Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan


hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya kepadanya kita
meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya
kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan
kita. Siapa saja orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,
tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya,
siapa saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun
yang dapat memberinya petunjuk.
Alhamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah kesehatan masyarakat. Dalam
menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak
sedikit kendala yang penulis hadapi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak
lepas dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….. 1
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat ……………………….. 7
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat………………. 7
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas
dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia.
Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan
dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan
bahwa ia dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian
diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-
upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia
dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan sebagai
berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan
penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya ddalam
pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’,
yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan
makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan
olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih
menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah
untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih
baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang
baik, daripada dengan pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut
akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam
menangani masalah masalah kesehatan. Kelompok atau
aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit
(setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif
(pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari
dokter, dokter gigi, psikiater, praktisi-praktisi lain yang
melakukan pengobatan penyakit seperti halnya pendekatan
Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum
terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para
petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau
institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul
garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni
pelayanan kesehatan kuratif (curative health care). Kedua
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan
kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya
hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter,
drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif, sasaran
atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan
masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan
dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan,
tidak seperti dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif
artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya menunggu
masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada
pasien datang berarti tidak ada masalah maka selesailah
tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adannya
penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan
pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya
masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan
masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor
atau di tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada
di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan
menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis
manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal
manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial,
yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai
mahluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik.
Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya
sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian
pendekatannya pun tidak individual dan partia, tetapi harus
secara menyeluruh atau holistik.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16.
Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera
yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera
masuk di Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837 terjadi
wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948
cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah
kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat
yang lain, pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada
waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama,
karena langkanya tenaga pelatih kebinaan, kemudian baru
pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun
bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr.
Bosch, kepalan pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan
dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan
nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten)
atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun
1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya
dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).
Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah
kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas
Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan
tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan masyarakat
Indonesia.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang
membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan
rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep
puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo,
yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem
puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan
menggunakan hasil-hasil seminar tersebut. Departemen
Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan
terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat
kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerntah (Departemen
Kesehatan) menjadi pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif
dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan dikota madya atau kabupaten.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan
kesehatan masayarakat. Secara kronologis batasan-
batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan
yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti
yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah
sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi
lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan ditemukan
bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah
pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan
penyakit melalui imunisasi.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang
lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal
tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada
mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu
bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan
tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin
ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun
berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu
yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu
fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi,
ilmu pendidikan, dan sebagainya.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang
ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai
pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a) Epidemiologi
b) Biostatistik/statistik kesehatan
c) Kesehatan lingkungan
d) Pendidikan kesehahtan dan ilmu perilaku
e) Administrasi kesehatan masyarakat
f) Gizi masyarakat
g) Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal
maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh
sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau
praktiknya mempunyai bentangan yang luas. Semua
kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung
untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan
sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan,
penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan
gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat,
cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air
limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan
sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat
dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehatan masyarakat antara lain:
a) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak
menular.
b) Perbaikan sanitasi lingkungan.
c) Perbaikan lingkungan pemukiman.
d) Pemberantasan vektor.
e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g) Pembinaan gizi masyarakat.
h) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i) Pengawasan obat dan minuman.
j) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan
kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-
batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan
yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti
yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah
sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni.
DAFTAR PUSTAKA

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di


Indonesia. Jakarta: UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara
dan Kesehatan. Depok: FKM-UI.
Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan
Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung
Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah. Depok: FKM-
UI (S. 2562).
Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan
OKI Jakarta Setelah Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S.
2586).

Anda mungkin juga menyukai