Laporan Pendahuluan Bunuh Diri
Laporan Pendahuluan Bunuh Diri
KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OLEH:
NIM : 00000026214
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI
I. MASALAH UTAMA
Bunuh Diri
II. PROSES TERJADINYA
A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untukmengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri,ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: ”Tolong jaga anak- anak
karena saya akan pergi jauh!” atau“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.” Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidakdisertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/
putus asa/ tidak berdaya. Klien jugamengungkapkan hal-hal negatif tentang
diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh
diri.Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai
diri untukmengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba
bunuh diri dengan caragantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
E. Predisposisi
a. Teori genetic
1. Genetik
Prilaku bunuh diri menurut shadock (2011) serta Varcarolis dan Hitler
(2010) merupakan sesuatu yang di turunkan dalam keluarga kembar
monozigot memiliki reriko dalam melakukan bunuh diri stuard (2011).
2. Hubungan neurokimia
Nourotransmiter adalah zat kimia dalam otak dari sel ke saraf ,
peningkatan dan penurunan neuro transmiter mengakibatkan perubahan
pada prilaku. Neurotrasmiter yg yang di kaitkan dengan prilaku bunuh diri
adalah dopamine, neuroepineprin, asetilkolin, asam amino dan
gaba (Stuard, 2011).
3. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90 % orang dewasa yg mengahiri hidupnya dengan bunuh diri
mengalami gangguan jiwa.
4. Gangguan jiwa yang beriko menimbulkan individu untuk bunuh diri
adalah gangguan modd , penyalah gunaan zat , skizofrenia , dan gangguan
kecemasan (Stuard, 2013).
b. Faktor psikologi
1. Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil dari bentuk penyerangan ataw kemarahan
terhaapp orang lain yang tidsk di trima dan di mannifestasikan atau di
tunjuksn pada diri sendiri (Stuard dan videbeck, 2011).
2. Ciri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yg terkait dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah permusuhan, impulsive, depresi dan putus asa (Stuard, 2013 ).
3. Teori psikodinamika
Menyatakan bahwa depresi kaarna kehilangan suatu yang di cintai, rasa
keputusasaan, kesepian dan kehilangan harga diri (Shadock, 2011).
G. Rentang Respon
Menurut Fitria (2012) mengemukakanrentang harapan-putus harapan merupakan
rentang adaptif-maladaptif:
Keterangan:
1. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi y
ang seharusnyadapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang
tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
4. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
H. Pohon Masalah
I. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh
diri:
1. Resiko bunuh diri.
2. Harga diri rendah
3. Koping yang tak efektif.
J. Mekanisme Koping
Klien dengan penyakit kronis, nyeri atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar
memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) dalam Yollanda, Amadea(2018)
mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego
yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung adalah penyangk
alan, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
III. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Resiko Bunuh Diri Pertemuan Ke-1
A. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, perkenalkan saya adalah perawat Sinta yang bertugas diruang
melati ini. Saya yang akan dinas dari jam 7 pagi sampai jam 3 siang nanti”
b. Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak Y hari ini?”
“ Bagaimana kalau hari ini kita cerita-cerita mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini? Kita ceritanya ditempat ini saja selama 15 menit, bagaimana
menurut bapak?”
B. Kerja
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bencana ini terjadi? ”
“ Apakah dengan bencana ini bapak merasa paling menderita didunia ini?”
“ Apakah bapak kehilangan kepercayaan diri?”
“ Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari orang lain?”
“ Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
“ Apakah bapak merasa sering mengalami kesulitan berkonsentrasi?”
“ Apakah bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa bapak mati?”
“ Apakah bapak pernah mencoba untuk bunuh diri?” Apa sebabnya dan
bagaimana caranya?”
“ Apa yang bapak rasakan saat melakukan tindakan tersebut?”, “ Baiklah,
tampaknya bapak membutuhkanpertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup”.
“ Saya perlu memriksa seluruh isi kamar bapak ya untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang dapat membahayakn bapak”.
“ Nah, karena bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup bapak, maka saya tidak akan membiarkan bapak sendiri”.
“ Apa yang bapak akan lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya bapak harus langsung minta
bantuan kepada perawat diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi bapak jangan sendirian ya, katakan kepada perawat, keluarga
atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”
C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
“ Coba bapak sebutkan kembali cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Iya
benar sekali ya pak”.
“ Apakah keinginan mengakhiri kehidupan bapak sudah berkurang? Baiklah pak
saya akan tetap menemani bapak sampai keinginan bunuh diri bapak hilang ya.
(tidak meninggalkan pasien)”
A. Orientasi
“ Selamat pagi bapak/ibu, kenalkan saya perawat Sinta yang merawat orang tua
bapak dan ibu dirumah sakit ini”
“ Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar bapak Y
tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya selama 10 menit pak/bu? Sambil kita mengawasi bapak Y
terus”.
B. Kerja
“ Bapak/Ibu, bapak Y sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
istrinya akibat tumor otak, sehingga bapak Y selalu ingin mengakhiri hidupnya.
Karena kondisi bapak Y yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kita semua perlu mengawasi bapak Y terus-menerus. Bapak/Ibu dapat mengawasi
nya juga ya. Pokoknya saat kondisi serius seperti ini bapak Y tidak boleh
ditinggal sendirian sedikit pun”.
“ Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan bapak Y untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali
pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitar bapak Y”.
selain itu, jika berbicara dengan bapak Y fokus kepada hal-hal positif, hindari
pernyataan yang negative dan sebaiknya bapak Y punya kegiatan yang positif
seperti bermain dengan cucunya, dll agar bapak Y tidak sempat melamun sendiri”
C. Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“ Coba bapak dan ibu sebutkan kembali cara tersebut”
“ Baiklah pak/bu, mari kita sama-sama menemani bapak Y sampai keinginan
bunuh dirinya hilang”.
3. SP-3 Pasien: Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosis harga diri rendah
a. Tujuan:
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaan nya
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Yolland, Amadea,.2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Resiko Bunuh Diri
diakses dari
https://www.academia.edu/15320155/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN
_DENGAN_RESIKO_BUNUH_DIRI pada 14 Juni 2018