Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

“JURNAL READING ”

“PENGGUNAAN MARIJUANA SELAMA KEHAMILAN”

Dosen Pengampu:

Ns. Fitri Fudjiana S.kep.,M.Kep.,Sp.Mat

Oleh :

Rizky Putri Arinanda (I1031171022)

Marina (I1031171023)

Nabila Viandarissa (I103117129)

M.rifaldi (I1031171025)

Yossy Wulandari (I1031171032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah
Keperawatan Maternitas 2 ini dapat tersusun hingga selesai. Rasa terima kasih tidak lupa kami
ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas 2 Ns. Fitri fujiana
S.Kep., M,kep., Sp.Mat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan
apapun. Terima kasih pula kepada teman seangkatan yng ikut membantu dalam memberikan
semangat untuk menyelesaikan makalah ini,
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak,20 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

A. Latar belakang...……………………………....…….……………………...........4
B. Ringkasan..……….………………………..……....…….……………………...6
C. Pembahasan …………………………………………………………………… 11
D. Penerapan di Indonesia………………………………………………………….15
E. Daftar Pustaka………..………………………………………………………….16

3
A. LATAR BELAKANG

Marijuana atau cannabis telah dikenal secara luas di dunia, dan seringkali
dihubungkan dengan penyalahan penggunaannya. Marijuana merupakan daun dan
kuncup bunga kering yang berasal dari tanaman Cannabis sativa dan biasanya
dikonsumsi dengan cara dihisap, vaporisasi, dan diminum. Onset fisiologi dari marijuana
tergantung dari rute administrasi yang digunakan dengan puncak 30 menit setelah
inhalasi dan 2-4 jam setelah diminum. Marijuana mengandung lebih dari 60 zat
cannabinoids yang memiliki efek farmakologis. Baik ligan eksogen seperti cannabinoids
dari marijuana dan ligan eksogen atau endocannabinoids seperti anandamide dan 2-
arachidonylglycerol, berperan dalam reseptor cannabinoids yang tersebar di seluruh
tubuh dan kebanyakan terletak pada otak dan sumsum tulang belakang (Barrelli et al,
2013; dalam Maggyvin & Rano, 2015).
Ganja (Cannabis) digunakan untuk tujuan pengobatan, ritual atau rekreasional.
Senyawa ini juga menghasilkan konsekuensi merugikan yang tidak diinginkan yaitu
Cannabinoids. Konsentrasi tertinggi dari kanabinoid psikoaktif ditemukan pada puncak
bunga dari kedua jenis tanaman jantan dan betina. Kannabinoid pada dasarnya berasal
dari tiga sumber yaitu Fitokannabinoid adalah senyawa kannabinoid yang diproduksi oleh
tanaman Cannabis sativa atau Cannabis indica; endocannabinoids adalah
neurotransmitter yang diproduksi di otak atau di jaringan perifer, dan bekerja pada
reseptor kannabinoid; Kannabinoid sintetis, yang disintesis di laboratorium, secara
structural analog dengan fitokannabinoid atau endocannabinoid dan bekerja dengan
mekanisme biologis yang serupa (Madras, 2015).
Marijuana juga biasa digunakan untuk tujuan pengobatan, dimana marijuana
dianggap sebagai bentuk pengobatan alternatif dan komplementer (CAM) yang bukan
merupakan terapi konvensional (Szaflarski & Bebin, 2014). Penggunaan marijuana dalam
pengobatan medis telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang disoroti
sampai saat ini. Akan tetapi, pada kenyataannya terdapat banyak keuntungan terapeutik
yang dapat diperoleh dalam penggunaannya marijuana dalam bahan baku obat-obatan.
Secara global terdapat 23 negara yang telah melegalkan penggunaan marijuana untuk
tujuan medis, dan terdapat 4 negara yang telah mengesahkan penggunaan marijuana baik
untuk tujuan medis atau rekreasi (Metz & Elaine, 2015).

4
Dewasa ini terjadi peningkatan penerimaan masyarakat dunia terhadap penggunaan
marijuana, terlepas dari hal tersebut, konsekuensi pada masa yang akan datang terhadap
penggunaan jangka panjang tetap menjadi permasalahan kesehatan masyarakat umum.
Tingginya prevalensi penggunaan marijuana selama kehamilan menjadi minat khusus
berkaitan dengan efek buruk yang terjadi pada ibu dan kesehatan janin. Penggunaan
marijuana jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit pernapasan kronis, disfungsi
kognitif, dan masalah perilaku (Volkow et al, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 25% (147 juta) populasi orang
dewasa di seluruh dunia menggunakan marijuana untuk alasan rekreasi atau lainnya.
Marijuana merupakan salah satu jenis narkoba yang paling umum digunakan selama
kehamilan, dengan tingkat penggunaan sekitar 3% sampai 30% diberbagai populasi.
Lebih dari 1 dari 10 wanita hamil dan tidak hamil dilaporkan menggunakan marijuana
setiap tahunnya. Penggunaannya dalam keseharian, alasan stress karena pelecehan,
ataupun akibat ketergantungan pada ibu hamil mempunyai persentase yang cukup besar
(Co, 2015). Paparan kannabinoid selama prenatal berpengaruh pada kesehatan janin yang
sedang berkembang dan memiliki efek jangka panjang pada perkembangan anak dimasa
depan. Zat kandungan dari marijuana mampu melewati plasenta dan ditemukan dalam
ASI, hal tersebut memberikan efek buruk terhadap kondisi perinatal dan perkembangan
saraf janin, dimana zat tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan janin yang terhambat,
lahir mati, dan kelahiran prematur (Metz & Elaine, 2015).

5
B. RINGKASAN

Untuk saat ini dilakukan pengembangan mengenai legalisasi ganja untuk


kesehatan bagi ibu hamil, namun masih mengalamin pro dan kontra karena tidak ada
kepastian mengenai dampak nya untuk ibu dan bayi.kebingungan ini dipengaruhi oleh
kurangnya literature mengenai hasil temuan hubungan antara penggunaan ganja dan
kehamilan. Proporsi wanita yang menggunakan ganja selama kehamilan meningkat dari
2,37% pada tahun 2002 menjadi 3,85% pada tahun 2014 berdasarkan data yang
dilaporkan sendiri dari Suervei Nasional Penggunaan obat dan Kesehatan. Menurut
beberapa penelitian yang diilakukan, banyak terdapat alasan mengapa wanita yang
sedang hamil mengkonsumsi ganja, diantaranya adalah karena untuk membadntu depresi
dan kecemasan (63%) dan menghilangkan rasa sakit (60%), hanya 39% alas an wanita
hamil menggunakan ganja hanya untuk bersenang-senang. Mengningat manfaat dari
penggunaan ganja menjadikan penyedia layanan kesehatan untuk menjadikan ganja
sebagai pilihan pengobatan alternatif (Correa, 2016).

Tanaman ganja menghasilkan lebih dari 400 entitas kimia dan lebih dari 60
cannabinoids, yang dapat mempengaruhi efek fisik dan mental saat dikonsumsi.
Komponen psikoaktif utama ganja adalah delta-9-tetrahydrocannabinol bekerja pada tipe
1 (CB1) dan tipe 2 (CB2). Ditemukan beberapa manfaat dari ganja yaitu dapat
meringankan beberapa gejala yang berhubungan dengan kanker atau pengobatan kanker
termasuk efek antiemati, stimulasi nafsu makan, nyeri dan meningkatkan tidur. Beberapa
uji coba terkontrol secara acak menunjukkan bahwa ekstrak ganja secara signifikan dapat
meningkatkan mobilitas dan persepsi kelenturan otot dan nyeri pada pasien dengan
multiple sclerosis (Correa, 2016).

Cannabis masih dalam penelitian sebagai terapi untuk gangguan stress pasca
trauma. Pasien dengan gangguan stress pasca trauma memiliki tingkat perifer
anandamide yang lebih rendah dan peningkatan reseptor CB1 di otak dibandingkan
dengan mereka yang tidak gangguan stress pascatrauma. Studi telah menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam mimpi buruk dan tingkat keparahan serta peningkatan
waktu tidur (Roitman, 2014).

6
Mual yang parah atau tidak dapat diatasi adalah kondisi yang memenuhi syarat di
sebagian besar negara bagian di mana hukum ganja medis berlaku diberlakukan.
Cannabinoid dapat memblokir mual dan muntah yang akut, tertunda, dan berpotensi
antisipatif.17 Perawatan berbasis kanabis memiliki kemanjuran unggul terhadap
proklorperazin dan kemanjuran serupa dengan ondansetron dalam uji coba terkontrol
secara acak pasien dengan can-cer. Namun, tidak ada data untuk mendukung kemanjuran
ganja untuk mual dan muntah kehamilan, dan mengingat efek berbahaya yang potensial
bagi janin, ganja tidak boleh direkomendasikan sebagai pengobatan untuk wanita hamil
(Meiri et all, 2007)

Sistem endocannabinoid memainkan peran penting dalam implantasi dan


pemeliharaan kehamilan. Situs implantasi kehamilan menyatakan tingkat anandamide
yang rendah, sedangkan situs yang berdekatan mengekspresikan tingkat anandamide
yang lebih tinggi untuk memastikan komunikasi yang sangat tersinkronisasi antara
embrio dan endo-metrium. Mempertahankan keseimbangan antara tesis anandamide dan
degradasi diperlukan untuk keberhasilan pelepasan embrionik melalui saluran telur dan
implanasi (Correa, 2016)

Selama kehidupan janin, reseptor CB1 memainkan peran utama dalam


perkembangan otak dengan mengatur diferensiasi pro-genitor saraf menjadi neuron dan
glia dan membimbing migrasi aksonal dan sinaptogenesis. Pada usia kehamilan 2 minggu
pada tikus dan usia kehamilan 19 minggu pada manusia, janin memiliki rangkaian
lengkap reseptor kanabinoid. Namun, pada tikus dan manusia, jumlah reseptor CB1 jauh
lebih tinggi pada otak janin dibandingkan dengan orang dewasa. Tikus yang terpapar
cannabinoid selama kehamilan atau menyusui menunjukkan hiperaktif motorik pada
masa bayi dan remaja, tetapi tidak pada usia dewasa ((Mereu, 2003). Ketika tikus
dipajan sebelum kehamilan pada level rendah atau sedang dari delta-9-
tetrahydrocannabinol, gangguan kognitif diinduksi dengan jangka panjang. kerusakan
memori dan memori penciuman jangka pendek (Campolongo et al, 2007). Kerusakan ini
terkait dengan perubahan jangka panjang dalam ekspresi gen yang terkait dengan
transmisi neurot glutamatergik. Selain itu, perubahan jangka panjang dalam reaktivitas

7
emosional keturunan telah diamati dengan interaksi sosial dan bermain sosial yang
kurang pada masa remaja.

Hubungan antara penggunaan mariyuana prenatal dan hasil kehamilan yang


merugikan sangat beragam. Ptenaga kesehatan harus menyadari bahwa ada keterbatasan
yang signifikan terhadap literatur yang ada. Penggunaan ganja seringkali tidak
dikuantifikasi dan penelitian dibatasi dengan memastikan paparan ganja. Pengambilan
sampel biologis harus digunakan untuk secara akurat menentukan efek penggunaan ganja
prenatal pada hasil ibu dan bayi baru lahir (Metz, 2015).

Dua ulasan sistematis dan meta-analisis terbaru memberikan tinjauan


komprehensif literatur, yang dapat diterjemahkan menjadi panduan bagi praktisi untuk
menasihati wanita tentang penggunaan ganja di kehamilan. Salah satunya diterbitkan
sebelum National Academy of Sciences melaporkan dan sangat tertarik dalam evaluasi
komite literatur yang ada. Gunn et al (2015) mengidentifikasi 6.854 artikel, sepenuhnya
menyaring 881 artikel, dan termasuk 24 artikel (satu cross-sectional, satu case-control,
dan 22 studi kohort) dalam tinjauan sistematis. Para penulis membuat daftar
komprehensif hasil maternal dan neonatal yang menarik dan menyelesaikan meta-analisis
untuk setiap hasil yang dinilai dalam tiga atau lebih studi.

Mereka menemukan hubungan antara penggunaan mariyuana prenatal dan anemia


dari enam studi 1,36, 95% CI 1,10-1,69), berat lahir rendah kurang dari 2.500 g
(dikumpulkan OR dari tujuh studi 1,77, 95% CI 1,04-3,01 dengan perbedaan berat badan
lahir rata-rata yang dikumpulkan 109 g), dan kemungkinan lebih tinggi untuk masuk
NICU (dikumpulkan OR dari empat studi 2,02, 95% CI 1,27-3,21). Mereka tidak
mendeteksi hubungan dengan kelahiran prematur (dikumpulkan atau dari sembilan studi
1,29, 95% CI 0,80-2,08). Para penulis ini menyimpulkan bahwa studi lebih lanjut
diperlukan, terutama untuk hasil ibu, dan khawatir tentang hubungan antara penggunaan
ganja dan berat lahir rendah serta penerimaan NICU.

Dalam meta-analisis kedua, Conner et al (2016) mengevaluasi hubungan antara


penggunaan ganja dan berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur kurang dari 37
minggu. kehamilan. Para penulis mengidentifikasi 4.875 studi dan akhirnya memasukkan

8
31 studi dalam meta-analisis. Dalam perkiraan awal dikumpulkan, ada hubungan dengan
berat lahir rendah dan kelahiran prematur. Namun, setelah penyesuaian untuk faktor
perancu seperti penggunaan tembakau, tidak ada hubungan antara penggunaan marijuana
dan berat badan lahir rendah (risiko gabungan yang dikumpulkan 1,16, 95% CI 0,98-
1,37) atau kelahiran prematur (disesuaikan dikumpulkan 1,08, 95% CI 0,82-1,43). Dalam
subanalisis terencana perempuan yang melaporkan penggunaan ganja sedang sampai
berat (setidaknya sekali seminggu), ada hubungan dengan berat lahir rendah (RR 1,90,
95% CI 1,44-2,45) dan kelahiran prematur (RR 2,04, 95% CI 1.32–3.17).

Sebuah survei konsultan laktasi di New England menunjukkan spektrum pendapat


para profesional laktasi mengenai menyusui dalam pengaturan penggunaan ganja. Dari
74 profesional laktasi yang disurvei, 41% melaporkan rekomendasi mereka akan
tergantung pada jumlah penggunaan ganja, 44% akan merekomendasikan menyusui
meskipun penggunaan ganja diberikan manfaat menyusui yang diketahui lainnya, dan
15% akan merekomendasikan tidak menyusui dengan penggunaan mar-ijuana (Bergeria
et al, 2015).

Perbedaan pendapat-pendapat diatas dipengaruhi oleh kurangnya sumber dan


literature-literatur yang signifikan. Baker et al (2018) mempelajari transfer delta-9-
tetrahydrocannabinol ke dalam ASI delapan wanita setelah konsumsi produk ganja
dengan konsentrasi delta-9-tetrahydrocannabinol yang diketahui. Delta-9-
tetrahydrocannabinol terdeteksi dalam ASI yang dipompa dengan perkiraan rata-rata
2,5% (kisaran 0,4-8,7%) dari dosis ibu, dan rata-rata dosis bayi absolut diperkirakan 8
mikrogram per kilogram per hari. Konsentrasi rata-rata dari delta-9-tetrahydrocannabinol
dalam ASI dari 20 menit sampai 4 jam pasca-operasi digambarkan dalam Meskipun
penelitian ini memiliki keterbatasan yang signifikan sebagai akibat dari pengambilan
sampel ASI di lingkungan yang tidak terkontrol, dan ukuran sampel yang kecil, ia
menyediakan data awal yang mendukung transfer delta-9-tetrahydrocannabinol ke dalam
ASI.

Kurangnya bukti klinis telah membuat sulit bagi organisasi untuk membuat
rekomendasi definitif mengenai penggunaan ganja selama menyusui. Baik American
College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) dan American Academy of

9
Pediatrics merekomendasikan bahwa wanita menahan diri dari menggunakan ganja saat
menyusui. Akademi Obat Menyusui menyatakan ibu menyusui "harus diberi nasihat
untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan ganja." untuk menghindari efek dari
ganja ke bayi mereka dan menyarankan kemungkinan efek neurobehavioral jangka
panjang dari penggunaan yang berkelanjutan. Mereka meminta dokter untuk
mempertimbangkan berbagai macam pengobatan berkala, rutin, dan paparan ganja dan
hati-hati saat menyusui terjadi dengan penggunaan ganja (ACOG, 2017)

10
C. PEMBAHASAN
Marijuana (marihuana,hashis) adalah tanaman yang sudah dikenal sekitar 8000
tahun yang lalu sebagai tanaman yang dapat menghasilkan serat untuk membuat benang,
tali, dan tekstil. Ganja mulai digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok pada tahun
2737 SM. Marco polo menulis bahwa ganja sudah dikenal pada masa itu sebagai bahan
untuk dinikmati dan bersenang-senang. Ganja mulai dikenal dieropa pada abad ke 19
melalui seorang prajurit prancis yang pulang dari bertugas di mesir. Ganja mulai dikenal
di Amerika pada abag 1900 an dan mulai melarang melakukan penjualan karena
berkaitan dengan tindakan kejahatan. Walaupun perdagangan ganja di negara Amerika
serikat dilarang, tetapi USA tidak mengeluarkan undang-undang terkait dengan larangan
pengkonsumsian ganja. (2005)
Marijuana merupakan zat yang diproduksi dari tanaman Cannabis Sativa. Obat ini
digunakan karena mengandung bahan kimia yaitu tethrahydrocannabinol (THC) yang
dapat meningkatkan relaksasi dan pengindraan. Sifat obat dan psikoaktif ganja dimediasi
oleh senyawa yang disebut nabinoids yang diserap dari paru-paru ketika merokok atau
dari saluran pencernaan jika tertelan. Tetrahydrocannabinol (THC) adalah molekul philic
kecil dan sangat lipo- yang didistribusikan dengan cepat ke otak dan lemak.
Dimetabolisme oleh hati, yang paruh THC bervariasi 20-36 jam pada pengguna sesekali
untuk 4-5 hari di pengguna berat dan mungkin memerlukan hingga 30 hari untuk ekskresi
lengkap. (Jube, 2008).

Dalam model hewan, THC melintasi plasenta, menghasilkan kadar plasma janin
yang kira-kira 10% dari tingkat ibu setelah paparan akut. Secara signifikan konsentrasi
janin lebih tinggi diamati setelah eksposur berulang . Data manusia janin lebih tinggi
diamati setelah eksposur berulang. Data lain menunjukkan bahwa THC juga muncul
dalam ASI. Marijuana umumnya didapatkan dari daun kering,batang,biji dan bunga dari
tanaman ganja. Biasanya berwarna hijau, coklat, atau abu-abu yang menyerupai
tembakau ganja yang kualitasnya lebih rendah biasanya didapatkan dari seluruh tanaman
ganja . ganja yang kualitasnya tinggi biasanya didapatkan dari kuncup atau bunga bagian
atas tanaman ganja. Kandungan yang terdapat pada ganja yaitu tethrahydrocannabinol
(THC) dapat membuat pemakai dari ganja mengalami euphoria yaitu rasa senang
berkepanjangan tanpa sebab. Adanya bukti yang menunjukkan ganja yang dapat

11
menyebabkan masalah dengan perkembangan neurologis, sehingga hiperaktif, fungsi
kognitif miskin, dan perubahan reseptor dopaminergik. Selain itu, produk ganja
kontemporer memiliki jumlah yang lebih tinggi dari delta-9-tetrahydrocannabinol
daripada di tahun 1980-an ketika tidak banyak kandungan yang ditambahkan pada ganja
pada masa tersebut. Efek pada kehamilan dan janin karena itu mungkin berbeda dari yang
sebelumnya terlihat. (Egan E. Passey. Robert W.,Sanson-Fisher b.,Catherine A.
D'Este.,Janelle M. Stirling 2014 & Komite Replaces Opini No. 637, Juli 2015).

Marijuana merupakan obat narkotika yang paling umum digunakan dalam


kehamilan, dengan prevalensi penggunaan berkisar antara 3% sampai 30% di berbagai
populasi. Penggunaan Marijuana saat kehamilan secara bebas dapat menyebabkan
kandungan marijuana melintasi plasenta dan dapat ditemukan dalam ASI. Hal tersebut
mungkin memiliki efek buruk pada hasil perinatal dan perkembangan saraf janin yang
mana masuknya kandungan ganja melalui plasenta dan asi dapat mempengaruhi glukosa
dan regulasi insulin yang akan berdampak pada pertumbuhan anak. Secara khusus, ganja
dapat berhubungan dengan pembatasan pertumbuhan janin, kematian kelahiran, dan
kelahiran prematur. Namun, data yang ditemukan mengenai hasil yang merugikan
prenatal masih kurang. Beberapa penelitian terkait dengan kerugian penggunaan
marijuana selama kehamilan masih berbaur dengan pajanan obat lainnya serta faktor
sosiodemografi sehingga sangat sulit menarik kesimpulan terkait dengan kerugian yang
dapat ditimbulkan dari pengguanaan ganja. Adanya kekurangan kuantifikasi dari paparan
ganja dengan tingkatan trimester selama penggunaan (torri D. metz. MD Ms.elaine H.
stick kratz MD 2016).
Pada 2015, American College of Obstetricians dan Gynecologists mengeluarkan
pendapat penggunaan ganja selama prakonsepsi, kehamilan, dan menyusui disarankan
untuk menghindari menggunakan ganja atau lainnya cannabinoids baik untuk mengobati
mual mereka. Ada peningkatan bukti untuk kemanjuran ganja dalam mengobati beberapa
bentuk rasa sakit dan kejang-kejang, dan 2 obat cannabinoid (dronabinol dan nabilone)
disetujui oleh Food and Drug Administration AS untuk mengurangi mual yang
disebabkan oleh kemoterapi kanker. Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis oleh
Whiting et al 1 menemukan bukti, meskipun kualitas rendah, efektivitas obat cannabinoid
di indikasi kedua yaitu Efek anti-mual dari tetrahydrocannabinol (THC), bahan psikoaktif

12
utama dalam ganja, dimediasi oleh interaksi dari THC dengan tipe 1 cannabinoid (CB1)
reseptor di dorsal vagal kompleks. Cannabidiol, cannabinoid lain dalam ganja,
memberikan sifat antiemetik melalui mekanisme lain. Penanganan Mual dengan ganja di
semua negara di mana penggunaan medis dari obat ini telah dilegalisir( NORAD.
WilsonM. EricM.Wargo, PhD 2016).
Potensi ganja mengganggu perkembangan saraf memiliki pembenaran teoritis
substansial. Sistem endocannabinoid hadir dari awal perkembangan sistem saraf pusat,
sekitar hari ke 16 kehamilan, dimana pada usia tersebut janin masih membentuk sirkulasi
saraf diawal perkembangan otak, termasuk asal-usul dan migrasi neuron, yang hasil dari
akson dan dendrit, dan merintis jalan aksonal. Zat yang mengganggu sistem ini bisa
mempengaruhi pertumbuhan otak janin dan perkembangan saraf struktural dan
fungsional. Sebuah studi prospektif yang sedang berlangsung, menemukan hubungan
antara paparan ganja prenatal dan pembatasan pertumbuhan janin selama kehamilan dan
peningkatan ketebalan korteks frontal antara anak-anak usia sekolah. Anak-anak yang
terkena ganja dalam rahim memiliki masalah pada pemecahan visual, koordinasi visual-
motor, dan analisis visual dari anak-anak yang tidak terkena ganja dalam Rahim.
Cannabinoids, mengerahkan efek sistem saraf pusat mereka melalui jenis reseptor noid
cannabi- 1. Cannabinoid juga memainkan peran kunci dalam perkembangan otak janin
normal, termasuk dalam sistem neurotransmitter, dan proliferasi neuron, migrasi,
diferensiasi, dan bertahan hidup . Janin manusia menunjukkan saraf pusat sistematis
cannabinoid receptor tipe 1 sedini 14 minggu kehamilan, dengan meningkatnya
kepadatan reseptor dengan advanc- ing usia kehamilan, yang menunjukkan peran untuk
nabinoids endocan- dalam perkembangan otak manusia normal (Willford JA, Chandler
LS, Goldschmidt L, Hari NL.2010).

Marijuana tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko berat badan lahir kurang dari
2.500 gram. Namun, ketika menggunakan ganja yang dikelompokkan berdasarkan jumlah
penggunaan, wanita yang menggunakan ganja kurang dari mingguan tidak mengalami
peningkatan risiko melahirkan bayi yang baru lahir kurang dari 2.500 g. Namun, wanita
yang menggunakan ganja setidaknya mingguan selama kehamilan secara bermakna lebih
mungkin untuk melahirkan bayi yang baru lahir kurang dari 2.500 gram.

13
Delta 9-THC menghambat pelepasan gonadotropin, prolaktin, hormon
pertumbuhan dan hormon perangsang tiroid serta menstimulasi pelepasan kortikotropin,
sehingga menghambat kuantitas dan mengurangi kualitas ASI. Mengkonsumsi Obat-
obatan ketika menyusui, sejalan dengan sebagian besar badan profesional,
merekomendasikan untuk tidak menyusui setiap kali penggunaan obat terlarang terutama
setelah terjadi dalam periode 30 hari sebelum kelahiran. Hal ini terutama terkait jika
penyalahgunaan zat terus berlangsung pasca melahirkan atau jika ibu tidak terlibat dalam
program pengobatan penyalahgunaan zat. Sayangnya, rekomendasi spesifik sehubungan
dengan menyusui saat menggunakan kanabis terhambat oleh kurangnya penelitian yang
substansial dan pasti. Akan tetapi pengguanaan mmarijuana selama kehamilan akan
mempengaruhi perkembangan saraf potensial pada anak , jika ganja digunakan secara
rutin (SC Jaques, A Kingsbury, et all, 2014).

14
D. PENERAPAN DIINDONESIA

Di Indonesia penggunaan marijuana atau ganja masih menjadi perdebatan, di satu


sisi pemerintah melarang penggunaan ganja, hal tersebut diatur dalam Undang-Undang
Narkotika No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa ganja merupakan barang terlarang dan
tidak mempunyai manfaat seperti Narkotika Golongan I yang lainnya. Kebijakan tersebut
dikeluarkan pemerintah untuk menghindari penyalahgunaan narkotika dan penyeludupan
gelap. BNN menyatakan bahwa ganja atau marijuana merupakan tumbuhan yang
mengandung senyawa THC (Tetrahydrocannabinol), zat narkotika yang menyebabkan
penggunanya mengalami gejala eufhoria berupa rasa senang yang berkepanjangan tanpa
sebab (Putri & Tom, 2016). Kepala BNN Jendral Budi Waseso juga menambahkan jika
dikemudian hari riset medis Kementerian Kesehatan terbukti ektrak ganja bermanfaat
untuk pengobatan, mendatang akan ada aturan khusus terkait hal tersebut, termasuk cara
penggunaan dan siapa yang diperbolehkan menggunakannya (Isnaini, 2017).
Di sisi lain terdapat banyak pihak yang membela para pengguna ganja salah satunya
komunitas Lingkar Ganja Nusantara (LGN). Mereka melakukan gerakan untuk legalisasi
ganja, baik itu hemp (ganja industri) maupun marijuana (ganja konsumsi). Hal tersebut
berhubungan dengan manfaat kesehatan yang terdapat pada ganja (Abbiyyu, 2016). Zat
THC yang terdapat pada ganja memiliki fungsi yang sama dengan salah satu zat yang
diproduksi oleh otak manusia, yang disebut endokanabinoid, dimana diketahui bahwa zat
tersebut mempunyai peran hampir pada seluruh proses fisiologis manusia. Zat adiktif
yang terdapat pada ganja juga tidak berpengaruh besar terhadap pemakai (Wahib, 2013).
Meskipun terdapat banyak manfaat kesehatan yang terdapat pada marijuana, namun
penggunaan ganja pada ibu hamil sepertinya belum bisa diterapkan di Indonesia. Rata-
rata kajian yang dilakukan tentang manfaat penggunaan marijuana terbatas pada
penderita sakit kronis atau mereka yang memasuki tahap terminal serta tidak sedang
mengandung ataupun menyusui, dimana marijuana digunakan sebagai penghilang rasa
sakit. Mengingat lebih besarnya risiko bahaya yang ditimbulkan dibandingkan manfaat
yang didapat dari penggunaan marijuana pada ibu hamil. Negara-negara di dunia yang
telah melegalkan penggunaan ganja bahkan tetap mewaspadai penggunaan zat tersebut
pada ibu hamil. Di negara yang melegalkan penggunaan marijuana, penggunaan pada ibu

15
hamil dengan kondisi yang memaksa seperti hiperemesis gravidarum dengan gejala yang
berat diperlukan konseling lebih lanjut.

16
DAFTAR PUSTAKA
Abbiyyu, Mohammad Darry. (2016). Strategi Gerakan Lingkar Ganja Nusantara dalam
Memperjuangkan Legalisasi Ganja di Indonesia. Jurnal Politik Muda, 5(3): 300-310.
Barrelli F, Fasolino I, Romano B, Capasso R, Maiello F, Coppola D, Orlando P, Battista G,
Pagano E, Di Marzo V, Izzo AA. (2013). Beneficial Effect of The Non-Psychotropic Plant
Cannabinoid Cannabigerol on Experimental Inflammatory Bowel Disease. Biochem
Pharmacol, 85(9): 1306-16; dalam Maggyvin, Ellena, Rano K. Sinuraya. (2015). Marijuana
dan Autisme: Sebuah Literature Review. Farmaka, 15(1).
Isnaini, Enik. (2017). Penggunaan Ganja dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jurnal Independent, 5(2): 46-54.
Madras, B. K. (2015). Update of Cannabis and Its Medical Use. World Health Oraganization.
Metz, Torri D & Elaine H. Stickrath. (2015). Marijuana Use in Pregnancy and Lactation: A
Review of The Evidence. American Journal of Obstetrics & Gynecology.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ajog.2015.05.025
NORAD. WilsonM. EricM.Wargo, PhD.2016. Risiko dari Marijuana Gunakan Selama
Kehamilan. National Institute on Drug Abuse, National Institutes of Health, Bethesda,
Maryland.USA.

Putri, Dania, Tom Blickman. (2016). Ganja di Indonesia, Pola Konsumsi, Produksi, dan
Kebijakan. Drug Policy Briefing, Transnasional Institute, 44.
QianaL.Brown,PhD,MPH,LCSW.et all.2017.TrendsinMarijuanaUseAmongPregnant
andNonpregnantReproductive-AgedWomen, 2002-2014.JAMA.
SC Jaques 1, A Kingsbury 2, P Henshcke 3, C Chomchai 4, S Clews 5, J Falconer 5, ME
Abdel-Latif 6, JM Feller 7,8 dan JL Oei 1,8.2014

Szaflarski, J. P. & Bebin, E. M. (2014). Cannabis, Cannabidiol, and Epilepsy-From receptors to


Clinical Response. Epilepsy & Behavior, 41.
Volkow ND, Baler RD, Compton WM, Weiss SRB. (2014). Adverse Health Effects of Marijuana
use. New Engl J Med. 2014; 370:2219-2227.10.1111/ijcp.12332 [PubMed: 24897085].
Wahib, Situmorang Abdul. (2013). Gerakan Sosial: Teori & Praktik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

17
Willford JA, Chandler LS, Goldschmidt L, Hari NL. 2010. Efek tembakau prenatal, alkohol dan
paparan ganja pada kecepatan pemrosesan, koordinasi visual-motor, dan mentransfer antar
belahan otak. Neurotoxicol Teratol; 32: 580-907.

18

Anda mungkin juga menyukai