Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:

NAMA : SINTA DELIMA MARPAUNG

NIM : 00000026214

FACULTY OF NURSING UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

I. MASALAH UTAMA
Bunuh Diri
II. PROSES TERJADINYA
A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

B. Jenis-jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)


Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisikebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu
seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa merekatidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan merekayang menikah.

2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)


Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karenaindentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangatmengharapkannya.

3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat,sehingga individu tersebut meninggalkan norma-
norma kelakuan yang biasa. Individukehilangan pegangan dan tujuan.
Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena
tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untukmengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri,ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: ”Tolong jaga anak- anak
karena saya akan pergi jauh!” atau“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.” Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidakdisertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/
putus asa/ tidak berdaya. Klien jugamengungkapkan hal-hal negatif tentang
diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh
diri.Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai
diri untukmengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba
bunuh diri dengan caragantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

C. Tahap-tahap Resiko Bunuh Diri


1. Suicidal Ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan menungkapkan idenya apabila tidak di tekan.
2. Suicidal Intent
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri
3. Suicidal Threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicidal Gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah
oada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
5. Suicidal Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien mempunyai indikasi individu yang
ingin mati dan tidak mau diselamatkan. Misalnya, minum ibat yang
mematikan.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009):

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis danmenyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalamkarier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

E. Predisposisi
a. Teori genetic
1. Genetik
Prilaku bunuh diri menurut shadock (2011) serta Varcarolis dan Hitler
(2010) merupakan sesuatu yang di turunkan dalam keluarga kembar
monozigot memiliki reriko dalam melakukan bunuh diri stuard (2011).
2. Hubungan neurokimia
Nourotransmiter adalah zat kimia dalam otak dari sel ke saraf ,
peningkatan dan penurunan neuro transmiter mengakibatkan perubahan
pada prilaku. Neurotrasmiter yg yang di kaitkan dengan prilaku bunuh diri
adalah dopamine, neuroepineprin, asetilkolin, asam amino dan
gaba (Stuard, 2011).
3. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90 % orang dewasa yg mengahiri hidupnya dengan bunuh diri
mengalami gangguan jiwa.
4. Gangguan jiwa yang beriko menimbulkan individu untuk bunuh diri
adalah gangguan modd , penyalah gunaan zat , skizofrenia , dan gangguan
kecemasan (Stuard, 2013).
b. Faktor psikologi
1. Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil dari bentuk penyerangan ataw kemarahan
terhaapp orang lain yang tidsk di trima dan di mannifestasikan atau di
tunjuksn pada diri sendiri (Stuard dan videbeck, 2011).
2. Ciri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yg terkait dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah permusuhan, impulsive, depresi dan putus asa (Stuard, 2013 ).
3. Teori psikodinamika
Menyatakan bahwa depresi kaarna kehilangan suatu yang di cintai, rasa
keputusasaan, kesepian dan kehilangan harga diri (Shadock, 2011).

c. Faktor sosial budaya


1. Beberapa faktor yang mengarah kepada bunuh diri adalah kemisknan dan
ketikmampuan memenuhi kebutuhan dasar, pernikahan yang hancur,
keluarga dengan orang tua tunggal ( Towsend , 2009 ).
2. Faktor budaya yang di dalamnya adalah faktor spiritual, nilai yang di anut
oleh keluarga, pandangan terhadap perilaku yang menyebabkan kematian
berdampak pada angka kejadian bunuh diri (Krch et al, 2008).
3. Kehilangan, kurangnya dukungan sosial dan peristiwa keidupan yang
negatif dan penyakit fisik kronis. Baru-baru ini perpisahan perceraian dan
penurunan dukungan sosial merupakan faktor penting berhubungan
dengan resiko bunuh diri.(Stuard, 2013).
F. Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

G. Rentang Respon
Menurut Fitria (2012) mengemukakanrentang harapan-putus harapan merupakan
rentang adaptif-maladaptif:

Keterangan:
1. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi y
ang seharusnyadapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang
tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
4. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
H. Pohon Masalah

I. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh
diri:
1. Resiko bunuh diri.
2. Harga diri rendah
3. Koping yang tak efektif.

J. Mekanisme Koping
Klien dengan penyakit kronis, nyeri atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar
memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) dalam Yollanda, Amadea(2018)
mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego
yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangk
alan, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
III. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Resiko Bunuh Diri Pertemuan Ke-1

Tujuan: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

A. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, perkenalkan saya adalah perawat Sinta yang bertugas diruang
melati ini. Saya yang akan dinas dari jam 7 pagi sampai jam 3 siang nanti”
b. Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak Y hari ini?”
“ Bagaimana kalau hari ini kita cerita-cerita mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini? Kita ceritanya ditempat ini saja selama 15 menit, bagaimana
menurut bapak?”

B. Kerja
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bencana ini terjadi? ”
“ Apakah dengan bencana ini bapak merasa paling menderita didunia ini?”
“ Apakah bapak kehilangan kepercayaan diri?”
“ Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari orang lain?”
“ Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
“ Apakah bapak merasa sering mengalami kesulitan berkonsentrasi?”
“ Apakah bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa bapak mati?”
“ Apakah bapak pernah mencoba untuk bunuh diri?” Apa sebabnya dan
bagaimana caranya?”
“ Apa yang bapak rasakan saat melakukan tindakan tersebut?”, “ Baiklah,
tampaknya bapak membutuhkanpertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”.
“ Saya perlu memriksa seluruh isi kamar bapak ya untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang dapat membahayakn bapak”.
“ Nah, karena bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup bapak, maka saya tidak akan membiarkan bapak sendiri”.
“ Apa yang bapak akan lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya bapak harus langsung minta
bantuan kepada perawat diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi bapak jangan sendirian ya, katakan kepada perawat, keluarga
atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”

C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
“ Coba bapak sebutkan kembali cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Iya
benar sekali ya pak”.
“ Apakah keinginan mengakhiri kehidupan bapak sudah berkurang? Baiklah pak
saya akan tetap menemani bapak sampai keinginan bunuh diri bapak hilang ya.
(tidak meninggalkan pasien)”

2. SP-2 Keluarga: pasien percobaan bunuh diri.


a. Tujuan: keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan:
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien.
3. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

A. Orientasi
“ Selamat pagi bapak/ibu, kenalkan saya perawat Sinta yang merawat orang tua
bapak dan ibu dirumah sakit ini”
“ Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar bapak Y
tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya selama 10 menit pak/bu? Sambil kita mengawasi bapak Y
terus”.

B. Kerja
“ Bapak/Ibu, bapak Y sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
istrinya akibat tumor otak, sehingga bapak Y selalu ingin mengakhiri hidupnya.
Karena kondisi bapak Y yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kita semua perlu mengawasi bapak Y terus-menerus. Bapak/Ibu dapat mengawasi
nya juga ya. Pokoknya saat kondisi serius seperti ini bapak Y tidak boleh
ditinggal sendirian sedikit pun”.
“ Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan bapak Y untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali
pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitar bapak Y”.
selain itu, jika berbicara dengan bapak Y fokus kepada hal-hal positif, hindari
pernyataan yang negative dan sebaiknya bapak Y punya kegiatan yang positif
seperti bermain dengan cucunya, dll agar bapak Y tidak sempat melamun sendiri”

C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“ Coba bapak dan ibu sebutkan kembali cara tersebut”
“ Baiklah pak/bu, mari kita sama-sama menemani bapak Y sampai keinginan
bunuh dirinya hilang”.

3. SP-3 Pasien: Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosis harga diri rendah
a. Tujuan:
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

b. Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaan nya
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.

Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:

a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.


b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesain
masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik.
A. Orientasi
“ Selamat siang pak, masih ingat dengan saya? Iya benar pak, saya perawat sinta”
“ Bagaimana perasaan bapak Y hari ini? Hm.. jadi bapak Y merasa tidak perlu
lagi hidup di dunia ini?”
“ Apakah bapak ada perasaan ingin bunuh diri? Baiklah pak kalau seperti itu, kali
ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri.
Kira-kira 15 menit dan disini saja, bagaimana menurut bapak Y?”
B. Kerja
“ Baiklah, bapak tadi mengatakan bahwa bapak memiliki perasaan untuk bunuh
diri dan tampaknya bapak membutuhkan pertolongan segera”
“ Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak ya untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan bapak”.
“ Nah, karena bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup bapak, maka saya tidak akan membiarkan bapak sendiri”
“ Apa yang bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan
itu muncul, maka untuk mengatasinya bapak harus langsung minta bantuan
kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan agar
bapak tidak pernah sendirian ya pak?”.
C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”
“ Bisa bapak sebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus pak”.
“ Bagaimana sekarang pak, apakah masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau
masih ada perasaan/dorongan untuk bunuh diri, tolong panggil segera saya atau
perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada lagi keinginan bunuh diri, saya akan
ketemu bapak lagi untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah
jam lagi dan tempat nya disini saja ya pak”.

4. SP-4 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri.
A. Orientasi
“ Selamat siang pak, Bagaimana perasaan nya saat ini?”
“ Masihkah ada keinginan bunuh diri?”
“ Apa saja hal-hal positif yang perlu disyukuri? Selain itu apakah ada lagi? Bagus
pak”.
“ Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang
selama ini timbul. Selama 10 menit dan tempatnya disini saja, bagaimana menurut
bapak?”
B. Kerja
“ Coba bapak ceritakan situasi yang membuat bapak merasa ingin bunuh diri?”
“ Menurut bapak selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya? Wahh
ternyata masih banyak juga ya pak”
“ Nah, coba sekarang kita diskusikan keuntungan dan kerugian dari masing-
masing cara tersebut ya pak”
“ Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan”
“ Menurut bapak cara yang mana? Ya benar sekali pak, saya setuju. Bapak boleh
mencobanya nih”
“ Mari kita buat rencana kegiatan tersebut ya pak setiap perasaan bunuh dirinya
muncul”.
C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak Y setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“ Apa cara mengatasi masalah yang akan bapak Y gunakan?”
“ Coba dalam satu hari ini bapak Y menyelesaikan masalah dengan cara yang
bapak pilih tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman bapak menggunakan cara yang dipilih”
“ Saya permisi dulu ya pak, selamat sore”.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Dessy, Rossyta,.2018. Asuhan Keperawatn Resiko Bunuh Diri diakses dari


https://www.academia.edu/8977353/Asuhan_Keperawatan_RESIKO_BUNUH_DIRI
pada 14 Juni 2018

Khurniawan, Adji,.2018.Resiko Bunuh Diri diakses dari


https://www.academia.edu/23897284/Resiko_bunuh_diri pada 14 Juni 2018

Yolland, Amadea,.2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Resiko Bunuh Diri
diakses dari
https://www.academia.edu/15320155/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN
_DENGAN_RESIKO_BUNUH_DIRI pada 14 Juni 2018

Haia, Nining,.2018. Bab II diakses dari


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-nininghaia-6277-2-babii.pdf
pada 14 Juni 2018

Pradana, Dwi,.2018. Strategi Pelaksanaan Resiko Bunuh Diri diakses dari


https://www.academia.edu/27862953/STRATEGI_PELAKSANAAN_RESIKO_BU
NUH_DIRI pada 14 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai