Anda di halaman 1dari 37

SPESIFIKASI TEKNIK

REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

SPESIFIKASI TEKNIS

1.1. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PENDAHULUAN


SITUASI
1. Pembangunan bangunan Kolam Retensi Cienteung kabupaten Bandung ini akan dilaksanakan di lokasi
Desa Cieunteung Kec. Baleendah Kab Bandung.
2. Calon Pemborong wajib meneliti situasi medan terutama kondisi tanah, sifat dan luasnya pekerjaan dan
hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penawarannya, disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS.
3. Kelalaian dan kurang ketelitian dalam hal ini tidak dapat diajukan alasan untuk mengajukan alasan klaim
dikemudian hari.

LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilaksanakan pada lokasi tersebut diatas meliputi pekerjaan:
1. Umum dan Pendahuluan
2. Pekerjaan tanah,sheet pile,Tiang pancang, pemasangan Aggregate base class A disamping jalan,
pemasangan paving block, pekerjaan jalan beton.
3. Bangunan
I. Bangunan Rumah Pompa lengkap dgn fasilitasnya,Kolam Retensi
II. Bangunan Rumah jaga( 1 unit), Gazebo (5 unit)
III. Public Facility(pertamanan),Area Parkir dari lantai beton,Gorong2 pembuang
IV. Normalisasi sungai Cigado(incl inlet , outlet, jembatan).
PERSIAPAN PELAKSANAAN
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan pemborongan harus menyediakan :
1. Pelaksana ahli yang mengerti gambar dan cara-cara pelaksanaan.
2. Pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaan
3. Alat Berat utk galian tanah,Pompa air, Alat pemadatan tanah, alat-alat pengukuran seperti waterpas,
scafolding, dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan untuk ketelitian, kerapihan, ketepatan pekerjaan.
4. Bahan yang sudah ada ditempat menjelang waktu pengerjaan sehingga tidak akan terjadi kelambatan
pelaksanaan dari jadwal yang telah ditentukan.
5. Buku yang diperlukan seperti buku tamu, buku logistik, buku pemesan bahan, buku pekerjaan, buku
laporan dan sebagainya yang harus selalu berada ditempat pekerjaan.
IUTZET ATAU PENGUKURAN
1. Pemborong harus melakukan pengukuran di lokasi proyek secara detail dan membuat gambar hasil
pengukuran dicocokkan dengan gambar perencana, apabila ada perbedaan dengan gambar yang ada
pemborong harus segera lapor kepada Konsultan Pengawas.
2. Ukuran lebih kurang 0,00 adalah tinggi lantai bangunan Rumah Pompa,Gazebo atau Rumah jaga yang
direncanakan.
3. Satuan ukuran yang digunakan adalah:
a. Satuan ukuran
Semua ukuran tersebut dalam gambar kerja dinyatakan dalam ukuran metrik, kecuali untuk baut-
baut dan sejenisnya dalam inchi.
b. Ukuran Penduga
1
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Ukuran penduga adalah induk ukuran dari mana semua ketinggian dan kedalaman diambil, berupa
balok sepanjang 200 cm berpenampang 5X5 cm dengan semua diketam rata dimensi 2 (dua) kali,
sepanjang tegak lurus pada tanah bangunan sedalam 100 cm. Ukuran penduga ini dinyatakan
dengan huruf p dibuat oleh Pemborong dibawah pengawasan Konsultan Pengawas dan dipelihara
selama pelaksanaan.
PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN
1. Pekerjaan-pekerjaan bangunan-bangunan yang akan terbongkar berdasarkan gambar rencana akan
ditunjukkan pada waktu aanwijzing dan peninjauan lapangan.
2. Setelah selesai proyek, Direksi keet harus dibongkar oleh pemborong dan tempat bekas Direksi keet
dibersihkan dan dirapihkan dari sisa-sisa bangunan tersebut.
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Papan Nama Proyek
a. Pemborong wajib membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran lebar 1,20 m
panjang 2,40 m dari bahan yang tahan air (zeng atau sejenisnya) dilengkapi dengan tulisan sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan terpasang sampai proyek selesai.
b. Ditanam dihalaman depan dengan dicor beton adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr yang kuat.
1. Izin Mendirikan BangunanKolam Retensi
Biaya pengurusan Ijin mendirikan bangunan Kolam Retensimenjadi tanggung jawab Pemberi
Tugas.
2. Papan Bangunan ( Bouwplank )
a. Setelah permukaan tanah yang akan dibangun, dibersihkan dari kotoran sampah maupun pohon,
baru diizinkan membuat papan bangunan.
b. Papan bangunan dari kayu Albasia atau setara tebal 2 cm dengan tiang kaso 5 x10jarak tiang 1 m.
c. Papan bangunan permukaan atasnya ditempatkan setinggi lantai bangunan Rumah
Pompa,Gazebo atau Rumah Jaga ( peil 0,00) dan minimal 2 m dari as bangunan kearah
luar.khususnya utk bangunan Rumah Pompa, Rumah Jaga & Gazebo.
d. Papan bangunan boleh dibongkar sesudah mulai pengerjaan dinding bata untuk Bangunan-
bangunan tsb
3. Penyediaan Air Kerja
a. Air kerja diadakan dengan membuat sumur pantek/Air yang ada di pemilik dengan selalu
memperhatikan ketersediaan air .
b. Sekeliling dipasang lantai beton adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr. seluas 1 m, tebal 10 cm.
c. Perletakan pompa ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

PEKERJAAN GALIAN TANAH DENGAN ALAT BERAT

2
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Skope pekerjaan
Pekerjaan galian tanah menggunakan alat berat, kegiatan galian ini untuk menggali tanah ditempat-
tempat dimana bangunan akan dibangun, agar ketinggian / elevasi dasar bangunan berada pada tanah
keras / sesuai dengan gambar rencana, atau di areal situ yang mengalami pendangkalan agar dapat
menambah volume tampungan air dan dapat mengembalikan fungsi situ.

2. Galian dan bahan galian


- Semua lokasi galian harus dikerjakan menurut profil-profil dan ukuran seperti ditunjukan dalam
gambar atau perintah direksi.
- Pada pelaksanaan pekerjaan mungkin dijumpai perubahan atas ukuran atau kemiringan galian yang
dilakukan oleh direksi. Dalam hal ini pemborong tidak berhak mengajukan suatu tambahan biaya
harga atas harga satuan pekerjaan tersebut diatas yang telah dicantumkan dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB ). Apabila perubahan itu dibuat setelah penggalian sampai pada kemiringan atau ukuran
yang disyaratkan dan jika ditentukan oleh direksi bahwa harga satuan akan dirubah, sebagai hasil
perubahan itu penyesuaian harga kontrak akan dibuat sesuai dengan ketentuan kontrak.
- Pekerjaan galian lainnya yang dilaksanakan di lokasi terbuka yang dikerjakan atas kehendak
pemborong harus dijaga agar batas-batas yang disetujui oleh Proyek dan pembiayaannya harus atas
tanggungan pemborong itu sendiri.

3. Pembuangan bahan-bahan galian


- Bahan-bahan hasil galian yang mendapat persetujuan direksi bisa dihampar sebagai bahan timbunan
- Bahan-bahan hasil galian yang tidak bisa dpergunakan harus dibuang ketempat yang telah ditentukan
atau suatu tempat yang telah disetujui oleh direksi.
- Setelah pekerjaan bangunan selesai permukaan daerah tersebut harus diratakan dan diatur rapih
sehingga kelihatan seragam setelah pelaksanaan.
4. Longsoran / Endapan
Apabila terjadi longsoran atau endapan, pemborong berkewajiban menggali kembali tanah longsoran /
endapan tersebut termasuk buangannya sesuai dengan gambar rencana atau atas petunjuk direksi.

Pembayaran untuk pekerjaan Galian dibayar dengan harga satuan per m3 seperti yang diajukan dalam
Rencana Anggaran Biaya.

PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH


PEKERJAAN TIMBUNAN DIPADATKAN

Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan timbunan dapat untuk timbunan tanggul, badan jalan atau timbunan lainnya sesuai
gambar.
 Pekerjaan timbunan meliputi pengangkutan bahan, penghamparan, penggilasan, test kepadatan
dan lain-lain.
 Penyedia Jasa sebelum melakukan penimbunan harus mengajukan dulu rencana kerja secara
terinci kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya.
 Timbunan harus dibuat sesuai dengan gambar rencana baik ukuran, ketinggian maupun kemiringan
lerengnya kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

Bahan Untuk Timbunan Yang Dipadatkan


Bahan timbunan menggunakan tanah dari hasil galian tanah setempat atau bekas galian konstruksi,
bergradasi baik dan bebas dari bahan organic atau tanah yang didatangkan dan disetujui oleh Direksi
sebelum dilakukan penimbunan.
Penimbunan dan Pemadatan
 Pekerjaan ini sesuai dalam gambar rencana.
 Material yang akan diratakan dalam lapisan horizontal sesuai gambar rencana. Distribusi
material harus dilakukan sedemikian rupa hingga mendapat lapisan yang homogen.
3
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Pelaksanaan penggalian, pengangkutan, sampai ke penempatan untuk memperoleh,


impermeabilitas dan stabilitas.
 Material basah dari penggalian, jika tidak ditentukan lain oleh Direksi bahwa material itu
memenuhi syarat, dapat langsung dipergunakan untuk bahan timbunan.
 Penyedia jasa harus membuat rencana operasional dengan memberi waktu yang cukup untuk :
 penimbunan dan penempatan kemudian.
 mencampur dengan material kering jika diperlukan.
 menggunakan prosedur lain atau membuat kombinasi dari beberapa prosedur.
Pengukuran dan Pembayaran
Pembayaran untuk pekerjaan timbunan tanah adalah menurut harga satuan per meter kubik seperti yang
ditunjukkan dalam Rencana Anggaran Biaya. Harga satuan ini harus termasuk biaya memadatkan pada
tempat yang telah ditentukan serta keperluan lain - lain untuk melaksanakan pekerjaan timbunan tanah.

PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH


1. PekerjaanUrugan Tanah Kembali
a. Tanah bekas galian yang berbutir dapat dijadikan tanah urugan pada lobang galian maupun urugan
bangunan.
b. Tanah-tanah bekas galian bila dijadikan tanah urugan harus bersih dari sampah-sampah maupun
batu-batuan.
2. Urugan Tanah Baru
a. Untuk urugan ruangan bangunan, digunakan tanah merah baru.
b. Pengurukan dengan tanah baru harus dilakukan selapis demi selapis.Tiap-tiap lapis tebalnya 20
cm dan harus dipadatkan dengan mesin pemadat (compactor) sampai rata.
3. Pengurugan Tanah Baru untuk Lokasi Bangunan
a. Pada lokasi yang keadaannya lebih rendah dari nol peil yang ditentukan harus diurug.
b. Tanah yang dizinkan untuk dijadikan urugan lokasi adalah tanah merah butir.
4. Urugan Pasir Dibawah Lantai
a. Urugan pasir dibawah lantai boleh dilaksanakan setelah urugan tanah di dalam ruangan selesai
dikerjakan dan keadaan rata dan padat.
b. Urugan pasir dibawah harus dilaksanakan dibawah semua ubin tebal 10 cm padat.
c. Sebelum lantai keramik dipasang lapisan pasir harus disirami,diratakan dan dipadatkan dengan
mesin pemadat (compactor).dan pasir harus dibersihkan dari akar-akaran dan kotoran.

AGGREGATE BASE CLASS A


1. GRADING AGREGATE BASE CLASS A

4
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Tabel 1. ASTM Standart


ASTM Standard Prosentase berat yg
Sieve lolos
2" 100
1,5" 70 - 100
1" 55 - 85
3/4" 50 - 80
3/8" 40 - 70
No.4 30 - 60
No 10 20 - 50
No.40 10 _ 30
No. 100 5 _15

Aggregate base class A harus memenuhi persyaratan dibawah ini :


 Kekerasan(roughness ASTM-D3) minimum 6 %
 Kehilangan berat dg percobaan sodium sulfat(AASHO- T 104) maximum 10%
 Kehilangan berat dengan percobaan soundness test(AASHO-T 104) max 12%.
 Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran(AASHO –T96) max 10 %.
 Kehilangan berat akibat abrasi 500 putaran (AASHO-T96) maximum 40%
 Partikel2 tipis(partikel lebih dari 1” dg ketebalan kurang 1/5 panjang) max 5
 bagian batu yg lunak ( ASTM C-235) maximum 5

PEKERJAAN PELAPIS LANTAI


1. PEKERJAAN SUB- LANTAI / RABAT BETON
a. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjanan ini sehingga dapat diperoleh
hasil pekerjaan yang baik.
2. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
sebagai alas lantai finishing.
b. Persyaratan Bahan Bahan
1. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2834-2000.
2. Bahan-bahan yang dipakai , sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh
-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan dipasang sub- lantai harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya
dukung tanah maksimum,pemadatan digunakan alat timbris.
2. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras,
bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi
mutu pasangan . Tebal lapisan pasir urug yang disyaratkan minimum10 cm atau sesuai

5
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

gambar , disiram air dan ditimbris dan disiram air sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
3. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan sub - lantai setebal 5 cm atau sesuai yang
ditunjukan pada gambar detail dengan campuran 1 PC : 3 pasir : 5 koral.
4. Sub - lantai beton tumbuk diatas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar
rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai didaerah basah dan teras.

2. PEKERJAAN LANTAI
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
2. Pasangan lantai keramik ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam gambar , berikut plint dan nosing tangga.

2.3 SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURAL

PENJELASAN UMUM
1. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat pekerjaan struktur (Spesifikasi Struktur) ini, dibuat dengan maksud
agar konstruksi struktur yang akan dikerjakan memenuhi kualitas/persyaratan-persyaratan yang tertuang
dalam gambar dan spesifikasi struktur ini serta Berita Acara Rapat Penjelasan, sebagaimana yang
direncanakan/dikehendaki oleh Konsultan pengawas/Direksi.
2. Kontraktor berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan struktur sesuai dengan spesifikasi
struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir serta Berita Acara Rapat Penjelasan.
3. Dilain pihak, Direksi / Konsultan Pengawas bertugas serta berkewajiban untuk mengawasi pekerjaan-
pekerjaan Kontraktor agar sesuai dengan spesifikasi struktur ini dan gambar-gambar struktur terlampir
serta Berita Acara Rapat Penjelasan.
4. Walaupun ada Direksi/ Konsultan Pengawas dengan tugas pengawasannya, kontraktor wajib
mempunyai Bagian/Team Quality Control tersendiri yang khusus mengawasi pekerja-pekerja dan
produknya agar sesuai dengan Spesifikasi dan gambar Struktur serta Berita Acara Rapat Penjelasan.
5. Dalam rangka pengendalian mutu pekerjaan, untuk setiap item pekerjaan sesuai gambar dan spesifikasi
rencana, kontraktor berkewajiban membuat program jaminan mutu danpengendalian mutu(QA/QC) yang
disetujui oleh pihak Konsultanpengawas/direksi.
6. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar yang satu dengan
7. yang lainnya atau hal-hal yang tidak/kurang jelas baik mengenai spesifikasi struktur ini maupun gambar-
gambar struktur terlampir, maka Kontraktor maupun KonsultanPengawas/Direksi berkewajiban untuk
menanyakan penjelasannya kepada Konsultan perencana.
8. Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi struktur maupun gambar-gambar struktur serta Berita Acara
Rapat Penjelasan tanpa persetujuan tertulis Konsultan Perencana sama sekali tidak diperkenankan.
9. Kontraktor berkewajiban memeriksa kesesuaian gambar-gambar struktur, arsitektur dan mekanikal &
elektrikal beserta spesifikasinya masing-masing dan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/direksi
apabila terdapat ketidak sesuaian.

PEKERJAAN PENDAHULUAN
A. Pekerjaan Striping.

6
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Seluruh tapak bangunan Rumah Pompa, Gazebo dan Rumah Jaga ditambah selebar 3 m dari
sisi-sisi tapak bangunan harus dibersihkan dari humus dan lumpur dengan cara stripping setebal
minimum 30 cm atas biaya Kontraktor.
2. Stripping / penebasan / pembabatan tersebut harus dilakukan terhadap semua sampah-sampah,
puing-puing, semak belukar dan tanaman-tanaman kecuali apabila ada beberapa tanaman yang
dipertahankan sesuai gambar dan atau petunjuk Pengawas/Direksi.
3. Semua sisa tanaman seperti akar-akar harus dihilangkan sampai kedalaman minimum 50 cm
dibawah permukaan tanah setelah stripping.
4. Sisa hasil pekerjaan stripping harus dibuang ke sekitar lokasi yang ditentukan oleh
Pengawas/Direksi atas biaya kontraktor.

B. Pengukuran Tapak Kembali.


1. Pemborong diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak
pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya,
harus segera dilaporkan kepada Pengawas/Direksi untuk dimintakan keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya boleh dilakukan dengan alat-
alatwaterpas/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pemborong harus menyediakan theodolith/waterpas beserta petugas yang melayaninya untuk
kepentingan pemeriksaan Direksi/Pengawas selama pelaksanaan Proyek.
5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi / Pengawas.
6. Segala pekerjaan pengukuran tapak menjadi tanggungan Kontraktor.

C. Tugu Patokan dasar (Reference Bench Mark )


1. Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh Konsultan pengawas/Direksi.
2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap
kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah
secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya dan sekurang-kurangnya setinggi 40
cm di atas tanah.
3. Tugu patokan dasar harus dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi / Konsultan pengawas untuk
membongkarnya.
4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar menjadi tanggungan
Kontraktor.
5. Pada waktu pematokan ( penentuan ) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor
wajib membuat shopdrawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

D. Papan Dasar Pelaksanaan ( Bouwplank )


1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu Meranti Merah dengan ukuran kaso
(5/7 cm), yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah,
berjarak maksimum 1,5 meter satu sama lain.
2. Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu Meranti merah dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpas)
7
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama, satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh
Direksi / Konsultan pengawas.
4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah pondasi atau
sejauh jarak tertentu sehingga tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
5. Pada papan dasar pelaksanaan harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan semua as-as
bangunan dan peil ± 0,00 atau peil referensi lainnya dengan cat berwarna jelas dan tidak boleh
hilang apabila kena air/air hujan.
6. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Direksi / Konsultan Pengawas.
7. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan dasar Pelaksanaan menjadi tanggungan
Kontraktor.

PEKERJAAN GALIAN TANAH


Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan galian tanah, kontraktor diharuskan :
- 10 hari kerja sebelum kontraktor memulai pekerjaan galian tanah, kontraktor diharuskan
memberitahukan secara tertulis kepada Direksi/konsultan pengawas tentang awaldimulainya pekerjaan
penggalian tanah pada bangunan Kolam Retensi, bersamaan dgn itu pulakontraktor harus
menyerahkan gambar rencana galian (termasuk info permukaan tanah asli,levels dan cross section.
- Juga menyerahkan metode pelaksanaan pekerjaan galian tanah lengkap dg jumlah alat berat, dan
dump truck yg dipakai dan tempat lokasi pembuangan bekas galian tanah tsb
- Semua hasil galian permukaan sebelum ditempatkan beton atau batu kali atau material lainnya harus
di periksa dan disetujui oleh konsultan Pengawas/Direksi.
- Dalam melaksanakan pekerjaan galian tanah kontraktor harus dapat menjamin stabilitasdari
permukaan yang sudah digali.
A. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Juga termasuk pengamanan galian dan cara-cara pelaksanaannya (jika ada), terutama untuk galian
dgn Alat Berat yang membahayakan dan dapat membahayakan para pekerja.
c. Pembuangan sisa galian ke tempat yang disetujui Pengawas/Direksi.
B. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Galian tanah untuk kolam Retensi, saluran air, pondasi dan galian-galian lainnya harus sesuai
dengan peil-peil yang tercantum didalam gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama,
batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat dibagian galian yang akan
dilaksanakan dibongkar dan dibuang.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain yang masih
digunakan, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas atau kepada Penguasa/instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari
pekerjaan galian tersebut.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap langkah apapun untuk menjamin
bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu.
Sarana umum yang tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan dibawah tanah dan terletak didalam
lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ketempat yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi atas tanggungan Kontraktor.

8
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

c. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Pemborong harus
mengisi/mengurug kembali daerah tersebut dengan bahan pondasi yang sejenis untuk daerah yang
bersangkutan. Misalnya untuk daerah pondasi batu kali, pengisian/pengurugan kelebihan galian
harus dilakukan dengan pondasi batu kali.
d. Pengurugan/pengisian kembali bekas galian harus dilakukan selapis demi selapis, dan ditumbuk
sampai padat sesuai dengan yang disyaratkan mengenai Pekerjaan Urugan dan Pemadatan.
Pekerjaan pengurugan/pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan
dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
e. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar galian masih terdapat akar-akar
tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar sedang lubang-lubang diisi kembali
dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
Pemadatan dilakukan secara berlapis-lapis dengan tebal tiap lapisan 15 cm lepas, dengan cara
pemadatan dan pengujian sesuai dengan spesifikasi struktur.
f. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan
struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang memadai atau pompa lumpur yang jika
diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air dan lumpur pada
dasar galian.
Sebelum pekerjaan dewatering dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan yang mendasari
penentuan kapasitas dan jumlah pompa yang akan dipergunakan serta kedalaman dan jumlah
pit/sumur, dengan memperhatikan data tanah yang tersedia termasuk penyediaan pompa cadangan
untuk mengganti yang rusak.
Pengawasan terhadap dewatering harus oleh orang yang berpengalaman, untuk itu harus dilakukan
24 jam dan dibuatkan daftar pengalaman yang setiap saat dapat diperiksa.
g. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak longsor
dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau lereng yang kuat, agar
tidak membahayakan bangunan lain dan pekerja.
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan struktur yang mendasari
pemilihan jenis konstruksi pengaman lereng galian tersebut disertai gambar kerja untuk dimintakan
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
- Semua tanah hasil galian yang berasal dari pekerjaan galian, kolam retensi dan lainnya setelah
mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Pengawas/Direksi.
- Pemborong harus memberikan perlindungan terhadap benda-benda berfaedah yang ditemui
selama pekerjaan galian.
Kecuali ditujukan untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui
dilapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai menderita kerusakan harus
direparasi/diganti oleh Kontraktor atas tanggungannya sendiri.
- Jika terdapat kedalaman yang berbeda dari galian yang berdekatan, maka galian harus dilakukan
terlebih dahulu pada bagian yang lebih dalam dan seterusnya.

PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


1. Lingkup Pekerjaan
9
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan dan pemadatan kembali untuk pekerjaan substruktur
yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawas/Direksi.
Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan timbunan tanah, Kontraktor diharuskan
- Menyerahkan kepada Direksi/konsultan pengawas gambar penampang melintang terinci
menunjukan permukaan yg dipersiapkan dimana timbunan akan ditempatkan
- Sekurang2nya 14 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah, menunjukkan pada
Direksi/konsultan pengawas, lokasi tempat pengambilan tanah untukTimbunan dan kwalitasnya
agar mendapatkan persetujuan dari Direksi/konsultan pengawas.
- Kontraktor diharuskan mengadakan trial embankment lapis demi lapis( 15 ~ 30 cm ) dipadatkan
dgn alat pemadat paling sedikit 20 T dilaksanakan sehingga didapatkanstandard jumlah lintasan yg
diperlukan agar tercapai kepadatan kering maximum yangditentukan dalam AASHO – T99.
- Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yg dipadatkan sesuai dgAASHO –
T191
- Menghindari tanah yg bersifat mengembang/meretak sangat tinggi yg mempunyai nilai aktifitas >
1.25 atau derajat pengembangan yg sangat tinggi atau ekstrategi oleh AASHO-T258
- Menghindari pelaksanaan timbunan pada saat turun hujan, jadi timbunan tidak ditempatkanAtau
dipadatkan pada saat hujan turun.
2. Persyaratan Bahan
Bahan untuk urugan tersebut menggunakan material bekas galian atau dengan mendatangkan dari
lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jenis tanah adalah silty clay atau pasir urug.
b. Tanah harus bersih berarti tidak mengandung akar, kotoran seperti puing bekas bongkaran, bekas
dinding bata, beton dan bahan organis lainnya.
c. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
d. Terlebih dahulu diadakan test Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum dan hasilnya harus
secara tertulis diserahkan kepada Direksi/Pengawas.
Direksi/Pengawas akan menolak material yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas.
2. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max tiap-tiap lapisan 20 cm
lepas dan dipadatkan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum, dan
mencapai peil permukaan tanah yang direncanakan. Test Kepadatan Optimum harus mengkuti SNI
2835:2008
b. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai ketinggian rencana. Untuk
daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.
c. Pada daerah yang basah/ada genangan air, Pemborong harus membuat saluran-saluran sementara
untuk mengeringkan lokasi-lokasi tersebut, misalnya dengan bantuan pompa air.
d. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan sebagainya.
e. Jika tidak ada persetujuan tertulis sebelumnya dari Direksi/Pengawas maka pemadatan tersebut
tidak boleh dengan dibasahi air. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat
Stemper/Compactor yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
f. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug kembali sehingga mencapai kerataan
yang ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan, kecuali untuk daerah galian pondasi harus
mengikuti pasal 03 mengenai “Pekerjaan Galian”.

10
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

g. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 50 mm
terhadap kerataan yang ditentukan. Semua Drainase darurat harus disetujui oleh Pengawas/Direksi.
Cara kerja yang dilakukan Pemborong harus disetujui oleh Direksi/Pengawas.
h. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest di Laboratorium, untuk mendapatkan
nilai Standard Proctor / Kepadatan Maksimum pada Kadar Air Optimum. Laboratorium yang
memeriksa harus laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
i. Untuk bahan yang sama, untuk setiap lapis tanah tebal 20 cm yang sudah dipadatkan harus ditest
juga di lapangan, yaitu 1 (satu) test untuk tiap 750 m2, yaitu dengan Sand Cone Testdengan hasil
kepadatan harus memenuhi ketentuan – ketentuan sebagai berikut:
 Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 95% dari
Standard Proctor.
 Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana, kepadatannya 90 % dari
Standard Proctor.
j. Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Direksi/Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai
dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
k. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi agar
jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari dan
sebagainya. Perlindungan dapat dilakukan dengan menutupi permukaan dengan plastik. Pekerjaan
pemadatan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat dan mendapat persetujuan tertulis
Direksi/Pengawas.
l. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dicampur dengan cara
menggarauk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama.
m. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui
pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan berikutnya.
Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus
diulang kembali pekerjaannya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan,
guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.
Jadwal pengujian harus diajukan oleh Pemborong kepada Direksi/Pengawas/ Perencana Struktur.
n. Penentuan kepadatan dilapangan dapat dipergunakan salah satu dari cara/prosedur di bawah ini :
 “Density of soil inplace by driven sand-cone method” AASHTO.T.191.
 “Density of soil inplace by driven sand-cone method” AASHTO.T.204
 “Density of soil inplace by driven sand-cone method” AASHTO.T.205.
Atau cara-cara lain yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas/Direksi.
Pemborong harus mengajukan cara pengujian yang akan digunakan kepada Direksi/Pengawas.
o. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat tertentu yang disetujui
oleh Pengawas/Direksi.
p. Pemborong harus mengadakan drainase yang sempurna setiap saat. Ia harus membangun
saluran-saluran, memasang parit-parit, memompa dan atau mengeringkan drainase.

PEKERJAAN ACUAN/BEKISTING
1. Lingkup Pekerjaan.
11
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan tambahan dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan Bahan.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : beton, baja, pasangan bata yang diplester
teakwood/multiplek atau kayu. Pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain jenis bahan yang akan
dipergunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi terlebih dahulu. Acuan yang
terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setaraf.Ukuran kayu yang digunakan
tergantung dari perencanaan struktur dengan tebal multiplek minimum 9 mm.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban,
tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan seperti tercantum pada “Recommended Practice For
Concrete formwork” (ACI. 347-68) dan peninjauan terhadap beban angin dan lain-lain, peraturan
harus dikontrol terhadap Peraturan pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar struktur adalah
ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran/finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus memberikan gambar dan perhitungan acuan serta
sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting, harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas, sebelum bekisting dibuat pada bagian itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan cukup kuat
menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas/Direksi. Penyusunan acuan
harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada
bagian beton yang bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat seperti potongan-
potongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, sisa gergaji, tanah dan sebagainya.
g. Acuan harus dapat menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran, kerataan/ kelurusan, elevasi
dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dulu sebelum pengecoran. Harus diadakan tindakan
untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan tersebut pada sisi bawah.
i. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau
hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang.
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas baut-baut dan tie rod yang
diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian, sehingga bila bekisting
dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada dalam permukaan beton.
k. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom atau dinding harus ada
bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
l. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan steger besi
(scafolding).Penggunaan dolken atau balok kayu untuk steger dapat dipertimbangkan oleh
Pengawas/Direksi selama masih memenuhi syarat.
m. Setelah pekerjaan diatas selesai, Pemborong harus meminta persetujuan dari Direksi/Pengawas
dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran, pemborong harus mengajukan permohonan tertulis
untuk izin pengecoran kepada Pengawas/Direksi.
4. Pembongkaran

12
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, dimana bagian konstruksi
yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan
dengan umur beton 28 hari.
b. Cetakan-cetakan bagian konstruksi di bawah ini boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut :
- Sisi-sisi balok, kolom, panel dinding dan panel lantai yang tidak dibebani minimal 7 hari
- Sisi-sisi balok, kolom, panel dinding dan panel lantai yang dibebani minimal 21 hari
c. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran cetakan harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis
untuk disetujui oleh Pengawas/Direksi.
d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang, berlubang atau
retak-retak dan tidak menunjukkan gejala keropos/tidak sempurna.
e. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan pemindahan acuan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan.
f. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau cacat
lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera
memberitahukan kepada Direksi/ Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis mengenai cara
perbaikan pengisian atau pembongkarannya.
Pemborong tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa persetujuan
tertulis Pengawas/Direksi. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-
biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan bagian tersebut, menjadi tanggung
jawab Pemborong.
g. Seluruh bahan bekas-bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari lokasi proyek dan
dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan oleh Direksi/ Pengawas sehingga tidak mengganggu
lahan kerja.
h. Meskipun hasil pengujian silinder beton memuaskan, Pengawas/Direksi mempunyai wewenang
untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
- Konstruksi beton yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
- Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk/ukuran yang direncanakan atau posisi-
posisinya tidak seperti ditunjuk oleh gambar.
- Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah direncanakan.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya yang memperlemah kekuatan
konstruksi.
- Dan lain-lain cacat yang menurut pendapat Perencana/Direksi/Pengawas dapat mengurangi
kekuatan konstruksi.
5. Alternatif Acuan/Bekisting.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan dipakai, dengan melampirkan
brosur/gambar acuan tersebut beserta perhitungannya untuk mendapat persetujuan tertulis dari
Pengawas/Direksi. Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah dan
tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan agar Kontraktor dapat mengajukan
usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan tanpa mengurangi/membahayakan mutu
beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Lingkup Pekerjaan

13
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya serta
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton berikut pembersihannya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, baik untuk pekerjaan Sub Struktur maupun Upper Struktur
Rumah Pompa dan lainnya.
2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002
- ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats.
- Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002
- American Society For Testing and Material (ASTM).
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
- Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung SNI 03-1736-2000)
Peraturan-peraturan yang diperlukan tersebut diatas harus disediakan Pemborong di “Site” sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.
3. Keahlian dan Pertukangan.
a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus dibuatkan lantai
kerja dari beton tak bertulang dengan campuran semen : pasir : kerikil = 1:3:5 setebal minimal 5 cm
atau seperti tercantum pada gambar pelaksana.
c. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaan.
d. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
Apabila Direksi/Pengawas memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli
yang ditunjuk Direksi/Pengawas atas beban Kontraktor.

4. Persyaratan Bahan.
a. Semen

14
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat-syarat dari
:
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini ayat (2).
- Mempunyai sertifikat uji (sertificate test) dari Laboratorium yang disetujui secara tertulis dari
Direksi/Pengawas.
2. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur yang
sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel
dan tidak pecah.
3. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterimakan dalam zak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang
cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai,
zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau maksimum
10 zak.
Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.
4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah penyimpanan,
dianggap sudah rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan
yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24
jam atas biaya Pemborong.
b. Agregat (Aggregates)
1. Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-syarat
:
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini (2).
- Bebas dari tanah-tanah liat (tidak bercampur dengan tanah-tanah liat atau kotoran-kotoran
lainnya).
2. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 38 mm, untuk
penggunaannya harus mendapat persetujuan tertulis Direksi/Pengawas. Gradasi dari agregat-
agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang disyaratkan,
padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran
yang akan dipakai.
Direksi/Pengawas harus meminta kepada Pemborong untuk mengadakan test kualitas dari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas, setiap
saat di Laboratorium yang disetujui Direksi/Pengawas atas biaya Pemborong.
3. Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupplai, maka
Pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas.
4. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya
tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
1. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak mengandung
organisme yang dapat memberikan efek merusak beton/ tulangan, minyak atau lemak dan
memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta diuji terlebih dahulu oleh
Laboratorium yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
2. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
d. Baja Beton (Steel Bar)

15
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Semua baja beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:


- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini ayat (2).
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak),
mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan tersebut
dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
2. Kualitas baja beton yang digunakan minimal harus memenuhi :
- Tulangan ulir (deform) : fy = 390 MPa,
- Tulangan polos (plain) : fy = 240 MPa.
Kualitas baja beton harus dapat dibuktikan dengan metode yang ditentukan pada poin 4.
3. Pemakaian baja beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Baja beton harus disupply dari satu sumber
(manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencapur adukkan bermacam-macam sumber baja
beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
4. Sebelum mengadakan pemesanan, Pemborong harus mengadakan pengujian mutu baja beton
yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi/ Pengawas. Barang
percobaan diambil dibawah kesaksian Direksi/Pengawas, berjumlah minimal 3 (tiga) batang
untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya kurang lebih 100 cm.
Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh
Pengawas/Direksi.
5. Contoh baja beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Pengawas/Direksi tidak
diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak sah.
6. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Penggunaan baja beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam itu, harus
mendapat persetujuan tertulis Konsultan Perencana .
6. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal
pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
7. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi struktur harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima Instruksi tertulis dari
Pengawas/Direksi dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya Kontraktor.
8. Toleransi Besi Beton yang digunakan :
Tabel 3. Toleransi ukuran berat baja tulangan
Diameter Variasi dalam berat yang
diperbolehkan
Dibawah 10 mm kurang lebih 7%
10 mm sampai 16 mm (tapi tidak kurang lebih 5%
termasuk diameter 16 mm)
16 mm sampai 28 mm (tapi tidak kurang lebih 4%
termasuk diameter 28 mm)
28 mm sampai dengan 32 mm kurang lebih 2%

e. Kualitas Beton
16
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton normal yang digunakan minimal
memenuhi fc’ = 25,00 MPa (tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari).
2. Untuk pengecoran pelat yang lebar/luas, maka untuk menghindarkan/ meminimalkan retak-
retak akibat susut, maka pengecoran harus dilakukan dalam pentahapan dengan pola papan
catur, urutan pekerjaan harus diusulkan oleh Kontraktor untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/Pengawas.
3. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan dilain tempat dan dengan
mengadakan trial-mix di Laboratorium.
4. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa selinder beton, menurut ketentuan-
ketentuan yang disebut dalam Peraturan Beton Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang
sesuai disini adalah sekitar 0,25-0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji
dilakukan menurut Peraturan Beton Indonesia tanpa menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3
beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda uji
harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
5. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan di
sahkan oleh Direksi/Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan
tekanan beton karakteristiknya.
6. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat hasil uji dari Laboratorium.
7. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus ada pengujian
slump, Slump disyaratkan minimal 10 cm dan maksimal 15 cm.
Cara pengujian slump sebagai berikut :
Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan
slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu pelat baja yang rata. Cetakan diisi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi
diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah
atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai
slump-nya).
5. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Beton yang digunakan pada proyek ini adalah Beton Ready Mix dengan kualitas yang memeuhi
ketentuan kualitas beton poin e diatas.
b. Syarat Khusus untuk Beton Ready Mix.
1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat di lapangan berlaku juga
untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan Material Semen, Aggregat, air ataupun
Admixture, Testing Beton, Slump dan sebagainya.
2. Disyaratkan untuk pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada suplier Beton Ready Mix yang
sudah terkenal mengenai Stabilitas mutunya, Kontinuitas penyediaannya dan
mempunyai/mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu baik.

Jika mutu beton yang relatif sangat besar, maka selain mutu beton maka harus diperhatikan
betul-betul tentang kontinuitas pengadaan agar tidak terjadi hambatan dalam waktu
pelaksanaan.

17
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

3. Direksi/Pengawas akan menolak setiap Beton Ready Mix yang sudah mengeras dan
menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran.Usaha-usaha untuk
menghaluskan/menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau menggumpal
sama sekali tidak diperbolehkan.
Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton Ready Mix yang sudah berbentuk adukan
sama sekali tidak diperbolehkan, karena akan merusak komposisi yang ada dan bisa
menurunkan mutu beton yang direncanakan.
Untuk mencegah terjadi pengerasan/penggumpalan beton sebelum dicorkan, maka
Pemborong harus merencanakan secepat mungkin mengenai kapan Beton Ready Mix harus
tiba dilapangan dan berapa jumlah volume yang dibutuhkan, termasuk didalamnya dengan
memperhitungkan kemungkinan macetnya transportasi dari/ke Lapangan.
4. Kontraktor harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton Ready Mix jaminan tentang
mutu beton yang digunakan.
Walaupun demikian, untuk mengechek mutu beton yang dipakai maka baik Pemborong
maupun Supplier Beton Ready Mix masing-masing harus membuat kubus beton percobaan
untuk di Test di Laboratorium yang ditunjuk/disetujui oleh Direksi/Pengawas dan jumlah selinder
atau khusus beton dibuat sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia.
5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang disyaratkan, walaupun disupply oleh
Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari Kontraktor.
6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung sejak dituangkan air
kecampuran beton kedalam truk ready mix plant/pabrik sampai selesainya beton ready mix
tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak.
Segala akibat biaya yang ditimbulkannya menjadi beban dan resiko Kontraktor.
c. Adukan Beton yang Dibuat di Tempat (Site Mixing)
Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
- Semen diukur menurut berat.
- Aggregat diukur menurut berat.
- Pasir diukur menurut berat.
- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete batching
plant).Portable.
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
- Lama pengadukan tidak kurang dari 3 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk.
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan terlebih dulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.
d. Test Silinder Beton (Pengujian Mutu Beton).
1. Direksi/Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membuat benda uji
silinder dari adukan beton yang dibuat (dua sample untuk tiap 5 m3).
2. Cetakan harus berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan
memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji silinder dan curingnya harus dibawah
pengawasan Direksi/Pengawas. Prosedurnya harus memenuhi syarat -syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia.
4. Pengujian, pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, termasuk juga
pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian tekan (Cruching Test).

18
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak
memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan Kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat
pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan-perbaikan atau langkah-langkah yang
diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedure-prosedure Peraturan Beton Indonesia
atas biaya Kontraktor
5. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji silinder menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
6. Benda uji silinder harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal pengecoran,
bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu dicatat.
7. Semua benda uji silinder harus di test di Laboratorium Puslitbang Permukiman PU atau
Laboratorium Beton lainnya yang terakreditasi yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
8. Laporan asli (bukan foto copy) hasil percobaan harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas
dan Perencana Struktur segera sesudah selesai percobaan, dengan mencantumkan besarnya
kekuatan karakteristik, deviasi standar. Percobaan/Test silinder beton dilakukan untuk umur-
umur beton 3, 7 dan 14 hari dan juga untuk umur beton 28 hari.
9. Apabila dalam pelaksanaan nanti ditemukan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukkan oleh benda uji silinder gagal memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi/Pengawas
berhak meminta Pemborong supaya mengadakan percobaan-percobaan non destruktif atau
jika memungkinkan mengadakan percobaan loading atas biaya Pemborong.
Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab Pemborong.
e. Pengecoran Beton.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian struktur dari
pekerjaan beton, Kontraktor harus mengajukan permohonan izin pengecoran tertulis kepada
Direksi/Pengawas minimum 3 (tiga) hari sebelum tanggal/hari pengecoran.
- Permohoan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila bagian
pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong sudah
mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai dengan
gambar dan spesifikasinya.
- Atas pertimbangan khusus Direksi/Pengawas dan pada keadaan-keadaan khusus
misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit/kecil dan sederhana maka
izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari tersebut.
- Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila terjadi salah
satu keadaan seperti berikut :
a) Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana pengecoran
yang disebutkan dalam izin tersebut.
b) Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi misalnya
tulangan, pembersihan bekisting atau hal-hal lain yang tidak sesuai gambar-gambar
dan spesifikasi.
- Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas, maka Pemborong dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan/ membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atas biaya Pemborong sendiri.
2. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara
(metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan

19
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

aggregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat
pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas, sebelum
alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkut yang
digunakan, pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
3. Pengecoran beton harus disesuaikan dengan metode kerja yang ditetapkan sesuai gambar
rencana.
4. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan baja beton selesai
diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/ Pengawas.
5. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi
dengan air semen.
6. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m′ yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan aggregat.
7. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti). Adukan yang
tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan
beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai
lagi.
f. Pemadatan Beton.
1. Beton harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai selama
pengecoran berlangsung, dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi/rangkaian tulangan.
2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu memperlihatkan
permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3. Pemborong harus menyiapkan vibrator-vibrator untuk menjamin pemadatan yang baik.
Vibrator yang dipakai harus dari type Rotary Out of Balance dengan frekwensi tidak kurang dari
6000 siklus permenit dan kemampuan memberikan percepatan 6 g pada beton setelah kontak
dengan beton.
Pada umumnya jarum penggetar dimasukkan kedalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam
keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45°.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kearah horisontal karena hal ini akan
menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang
sudah mengeras.
Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas
dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya
sudah mulai mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh
lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi
yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap sekitar
jarum (air semen mulai memisahkan diri dari aggregat), yang pada umumnya tercapai setelah
maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas
jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.

20
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

4. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator ekstra/cadangan untuk masing-masing


ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat yang lain rusak, sehingga kontinuitas
pengecoran beton tetap terjamin.
5. Admixture pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur
dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pemborong diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas mengenai hal tersebut.
Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut
dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan
mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko-resiko/efek sampingan dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu.
Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong harus menyerahkan contoh beton dengan ukuran 10 x
10 x 20 cm3 yang telah menggunakan campuran kedap air tersebut, contah tersebut oleh
Direksi/Pengawas akan direndam dalam cairan berwarna selama 2 x 24 jam dan setelah itu
contoh diangkat dan dikeringkan.
Kemudian contoh tersebut dipatahkan menjadi dua dan dilihat berapa tebal meresapnya cairan
berwarna tersebut kedalam beton.
g. Siar Pelaksanaan.
1. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton yang berlaku
dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu konstruksi.
Bentuk siar pelaksanaan harus vertikal dan untuk siar pelaksanaan yang menahan gaya geser
yang besar harus diberikan besi tambahan/dowel yang sesuai untuk menahan gaya geser
tersebut.
2. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan dengan
seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan air dan menyikat sampai
aggregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih, “Calbond” harus dilapiskan
merata seluruh permukaan.
h. Curing dan Perlindungan Atas Beton.
1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari selama berlangsungnya proses
pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14 hari. Khusus untuk
kolom, maka curing beton dapat dilakukan dengan cara menutupi dengan karung basah
sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama dengan cara menutupi dengan karung basah,
menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan perlindungan atas
beton harus lebih diperhatikan. Pemborong bertanggung jawab atas retaknya beton karena
susut akibat kelalaian ini.
i. Pembengkokan dan Penyetelan Baja Beton.
1. Pembengkokan baja tulangan harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti/tepat pada posisi
pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton Indonesia.
Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan alat-alat (Bar
Bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak dan
sebagainya. Semua pembengkokan baja tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan
pemotongan harus dengan bar Cutter, tidak boleh dengan api.
2. Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Pemborong diwajibkan membuat
gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran gambar rencana Penulangan Struktur,
21
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bending schedule) yang
diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis.
3. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan harus sudah
diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
4. Pasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail standard.
Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik-tekan penampang beton harus
dipasang sejauh mungkin dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut beton
yang melebihi ketentuan-ketentuan tersebut diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas dan Perencana.
5. Sebelum baja tulangan dipasang, baja tulangan harus bebas dari kulit baja karat, lemak,
kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
6. Pemasangan Rangkaian Tulangan yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, overlap, letak
sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar. Apabila ada keraguan tentang
rangkaian tulangan maka Kontraktor harus memberitahukan kepada
Direksi/Pengawas/Konsultan Perencana untuk klarifikasi.
Untuk hal itu sebelumnya Kontraktor membuat gambar pembengkokan baja tulangan (bending
schedule), diajukan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
7. Penyetelan baja tulangan harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang teguh
untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak
kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Penulangan harus
ditunjang dengan beton atau penunjang baja, spacers atau besi penggantung seperti yang
ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada spesifikasi ini.
Penunjang-penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan bekisting.
8. Ikatan kawat harus dimasukkan dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol
kepermukaan beton.
9. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar.
10. Precast Mortar Spacing Blockharus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan,
dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
11. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul-betul bersih daei semua kotoran-kotoran.
12. Penggantian Baja
a) Kontraktor harus mengusahakan supaya baja yang dipasang adalah sesuai dengan apa
yang tertera pada gambar.
b) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan penulangan yang ada maka :
1) Kontraktor dapat menambah ekstra baja tulangan dengan tidak mengurangi
penulangan yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut harus segera
dikonfirmasikan pada perencana.
2) Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan lebih,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Perencana .
3) Jika diusulkan perubahan dari rangkaian penulangan maka perubahan tersebut hanya
dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana .
4) Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari
Kontraktor.

22
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

c) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter baja tulangan yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter baja tulangan
dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
1) Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawas/Direksi.
2) Jumlah baja tulangan persatuan panjang atau jumlah baja tulangan ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang baja tulangan
pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari penulangan aslinya.
3) Penggantian tersebut tidak boleh pengakibatkan keruwetan penulangan ditempat
tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian penggetar.
4) Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
j. Pemasangan Alat-alat didalam Beton.
1. Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong konstruksi
beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan ijin tertulis dari Konsultan Perencana .
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton, pemasangan sparing dan
sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut petunjuk-petunjuk Pengawas/Direksi.
Perkuatan pada lobang-lobang beton untuk keperluan pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal yang akan
dibuat kemudian oleh Konsultan Perencana , dan tetap menjadi beban Kontraktor.

PEKERJAAN PONDASI PILING & SHEET PILE


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya serta
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pondasi square Pile 35x35 cm
dan Tiang pancang bulat ɸ 30 cm dan sheet pile sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.
2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
- PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.
- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002
- ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats.
- Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002
- American Society For Testing and Material (ASTM).
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
- ASTM A – 416 : Standard Specification for Uncoated seven wire streess Relieved Steel Strand
- ASTM D 3966.90 : Standard Test Method for piles under Lateral Loads
- ASTM D- 3689.90 : Standard Test Method for Induvidual Piles under static Axial Tensile Load

23
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

3. Keahlian dan Pertukangan.


a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pondasi Piling dan sheet pile
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaan pondasi Piling dan Sheet Pile
c. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
d. Apabila Pengawas/Ditreksi memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli
yang ditunjuk Pengawas/Direksi atas beban Kontraktor.

4. Persyaratan Bahan.
a. Bahan bahan Tiang pancang harus berdemensi persegi 35 x 35 dan bulat ɸ 30 cm dari beton precast
prestress seperti yg ditunjukan gambar pelaksanaan.
b. Bahan Beton
Mutu beton minimum yang dipakai adalah : fc’ = 41.5 Mpa(cylinder) yang harus sudah di capai pada
waktu pemancangan
c. Penulangan dan Prestressing Strands
Prestressing Strands harus “uncoated,bright seven wire,stress relieved 270 ksi sesuai ASTM A-416.
Spiral harus dibentuk dari cold drawn steel wire sesuai ASTM A – 82 atau ɸ 6 mm, U 24.
d. Persyaratan bahan utk Sheet Pile adalah Sheet Pile type W–350- A
Dengan mutu beton K 500 kubus umur 28 hari dan semen type 1
Desain prestresed.
5. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan
Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan pemancangan tian pancang atau aasheet pile, Kontraktor
harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yg harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak akan saling mengganggu
b. Metoda Pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat persetujuan
konsultan pengawas/Direksi. Persetujuan demikian tidak membebaskan kontraktor dari tanggung
jawabnya untuk pemancangan tiang dan sheet pile yg lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan,
keterlambatan dan tambahan biaya yg disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh
kontraktor.
c. Konsultan pengawas/ Direksi dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke waktu
apabila dianggap perlu. Untuk perubahan tersebut tidak ada biaya tambah
d. Pemancangan tiang pancang dan sheet pile tsb harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus
dan tidak terganggu.
e. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang atau sheet pile tepat pada koordinat yg telah
ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang atau sheet pile harus mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas/Direksi sebelum mulai pemancangan.

Pembayaran.
Pembayaran pekerjaan pemancangan berdasarkan satuan per Meter sesuai dengan yang tercantum
dalam daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya upah pekerja , peralatan
dan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini
Dalam hal pemancangan diperlukan biaya-biaya lain-lain yang tidak dicantum kan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga menjadi tanggungjawab pihak penyedia jasa.
24
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

PEKERJAAN PONDASI PELAT SETEMPAT

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya serta
pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pondasi pelat setempat pada
bangunan Gazebo atu lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.
2. Peraturan-Peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002
- ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats.
- Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002
- American Society For Testing and Material (ASTM).
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
- Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung SNI 03-1736-2000)
Peraturan-peraturan yang diperlukan tersebut diatas harus disediakan Kontraktor di “Site” sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.
3. Keahlian dan Pertukangan.
a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pondasi sumuran sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaan pondasi sumuran
c. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
Apabila Pengawas/Direksi memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli yang
ditunjuk Direksi/Pengawas atas beban Kontraktor.
4. Persyaratan Bahan.
a. Beton normal
Beton normal yang digunakan minimal memenuhi fc’ = 25,0 MPa
atau k 230 (tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm pada usia 28 hari) dan slump minimal 10 cm dan maksimal 12 cm.
b. Besi tulangan
Kualitas besi beton yang digunakan adalah tulangan ulir dengan mutu minimal fy = 390 Mpa.

c. Batu kosong pondasi

25
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Batu kosong dalam pondasi pelat setempat digunakan sebagai dasar pondasiyang di pasang di
bawah pondasi pelat setempat dengan ukuran berkisar antara 30 s/d 40 cm. Kontraktor harus
memastikan batu kosong harus dalam keadaan bersih,dan di pasang tegak/berdiri.
d. Pasir urug
Pasir urug digunakan sebagai dasar dari pondasi pelat setempat dengan tebal 5 cm dan lebar
mengikuti lebar pasangan batu kosong.
Persyaratan-persyaratan bahan lain diantaranya mengacu pada persyaratan bahan pekerjaan beton
bertulang pasal 6 diatas.
5. Pondasi plat setempat
Pondasi plat setempat yang digunakan yang digunakan ada 2 tipe yaitu :
a. Pondasi untuk bangunan samping
Pondasi pelat setempatdibuat dengan lebar dasar pondasi 1,3 m dan dibuat hingga kedalaman 2.5
m. Pada dasar pondasi ditambah batu kali dengan tebal 40 cm dan lebar 2 m dengan dimensi
sesuai gambar rencana. Dimensi serta posisi pondasi dapat dilihat pada gambar rencana.
b. Pondasi untuk tumpuan tangga
Pondasi pelat setempatdibuat dengan lebar dasar pondasi 1,2 m dan dibuat hingga kedalaman 2
m. Pada dasar pondasi ditambah batu kali dengan tebal 40 cm dan lebar 2 m dengan dimensi
sesuai gambar rencana. Dimensi serta posisi pondasi dapat dilihat pada gambar rencana.
6. Syarat-Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan pengukuran dilakukan untuk membuat peta topografi serta setting posisi titik pondasi.
Pekerjaan pengukuran ini sangat penting karena akan menentukan ketepatan pekerjaan di
lapangan dengan gambar rencana proyek, pekerjaan pengukuran yang dilakukan antara lain
pengukuran titik penggalian. Alat-alat yang digunakan adalah theodolit, mistar ukur, pita ukur,
benang dan patok-patok. Seluruh pekerjaan ini akan dilakukan oleh kontraktor utama. Pemberian
tanda pada lokasi penggalian berupa pemberian angka elevasi yang diatur dengan pemberian
tanda tiap interval 50 cm.
b. Pekerjaan penggalian
Penggalian dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan menggunakan peralatan berat.
Penggalian dilakukan hingga kedalaman pondasi mencapai minimal 2,95 m untuk pondasi
bangunan samping,dan 2.45 m untuk pondasi tangga. Struktur tanah harus dipertahankan agara
tidak mengalami keruntuhan saat penggalian.
c. Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan penulangan disesuaikan dengan gambar kerja.
d. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pondasi dilakukan setelah dipastikan pasangan batu kali, penulangan pondasi pelat
setempat dan pemasangan bekisting telah dipasangdengan baik. Kontraktor harus menjaga agar
tidak terjadinya rongga pada pondasi, sehingga pemadatan dapat dilakukan dengan bantuan
concrete vibrator. Pada saat pengecoran, posisi tulangan harus dijaga agar tetap pada posisinya.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, pihak kontraktor harus meminta persetujuan tertulis dari
pengawas/direksi lapangan.

PEKERJAAN POER (pile Cap)

1. Lingkup Pekerjaan
26
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan poor sesuai yang
tercantum dalam gambar.Poor pada pekerjaan ini ditempatkan sesuai elevasi dan penempatan sesuai
gambar rencana.
2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002
- ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats.
- Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002
- American Society For Testing and Material (ASTM).
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
Peraturan-peraturan yang diperlukan tersebut diatas harus disediakan Kontraktor di “Site” sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.
3. Keahlian dan Pertukangan.
a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan poor sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaan poor.
c. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
Apabila Direksi/Pengawas memandang perlu, kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli yang
ditunjuk Direksi/Pengawas atas beban kontraktor.

4. Persyaratan Bahan.
a. Beton normal
Beton normal yang digunakan minimal memenuhi fc’ = 25,0 MPa (tegangan tekan hancur
karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari) dan
slump minimal 15 cm dan maksimal 20 cm. Atau K-250.(PBI1971)
b. Besi tulangan
Kualitas besi beton yang digunakan adalah tulangan ulir dengan minimal fy = 390 Mpa.
Persyaratan-persyaratan bahan lain diantarannya mengacu pada persyaratan bahan pekerjaan
beton bertulang pasal 6 diatas.
5. Poer yang digunakan ada 3 tipe yaitu :
a. Poer untuk bangunan utama

27
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Poer untuk bangunan utama dimaksudkan sebagai poor yang ditempatkan di atas pondasi tiang
pancang atau diatas sheet pile yang dibuat dengan ukuransesuai pada gambar Rencana..Poor ini
memberikan stabilitas joint .Dimensi, posisi, dan elevasipoor dapat dilihat pada gambar rencana.
6. Syarat-Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan
Penentuan titik lokasi dan elevasi poor disesuaikan dengan penempatan titik-titik tiang pancang,dan
sheet pile.
b. Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan penulangan disesuaikan dengan gambar kerja, dan dipastikan panjang penyaluran
dari masing-masing tulangan telah sesuai dengan gambar rencana.
c. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran poordapat dilakukan setelah dapat dipastikan tulangan pondasi tiang pancang telah
dibobok, dan dijamin tulangan tiang pancan telah bersatu dgn tulangan poor. Proses pengecoran
dilakukan dengan mamasukkan beton ready mix sesuai dimensi poor, dan kontraktor harus menjaga
agar tidak terjadinya rongga pada komponen poor ini.Sebelum pelaksanaan pengecoran, pihak
kontraktor harus meminta persetujuan tertulis dari pengawas/direksi lapangan.

PEKERJAAN PELAT LANTAI


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berat/ krane dan alat-alat
bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pelat lantai dibagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pekerjaan pelat lantai precast dengan
system half slabuntuk lantai satu dan pekerjaan pelat lantai konvensional untuk lantai dua.
2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
- Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
- American Concrete Institute (A.C.I) 1986.
- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
- Peraturan portland Cement Indonesia SNI 15-2049-2004
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland SNI 03-6825-2002
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 03-6880-2002
- ASTM C-33 Standard Specification For Concrete Aggregats.
- Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
- Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton SNI03-6812-2002
- American Society For Testing and Material (ASTM).
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
- Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1736-2000)
Peraturan-peraturan yang diperlukan tersebut diatas harus disediakan Pemborong di “Site” sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.
3. Keahlian dan Pertukangan.
28
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

a. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pelat lantai sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaian.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaan pelat lantai precast ataupun konvensional.
c. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar dan
spesifikasi struktur.
Apabila Pengawas/Direksi memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat dari tenaga ahli yang
ditunjuk Pengawas/Direksi atas beban pihak Kontraktor.
4. Persyaratan Bahan.
a. Beton normal
Beton normal yang digunakan minimal memenuhi fc’ = 31,2 MPa (tegangan tekan hancur
karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari) dan
slump minimal 15 cm dan maksimal 20 cm.
b. Besi tulangan
Kualitas besi beton yang digunakan adalah tulangan ulir dengan minimal fy = 390 Mpa.
Persyaratan-persyaratan bahan lain diantaranya mengacu pada persyaratan bahan pekerjaan beton
bertulang pasal 6 di atas.
5. Pelat Lantai yang Digunakan Adalah
a. Pelat lantai konvensional
Pelat lantai konvensional digunakansebagai pelat lantai satu dan dua. Penulangan pelat lantai ini
dapat dilakukan in site. Posisi dan penempatan pelat lantai ini dapat dilihat di gambar rencana.
6. Syarat-Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan persiapan
Penentuan titik lokasi pelat lantai harus disesuaikan dengan penempatan pelat tersebut sesuai
gambar rencana. Kontraktor diharuskan menganalisis ulang ukuran-ukuran dari tiap pelat lantai
yang akan dikerjakan dengan gambar rencana.
b. Pekerjaan Penulangan
- Pelat lantai konvensional .
Penulangan pelat lantai konvensional dilakukan in site. Posisi dan penempatan tulangan dapat
dilihat di gambar rencana.
c. Pekerjaan Bekisting
Bekisting dibuat sesuai dimensi pelat lantai, baik untuk pelat lantai konvensional.
d. Pekerjaan Pengecoran
Pelaksanaan pengecoran pelat lantai konvensional dilakukan dengan tebal sesuai dengan gambar
perencanaan. Sebelum pelaksanaan pengecoran, kontraktor harus menyiapkan lahan yang akan
dicor dan telah mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas/Direksi.

1.4 SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PENGASPALAN


PEKERJAAN LAPIS PONDASI BAWAH (TELFORD)
1. Ketentuan Umum
a. Lapis pondasi bawah agregat adalah bagian konstruksi perkerasan yang terletak tanah dasar dan
pondasi atas, yang terdiri dari LPB dari Telford (batu pecah).
b. Dalam kedudukannya sebagai bahan konstruksi pekerjaan jalan, pondasi bawah agregat
mempunyai nilai konstruksi.
2. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan LPB telford pada seluruh bagian badan jalan dan area parkir.
3. Persyaratan Bahan
29
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

a. Bahan yang digunakan untuk pondai bawah harus memenuhi persyaratan sebagimana yang
tercantum dalam gambar rencana.
b. Bahan pondasi harus bebas dari kotoran, bahan organic dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat
memberikan lapisan kuat dan mantap. Bahan pondasi bawah yang terdiri dari LPB – B batu pecah
(20-25 cm)
4. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan dan penyusunan lapis pondasi bawah dimulai, terlebih dahulu permukaan
dasar harus dipadatkan sesuai ketentuan pemadatan dengan tingkat kepadatan yang disetujui oleh
direksi teknis.
b. Pemasangan lapisan pondasi bawah yang terdiri dari batu belah yang dikerjakan setelah pasir
dihampar diatas lapisan dasar setebal 5 cm kemudian batu belah ukuran 20-25 cm disusun berdiri
dan rapat.
c. Pemasangan yang berongga disini dengan batu pecah ukuran 5-7 cm dan pasirurug. Bagian-bagian
pasangan yang tak beraturan disisip kembali agarpermukaan menjadi rata.
d. Setelah pemasangan lapis pondasi bawah selesai dikerjakan lalu dipadatkanatau diratakan dengan
menggunakan mesin gilas roda besi. Pada bagian yangharus dilakukan pemadatan dimulai dari
bagian tepi seterusnya bergeserkebagian tengah sejajar dengan sumbu jalan dan di usahakan
berlangsungterus sampai seluruh permukaan terpadatkan secara merata.
e. Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah dan bergeserkearah bagian yang tinggi.
f. Apabila pada suatu tempat terjadi ketidakwajaran atau penurunan, pada
tempat tersebut harus dilakukan pembongkaran dan penggantian dan tempattersebut harus
dilakukan pembongkaran dan penggantian dan penambahanbahan atas biaya kontraktor dan
dipadatkan kembali sampai mencapaikepadatan yang seragam dan rata dengan permukaan yang
telah sesuaidipadatkan disekitarnya.

g. Pengawas dapat memberikan petunjuk tambahan begitu juga dengan mutudan jumlah. Mutu
pekerjaan juga harus diperiksa kembali oleh pengawas. Bilaterjadi ketidaksesuaian dengan
persyaratan ketentuan-ketentuan yang telahditetapkan. Kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki
dan menyempurnakanpekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan biaya akan menjadi tanggung jawab
kontraktor.

PEKERJAAN LAPISAN PONDASI ATAS AGREGAT


1. Ketentuan Umum
a. Lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan struktur utama diatas yang dilapis pondasi bawah.
Pembangunan lapis pondasi atas terdiri dari pengadaan, pemprosesan, pengangkutan,
penyebaran, penyiraman dengan air dan pemadatan agregat batu atau kerikil.
b. Bahan agregat lapis pondasi atas harus dipasang sampai ketebalan padat atau ketebalan yang
kurang sebagaimana diperlukan untuk memenuhi persyaratan desain seperti yang ditunjukan
gambar.
c. Permukaan lapis pondasi atas harus diselesaikan mencapai lebar, kelandaian punggung dan
kemiringan melintang jalan sesuai gambar rencana dan arahan direksi teknis.
d. Kelandaian dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh lebih dari 1 cm.
e. Penyimpangan maksimum dalam kehalusan permukaan jika di uji dengan satu penggaris panjang
3 cm yang diletakkan sejajar atau melintang terhadap garis sumbu jalan yang tidak boleh melebihi
1,5 cm.
2. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan LPA Kelas B pada seluruh bagian badan jalan dan area parkir.
3. Persyaratan Bahan
a. Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi atas harus diserahkan untuk mendapatkan
persetujuan paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai beserta hasil-hasil test laboratorium
sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas dan bahan sebagaimana di uraikan dalam
spesifikasi berikut ini:
30
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

 Lapis pondasi atas kelas B, macadam ikat basah terdiri dari kerikil pasir lempung alami kualitas
baik, seluruhnya lolos 75 mm dan gradasi sebagai fraksi kasar dan fraksi halus untuk disatukan
pada waktu pemasangan kedalam satu lapisan lapis pondasi atas.
 Semua lapisan lapis pondasi harus memenuhi persyaratan spesifikasi ini dan harus sesuai
dengan gambar kontrak dan seperti yang diuraikan dalam penawaran.
 Bahan lapisan pondasi atas terdiri dari potongan batu bersudut tajam yangkeras, awet, dan
bersih tanpa potongan-potongan yang terlalu tipis ataumemanjang dan bebas dari batu-batu
yang lunak, tidak menyatu ataubercerai-berai, kotor mengandung organic atau zat-zat lain yang
harus dibuang. Bahan yang bercerai-berai secara alternative dibasahi dan dikeringkan tidak
boleh digunakan.
b. Makadam ikat basah
Bahan lapis pondasi atas kelas B meliputi
 Agregat kasar yang tertahan pada saringan 4,75 mm bilamana dihasilkan dari kerikil tidak kurang
dari 50% terhadap berat, merupakan partikelpartikel yang memiliki paling sedikit satu bidang
retak-retak dan jika perlu untuk memenuhi persyaratan atau menghilangkan pengisi yang
berlebihan,kerikil-kerikil tersebut harus disaring sebelum dipecahkan.
 Agregat harus lolos saringan 4,75 mm dan terdiri dari pasir bagian halus alami atau pecah

Batas Ujian
Jenis Pengujian
Kelas B Kelas B
Batas Cair Maksimum 25 % Maksimum 35 %
Indeks Plastisitas Maksimum 8 % 4 – 12 %
Ekivalensi Pasir Minimum 30 % Minimum 30 %
Calivornia Bearing Ratio (direndam) Minimum 60 % Minimum 55 %
Penyerapan Air Tidak Perlu Maksimum 3%
Kehilangan Berat Karena Abrasi (500 putaran ) Maksimum 40 % Maksimum 45 %
Catatan : Pengujian diatas adalah jumlah minimum penguji kualitas yang diperlukan. Pengujian lebih luas
dapat diminta untuk menentukan kekerasan dan kebagusan kualitas dan bagian yang halus

4. Pedoman Pelaksanaan
a. Permukaan lapis pondasi bawah harus disesuaikan dengan pekerjaan yang ditentukan dan harus
diatus serta dibersihkan dari kotoran-kotoran dan setiap bahan lain yang merugikan untuk
penghamparan lapis pondasi atas.
b. Pencampuran dan penghamparan dan Lapis pondasi atas Kelas B: Untuk LPA macadam ikat basah,
pertama bahan-bahan tersebut harus disusun dalam lapisan fraksi batu tunggal, dengan ukuran
nominal 25 mm dan 50 mm. Karena setiap lapisan dipasang dan disebarkan dengan tangan oleh
pekerja dan dengan grader. Agregat harus disebarkan, dipecah, digilas, dan di airi masuk kedalam
lapisan-lapisan tersebut, untuk menghasilkan bahan-bahan yang padat. Tebal masing-masing
lapisan yang dipadatkan tidak boleh melebihi 10 cm atau dua kali ukuran batu maksimum.
c. Penghamparan dan Pemadatan
 Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan melintang yangdiperlukan harus
dilaksanakan dengan cadangan sekitar 10 % pengurangan ketebalan untuk pemadatan bahan
LPA. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan LPA, bahan tersebut
harus dipadatkan dengan baik dengan alat pemadat yang sesuai meliputi mesingilas jenis
pneumatic.

31
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

 Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan harus maju sedikit demisedikit dari pinggir
ketengah dari perkerasan, sejajar dengan sumbu jalandan harus dilaksanakan dalam operasi
yang terus menerus untukmembuat pemadatan matang yang merata. Pada bagian super
elevasi,miring melintang atau kemiringan yang terjal penggilasan harus berjalandari bagian jalan
yang rendah menuju kebagian atas.
 Setiap ketidakteraturan atau penurunan setempat yang mungkin terjadiharus diperbaiki dengan
membongkar permukaan yang sudah dipadatkan,menambah atau membuang bahan pondasi,
membentuk kembali dan memadatkan sampai permukaan akhir kemiringan melintang yang
betul. Bagian-bagian yang sempit disekitar perkerasan sampai batu tepi ataudinding-dinding
yang tidak dapat dimasukkan mesih gilas harusdipadatkan dengan compactor.
 Kadar air untuk pemasangan harus dijaga didalam batas-batas 3% lebihrendah dari kadar air
optimum sampai 1% lebih tinggi dari kadar optimum dengan penyiraman air atau pengeringan
bila perlu dan bahan LPA tersebut harus dipadatkan sampai menghasilan kepadatan kering yang
diperlukan.
d. Metoda Pelaksanaan Persyaratan Pemadatan
Bila saran pengujian tidak dapat diperoleh untuk pemerikasaan kerapatan
pemadatan atau dimana penggunaan bahan LPA kelas B (ukuran agregat > 50 mm) membatasi
penerapan pengujian kerapatan setempat.
5. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan
a. Setiap bahan pondasi atas yang tidak memenuhi spesifikasi ini, apakah dipasang atau belum, harus
ditolak dan diletakkan disamping untuk digunakan sebagai bahan penimbun atau dengan cara lain
dibuang.
b. Setiap bagian pekerjaan lapis pondasi atas yang menunjukkan ketidakteraturan atau kerusakan
dikarenakan penganan jelek atau kegagalan kontraktor untuk memenuhi peraturan spesifikasi dan
gambar rencana harus dibetulkan dengan perbaikan atas beban biaya kontraktor.

LAPIS PERMUKAAN PENETRASI MACADAM (LAPEN)


1. Ketentuan Umum
a. Lapis permukaan penetrasi macadam terdiri dari pembangunan diatas lapispondasi atas atau
dengan permukaan penutup yang ada sebelumnya sudahsiapkan, satu lapisan permukaan
perkerasan yang tebalnya antara 5-7 cm dari penetrasi batu pecah yang bersih dengan pemakaian
aspal pengikat panas.
b. Tebal rata-rata yang sebenarnya dipasang harus sama dengan atau lebih tebaldari nominal rencana.
Asal penetrasi macadam terpasang pada ketebalalan baru yang keras dalam semua arah. Tidak
ada satu titikpun akan memiliki tebal lapis padat yang lebih dari 5 mm dibawah tebal nominal tebal
rencana.
c. Permukaan akhir harus mematuhi garis, ketinggian dan penampang melintang tipikal sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar rencana. Bila di uji dengan batu mal dan batang lurus permukaan akhir
tidak boleh menunjukkan variasi terhadap permukaan akhir yang diperlukan lebih besar dari 6 mm
untukpanjang 3 m.
d. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan sedikitnya 14 hari sebelum
pekerjaan dimulai yang di usulkan digunakan dalam pekerjaan beserta data-data berikut :
 Sertifikat pabrik pembuat mengenai bahan pengikat aspal bersama-sama dengan data uji yang
menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan kualitas spesifikasi.
 Rincian sumber pengadaan dan produksi agregat yang harus digunakan beserta hasil-hasil
pengujian yang menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan kualitas dan gradasi spesifikasi
ini yang diberikan.
e. Campuran beraspal hanya akan dipasang bilamana permukaan agregat kering, hujan tidak
menghantui dan bila dasar jalan yang disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.
2. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan penetrasi Macadam pada seluruh bagian badan jalan dan area parkir.
32
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

3. Persyaratan Bahan
a. Agregat
 Agregat terdiri dari batu pecah berupa agregat kunci dan agregat penutup yang bersih, keras
dengan kualitas seragam dan bebas dari kotoran lempung, bahan-bahan tumbuh-tumbuhan atau
bahan lainnya yang harus dibuang.
 Batas perbedaan agregat
• Agregat kasar berupa lapisan utama yang berada dalam batas-batas agregat ukuran nominal
2,5 cm – 6,25 cm yang tergantung kepada ketebalan lapisan dengan ukuran lebih /3 cm tebal
rencana.
• Agregat kunci untuk lapisan utama harus lolos saringan 25 mm tetap tidak boleh lebih dari 5%
akan lolos dari saringan 9,5 mm
• Bila diserahkan dalam daftar penawaran, satu lapisan penutup aspal harus diletakkan diatas
permukaan penetrasi macadammenggunakan agregat ukuran tunggal nominal 12,5
mmsebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini.
b. Syarat-Syarat Kualitas Agregat
Agregat yang digunakan untuk lapis permukaan penetrasi macadam harus mematuhi syarat kualitas
berikut.
Tabel 4. Syarat- syarat Kualitas Agregat Pokok
URAIAN BATANG BESI
1. Kehilangan berat karena abrasi 500 Maksimum 45 %
2. Indeks serpihan ( British Standard )
3. Penahanan aspal setelah pelapisan dan pengelupasan Maksimum 25 %

Maksimum 95 %

c. Bahan pengikat beraspal


 Aspal yang digunakan harus aspal semen gradasi kekentalan atau aspal yang di encerkan, jika
diminta demikian untuk kontraktor khusus dan digunakan menurut pengawas
 Aspal semen. AC – 10 (ekivalen dengan pen 80/100). AC -20 (ekivalen dengan pen 60/70.
 Aspal keras yang diencerkan (cut back). AC -10. AC – 20.
Tabel 5. Rencana Bahan Pengikat untuk Aspal cut back
Suhu udara terlindung Perbandingan kerosin terhadap 100 bagian Maksimum suhu
celcius aspal semen penyemprotan celcius
AC – 10 AC – 20
( 80 – 100 ) ( 60 – 70 )
20 11 13 140
25 7 9 135
30 3 5 133
35 6 2 190

 Aspal emulsi dapat digunakan sebagai alternative terhadap aspal cut back, tergantung kepada
persetujuan pengawas atas sumber pengadaan dan kualitas.
4. Pedoman Pelaksanaan
a. Peralatan pelaksanaan

33
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

 Jenis alat dan metoda pengoprasian harus sesuai dengan daftar units produksi dan peralatan
kerja serta program kerja yang disetujui dan menurut petunjuk pengawas.
 Pada umumnya akan dipilih jenis peralatan berikut :
 Penyemprot aspal
 Alat untuk pemanas aspal
 Mesin gilas
 Excavator
 Graider
 Compactor
b. Volume bahan yang digunakan
Tingkat perkiraan pemakaian dan volume bahan-bahan parameter persegi luas permukaan untuk
lapisan penetrasi macadam diberikan dalam table berikut. Tingkat pemakaian berdasarkan
keperluan tebal lapisan.Ketebalan sebenarnya serta tingkat pemakaian akhir harus sesuai dengan
daftar penawaran.

Tabel 6. Penggunaan Penetrasi Macadam


Tebal Tingkat Penggunaan aspal Tingkat Penggunaan Tingkat
total penaburan pertama kg/m penaburan aspal kedua penaburan
lapen agregat kasar agregat kunci kg/m Agregat
(cm) Kg/m kg/m penutup kg/m
50 mm 62.5 mm

4 64 (25) - 2,0 25 1,5 14


4.5 72 (22) - 2,3 25 1,5 14
5 80 (20) - 2,5 25 1,5 14
5.5 - 99(18) 4,0 25 1,5 14
6 - 100(12) 4,4 25 1,5 14
6.5 - 117(14) 4,8 25 1,5 14
7 - 128(14) 5,2 25 1,5 14

c. Persiapan Lapangan
Penetrasi macadam akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun diatas
permukaan dengan lapis penutup yang akan meliputi:
 Diletakkan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut harus dilapisi aspal
pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi 0,51/m2
 Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepas atau suatu bahan lain yang
harus dibuang
 Sebelum pemasangan agregat kasar dan agregat kunci harus ditumpuk
secara terpisah dilapangan untuk mencegah pencampuran dan harus selalubersih.
d. Penaburan dan Pemadatan
 Penaburan Agregat kasar dalam lapisan pokok
 Agregat kasar akan ditaburkan dengan tangan atau dengan mesin dan dipadatkan sampai
kedalaman yang seragam hingga mencapai garis,profil dan kemiringan yang dikehendaki.
Sebuah mal kemiringan menurut kemiringan melintang rencana perkerasan selesai, harus
digunakan untuk memperoleh keseragaman permukaan akhir.

34
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

 Penaburan tidak boleh dilakukan lebih lanjut melebihi dari operasi penggilasan dan
penebaran panjang yang dapat diselesaikan dalam rata-rata satu hari kerja. Agregat
segregasi atau agregat bercampur dengan tanah atau bahan asing lainnya harus disingkirkan
dan diganti dengan agregat bergradasi yang benar.
 Penggilasan dan pemadatan lapisan pokok
 Lapisan agregat kasar pokok harus digilas kering dengan mesin gilas roda baja 6-8 ton
sampai terpadatkan seluruhnya. Penggilasan awal akan dimulai dari sebelah pinggir,
kemudian akan menuju ke tengah perkerasan. Pinggiran roda mesin gilas akan melapis tindih
hamparan sebelumnya dengan sekitar 2/3 lebar roda.
 Setelah penggilasan awal permukaan tersebut harus diperiksa dengan mal punggung dan
batang lurus 3m dan harus mematuhi toleransi ukuran dengan cadangan yang diberikan
untuk kebutuhan pemadatan berikutnya. Semua ketidakrataan permukaan yang melebihi
batas harus dibenarkan dengan membuang atau menambah agregat.
 Penggilasan akan berhenti sebelum rongga-rongga tertutup sedemikian jauh sehingga
mencegah penetrasi yang bebas merata dari aspal dan agregat kunci.
 Pemakaian bahan aspal (sebelum agregat kunci)
 Setengah agregat kasar digilas dan diperikas, bahan pengikat aspal akan disemprotkan pada
suatu suhu yang cocok pada jenis dan mutu bahan pengikat aspla sebagaimana ditetapkan
dalam item berikut. Tingkat pemakaian harus sesuai tabel.
 Suhu pemanasan yang diperlukan untuk bahan pengikat aspal harusberada dalam batas
berikut:
- Aspal Keras
- AC – 10 (pen 80/100) : batas benda 125º-180º
- AC – 20 (pen 60/70) : batas benda 135-185
- Aspal cair
- MC – 800 : batas benda 77º-115º
- MC - 300 : batas benda 60º-100º
 Setiap bahan pengikat aspal yang telah dipanaskan sampai suhu penyemprotan lebih dari
10 jam atau telah dipanaskan sampai satupanas yang melebihi suhu maksimum yang
diberikan dalam item diatas. Dan harus mematuhi kekentalan yang diperlukan.
 Sebelum penyemprotan bahan pengikat aspal, bahan harus kering permukaan sampai
seluruh kedalamannya.
 Bahan aspal akan disemprotkan secara lebih baik dengan distributor bertekanan merata
ketas permukaan pada tingkat yang sudah ditetapkan. Diatas luas yang kecil, dimana
pemakaian batang penyemprotan tidak praktis, bahan tersebut akan disemprotkandengan
selang tangan. Sebuah ceret curah hanya dapat digunakanbilamana diberikan persetujuan.
 Penggunaan agregat kunci
Secepatnya setelah pemakaian aspal, agregat kunci akan ditaburkan merata diatas permukaan
dengan alat mesin penabur atau dengan cara manual, dibersihkan dengan sapu serat untuk
menjamin distribusi yang merata dan di gilas lagi. Agregat kunci extra akan ditambahkan dengan
tangan bilamana diperlukan sert penggilasan dan pembersihan akan berlanjut sehingga agregat
tersebut tertanam dengan baik.
 Penggunaan bahan aspal (setengah agregat kunci)
Setelah agregat kunci selesai digilas dan diperiksa, bahan aspal harus diterapkan sesuai yang
ditentukan.
 Penggunaan agregat penutup
Secepatnya setelah pemakaian aspal, agregat kunci akan ditaburkanmerata diatas permukaan
dengan alat mesin penabur atau dengan caramanual, dibersihkan dengan sapu serat untuk
menjamin distribusi yangmerata dan di gilas lagi. Agregat kunci ekstra akan ditambahkan
dengantangan bilamana diperlukan sert penggilasan dan pembersihan akanberlanjut sehingga
agregat tersebut tertanam dengan baik. Setiap batulebih harus disingkirkan dengan sapu.
 Sambungan-sambungan
35
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

Sambungan memanjang dan melintang harus diakhiri dengan potongantegak serta digaruk
kembali secukupnya bila diperlukan untuk lapis tindih.Dimana permukaan baru berbatas dengan
permukaan lama dan dipotongkembali agar membentuk.
 Tebal lapisan dan permukaan selesai
Tebal terpadatkan lapisan permukaan penetrasi macadam tidak bolehkurang dari yang telah
ditetapkan berada dalam toleransi.
5. Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan
Lapisan akhir permukaan harus diselesaikan sesuai persyaratan spesifikasi ini.Perbaikan penetrasi
macadam yang tidak memuaskan harus dilaksanakan sesuai dengan anjuran pengawas. Meliputi
pembuangan dan penggantian dengan penetrasi macadam yang baru, menambahkan lapisan
tambahan atau suatukelengkapan lain yang oleh pengawas dianggap perlu untuk memberikan
penyelesaian yang memuaskan.

PEKERJAAN GEOGRID

Material dasar Geogrid bisa berupa :


1.Polyphropylene
2.Polyethilene dan
3.Polyesther atau material polymer yang lain.

PEKERJAAN U-DITCH DAN BOX CULVERT

Saluran U-ditch dan Box Culvert


Supplier pemasok U-ditch & box culvert harus menyertakan sertifikat yang memuat dimensi,
ketebalan, beban maksimum diatas decker yang diijinkan ketebalan timbunan diatas decker dsb, yang
memungkinkan untuk memilih U-ditch berdasarkan beban kendaraan / timbunan yang terjadi pada
jalur U-
ditch terpasang .

Alas U-ditch & Box Culvert


Bahan-bahan butiran untuk pembuatan alas pipa beton harus mengikuti
gradasi berikut, kecuali ditetapkan lain oleh engineer.
Ukuran Saringan 19.0 2.36 0.60 0.30 0.15 0.75
% Berat yang lolos 100 100-50 90-20 60-10 25-0 10-0
Bahan - bahan bitumen untuk timbunan setinggi 0.7 t (tinggi) u-ditch / box
culvert dikiri kanan harus mengikuti gradasi berikut, kecuali ditetapkan lain
oleh engineer.
Ukuran Saringan 75 9.5 2.36 0.60 0.07
% berat yang lolos 100 100-50 90-20 60-10 25-0

PEKERJAAN PENYELESAIAN AKHIR (FINISHING)

36
SPESIFIKASI TEKNIK
REHAB. KELAS SDN 007 TANAH GROGOT

1. Pada saat serah terima pertama dilaksanakan, pekerjaan pembangunan jalan dan pembersihan lokasi
harus sudah diselesaikan secara keseluruhan.
2. Segala laporan atau catatan, dibuat dalam bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik dan harus selalu berada di tempat pekerjaan.
3. Kontraktor harus menyerahkan pada Pemilik as built drawing dalam bentuk kalkir dan 2 examplar dalam
bentuk kopian yang telah dibukukan.

37

Anda mungkin juga menyukai