Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan
elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral (Droge,
2002 dalam Arief, 2006).
b. Mikrosom
c. Enzim
Beberapa enzim dapat memproduksi O2- dalam sel. Dalam keadaan
hipoksia, oksidasi xantine dan hipoxantine oleh xantine oksidase
menghasilkan O2- yang akan memicu kerusakan sel. Indole amine
dioxgenase, enzim yang umumnya terdapat di jaringan kecuali di hati,
terlibat dalam pembentukan O2-. Tryptophan dehydrogenase yang terdapat
di sel hati juga memproduksi O2- ketika bereaksi dengan triptophan
(Vallyathan dan Shi, 1997).
d. Fagosit
Fagosit dapat memproduksi ROS dalam perannya melawan
mikroorganisme, partikel asing, dan stimulus-stimulus lain. Aktivasi fagosit
memicu suatu respiratory burst, yang ditandai dengan peningkatan uptake
O2, metabolisme glukosa, dan penggunaan NADPH. NADPH-oksidase
mengkatalisis reaksi tersebut, dan memicu pembentukan ROS (Vallyathan
dan Shi,1997).
2. Eksogen
a. Obat-obatan
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam
bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi
bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk
didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk
b. Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar
gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan
beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya
pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat
mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama
cairan seluler (Dorge, 2002 dalam Arief, 2006).
c. Asap rokok :
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan
peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui
bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler
dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap
tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan
oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida,
peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan
bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit
oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam
fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar.
Contoh radikal dalam fase tar meliput i semiquinone moieties dihasilkan
dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil
berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi
dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan
Berikut ini merupakan contoh penyakit dan sistem yang terganggu akibat radikal
bebas:
1. Kanker
2. Kardiovaskular
3. Neurologi
4. Respiratori
5. Artritis Reumatoid
6. Nefropati
7. Penyakit Mata
8. Gangguan pada Janin
2.2. Rokok
2.2.1. Pengertian
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No.109
tahun 2012).
2.3. Antioksidan
2.3.1. Pengertian
Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal
bebas sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil reaksi-reaksi kimia dan
proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah
menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dapay menurunkan risiko terjadinya
penyakit kronis seperti kanker dan jantung koroner (Amrun et al, 2007).
Antioksidan memiliki fungsi untuk menghentikan atau memutuskan reaksi
berantai dari radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh, sehingga dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas (Hernani dan
Rahardjo, 2005).
membutuhkan 600 retinol ekivalen (RE) dan 500 RE pada wanita dengan
usia diatas 19 tahun. Vitamin A terdapat dalam pangan hewani,
sedangkan karoten lebih banyak terdapat dalam pangan nabati (Almatsier,
2009).
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 1992 dalam Almatsier, 2009
2. Vitamin E (tokoferol)
Tabel 2.4. Nilai alfa- dan gama tokoferol dalam bahan makanan (mg/100 gram)
Bahan Makanan Alfa-tokoferol (mg) Gama-tokoferol (mg)
Buah-buahan 0,27 -
Susu 0,34 -
Sumber: M. Belizzi, 1986/1987, dalam Garrow, J.S. dan W.P.T. James, Human
Nutrition and Dietetics, 1993, hlm. 231 dalam Almatsier, 2009
3. Vitamin C
Kangkung 30 Nenas 24
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 1992 dalam Almatsier, 2009
1. Tomat
Tomat kaya akan vitamin C, potasium, serat, dan vitamin A serta beta-karoten
yang disebut sebagai likopen yang diyakini mengandung antioksidan. Likopen
dapat menurunkan risiko terjadinya kanker seperti kanker prostat, kanker
lambung, dan kanker tenggorokan.
2. Wortel
Wortel mengandung beta-karoten, vitamin A, serat, dan gula. Dalam setiap
100 gram wortel segar terdapat beta-karoten sebanyak 6-20 mg dan vitamin C
sebanyak 5-10 mg.
3. Kelapa
Air kelapa muda dapat berfungsi sebagai antioksidan yang mengandung
glukosa, mineral, kalium, dan asam amino. Dalam 100 gram daging kelapa
terdapat 2 mg vitamin C.
4. Cabai
Kandungan dalam cabai adalah vitamin C, A, thiamin, niacin, riboflavin, dan
vitamin E. Kandungan vitamin A cabai 470 SI dan vitamin C 18 mg. Cabai
dapat melancarkan peredaran darah.
5. Mentimun
Kandungan kimia dalam buah mentimun antara lain saponin, glutation,
protein, lemak, karbohidrat, karoten, terpenoid, vitamin B, vitamin C, kalsium,
posfor, dan mangan. Dalam setiap 100 gram mentimun mengandung vitamin
C sebanyak 8 mg.
6. Anggur
Kandungan buah anggur adalah senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol.
Sementara yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan adalah senyawa
antosianin. Anggur dapat melancarkan buang air kecil, meringankan
kandungan asam urat dalam darah, dan memelihara kesehatan hati
(Rohmatussolihat, 2009).
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall). Dalam kaitannya pengetahuan
ibu dalam upaya melatih balita untuk mengontrol buang air kecil maupun besar
serta melatih balita untuk buang air kecil maupun besar pada tempatnya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpratasikan materi
tersebut dengan benar. Setelah ibu mengetahui toilet training, maka berlanjut
ketahap memahami. Kemampuan pengasuh dalam memahami toilet training
ditentukan oleh seberapa banyak materi yang telah diingatnya mengenai pengajar
toilet training, serta seberapa tinggi kemampuan pengasuh balita dalam
mengartikan dan memberikan makna terhadap materi toilet training.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Setelah ibu tetang toilet training
mengetahui diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan komponen-komponen di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu
objek atau materi, bagaimana penilaian ibu terhadap perilaku tolet training.
1. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut
akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah
pula menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
2. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang jelas.
3. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan disaring, apakah sesuai dengan
kebudayaan dan agama yang dianut.
4. Pengalaman
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Sikap dibentuk berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dimiliki
seseorang, komponen afektif berhubungan tentang perasaan atau emosi
seseorang, dan komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilikinya. Interaksi dari
ketiga komponen ini mempengaruhi sikap yang dimiliki suatu individu, bila
salah satu saja dari ketiga komponen ini tidak konsisten, maka sikap seseorang
terhadap suatu objek pun akan berubah. Sikap memiliki intensitas atau
kedalaman, yang artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama
antar setiap individu walaupun arah sikap antar individu tersebut sama.
Meskipun sikap seseorang terhadap sesuatu sama, negatif ataupun positif,
terdapat perbedaan kekuatan sikap antara individu tersebut (Azwar, 1998
dalam Lukiono, 2010).
Sikap bukan merupakan bawaan sejak lahir, sikap dapat dipengaruhi
melalui interaksi sosial. Interaksi sosial ini meliputi hubungan antara individu
dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis.
Sebagai individu atau anggota suatu komunitas sosial, akan terjalin interaksi
atau hubungan satu sama lain yang akan mempengaruhi seseorang dalam
sikap ataupun perilaku. Sikap adalah determinan perilaku karena berkaitan
dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi (Winardi, 2007 dalam Lukiono,
2010).