBB/jam. Pada kasus DBD derajat 3, mulai
dengan tetesan 10 mL/kgBB/jam. Pada anak dengan DBD derajat 4, "grojok" cairan
selama 10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur. Kemudian setelah
nadi dan tensi dapat terukur, turunkan pemberian cairan hingga 10 mL/kgBB/jam.
Setelah masa kritis terlampaui, pasien akan masuk dalam fase penyembuhan.
cairan intravena harus diberikan minimal agar tidak terjadi kebocoran ke dalam
3. Kadar hematokrit
4. Produksi urin
Monitoring Syok
hematokrit bila nadi dan tensi tidak stabil (tekanan nadi cepat dan lemah) dalam 2
digunakan cairan koloid sebagai cairan pengganti. Apabila hematokrit terbukti naik
dan tanda vital tetap tidak stabil, ganti cairan kristaloid dengan cairan koloid dengan
tetesan 10 mL/kgBB/jam. Pada kondisi seperti ini, mulai persiapkan darah untuk
transfusi.
Pada pasien DBD derajat 4, apabila kadar hematokrit sejak awal rendah,
transfusi darah segera. Monitoring dan lakukan koreksi jika ada gangguan metabolit
asidosis. Setelah 6 jam pemberian cairan koloid namun hematokrit terus turun dan
tanda vital tetap tidak stabil, pertimbangkan untuk pemberian transfusi darah
segera. Indikasi dilakukan transfusi darah pada pasien DBD derajat 4 adalah bila
dapat dibuktikan kehilangan darah yang bermakna secara klinis dan pasien
darah total), berikan transfusi darah sesuai kebutuhan. Total volume darah adalah
80 ml/kgBB. Dianjurkan menggunakan Packed Red Cell (PRC), namun jika tidak
tersedia maka transfusi darah segar dapat menjadi pilihan. Pada pasien dengan
28
osmolaritas 3 kali plasma darah, sehingga diharapkan dapat mengikat air lebih baik.
menyebabkan gagal ginjal akut iatrogenik. Lama pemberian yang dianjurkan tidak