Jawaban Kel Etprof
Jawaban Kel Etprof
Apa yang menjadi poin penting dan perbedaan antara partisipan hukum dengan pengemban
hukum praktis, karena kedua profesi tersebut berada ditengah – tengah lapangan masyarakat?
Jawaban :
Pada hakikatnya pengemban hukum praktis adalah para fungsionaris yang menggerakkan
hukum dilapangan seperti pemegang kekuasaan legislatif, pejabat peradilan yang cakupannya
ada dilingkungan peradilan (polisi, jaksa, hakim). Partisipan hukum adalah orang yang
mempelajari hukum (penstudi hukum) sekaligus sebagai pengemban hukum.
Poin yang membedakan antara pengemban hukum praktis dengan partisipan hukum adalah
cakupan dari partisipan hukum lebih luas maknanya dibandingkan dengan pengemban hukum
praktis. Bahwasanya pengemban hukum praktis merupakan salah satu bagian dari pengemban
hukum yang merupakan bagian dari partisipan hukum. Pengemban hukum praktis dapat
disebut sebagai bagian partisipan hukum, sedangkan partisipan hukummencakup pengemban
– pengemban hukum yang bukan hanya bekerja dilapangan. Tetapi, juga mencakup terhadap
orang yang tidak berprofesi hukum dilapangan. Sebagai contoh ilmuwan hukum, teoritisi
hukum yang termasuk kedalam pengemban hukum teoritis yang bertugas mempelajari hukum
dalam pemahaman ilmiah, serta mendidik danmengajarkan hukum bukan dari pelaksana
seperti yang terdapat dalam pengemban hukum praktis.
Kelompok 2
Dari penjelasan kelompok 7 bahwa profesi hukum dibagi 3 yaitu penstudi hukum,
pengemban dan partisipan hukum. Dari penjelasan profesi bahwa seseorang dapat dikatakan
memiliki profesi apabila ia dapat mengabdikan diri pada masyarakat. Bagaimana partisipan
hukum dapat dikatakan profesi hukum dan jelaskan alasannya.
Jawaban :
Berdasarkan yang kami jelaskan, kami tidak mengatakan kalau profesi hukum terbagi
menjadi 3 bagian. Tetapi, kami menjelaskan bahwa pembedaan profesi hukum terbagi
menjadi 4 poin penting yaitu : penstudi hukum, pengemban hukum, pengamat hukum, dan
partisipan hukum. Sesuai yang kami jelaskan sewaktu presentase bahwa menurut Buku
karangan B.arief Sidhaharta pada dasarnya partisipan hukum adalah penstudi hukum,
sekaligus pengemban hukum. Partisipan hukum sudah dapat dikatakan sebagai profesi
hukum, karena sudah mempelajari hukum dan mengemban profesi hukum itu sendiri baik
dari segi pengemban hukum praktis maupun pengemban hukum teoritis. Seseorang tidak bisa
dikatakan sebagai partisipan hukum apabila dia belum mempelajari dan mengemban profesi
hukum.
Kelompok 3
Tadi dalam tradisi profesi hukum yang pertama, terkait dengan ciri common law yang proses
hukumnya mengikutsertakan masyarakat. Coba jelaskan keikutsertakan masyarakat itu dalam
bentuk apa ?
Jawaban :
Kelompok 4
Apa yang menjadi syarat untuk memperoleh profesi hukum yang melakukan pengemban
hukum praktis?
Jawaban :
Kegiatan pengembanan hukum praktis mengandung arti kegiatan hukum di dalam praktik,
mencakup kegiatan pembentukan hukum (legislasi), penemuan hukum (yudikasi), atau
pembantuan hukum (advokasi). Dapat juga ditambahkan kegiatan lain di sini, yaitu birokrasi
hukum. Ada dua profesi hukum praktis (praktisi hukum), yaitu profesi bebas dan profesi
tidak bebas. Pengertian profesi bebas ini adalah profesi yang bekerja dan mendapat
penghasilan berangkat dari hubungan profesional dengan kliennya, seperti advokat dan
notaris. Profesi tidak bebas adalah profesi yang kedinasan di instansi publik dan di institusi
swasta. Misalnya hakim, jaksa, dan polisi, adalah profesi hukum yang tidak bebas karena
diangkat sebagai pejabat publik. Ada juga profesi tidak bebas karena hubungan
ketenagakerjaan sebagai in-house lawyer di perusahaan.
Kelompok 5.
Bagaimana agar penegakan hukum dapat dilakukan dengan baik dan efektif dan sesuai
dengan etika profesi?
Jawaban :
Agar penegakan pelaksanaan dapat berjalan sesuai etika profesinya,maka dituntut adanya
pemenuhan nilai moral dari pengembannya, Yang mana Nilai moral itu merupakan kekuatan
yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.
Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai moral yang kuat sebagaimana
Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari
kepribadian profesional hukum agar berjalan ya profesi hukum dengan baik yaitu :
1. Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari
misi profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan penuh tipu daya. Sikap yang
terdapat dalam kejujuran yaitu :
Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian
yang sebenarnya. Otentiknya pribadi profesional hukum antara lain :
a. kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk lingkup
profesinya ;
b. bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
cuma-cuma (prodeo);
c. kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewajibannya.
4. Kemandirian Moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti
pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan memebetuk penilaian dan mempunyai
pendirian sendiri. mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas,
tidak terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai
kesusilaan dan agama.
5. Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan
untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain :
Pada saat kapankah penyelenggara profesi hukum dikatakan gagal menjalankan peranannya?
Jawaban :
Kelompok 8:
Jawaban :
Seseorang tidak dapat memiliki lebih dari 1 profesi hukum, karena dapat melanggar Undang-
undang jabatan suatu profesi tersebut. Setiap area profesi hukum adalah khas dan
membutuhkan pendidikan atau pelatihan tersendiri.oleh sebab itu,tidak mudah bagi seseorang
untuk berpindah2 area profesi seperti halnya didalam sistem commond law.cth : Dalam UU
no.18 2003 Pasal 20 ayat( 1) dan (3) Tentang advokat , (1)Advokat dilarang memegang
jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya. (3)
Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan tersebut. Karena, apabila seseorang mengemban lebih dari satu profesi
hukum, maka pelaksanaan hukum yang di emban terhadap masyarakat tidak akan berjalan
dengan efektif
Kelompok 9:
Pada saat kapan penyelenggara profesi hukum di katagorikan gagal menjalankan perannya?
Jawaban :
Kelompok 10
Mengapa profesi hukum dibutuhkan, sedangkan sudah ada etika profesi yang mengatur
tentang profesi itu sendiri ?
Jawaban :
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.) sedangkan profesi hukum
adalah profesi dibidang hukum yang bertujuan untuk menciptakan keadilan di masyarakat.
Pada dasarnya etika profesi mempunyai beberapa prinsip seperti keadilan, kejujuran,
tanggung jawab, kompetensi, profesionalitas dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
itikad baik seorang profesi. Nah, apabila ada penyimpangan ataupun pelanggaran yang
dilakukan seseorang dalam pelaksanaan profesinya terhadap masyarakat seperti
penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, ketidakjujuran, penipuan, korupsi, dan lain
sebagainya, maka profesi hukumlah yang berperan memberikan sanksi terhadap pengemban
profesi yang melakukan pelanggaran tersebut. Karena pada dasarnya hukumtercipta supaya
ada keadilan dimasyarakat. Apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh subjek hukum
(orang atau badan hukum) maka pihak penegak hukumlah yang berperan memberikan sanksi,
dengan diberikannya sanksi terhadap pihak – pihak yang melakukan penyimpangan
khususnya dibidang profesi dapat memberikan efek jera supaya tidak terjadi pelanggaran lagi.
Kelompok 11
Dalam Negara yang menganut sistem hukum civil law, seberapa besarkah pengaruh
pengamat hukum dalam menciptakan suatu keadilan di dalam masyarakat?
Jawaban:
Kelompok 12
Jawaban :
Kelebihannya:
1. Sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi, sehingga ketentuan yang berlaku dengan
mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap terjadi peristiwa
hukum (kepastian hokum yang lebih ditonjolkan).
2. Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hokum Eropa Komtinental itu adalah
“hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam
kodifikasi atau kompilasi tertentu”.
3. Sumber hukum yang digunakan adalah undang-undang.
4. Adanya penggolongan sistem hokum Eropa Kontinental dalam 2 bidang, yaitu hukum
privat dan hukum publik.
5. Adanya pembuatan undang-undang baru yang menyesuaikan perkembangan
masyarakat.
6. Penyelesaian sebuah perkara akan selalu berpegang teguh pada undang-undang.
Kekurangannya:
1. Sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman karena hakim
harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah berlaku (hokum positif).
2. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam
batas-batas wewenangnya.
Kelompok 13
Apakah memungkinkan untuk berubahnya tradisi profesi hukum? Jika ya, apa yang menjadi
factor perubahannya. Dan jika tidak, mengapa?
Jawaban :
Karena keberadaan sistem hukum yang terdapat dalam masyarakat itu akan mengalami
perubahan-perubahan sebagai akibat pengaruh dari modernisasi atau globalisasi, baik itu
secara evolusi maupun revolusi. Dan bisa juga karena disebabkan oleh beberapa faktor
lainnya yang mempengaruhi hukum dalam masyarakat. Seperti faktor sosial, globalisasi,
budaya hukum masyarakat. Dan kemudian yang berperan sebagai pengubah hukum bisa jadi
lembaga pengadilan, lembaga masyarakat, atau bahkan dari lembaga hukum itu sendiri. Dan
yang menjadi faktor perubahan sosial ada empat karakteristik perubahan sosial, yang pertama
perubahan sosial bersifat universal dan berubah-ubah, kedua, perubahan sosial yang
direncanakan dan tidak direncanakan, ketiga, perubahan social bersifat kontroversial,
keempat, perubahan social dari segi waktu dan akibatnya.
Kelompok 14
Dalam sistem Civil Law, polisi termasuk dalam praktis hukum untuk menjaga keamanan.
Dalam sistem ini tidak mudah untuk profesi hukum berpindah-pindah ke profesi lainnya,
tetapi ternyata ada profesi hukum (polisi) berpindah ke eksekutif tanpa melepas profesinya.
Coba jelaskan
Penyelesaian :
Polisi yang berpindah menjadi eksekutif
Jawab :
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggung jawab untuk menerapkan hukum. Pihak eksekutif adalah Presiden, wakil
presiden serta jajaran kabinet dalam pemerintahan. Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia : Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dapat menduduki jabatan di luar kepolisian setelah mengundurkan diri
atau pensiun dari dinas kepolisian. Dari pasal tersebut, dapat diketahui bahwa jika seorang
polisi ingin berpindah profesi, makan syaratnya ia harus mengakhiri masa jabatan
kedinasannya itu. Caranya adalah dengan alih stasus yaitu adanya permohonan dari yang
bersangkutan dan disetujui oleh atasannya
Jadi status Polisinya beralih menjadi tidak polisi lagi, melainkan menjadi ASN sesuai
prosedural alih status yang dituju atau dimohonkan dan disetujui. Jika polisi tersebut
berpindah profesi tanpa alih status maka akan terjadi konsolidasi dan akan terjadi pro dan
kontra di berbagai kalangan.
Kelompok 15
Terkait dengan profesi hukum yang menuntut pemenuhan nilai dimana seorang yang
berprofesi hukum harus bertanggung jawab, apakah boleh seorang advokat mundur dari
perkara kliennya pada saat menyelesaikan suatu kasus?
Penyelesaian :
Pemenuhan nilai moral yaitu bertanggung jawab, Apakah boleh seorang advokat mundur dari
perkara kliennya pada saat menyelesaikan kasus?
Jawab
Nilai moral profesi hukum : bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, profesional
hukum wajib bertanggung jawab, artinya :
1. Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk lingkup
profesinya.
2. Bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
Cuma-Cuma (prodeo)
3. Kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewajibannya.
Dalam Kode Etik Profesi Advokat (KEAI) advokat dibolehkan atau bahkan
diwajibkan (dalam kondisi-kondisi tertentu) untuk menolak perkara atau memberikan
bantuan hukum kepada calon klien, atau mengundurkan diri dari pengurusan perkara
kliennya. Dalam kaitan ini, KEAI mengatur bahwa :
a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap
orang yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan
karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentengan dengan hati
nuraninya (Pasal 3 huruf a KEAI)
b. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada
dasar hukumnya (Pasal 4 huruf g KEAI)
c. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan
tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan-pertentangan antara
pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4 huruf j KEAI)